Anda di halaman 1dari 25

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN


NASABAH UNTUK MENYIMPAN DANA PADA BANK SYARIAH DI
KOTA MAKASSAR


NASIR
Staf Pengajar Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Ujung Pandang


ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis tentang Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Nasabah untuk Menyimpan Dana pada Bank Syariah
di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan model Analisis Jalur (Path
Analysis) yang merupakan pengembangan regresi linier berganda.
Hasil penelitian secara parsial pada tingkat kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa hubungan langsung yang signifikan antara faktor syariah,
kelas sosial nasabah, kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor
persepsi stimuli pemasaran, baik secara parsial maupun secara simultan terhadap
proses informasi keputusan nasabah. Selanjutnya, ada pengaruh tidak langsung
secara tidak signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok referensi,
peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran terhadap keputusan
nasabah melalui variabel proses informasi keputusan nasabah.
Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel syariah
(X1) memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap proses informasi
keputusan nasabah (X6) dimana signifikansi t mempunyai nilai 0,001 < 0.05.
besarnya pengaruh ditunjukkan nilai koefisien jalur atau standardized
coeficient beta. Variabel sosial (X2), variabel kelompok referensi (X3),
variabel peran dalam keluarga (X4), dan variabel stimuli pemasaran (X5)
terhadap proses informasi keputusan nasabah (X6), juga berpengaruh langsung
secara siginifikan. Besarnya pengaruh masing-masing variabel tersebut
terhadap proses keputusan nasabah (X6), yaitu 0,230 (23%), 0,181 (18%),
0,248 (25%), 0,351 (35%), 0,156 (16%). Nilai F statistik sebesar 39,423 dan
signifikan pada taraf nyata 5% karena nilai signifikan F test menunjukkan 0,000 <
0,05. Hal ini berarti bahwa secara simultan, faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran
berpengaruh langsung terhadap proses informasi keputusan nasabah. Secara
bersama, kelima variabel tersebut mampu menjelaskan variabel proses informasi
keputusan nasabah sebesar 66% (nilai R square).

Kata kunci : Analisis jalur, pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung.

I. PENDAHULUAN
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Terbukti, krisis 1998 telah
menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena
kegagalan sistem bunganya. Berbanding terbalik dengan bank syariah yang justru
mampu bertahan dari badai krisis tersebut dan menunjukan kinerja yang
meningkat. Hal ini dapat diamati dari perkembangan sistem keuangan syariah
2

dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini yang secara bertahap terus
meningkat.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), aset perbankan syariah secara
nasional memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap total aset
perbankan dalam kurun tiga tahun terakhir. Berdasarkan data BI diketahui pada
posisi Oktober 2009 aset perbankan syariah nasional mencapai Rp 59,7 triliun
atau memberikan sumbangan sebanyak 25 persen dari total aset perbankan
nasional. Sedang pada periode 2007 perbankan syariah nasional hanya
memberikan sumbangan sekitar 1,8 persen dan periode 2008 menyumbang 2,16
persen dari total aset perbankan nasional (http/www.kompas.com, diakses 14
Maret 2010).
Sementara, kinerja perbankan syariah di daerah Sulawesi Selatan, dilihat
dari aspek total aset, aset perbankan syariah dalam tiga tahun terakhir telah
memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut terbukti pada periode
2007, sumbangan aset perbankan syariah terhadap aset perbankan Sulsel masih
2,81 persen, kemudian periode 2008 naik menjadi 3,2 persen dan pada 2009 sudah
mencapai 3,48 persen. Kenaikan aset perbankan syariah di Sulsel, ikut ditunjang
oleh kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup meningkat.
Hingga Oktober 2009 ini, DPK perbankan syariah Sulsel mencapai Rp 835,6
miliar atau tumbuh 24,4 persen. Dari sisi pembiayaan, perbankan syariah Sulsel
juga telah menyalurkan dana sebesar Rp 1,41 triliun. Bank syariah yang
beroperasi di wilayah ini, cukup fokus dalam memberikan pembiayaan terutama
kepada sektor UMKM (http/www.bi.go.id, diakses 14 Maret 2010).
Selanjutnya, dari sisi market share, perbankan syariah mencatat
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2007 lalu, pangsa pasar perbankan syariah
hanya sebesar 2,81 persen. Pada 2008 naik menjadi 3,27 persen. Untuk tahun
2009, hingga Oktober pun sudah tercatat mengalami peningkatan sekitar 3,53
persen (http/www.bi.go.id, diakses 14 Maret 2010).
Saat ini, jumlah bank syariah yang sudah beroperasi di Sulsel terus
bertambah. Data BI cabang Makassar menunjukkan bahwa terdapat 10 jumlah
bank syariah yang sudah beroperasi di SulSel, khususnya di Kota Makassar, yaitu
Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Danamon
Syariah, BTN Syariah, Bank Sulsel Syariah, Bank Mega Syariah, bank permata
syariah dan CIMB Niaga Syariah. Diperkirakan, perkembangan perbankan syariah
di Propinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar akan terus meningkat
Perilaku nasabah bank syariah sangat berbeda dibandingkan konsumen
perusahaan lain, bahkan nasabah bank konvensional sekalipun. Hal ini disebabkan
beragamnya perbedaan perbankan syariah dan perbankan konvensional.
Penerapan prinsip syariah dalam setiap produk perbankan syariah merupakan
salah satu perbedaan mendasar di antara kedua bentuk perbankan tersebut.
Berdasarkan perbedaan tersebut, faktor syariah dapat menjadi salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank
syariah.
Dengan perbedaan dan keunikan tersebut, faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank syariah
berbeda dengan nasabah bank konvensional. Namun, dengan perbedaan tersebut,
kita tetap dapat menggunakan model perilaku konsumen (secara umum) untuk
mengamati fenomena tersebut. Hal ini memungkinkan karena model perilaku
3

konsumen bersifat universal untuk semua bentuk dan jenis industri, termasuk
perbankan syariah. Untuk perbankan syariah penggunaan model perilaku
konsumen tersebut dapat dilakukan dengan mengintegrasikan unsur syariah
sebagai salah satu faktor sub-budaya (dalam model perilaku konsumen) yang
sangat relevan mempengaruhi perilaku nasabah bank syariah. Pengintegrasian
tersebut dapat dilakukan dengan menelaah konsep-konsep perilaku konsumen
perspektif syariah.
Kotler dan Keller (2006) dan Schiffman dan Kanuk (2007)
mengidentifikasi bahwa stimuli pemasaran dan karakterisktik
konsumen/lingkungan sosio-budaya mempengaruhi perilaku konsumen. Dampak
stimuli pemasaran dapat dilakukan dengan mengukur persepsi nasabah terhadap
nilai yang dirasakan (perceived value) atas stimuli pemasaran yang dilakukan
perusahaan. Hal ini didasarkan pada model perilaku pembelian Schiffman dan
Kanuk (2007) yang menyatakan bahwa dampak berbagai usaha pemasaran suatu
perusahaan sebagian besar ditentuan oleh persepsi konsumen terhadap semua
usaha ini. Karakterisktik konsumen atau lingkungan sosio-budaya berupa faktor
kebudayaan (sub-budaya), termasuk agama; faktor kelas sosial, faktor kelompok
referensi, dan faktor keluarga (Kotler dan Keller, 2006; Schiffman dan Kanuk,
2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk menyimpan
dana pada bank syariah juga dapat diidentifikasi dari kecenderungan beberapa
penelitian. Berbagai penelitian Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa faktor
agama sebagai sub-budaya merupakan faktor yang mempengaruhi nasabah dalam
menggunakan jasa perbankan syariah. Penelitian BI juga menunjukkan bahwa
faktor kelompok referensi sebagai dimensi sosial merupakan sumber informasi
utama bagi nasabah berkaitan dengan bank syariah.
Penelitian BI dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPM) Universitas Hasanuddin (2003) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam mempergunakan jasa bank syariah, yaitu
pendidikan, penghasilan, keterbukaan terhadap informasi, penerimaan terhadap
bank konvensional, lokasi, pelayanan, syariah, dan keuntungan. Secara terinci
35% nasabah bank syariah, 34,31% non-nasabah, dan 26,02% nasabah bank
konvensional menyatakan bahwa sistem bunga tertentangan dengan agama.
Penelitian BI dan Institut Pertanian Bogor (2004) menunjukkan bahwa
sumber informasi bagi responden tentang lembaga perbankan syariah umumnya
diperoleh responden dari media elektronik (televisi) (47,7%),
teman/keluarga/rekan kerja (36,8%), dan media cetak (surat kabar) (33,9%). BI
dan IPB (2004) juga mengungkapkan bahwa dari 160 responden, alasan
responden dalam memilih bank syariah yang dominan adalah kesesuaian dengan
syariah agama (72,5%), lokasi/aksesibilitas (35%), profesionalisme pelayanan
(16,9%), kredibilitas (16,9%), dan fasilitas (16,9%).
Penelitian Rivai (2007) memberikan informasi tentang pertimbangan
dominan responden di dalam memilih jasa bank syariah, yaitu faktor keyakinan
bahwa bunga bank bertentangan dengan agama, diikuti oleh keramahan petugas,
serta persepsi bahwa berurusan dengan bank syariah lebih cepat dan mudah. Oleh
karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa faktor syariah yang diukur dengan
keyakinan keharaman bunga bank merupakan faktor yang mempengaruhi
keputusan nasabah untuk menyimpan dana di bank syariah.
4

Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Almossawi (2001) di
Bahrain menemukan bahwa dalam memilih bank, nasabah usia muda lebih
menekankan pada aspek reputasi bank, ketersediaan area parkir di sekitar bank,
keramahtamahan karyawan bank, kedekatan lokasi ATM, dan ketersediaan ATM
dalam 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa strategi stimuli pemasaran yang
dilakukan perbankan sangat mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih
bank.
Berbagai kecenderungan beberapa konsep dan hasil penelitian
mengindikasikan bahwa faktor syariah menjadi faktor utama bagi nasabah dalam
memanfaatkan produk perbankan syariah. Namun, pengaruh faktor syariah
berbeda di antara beberapa wilayah penelitian, bahkan terdapat yang saling
bertolak belakang. Pengaruh faktor syariah juga masih perlu dipertanyakan jika
dihadapkan dengan faktor kelas sosial nasabah, kelompok referensi, faktor peran
dalam keluarga, faktor persepsi stimuli pemasaran, dan faktor proses keputusan
pembelian (dalam hal ini faktor proses keputusan nasabah). Dengan demikian,
untuk wilayah Kota Makassar, keberadaan beberapa faktor tersebut perlu dikaji
dan diteliti lebih mendalam.
Berdasarkan beberapa uraian konsep perilaku konsumsi serta beberapa
kecenderungan penelitian sebelumnya, penelitian lebih lanjut penting dilakukan.
Penelitian tersebut dilakukan untuk memperdalam kajian dan analisis tentang
keberadaan pengaruh faktor syariah, faktor kelas sosial nasabah, kelompok
referensi, peran dalam keluarga, persepsi stimuli pemasaran, dan faktor proses
keputusan nasabah terhadap keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank
syariah di Kota Makassar.
Berdasarkan uraian beberapa isu di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli
pemasaran secara parsial terhadap informasi keputusan nasabah pada bank
syariah di Kota Makassar?
b. Apakah terdapat pengaruh signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli
pemasaran secara bersama-sama terhadap informasi keputusan nasabah pada
bank syariah di Kota Makassar?
c. Apakah terdapat pengaruh signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, faktor persepsi stimuli pemasaran,
dan informasi keputusan nasabah secara bersama-sama terhadap keputusan
nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah di Kota Makassar?
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli
pemasaran secara parsial terhadap informasi keputusan nasabah pada bank
syariah di Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui pengaruh signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli
pemasaran secara bersama-sama terhadap informasi keputusan nasabah pada
bank syariah di Kota Makassar.
5

c. Untuk mengetahui pengaruh signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, faktor persepsi stimuli pemasaran,
dan informasi keputusan nasabah secara bersama-sama terhadap keputusan
nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah di Kota Makassar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam menganalisis
perilaku nasabah dalam menggunakan produk penghimpunan dana perbankan
syariah.
b. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berminat
memperdalam studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah.

II. RERANGKA TEORITIS
2.1 Landasan Hukum dan Definisi Perbankan Syariah
Bank syariah pertama berdiri di Indonesia pada tahun 1992 yang
didasarkan pada Undang-undang nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan hukum
dan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan
prinsip bagi hasil, sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah.
Dalam perkembangan industri perbankan, Undang-undang nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan disempurnakan dengan diterbitkannya Undang-undang
nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan. Pasal 1 Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tersebut
menyebutkan perngertian bahwa bahwa Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Pasal 1 Undang-undang nomor 10 tahun 1998 menjelaskan bahwa prinsip
syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
2.2 Fungsi Perbankan Syariah
Perbankan syariah memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan
perbankan konvensional (beberapa peneliti mengistilahkannya dengan perbankan
berdasarkan bunga). Secara umum, fungsi perbankan konvensional hanya
terbatas pada fungsi intermediasi dan jasa keuangan. Beberapa fungsi perbankan
syariah yaitu sebagai manajer investasi, investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial.
Sebagai manajer investasi, perbankan syariah memiliki kemiripan dengan
perusahaan reksa dana. Fungsi perbankan syariah sebagai manajer investasi
adalah bahwa bank syariah tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik
dana yang dihimpun, karena besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima
oleh pemilik dana yang dihimpun sangat bergantung pada keahlian, kehati-hatian,
dan profesionalisme dari bank syariah.
6

Fungsi manajer investasi tidak dimiliki oleh perbankan konvensional.
Perbankan konvensional menggunakan bunga sebagai keuntungan kepada
nasabah simpanan. Dengan demikian, fungsi perbankan syariah sebagai manajer
investasi berbeda dengan fungsi perbankan konvensional sebagai perantara pihak
yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Fungsi sebagai manajer
investasi menghadapi risiko dan ketidakpastian yang lebih besar dibandingkan
fungsi sebagai perantara keuangan. Menurut Antonio (2001) ada dua perbedaan
mendasar antara investasi dan membungakan uang, yaitu investasi adalah kegiatan
usaha yang mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian,
sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung
risiko karena perolehan kembaliannya berupa yang relatif pasti dan tetap.
2.3 Model Perilaku Konsumen
Kotler dan Keller (2006) menyatakan bahwa perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, dan pribadi. Kotler dan
Keller (2006) menggambarkan model perilaku konsumen yang menunjukkan
bahwa stimuli pemasaran dan stimuli lainnya (lingkungan) menstimuli cara
psikologi konsumen (motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori) dan
karakterisktik konsumen (kebudayaan, sosial, dan pribadi) mempengaruhi proses
dan keputusan pembelian. Model Perilaku Konsumen (Model of Consumer
Behavior) yang dikembangkan Kotler dan Keller ditampilkan pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen (Model of Consumer Behavior)





Sumber: Kotler dan Keller (2006: 174)
Jika kita mengamati model perilaku konsumen yang dikembangkan Kotler
dan Keller tersebut, kita dapat memahami bahwa stimuli pemasaran dan stimuli
lingkungan merupakan stimulus variable, psikologi konsumen, karakterisktik
konsumen, dan proses keputusan pembelian merupakan intervening variable, dan
keputusan pembelian merupakan response variable.
Schiffman dan Kanuk (2007) membangun model pengambilan keputusan
konsumen dengan membagi atas tiga tahap yang berbeda namun saling berkaitan,
yaitu tahap masukan (input), tahap proses (process), dan tahap keluaran (output)
yang di tampilkan pada gambar 2.2.


Stimuli
Pemasaran

Produk dan jasa
Harga
Distribusi
Komunikasi

Stimuli Lain
(Lingkungan)

Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya

Keputusan
Pembelian

Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan dealer
Jumlah pembelian
Waktu pembelian
Metoda pembayaran

Proses Keputusan
Pembelian

Pengakuan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca-pembelian
Psikologi
Konsumen

Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Memori


Karakteristik
Konsumen

Kebudayaan
Sosial
Personal

7

Gambar 2.2 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen





































Sumber: Schiffman dan Kanuk (2007: 8)
Berdasarkan beberapa konsep dan model perilaku konsumen tersebut,
peneliti akan lebih memfokuskan pada pengelompokan faktor-faktor yang
diidentifikasi dalam model pengambilan keputusan konsumen yang
dikembangkan oleh Schiffman dan Kanuk (2007). Namun, peneliti tetap mengacu
pada hubungan sebab akibat (satu arah) sebagaimana yang dapat dipahami dari
model yang dikembangkan Kotler dan Keller.
a. Tahap input; Schiffman dan Kanuk (2007) menjelaskan tahap input yang
diajukannya dengan menyatakan bahwa dampak kumulatif dari setiap usaha
pemasaran perusahaan, pengaruh keluarga, teman-teman, tetangga, dan tata
perilaku masyarakat yang ada, semuanya merupakan input yang mempengaruhi

Usaha Pemasaran
Produk
Promosi
Harga
Saluran distribusi
Lingkungan Sosio-budaya
Keluarga
Sumber informal
Sumber non-komersial
lainnya
Kelas sosial
Budaya dan sub-budaya

Pengakuan Kebutuhan
Penyelidikan sebelum
membeli
Evaluasi Alternatif
Bidang Psikologi
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Kepribadian
Sikap
Pengalaman
Pembelian
Percobaan
Pembelian ulang
Evaluasi Setelah
Pembelian
Pengaruh Eksternal (Input)
Pengambilan Keputusan
Konsumen (Proses)
Perilaku Setelah
Keputusan (Output)
8

produk yang dibeli konsumen dan cara mereka menggunakan produk yang mereka
beli. Konsep ini secara jelas menunjukkan bahwa lingkungan sosio-budaya dalam
model yang dikembangkan Schiffman dan Kanuk (2007) mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen.
b. Tahap proses; komponen proses dalam berkaitan dengan cara konsumen
mengambil keputusan. Tahapan ini terdiri atas dua bagian, yaitu bidang psikologi
dan proses pengambilan keputusan pembelian yang terdiri dari tiga tahap: (1)
pengenalan kebutuhan, (2) penelitian sebelum pembelian, dan (3) penilaian
berbagai alternatif.
c. Tahap output; tahap output dalam model pengambilan keputusan konsumen
terdiri dari dua macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang
berhubungan erat, yaitu perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli
(Schiffman dan Kanuk, 2007). Penelitian ini akan mengukur variabel keputusan
membeli seperti yang dinyatakan Kotler dan Keller (2006) dalam model perilaku
konsumen, yaitu pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian,
waktu pembelian, dan metoda pembayaran.
Berdasarkan penyederhanaan dan penggabungan antara model yang
dikembangkan oleh Kotler dan Keller (2006) dan Schiffman dan Kanuk (2007)
peneliti akan melakukan penelitian konfirmasi (confirmatory research) dengan
model empiris yang disederhanakan (gambar 2.3).
Gambar 2.3 Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian yang Disederhanakan


2.4 Perilaku Nasabah Bank Syariah
Berdasarkan model empiris yang peneliti sederhanakan dari model yang
dikembangkan Kotler dan Keller (2006) dan Schiffman dan Kanuk (2007),
peneliti mengidentifikasi bahwa terdapat beberapa faktor yang relevan dan
mempengaruhi perilaku nasabah bank syariah dalam menggunakan produk
penghimpunan dana bank syariah. Faktor-faktor tersebut berupa karakterisktik
konsumen atau lingkungan sosio-budaya (kebudayaan, kelompok referensi,
keluarga kelas sosial, dan status sosial), faktor persepsi konsumen atas stimuli
pemasaran, dan faktor proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan,
penyelidikan sebelum membeli, dan evaluasi alternatif).
a. Faktor sub-budaya: syariah
Faktor kebudayaan merupakan variabel konstruk yang sangat luas. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengukur faktor syariah dan
fakor kelas sosial nasabah sebagai salah satu faktor sub-budaya yang sangat
penting dan relevan bagi nasabah bank syariah. Dengan demikian, variabel
budaya dan sub-budaya lain, bahasa, pola kerja, kebangsaan, daerah geografis,
umur, jenis kelamin diasumsikan konstan.
Keputusan
Pembelian
Budaya (Syariah)
Kelas sosial
Kelompok referensi
Peran dalam keluarga
Persepsi stimuli
pemasaran
Proses Keputusan
Pembelian
1. Pengakuan Kebutuhan
2. Penyelidikan sebelum
membeli
3. Evaluasi Alternatif
9

Pertimbangan seorang muslim dalam berkonsumsi berbeda dengan non-
muslim. Perilaku konsumsi seorang muslim mutlak dipengaruhi oleh
pertimbangan syariah. Pertimbangan syariah harus digunakan sebagai
konsekuensi dari keimanan dan keislaman. Keimanan sebagai bentuk keyakinan
(aqidah) mengharuskan setiap muslim untuk berbuat (beramal) sesuai dengan
sumber keyakinan tersebut. Keislaman memiliki konsekuensi untuk tunduk pada
setiap aturan halal dan haram dalam setiap aktivitas dan segala bidang yang secara
komprehensif diatur dalam Islam.
Pertimbangan syariah merupakan salah satu faktor penentu keputusan
konsumsi. Wibowo dan Widodo (2005) mengungkapkan bahwa alasan nasabah
penyimpan dana membuka rekening tentunya bukan pada bunga yang tinggi,
tetapi pada metode bagi hasil sesuai dengan syariah dan tersedianya fasilitas
tabungan Biaya Naik Haji.
b. Faktor Kelas Sosial Nasabah
Kelas sosial merupakan salah satu dimensi kebudayaan, seperti yang
diungkapkan Kotler dan Keller (2006: 166). Dimensi sosial merupakan salah satu
faktor karakteristik konsumen yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen.
Dengan demikian, kelas sosial seorang konsumen mempengaruhi perilaku
konsumsinya.
Wells dan Prensky (1996: 150) menyatakan bahwa kelas sosial mengacu
pada posisi tertentu dalam struktur sosial dan ekonomi suatu masyarakat, yang
didasarkan pada kriteria pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Konsep ini
menunjukkan bahwa ada tiga dimensi kelas sosial, yaitu tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan, dan tingkat pekerjaan.
Beberapa pakar sosiologi telah berusaha melakukan pengukuran terhadap
kelas sosial, namun secara umum, hasilnya masih bersifat subjektif. Hal ini terjadi
karena tidak ada persetujuan umum tentang bagaimana cara mengukur kelas
sosial.
c. Faktor Kelompok Referensi
Kelompok referensi meliputi semua kelompok yang memiliki pengaruh
langsung (face-to-face) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang
(Kotler dan Keller, 2006). Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung disebut
kelompok anggota/utama (membership/primary groups) dan kelompok yang
mempunyai pengaruh tidak langsung disebut kelompok sekunder (secondary
groupsi) (Kotler dan Keller, 2006). Kelompok utama seperti keluarga, teman, dan
rekan kerja yang proses interaksinya secara informal dan berlanjut. Kelompok
sekunder seperti kelompok agama, profesional/formal, dan kelompok asosiasi
perdagangan yang proses interaksinya cenderung lebih formal dan kurang
berlanjut.
d. Faktor Peran dalam Keluarga
Secara tradisional, keluarga dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih
orang yang memiliki hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal
bersama-sama. Dalam arti yang lebih dinamis, individu-individu yang membentuk
keluarga adalah anggota-anggota dari kelompok sosial yang paling mendasar yang
hidup bersama-sama dan berinteraksi untuk saling memuaskan kebutuhan pribadi
masing-masing (Schiffman dan Kanuk, 2007). Keluarga terdiri dari keluarga inti
dan keluarga besar.

e. Faktor Persepsi Stimuli Pemasaran
10

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk
memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan
masuk akal mengenai dunia (Schiffman dan Kanuk, 2007). Persepsi sebagai
proses dapat dijelaskan sebagai bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita.
Dua individu mungkin menerima stimuli yang sama dalam kondisi nyata yang
sama, tetapi bagaimana setiap orang mengenal, memilih, mengatur, dan
menafsirkannya merupakan proses yang sangat individual berdasarkan kebutuhan,
nilai-nilai dan harapan setiap orang itu sendiri. Dengan demikian, untuk mengukur
persepsi yang dimiliki oleh konsumen, kita dapat mengamati nilai yang dirasakan
(perceived value) oleh konsumen atas stimuli pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan.
Persepsi terhadap nilai yang ditawarkan bank syariah, yaitu: 1)Persepsi
terhadap nilai produk. 2) Persepsi terhadap nilai harga. 3) Persepsi terhadap nilai
pelayanan. 4) Persepsi terhadap image/citra usaha. 5) Persepsi terhadap nilai
lokasi, misalnya dekat dengan pasar, dekat dengan perumahan, dekat dengan
tenaga kerja (baik jumlah dan kualitas), tersedia fasilitas pengangkutan, seperti
jalan raya, tersedia sarana dan prasarana, seperti listrik dan telpon; dan sikap
masyarakat. ATM (automatic teller machine) merupakan salah satu bukti fisik
yang dapat meningkatkan kepuasan nasabah. Oleh karena itu, penempatan ATM
pada suatu lokasi perlu dipertimbangkan dengan matang. 6) Persepsi terhadap
nilai promosi.
f. Faktor proses keputusan nasabah
Tindakan pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yaitu
(1) pengenalan kebutuhan, (2) penelitian sebelum membeli, dan (3) penilain
berbagai alternatif (Schiffman dan Kanuk, 2007).
Pada perbankan syariah, keputusan pembelian lebih tepat diistilahkan
sebagai keputusan nasabah dalam menggunakan produk bank syariah. Jika produk
yang dimaksud berupa produk penghimpunan dana, maka keputusan tersebut
berupa keputusan nasabah dalam penghimpunan dana bank syariah. Faktor proses
keputusan pembelian pada akhirnya mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen terhadap suatu produk. Hal ini berarti bahwa pada perbankan syariah,
proses keputusan nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah
mempengaruhi keputusan nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah.
g. Keputusan Nasabah dalam Penghimpunan Dana pada Bank Syariah
Keputusan pembelian meliputi lima sub-keputusan, yaitu merek, dealer,
kuantitas, waktu, dan metode pembayaran (Kotler dan Keller, 2006). Demikian
pula dengan keputusan nasabah dalam penghimpuanan dana pada bank syariah
dilakukan dengan melibatkan beberapa keputusan yang relevan. Keputusan
pertama adalah pemilihan produk simpanan. Bentuk produk (merek)
penghimpunan dana pada perbankan syariah, yaitu giro wadiah, tabungan wadiah,
tabungan mudharabah, deposito mudharabah mutlaqah, dan deposito
mudharabah muqayyadah (Karim, 2006; Antonio, 2001).
Keputusan nasabah dalam penghimpuanan dana pada bank syariah juga
melibatkan pemilihan nominal saldo simpanan (kuantitas), seperti untuk giro Rp1
juta s.d. Rp50 juta; di atas Rp50 juta s.d. Rp100 juta; atau di atas Rp100 juta
(Karim, 2006: 293). Setelah itu, keputusan nasabah dalam penghimpunan dana
pada bank syariah juga melibatkan pemilihan jangka waktu simpanan, seperti
pada produk deposito mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah
dengan pilihan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan (Karim, 2006).
11

2.5 Hipotesis
Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah, hipotesis yang
peneliti ajukan sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan langsung yang signifikan antara faktor syariah, kelas
sosial nasabah, kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi
stimuli pemasaran secara parsial terhadap proses informasi keputusan
nasabah pada bank syariah di Kota Makassar.
b. Terdapat hubungan langsung yang signifikan antara faktor syariah, kelas
sosial nasabah, kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi
stimuli pemasaran secara simultan terhadap proses informasi keputusan
nasabah pada bank syariah di Kota Makassar.
c. Ada pengaruh tidak langsung secara signifikan faktor syariah, kelas sosial
nasabah, kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi
stimuli pemasaran terhadap keputusan nasabah melalui variabel proses
informasi keputusan nasabah.

III. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini
menggunakan pola explanasi (Explanatory Research) adalah penelitian yang
bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2010). Dengan
demikian penelitian ini akan memberikan penjelasan antara variabel faktor syariah
(X1), kelas sosial nasabah (X2), kelompok referensi (X3), peran dalam keluarga
(X4), faktor persepsi stimuli pemasaran (X5), proses keputusan nasabah (X6) dan
keputusan nasabah (Y).
3.2 Populasi dan Teknik sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh nasabah tabungan (wadiah dan
mudharabah) dan deposito (mudharabah mutlaqah) individual yang beragama
Islam (muslim) pada bank syariah di Kota Makassar. Perbankan syariah yang
dimaksud, yaitu nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM), BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Danamon Syariah, dan BTN Syariah,
Bank Mega Syariah, Bank SulSel Syariah dan Bank Permata Syariah. Alasan
pemilihan kedelapan bank tersebut karena relatif sudah beberapa tahun beroperasi
di Kota Makassar.
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka jumlah sampel pada
penelitian ini ditetapkan sebanyak 106 sampel (responden). Peneliti melakukan
distribusi sampel/responden tersebut dengan menggunakan convenience sampling
(pengambilan sampel secara nyaman), yang dilakukan dengan memilih sampel
bebas sekehendak perisetnya (Hartono, 2004: 79). Penulis memilih convenience
sampling berdasarkan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa beberapa
bank syariah tidak memberikan ijin kepada peneliti untuk menyebarkan kuesioner
di kantor bank syariah tersebut.
Pengambilan data melalui kuesioner dilakukan dengan cara meminta
kesediaan nasabah untuk mengisi kuesioner yang secara kebetulan ditemui
dan/atau datang ke bank untuk melakukan transaksi. Dengan kondisi seperti ini,
maka teknik sampling yang digunakan adalah sampling insidental (incidental
sampling). Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan (insidental), yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti
12

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang perlu orang yang kebetulan
ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2006).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat sefl-administered survey, yaitu metoda pengumpulan
data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden
individu (Hartono, 2004). Oleh karena itu, penulis akan mengumpulkan data
dengan menggunakan teknik survei dengan tujuan untuk mendapatkan data opini
individu setiap nasabah individual produk penghimpunan dana bank syariah di
Kota Makassar. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Kuesioner ini akan disebarkan kepada setiap nasabah yang secara kebetulan
melakukan urusan di perbankan syariah pada kurun waktu tertentu.
3.4 Metode Analisis
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengujian hipotesis (hypothesis
testing) untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hipotesis tersebut memuat beberapa variabel, yaitu variabel exogenous/anteseden
dan variabel endogenous. Variabel exogenous yaitu faktor syariah, faktor kelas
sosial nasabah, faktor kelompok referensi, faktor peran dalam keluarga, dan faktor
persepsi nilai. Variabel endogenous, yaitu faktor proses keputusan nasabah dan
keputusan nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah.
Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur (Path Analysis).
Menurut Ghozali (2005) untuk menguji pengaruh variabel intervening, maka
digunakan metode analisis jalur. Analisis jalur merupakan perluasan analisis
regresi linear berganda untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model
casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2005).
Pemilihan alat analisis ini karena terdapatnya variabel intervening, yaitu faktor
proses keputusan nasabah. Data yang telah terkumpul melalui kuesioner,
selanjutnya akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan alat bantu komputer
melalui program Statistic Package Social Science (SPSS) 14 for windows.
3.5 Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Purbayu BS dan Ashari (2005) menerangkan bahwa validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (instrumen) itu mengukur apa
yang ingin diukur. Kuesioner penelitian ini terbentuk dari tiga konsep teoritis.
Konsep-konsep tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi, kemahiran
komputer, penggunaan komputer dan kemampuan user. Sebuah konsep tersusun
dari beberapa komponen atau variabel. Bila pada uji validitas instrumen
ditemukan sebuah komponen yang tidak valid, dapat dikatakan bahwa komponen
tersebut tidak konsisten dengan komponen-komponen yang lain untuk mendukung
sebuah konsep. Uji validitas dapat juga dilakukan dengan melakukan dengan
mencari korelasi bivariate antara masing-masing indikator dengan total skor
konstruknya (Ghozali, 2005).
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur
dalam mengukur gejala yang sama (Purbaya BS dan Ashari, 2005). Bila suatu alat
pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.
13

Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama.
Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menghasilkan Crombach Alpha ()
yang telah dibakukan (standardized item alpha) dan nilai alpha ini harus lebih
besar dari reliabilitas yang diijinkan. Menurut Ghozali (2005) bahwa suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Crombach Alpha
> 0,60.
3.6 Uji Asumsi Klasik
Beberapa uji asumsi klasik yang digunakan antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan yang menggambarkan adanya
hubungan linear di antara variabel X (independen). Untuk mengetahui ada atau
tidaknya multikolinier dapat dideteksi dengan: a) Koefisien determinasi (R
2
). Jika
R
2
sangat tinggi (misalnya antara 0,7 -1) dan tidak satupun koefisien regresi yang
signifikan maka secara statistik ini berarti terjadi gejala multikolinier (Ghozali,
2005). b) Melihat nilai Variance Inflating Factor (VIF),bila nilai VIF disekitar
angka 1 maka tidak terjadi gejala multikolinier atau dengan melihat nilai koefisien
korelasi antara variabel independen, bila nilai koefisien korelasi > (0,05) maka
terjadi multikolinier dan sebaliknya (Ghozali, 2005).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi anatara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya gejala autokorelasi pada model persamaan yang diajukan dalam
penelitian ini digunakan angka Durbin-Watson (d). Adanya gejala autokorelasi
dapat diketahui dengan membandingkan nilai tabel Durbin-Watson dengan nilai
Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil pengolahan data (Ghozali, 2005).
3.7 Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah keputusan
nasabah dalam penghimpuan dana pada bank syariah dengan variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) sebagai berikut:
a. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel terikat (dependent variable), yaitu faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proses keputusan nasabah pada
bank syariah
b. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi,
yaitu keputusan nasabah dalam penghimpuan dana pada bank syariah
c. Variabel intervening (intervening variable) merupakan variabel yang
menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat, yaitu proses keputusan
nasabah

3.8 Penentuan Skor
Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengukuran dan pemberian skor
dengan menggunakan Skala Likert. Ada beberapa item pernyataan yang
digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah
menyimpan dana pada bank syariah. Lima skala likert digunakan untuk
14

menyatakan prilaku, pendapat responden tentang item-item kueisioner. Skor skala
dibuat dengan skala 1 sampai 5 kriteria secara positif dan negatif, yaitu: a) Sangat
Setuju (SS) skor 5; b) Setuju (S) skor 4; c) Netral (N) skor 3; d) Tidak Setuju
(TS) dengan 2; e) Sangat Tidak Setuju (STS) dengan 1
3.9 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini disusun dengan kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model Kerangka Pikir: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Penggunaan Produk Penghimpunan Dana
Perbankan Syariah




Gambar 3.1 menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan variabel
exogenous/anteseden dan variabel endogenous. Variabel exogenous yaitu faktor
syariah, faktor kelas sosial nasabah, faktor kelompok referensi, faktor peran dalam
keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran. Variabel endogenous, yaitu
faktor proses keputusan nasabah dan keputusan nasabah dalam penghimpunan
dana pada bank syariah. Faktor proses keputusan nasabah merupakan variabel
intervening dalam penelitian ini, artinya variabel yang mempengaruhi secara tidak
langsung variabel dependennya. Sehingga, variabel ini dapat memperkuat dan
melemahkan pengaruh prediktor terhadap variabel dependennya. Wahana
Komputer(2005).
IV. Hasil dan Pembahasan
4. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam uji validitas koefisien koreasi dari semua butir pertanyaan dengan
skor masing-masing pertanyaan adalah signifikan secara statistik. Untuk melihat
hasil uji validitas, dapat dilihat dari tampilan correlations pada output SPSS,
tampilan correlations menunjukkan bahwa korelasi masing-masing indikator
terhadap total konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
Faktor Kelas
Sosial
Nasabah
Faktor
Kelompok
Referensi
Faktor
Peran dalam
Keluarga
Faktor Persepsi
Stimuli
Pemasaran
Keputusan
Nasabah
Faktor Proses
Keputusan
Nasabah
Faktor
Syariah
15

Setelah dilakukan uji validitas, maka selanjutnya dilakukan uji realibilitas
untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di
lain kesempatan. Dalam penelitian ini, kuesioner mengukur keputusan nasabah,
maka hasil kuesioner tersebut akan sama jika digunakan untuk mengukur
keputusan nasabah pada penelitian lain. Output SPSS memberikan fasilitas untuk
mengukur realibilitas dengan uji statistic Crombach Alpha Rekapitulasi
perhitungan statistic Crombach Alpha menunjukkan bahwa semua konstruk dari
keenam variabel memiliki Crombach Alpha > 0,60. Dengan demikian semua
variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah realibel.
4.2 Hasil Analisis Statistik
Supaya model regresi linier menunjukkan hubungan yang valid atau tidak
bias, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik terhadap model yang diajukan.
Asumsi klasik yang digunakan adalah Autokorelasi dan Multikolinieritas.
a. Uji Autokorelasi
Korelasi serial (autokorelasi) diantara disturbance term (e) hasil-hasil
estimasi suatu model regresi dapat diuji dengan menggunakan Durbin-Watson
Statistic. Prosedur pengujian autokorelasi dengan melihat nilai Durbin-Watson
dilakukan dengan melihat tabel D-W pada hasil analisis. Hasil output SPSS
menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,484. hal ini berarti model di atas
tidak terdapat masalah autokorelasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada model
regresi yang diajukan tidak terdapat gejala autokorelasi.
b. Uji Multikolinieritas
Dalam penelitian ini pendeteksian gejala multikolinieritas dilakukan
dengan menggunakan uji variance inflation factor (VIF). Bila nilai VIF lebih
kecil dari 5 maka tidak terjadi multikoliniearitas atau non multikoliniearitas.
Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai VIF dari semua variabel
independen lebih kecil dari 5. Hal ini berarti bahwa dalam model penelitian ini
dapat disimpulkan tidak terjadi multikoliniertias antar variabel independen atau
tidak saling berhubungan.
4.3 Analisis Deskriptif
Pengujian secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
mengenai data pada setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa pola data yang digunakan pada
setiap variabel mengindikasikan adanya gejala normal. Hasil pengolahan data
untuk analisis deskriptif ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12 Hasil pengujian secara deskriptif variabel penelitian tahun 2010
Variabel Jumlah
Indikator
Mean Standar Deviasi
Syariah 5 19,7547 2,76650
Sosial 5 19,717 2,97531
Kelompok Referensi 6 22,7547 3,61955
Peran dalam Keluarga 6 22,0189 4,07310
Stimuli Pemasaran 11 46,1321 5,44772
Proses informasi Keputusan 6 22,6981 4,45329
Keputusan Nasabah 6 23,4340 2,89834
Sumber: Data diolah, 2010
16

Berdasarkan Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa nilai mean (rata-rata) dan
standar deviasi dari variabel-variabel yang digunakan menunjukkan adanya gejala
normal. Artinya data dari masing-masing variabel tidak menunjukkan adanya data
yang menyimpang (outlier).
4.4 Analisis Inferensi
Teknik statistik inferensial berhubungan dengan pengolahan statistik
sehingga dengan menggunakan hasil analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan
atas karakteristik populasi. Dalam menggunakan metode analisis jalur, langkah
pertama adalah dengan melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
intervening dengan menggunakan regresi berganda.
Hasil perhitungan pengaruh variabel independen terhadap variabel
intervening ditunjukkan seperti pada tabel 4.12.
Tabel 4.13 Pengaruh faktor syariah (X1), faktor kelas sosial nasabah (X2),
faktor kelompok referensi (X3), faktor peran dalam keluarga
(X4), dan faktor persepsi nilai (X5) terhadap proses keputusan
nasabah (X6).
Uraian Nilai Koefisien Arah Pengaruh
Konstanta -11,266
Syariah 0,371 Positif
Kelas sosial nasabah 0,272 Positif
Kelompok referensi 0,305 Positif
Peran dalam keluarga 0,384 Positif
Persepsi nilai 0,127 Positif
Koefisien Determinasi (R
2
) = 0,663
Sumber: Data diolah, 2010
Nilai koefisien determinasi (R
2
) sebesar 0,663 menunjukkan besarnya
pengaruh faktor syariah (X1), faktor kelas sosial nasabah (X2), faktor kelompok
referensi (X3), faktor peran dalam keluarga (X4), dan faktor persepsi nilai (X5)
66,3%. Ini berarti 66,3% variasi variabel proses keputusan nasabah dapat
dijelaskan oleh variabel pengaruh faktor syariah , faktor kelas sosial nasabah,
faktor kelompok referensi , faktor peran dalam keluarga , dan faktor persepsi nilai.
Sedangkan 33,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam
model penelitian ini.
Tahap selanjutnya, membangun persamaan struktural dari model analisis
jalur dengan melihat berapa variabel independen , variabel intervening, dan
variabel dependen. Dalam penelitian ini, terdapat lima variabel independen yang
berpengaruh pada satu variabel intervening dan selanjutnya mempengaruhi
independen variabel. Dengan demikian, terdapat dua persamaan struktural yang
dapat dibentuk, yaitu:
X6 = X
6
X
1
+ X
6
X
2
+ X
6
X
3
+ X
6
X
4
+ X
6
X
5
+
1
....... Substruktural 1
Y = YX
1
+ YX
2
+ YX
3
+ Y
6
X
4
+ YX
5
+
2
....... Substruktural 2
Persamaan struktrual tersebut digunakan untuk menjelaskan apakah faktor
syariah (X1), faktor kelas sosial nasabah (X2), faktor kelompok referensi (X3),
faktor peran dalam keluarga (X4), dan faktor persepsi nilai (X5) berpengaruh
langsung pada keputusan nasabah (X7) ataukah pengaruh tidak langsung melalui
faktor proses informasi keputusan (X6).
17

Untuk menjelaskan pengaruh antarvariabel tersebut digunakan
Standardized Coefficient Beta melalui fasilitas softwear SPSS (lampiran 1).
Ringkasan hasil estimasi parameter model ditunjukkan dalam tabel 4.14 berikut
ini:
Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model
Model Koefisien
Jalur
t p R
2

Substruktural 1 (X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, dan X
5
ke X
6
)
X
1
0,230 3,394 0,001
0,663
X
2
0,181 2,413 0,018
X
3
0,248 3,310 0,001
X
4
0,351 5,531 0,000
X
5
0,156 2,421 0,017
Substruktural 2 (X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, X
5
dan X
6
ke Y)
X
1
0,147 1,334 0,185
0,208
X
2
0,091 0,795 0,449
X
3
0,104 0,852 0,396
X
4
-0,210 -1,875 0,064
X
5
0,147 1,441 0,153
X
6
0,179 1,164 0,247
Sumber: Data diolah, 2010
Tabel 4.14 menggambarkan bahwa pada substruktural 1 terlihat bahwa
koefisien jalur untuk X1, X2, X3, X4, dan X5 adalah 0,230, 0,181, 0,248, 0,351,
dan 0,156, sehingga model persamaan jalurnya, yaitu X6 = 0,230X
1
+ 0,181X
2
+
0,248X
3
+ 0,351X
4
+ 0,156X
5
+
1
. Berdasarkan model persamaan tersebut , maka
dapat dijelaskan bahwa secara simultan faktor syariah (X1), faktor kelas sosial
nasabah (X2), faktor kelompok referensi (X3), faktor peran dalam keluarga (X4),
dan faktor stimuli pemasaran (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
proses informasi keputusan (X6). Besaranya pengaruh simultan adalah 0,663 atau
66% merupakan kontribusi dari variabel faktor syariah, kelas sosial nasabah,
kelompok referensi, peran dalam keluarga , dan stimuli pemasaran terhadap
variabel proses informasi keputusan. Sedangkan sisanya 34% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar model.
Secara parsial faktor syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
proses informasi keputusan sebesar 0,230 atau 23%. Dengan demikian, tinggi
rendahnya proses informasi keputusan dipengaruhi oleh faktor syariah sebesar
23% dan sisanya 77% dijelaskan faktor lain di luar model.
Secara parsial faktor sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
proses informasi keputusan sebesar 0,181 atau 18%. Dengan demikian, tinggi
rendahnya proses informasi keputusan dipengaruhi oleh faktor sosial sebesar 18%
dan sisanya 82% dijelaskan faktor lain di luar model.
Secara parsial faktor kelompok referensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap proses informasi keputusan sebesar 0,248 atau 25%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya proses informasi keputusan dipengaruhi oleh factor
kelompok referensi sebesar 25% dan sisanya 75% dijelaskan factor lain di luar
model.
18

Secara parsial faktor peran dalam keluarga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap proses informasi keputusan sebesar 0,351 atau 35%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya proses informasi keputusan dipengaruhi oleh factor
peran dalam keluarga sebesar 35% dan sisanya 65% dijelaskan factor lain di luar
model.
Secara parsial faktor stimuli pemasaran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap proses informasi keputusan sebesar 0,156 atau 16%. Dengan demikian,
tinggi rendahnya proses informasi keputusan dipengaruhi oleh factor proses
informasi keputusan sebesar 16% dan sisanya 84% dijelaskan factor lain di luar
model.
Selanjutnya, pada substruktural 2 terlihat bahwa koefisien jalur untuk X1,
X2, X3, X4, X5, dan X6 adalah 0,147, 0,091, 0,104, -0,210, 0,147, dan 0,179.
Degan demikian model persamaan jalurnya, yaitu Y = 0,147X
1
+ 0,091X
2
+
0,104X
3
- 0,210X
4
+ 0,147X
5
+0,179X
6

1
. Berdasarkan model persamaan
tersebut , maka dapat dijelaskan bahwa secara simultan faktor syariah (X1),
faktor kelas sosial nasabah (X2), faktor kelompok referensi (X3), faktor peran
dalam keluarga (X4), dan faktor stimuli pemasaran (X5) berpengaruh positif, dan
proses informasi keputusan (X6) berpengaruh positif dan tidak signifikan.
Besarnya pengaruh simultan adalah 0,208 atau 21% merupakan kontribusi dari
variabel faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok referensi, peran dalam
keluarga, stimuli pemasaran dan variabel proses informasi keputusan terhadap
keputusan nasabah. Sedangkan sisanya 79% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model. Secara parsial, keenam variabel tersebut yang ditempatkan sebagai
prediktor, seluruhnya memiliki nilai signifikansi > 0,05, sehingga dapat dikatakan
seluruh prediktor secara parsial berpengaruh tidak signifikan.
Secara langsung faktor syariah berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap keputusan nasabah sebesar 0,147 atau 15%. Dengan demikian, tinggi
rendahnya keputusan nasabah dipengaruhi oleh faktor syariah sebesar 15% dan
sisanya 85% dijelaskan faktor lain di luar model.
Secara langsung faktor sosial berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap keputusan nasabah sebesar 0,091 atau 9%. Dengan demikian, tinggi
rendahnya keputusan nasabah dipengaruhi oleh faktor syariah sebesar 9% dan
sisanya 91% dijelaskan faktor lain di luar model.
Secara langsung faktor kelompok referensi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap keputusan nasabah sebesar 0,104 atau 10%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya keputusan nasabah dipengaruhi oleh faktor kelompok
referensi sebesar 10% dan sisanya 90% dijelaskan faktor lain di luar model.
Secara langsung faktor peran dalam keluarga berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap keputusan nasabah sebesar -0,210 atau 0%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya keputusan nasabah tidak dipengaruhi oleh faktor
peran dalam keluarga.
Secara langsung faktor stimuli pemasaran berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap proses keputusan nasabah sebesar 0,147 atau 15%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya keputusan nasabah dipengaruhi oleh faktor stimuli
pemasaran sebesar 15% dan sisanya 85% dijelaskan faktor lain di luar model.
Secara langsung faktor proses keputusan nasabah berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap keputusan nasabah sebesar 0,179 atau 18%. Dengan
demikian, tinggi rendahnya keputusan nasabah dipengaruhi oleh faktor syariah
sebesar 18% dan sisanya 82% dijelaskan faktor lain di luar model.
19

4.5 Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan teknik analisis statistik regresi
sederhana yang distandarisir dan dengan menggunakan analisis jalur (path
analysis), dari hasil pengolahan data dengan program SPSS for Windows versi 14
yang akan dipaparkan melalui tabel-tabel signifikansi path berikut penjelasan
sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan.
Pengujian hipotesis dilakukan baik secara parsial maupun secara simultan.
Pengujian secara parsial dilakukan dengan mengunakan Uji-t dan pengujian
secara simultan dilakukan dengan menggunakan Uji-F pada tingkat kepercayaan
sebesar 95% ( = 5%).
a. Pengujian Hipotesis 1
Setelah dilakukan pengujian, ditemukan bahwa terdapat hubungan
langsung yang signifikan antara faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok
referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran secara
parsial terhadap proses informasi keputusan nasabah.
Setelah dilakukan pengujian melalui analisis jalur, terbukti bahwa secara
parsial variabel syariah (X1) memberikan pengaruh langsung yang signifikan
terhadap proses informasi keputusan nasabah (X6) dimana signifikansi t
mempunyai nilai 0,001 < 0.05. besarnya pengaruh ditunjukkan nilai koefisien
jalur atau standardized coeficient beta, yaitu 0,230 (tabel 4.14). Dengan
demikian, tinggi rendahnya proses informasi keputusan dipengaruhi oleh faktor
syariah sebesar 23% dan sisanya 77% dijelaskan faktor lain di luar model. Sama
halnya dengan variabel sosial (X2), variabel kelompok referensi (X3),
variabel peran dalam keluarga (X4), dan variabel stimuli pemasaran (X5)
terhadap proses informasi keputusan nasabah (X6), juga berpengaruh langsung
secara siginifikan. Besarnya pengaruh masing-masing variabel tersebut
terhadap proses keputusan nasabah (X6), yaitu 0,230 (23%), 0,181 (18%),
0,248 (25%), 0,351 (35%), 0,156 (16%). Variabel peran dalam keluarga (X4)
memiliki pengaruh yang terbesar dibandingkan dengan variabel lainnya.
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis 1 yang diajukan diterima.
b. Pengujian Hipotesis 2
Setelah dilakukan pengujian, ditemukan bahwa terdapat hubungan
langsung yang signifikan antara faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok
referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran secara
simultan terhadap proses informasi keputusan nasabah.
Hasil output SPSS yang ditunjukkan tabel ANOVA (lampiran 1) diketahui
bahwa nilai F statistik sebesar 39,423 dan signifikan pada taraf nyata 5% karena
nilai signifikan F test menunjukkan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa secara
simultan, faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok referensi, peran dalam
keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran berpengaruh langsung terhadap
proses informasi keputusan nasabah. Secara bersama, kelima variabel tersebut
mampu menjelaskan variabel proses informasi keputusan nasabah sebesar 66%
(nilai R square) dan sisanya sekitar 33% dijelaskan faktor lain di luar model.
Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis 1 yang diajukan diterima.
c. Pengujian Hipotesis 3
Setelah dilakukan pengujian, ditemukan bahwa ada pengaruh tidak
langsung secara signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok
20

referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran terhadap
keputusan nasabah melalui variabel proses informasi keputusan nasabah.
Setelah dilakukan pengujian melalui analisis jalur (path analysis), terlihat
bahwa hipotesis 3 dapat ditolak, karena pengaruh tidak langsung antara faktor
syariah (X1) terhadap keputusan nasabah (Y) memberikan pengaruh yang tidak
signifikan, dimana signifikansi t > 0,05. Namun demikian, Pengaruh tidak
langsung antara faktor syariah (X1) terhadap keputusan nasabah (Y) melalui
proses informasi keputusan nasabah (X6) bisa dihitung. Hal tersebut diperkuat
oleh pendapat Yamin, S dan Heri K (2009) yang menyatakan bahwa jika variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel intervening, maka
pengaruh tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen melalui
variabel intervening dapat dihitung. Dengan demikian besarnya pengaruh tidak
langsung X1 terhadap Y melalui X6, yaitu sebesar = 0,230 x 0,179 = 0,041,
sehingga pengaruh total faktor syariah (X1) terhadap keputusan nasabah (Y)
adalah 0,147 + 0,041 = 0,188. Demikian juga dengan variabel X2, X3, X4, dan
X5 berpengaruh tidak langsung secara tidak signifikan terhadap keputusan
nasabah (Y), dimana signifikansi t > 0,05.
Besarnya pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X6, yaitu
sebesar = 0,181 x 0,179 = 0,032 sehingga pengaruh total faktor sosial (X2)
terhadap keputusan nasabah (Y) adalah 0,091 + 0,032 = 0,123.
Besarnya pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y melalui X6, yaitu
sebesar = 0,248 x 0,179 = 0,044 sehingga pengaruh total faktor kelompok
referensi (X3) terhadap keputusan nasabah (Y) adalah 0,104 + 0,044 = 0,148.
Besarnya pengaruh tidak langsung X4 terhadap Y melalui X6, yaitu
sebesar = 0,351 x 0,179 = 0,063 sehingga pengaruh total faktor peran dalam
keluarga (X4) terhadap keputusan nasabah (Y) adalah -0,210 + 0,063 = 0,000.
Besarnya pengaruh tidak langsung X5 terhadap Y melalui X6, yaitu
sebesar = 0,156 x 0,179 = 0,028 sehingga pengaruh total faktor stimuli pemasaran
(X5) terhadap keputusan nasabah (Y) adalah 0,147 + 0,028 = 0,175.
Rekapitulasi pengaruh tidak langsung dan pengaruh total variabel X1, X2,
X3, X4, dan X5 terhadap Y ditampilkan dalam tabel 4.15
Tabel 4.15 Rekapitulasi Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total
Variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 terhadap Y
Variabel Pengaruh Tidak
Langsung
Pengaruh Total
X
1
0,041 0,188
X
2
0,032 0,123
X
3
0,044 0,148
X
4
0,063 0,000
X
5
0,028 0,175
Sumber: Data diolah, 2010
Tabel 4.15 tersebut memberikan gambaran bahwa faktor peran dalam
keluarga (X4) memberikan pengaruh tidak langsung paling besar, yaitu sebesar
0,063, akan tetapi secara total pengaruhnya terhadap keputusan nasabah tidak ada.
Di sisi lain, faktor syariah (X1) berpengaruh tidak langsung sebesar 0,041 dan
secara total memberikan pengaruh paling besar, yaitu 0,188 terhadap keputusan
nasabah.

21

4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
pembahasan dapat dijelaskan seperti berikut ini.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel
faktor syariah mempunyai pengaruh langsung yang signifikan terhadap faktor
informasi keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank syariah. Hasil
penelitian ini dapat dijelaskan bahwa secara umum masyarakat muslim
menyimpan dananya pada suatu bank syariah karena syariat agama islam,
misalnya, untuk mencapai ridha Allah, bank syariah memenuhi aturan halal
haram, praktek operasional bank syariah tidak bersumber dari bunga/riba. Hal ini
didukung pendapat Multitama (2006) yang mengatakan bahwa jika seseorang
tidak memerlukan hasil, ia dapat menginfakkan hasilnya, seperti menyimpan atau
meminjamkan kelebihan dana yang dimiliki melalui akad penitipan dan bagi hasil
dengan orang lain. Dengan memahami konsep yang dibangun Multitama tersebut,
dapat disimpulkan bahwa salah satu salah faktor yang mempengaruhi keputusan
seorang muslim untuk menyimpan dana adalah faktor syariah (Islam). Hasil
penelitian kerjasama Bank Indonesia dan IPB (2004) juga mengungkapkan
bahwa alasan utama responden dalam memilih bank syariah yang dominan adalah
kesesuaian dengan syariah agama. Selanjutnya, Penelitian Rivai (2007)
memberikan informasi tentang pertimbangan dominan responden di dalam
memilih jasa bank syariah, yaitu faktor keyakinan bahwa bunga bank
bertentangan dengan agama.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel
faktor sosial mempunyai pengaruh langsung yang signifikan terhadap faktor
informasi keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank syariah. Faktor
sosial yang dimaksud misalnya adanya kelebihan dana, sumber penghasilan,
pekerjaan, tingkat pendidikan serta lingkungan tempat tinggal. Wells dan Prensky
(1996) menyatakan bahwa kelas sosial mengacu pada posisi tertentu dalam
struktur sosial dan ekonomi suatu masyarakat, yang didasarkan pada kriteria
pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Konsep ini menunjukkan bahwa ada tiga
dimensi kelas sosial, yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat
pekerjaan. Hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa nasabah menyimpan
uangnya di bank syariah dipengaruhi oleh pendapatan yang dimiliki. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan LPM Universitas Hasanuddin
(2003: 187-191) menunjukkan bahwa salah faktor yang mempengaruhi
masyarakat dalam mempergunakan jasa bank syariah, yaitu pendidikan dan
penghasilan serta tingkat keuntungan. Dengan demikian, faktor dimensi sosial
sangat berpengaruh bagi nasabah dalam proses pengambilan keputusan dalam
kaitannya dengan pengembangan bank syariah.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel
kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung yang signifikan terhadap
faktor informasi keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank syariah.
Temuan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa informasi yang diberikan
oleh kelompok formal maupun non-formal tentang bank syariah berpengaruh
langsung pada informasi keputusan nasabah yang pada akhirnya mereka
menyimpan dananya pada bank syariah. Hal tersebut didukung Kotler dan Keller,
(2006) serta Schiffman dan Kanuk ( 2007) yang mengatakan bahwa prilaku
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk dipengaruhi
peran kelompok referensi. Hasil penelitian yang pernah dilakukan BI juga
22

menemukan bahwa kelompok referensi merupakan sumber informasi utama bagi
nasabah untuk berhubungan dengan bank syariah. Dengan demikian, keberadaan
kelompok referensi baik formal maupun informal sangat berperan dalam proses
keputusan nasabah dalam kaitannya dengan pengembangan bank syariah.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel
peran dalam keluarga mempunyai pengaruh signifikan terhadap faktor informasi
keputusan nasabah untuk menyimpan dana pada bank syariah. Faktor peran dalam
keluarga menyangkut bagaimana pengaruh seseorang dalam keluarganya.
Schiffman dan Kanuk (2007) mengatakan bahwa dalam proses pengambilan
keputusan dalam keluarga terdapat orang yang mempengaruhi para anggota
keluarga lainnya dalam memberikan informasi mengenai suatu produk atau jasa.
Selain itu, para anggota keluarga dengan wewenang untuk menentukan secara
sepihak atau bersama-sama untuk keputusan untuk berbelanja, membeli,
memakai, atau tidak lagi menggunakan produk atau jasa tertentu. Dengan
demikian, peran dalam keluarga sangat berperan dalam proses keputusan nasabah
dalam kaitannya dengan pengembangan bank syariah.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara bersama-sama
faktor syariah, sosial, kelompok referensi, stimuli pemasaran, proses keputusan
nasabah berpengaruh secara siginifikan terhadap keputusan nasabah. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Kotler dan Keller (2006) dan Schiffman dan Kanuk
(2007) mengemukakan bahwa bahwa terdapat beberapa faktor yang relevan dan
mempengaruhi perilaku nasabah bank syariah dalam menggunakan produk
penghimpunan dana bank syariah. Faktor-faktor tersebut berupa karakterisktik
konsumen atau lingkungan sosio-budaya (kebudayaan, kelompok referensi,
keluarga kelas sosial, dan status sosial), faktor persepsi konsumen atas stimuli
pemasaran, dan faktor proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan,
penyelidikan sebelum membeli, dan evaluasi alternatif). Namun demikian, secara
parsial, faktor-faktor berpengaruh tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa pada
perbankan syariah, proses keputusan nasabah dalam penghimpunan dana pada
bank syariah mempengaruhi keputusan nasabah dalam penghimpunan dana pada
bank syariah melalui pengintegrasian faktor syariah, sosial, kelompok referensi,
stimuli pemasaran melalui proses keputusan nasabah. Hal tersebut sesuai dengan
model yang diajukan peneliti yang mengacu pada hubungan sebab akibat (satu
arah) sebagaimana yang dapat dipahami dari model yang dikembangkan Kotler
dan Keller (2006). Model tersebut dapat dijelaskan bahwa ada hubungan sebab
akibat satu arah faktor syariah, sosial, kelompok referensi, stimuli pemasaran
yang langsung mempengaruhi proses keputusan nasabah, yang selanjutnya
mempengaruhi keputusan nasabah, misalnya bentuk produk (merek)
penghimpunan dana pada perbankan syariah, yaitu giro wadiah, tabungan wadiah,
tabungan mudharabah, deposito mudharabah mutlaqah, dan deposito
mudharabah muqayyadah (Karim, 2006: 107-111; Antonio, 2001: 155-157).
Keputusan nasabah dalam penghimpuanan dana pada bank syariah juga
melibatkan pemilihan nominal saldo simpanan (kuantitas). Setelah itu, keputusan
nasabah dalam penghimpunan dana pada bank syariah juga melibatkan pemilihan
jangka waktu simpanan, seperti pada produk deposito mudharabah mutlaqah dan
mudharabah muqayyadah dengan pilihan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
12 bulan (Karim, 2006: 305, 309).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung faktor
syariah, sosial, kelompok referensi, stimuli pemasaran terhadap keputusan
23

nasabah dalam menyimpan dananya pada bank syariah. Oleh karena itu, proses
keputusan nasabah sangat berpengaruh terhadap keputusan nasabah.
V. Simpulan
Merujuk pada temuan hasil penelitian, hasil analisis dan pembahasan,
maka dikemukakan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
a. Secara parsial pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat
hubungan langsung yang signifikan antara faktor syariah, kelas sosial
nasabah, kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi
stimuli pemasaran, baik secara parsial maupun secara simultan terhadap
proses informasi keputusan nasabah. Selanjutnya, ada pengaruh tidak
langsung secara signifikan faktor syariah, kelas sosial nasabah, kelompok
referensi, peran dalam keluarga, dan faktor persepsi stimuli pemasaran
terhadap keputusan nasabah melalui variabel proses informasi keputusan
nasabah.
b. Terdapat pengaruh tidak langsung secara tidak signifikan faktor syariah,
kelas sosial nasabah, kelompok referensi, peran dalam keluarga, dan faktor
persepsi stimuli pemasaran terhadap keputusan nasabah melalui variabel
proses informasi keputusan nasabah.






























24

DAFTAR PUSTAKA
Almossawi, M. 2001. Bank Selection Criteria Employed by College Student in
Bahrain. The International Journal of Bank Marketing; 19, 3; ABI/INFORM
Global, pg 115.
Antonio, M.S. .2001. Bank Syariah, dari Teori ke Praktik. Gema Insani, Jakarta.
Bank Indonesia dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Universitas Hasanuddin. 2003. Penelitian Potensi, Preferensi, dan Perilaku
Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Wilayah Sulawesi Selatan.. Bank
Indonesia, Makassar.
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah dalam www.bi.go.id (on line),
diakses 14 Maret 2010.
Bank Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. 2004. Penelitian Potensi,
Preferensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Wilayah
Kalimantan Selatan. Ringkasan Eksekutif Hasil Penelitian. Bank Indonesia,
Jakarta.
Bank Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. 2004a. Potensi, Preferensi, dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah; Studi Pada Wilayah Propinsi
Sumatera Selatan. Ringkasan Eksekutif Hasil Penelitian. Bank Indonesia,
Jakarta.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, S.S., Wiroso, dan Yusuf, M. 2005. Akuntansi Perbankan Syariah.
LPFE-Usakti, Jakarta Barat.
Hartono, J. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. BPFE, Yogyakarta.
Karim, A.A. 2006. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Kasmir. 2004. Pemasaran Bank. Kencana, Jakarta.
Kotler, P., dan Keller, K.L. 2006. Marketing Management. 12e. Pearson Prentice
Hall, New Jersey.
Multitama. 2006. Islamic Business Strategy for Enterpreneurship. Zikrum Hakim,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1992 Tentang Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.
Purbaya BS dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft excel dan
SPSS. Andi, Yogyakarta.
Rivai, H.A. 2007. Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam
Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional. Center for
Banking Research-Andalas University dan Bank Indonesia.
Schiffman, L.G. dan Kanuk, L.L. 2004. Consumer Behavior. 8
th
ed. Pearson
Educational International, New Jersey.
Schiffman, L.G. dan Kanuk, L.L. 2007. Perilaku Konsumen 7
th
ed. Terjemahan.
PT Indeks, Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.
________. 2010. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
25

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Wells, W.D. dan Prensky, D. 1996. Consumer Behavior. John Wiley & Sons, Inc.,
Canada.
Wibowo, E. dan Widodo, U.H. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah? Ghalia
Indonesia, Bogor.
Kompas, Di SulSel Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Maju Pesat (on line),
(http/www.kompas.com, diakses 14 Maret 2010).
Yamin, S dan Heri K. 2009. SPSS Complete: Teknik Analisis Statistik terlengkap
dengan Software SPSS. Salemba Infotek, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai