Anda di halaman 1dari 3

Perjuangan Seorang Ibu

Bau khas tanah yang terkena hujan langsung menyapa ku saat aku keluar dari
mobil, hujan rintik-rintik kecil cukup membasahi bajuku yang saat itu berwarna
hitam hingga membuat lingkaran kecil bekas tetes-tetes hujan itu tak terlalu
tampak. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. Hanya sedikit yang berubah
saat aku melihat bangunan di depanku ini. Coretan-coretan yang ku tulis waktu aku
masih kecil masih terdapat di salah satu sisi tembok bangunan rumah bercat hijau
ini. Bahkan, kursi kayu yang kubuat bersama ayah dulu masih tertata rapi di
beranda rumah bersama sebuah meja bundar kecil, tempat kami dulu biasa
berkumpul. Hanya saja, banyak sekali daun-daun yang mati berguguran berserakan
di lantai beranda ini dan debu-debu serta sarang laba-laba memenuhi sudut langit-
langit atas.
Brakkk terdengar suara sesuatu jatuh dari dalam rumah, aku langsung membuka
pintu dan ternyata hanya seekor kucing dan tikus-tikus kecil yang berkeliaran di
dalam rumah. ungguh berubah keadaan rumah saat ini dan ! tahun yang lalu saat
aku tinggalkan, kini rumah ini bak sebuah kapal pecah yang baru saja menghantam
sebuah karang besar, disana-sini barang-barang berserakan, patah-mematah,
bahkan hancur dimakan rayap. ayup-sayup terdengar suara istriku yang tengah
mengobrol dengan seseorang di luar, buru-buru aku melirik dari balik jendela dan
ternyata itu adalah mbah Hirjo tetanggaku dulu yang sampai sekarang masih
tinggal di sebuah gubuk kecil di dekat rumah ini. Aku menelanjangi seluruh bilik di
rumah ini, kalau-kalau masih ada benda yang yang utuh yang masih bisa disimpan.
"alu mataku tertuju pada sebuah kotak kecil di atas lemari tua berwarna coklat
dengan ukiran-ukiran bunga di setiap sisinya. Aneh mengapa sebelumya aku tak
pernah menemukan kotak ini. "angsung saja tanpa berpikir panjang aku membuka
kotak kecil itu, kutemukan sebuah #oto yang mengingatkan ku dengan semua masa
laluku.
$eristiwa itu terjadi pada tahun %&&'an, saat itu aku berumur sembilan belas tahun,
umur yang menurutku sudah cukup untuk menjadikanku tulang punggung bagi
keluargaku dan bertanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhan keluargaku
karena ayahku telah meninggal dan aku adalah anak laki-laki satu-satunya di
keluargaku. ore itu aku berencana untuk mencari ubi di kebun yang berjarak
sekitar satu kilometer dari rumahku. Aku mempersiapkan semua barang-barang
yang akan kubawa, ketika itu adik perempuanku memaksaku untuk mengajaknya
kak aku ikut yah( katanya sambil terengah-engah berlari
tidak usah, kau tinggal saja disini. )isana akan berbahaya nanti kau bisa tertusuk
ranting-ranting tajam
ayolah kak, satu kali saja katanya memelas
jangan, nanti jika kau ikut siapa yang akan menjaga ibu* kasihan ibu, kau tahu
sendiri kan ibu sedang sakit*
Akhirnya dia pun mengalah dan tetap tinggal di rumah sementara aku pergi untuk
mencari ubi untuk makan malam kami nanti. Aku memilih jalan di sebelah barat
rumah kami karena jika lewat jalan itu aku bisa sampai lebih cepat namun resikonya
lebih besar karena aku harus melewati jurang-jurang dengan lantai yang licin,
terlebih pada saat itu hujan baru saja meyerbu desa kecil kami. )itengah perjalanan
aku mendengar seseorang menjerit dari bawah, ketika kulihat ternyata ada seorang
laki-laki tua yang bergelantungan di tepi jurang, jari-jarinya hanya memegang
sebuah akar pohon, tanpa berpikir panjang aku langsung memberikan tanganku,
namun posisi kami terlampau jauh, alhasil tanganku tak sampai untuk menggapai
tangan laki-laki itu. +ak menyerah aku melepaskan bajuku dan meberikannya
kepada laki-laki itu, maksud hati agar tangan laki-laki itu bisa meraihnya. )an
ternyata usahaku tak sia-sia aku berhasil, aku langsung menarik laki-laki itu ke atas.
"aki-laki itu sangat berterima kasih kepadaku karena aku telah menyelamatkannya
dari maut, cuaca sedang sangat tidak bersahabat dan hujan pun kembali
mengguyur desa kami, akhirnya kami berlari untuk menemukan tempat berteduh.
,ami berdiam sebentar di sebuah rumah tak berpenghuni, rumah ini sangat pengap
dan hanya tedapat satu ruangan di dalamnya, di sudut ruangan tedapat barang-
barang tua yang telah terbungkus debu juga sisa-sisa piring bekas makan dengan
bau sisa makanan yang menyebar di seluruh ruangan dan membuat ruangan ini
semakin pengap. embari menunggu hujan reda, kami mengobrol sedikit mengenai
asal-usul kami. +ernyata laki-laki yang ku tolong tadi bernama -unawan, dia adalah
seorang pengusaha sukses dari .akarta, dia sedang mencari rumah keluargannya
disini namun sepertinya alamat yang dipegangnya itu salah dan membuat dia
tersesat hingga ke desa ku.
Hujan telah reda dan kami memutuskan untuk pulang, aku menunjukkan jalan
keluar dari desa kami kepada bapak -unawan agar dia bisa pulang dengan selamat
dan setelah itu dia memberikanku beberapa helai uang namun aku menolaknya,
aku selalu ingat dengan pesan ibu untuk selalu berbuat ikhlas. /alaupun terus
memaksa namun akhirnya laki-laki itu mengalah dan mengeluarkan sebuah kartu
nama dari dompetya
ada lowongan kerja di perusahaanku, jika kau membutuhkannya jangan sungkan-
sungkan untuk datang
)engan senang hati aku menerima tawaran itu, entah apa yang berada di pikiranku
namun meski pulang nanti aku tak membawa makanan sedikit pun tapi aku
membawa kabar bahagia yang bisa membuat ibu di rumah senang. +ak bisa
menunggu lama, aku berlari menuju rumahku, beberapa kali aku terjatuh hingga
luka karena jalan yang licin. 0amun itu tak menghentikan langkahku. Aku ingin
secepatnya memberi tahu ibu tentang kabar gembira ini.
1asa senang yang menggelegar di hati ini rasanya tak bisa ku pendam tatkala aku
menginjakkan kaki di rumahku ini. )an langsung saja ku hamburkan semua rasa
gembira ini kepada ibu dan adikku di rumah. 2ereka langsung memelukku dan
mendukungku untuk pergi ke .akarta untuk bekerja mencari uang.
Hari itu tiba, hari dimana aku pergi ke .akarta memulai pekerjaan baruku dan
meninggalkan ibu dan adikku di rumah. ebenarnya aku tak tega meninggalkan
mereka berdua, namun apa daya, kelak jika nanti aku telah sukses aku akan
membawa ibu dan adikku tinggal di .akarta. +inggal di istana megah yang selama
ini telah kami impi-impikan.
.arak kantor dan rumahku hanya sekitar 3 km saja, terkadang aku tak perlu
melambaikan tanganku untuk memanggil taksi, cukup dengan berjalan kaki saja tak
memakan waktu sampai % jam. ,adang-kadang aku pergi ke kantor bersama -aby
rekan kerjaku sekaligus sekretaris pribadinya $ak -unawan yang tempat tinggalnya
hanya berjarak dua blok dengan rumahku. 0amun hari demi hari kami semakin
dekat dan perasaan cinta itu mulai tumbuh di antara kami berdua. Hingga suatu
hari aku memutuskan untuk mengikat tali hubungan kami ke pelaminan yang
sebelumnya telah direstui oleh kedua orang tua kami. Aku mencoba menelpon
ibuku dan adikku untuk menyuruh mereka hadir di acara pernikahan kami, ibu
setuju untuk datang, namun ibu menolak tawaranku untuk mengongkosinya kesini
naik pesawat katannya biarlah mereka naik bus saja, takut nanti ibu mabuk di
pesawat dan merepotkan saja.
aat hari pernikahanku pada waktu itu, ibu duduk di kursi orang tua mempelai pria,
bersama pamanku yang hadir sebagai perwakilan dari ayah, ibu terlihat sangat
cantik dengan balutan kebaya hijau dan sanggul yang melingkar di rambutnya,
namun perlahan aku sadar itu bukanlah ibu, itu adalah bibiku 4 istri dari pamanku -.
0yatanya sampai sekarang aku masih belum rela mendengar kabar bahwa ibu telah
meninggal dunia dua bulan yang lalu sebelum pernikahanku karena sakit keras
yang dideritanya, namun yang aku yakin, disana ibu telah bahagia terlebih melihat
anaknya telah sukses dan menemukan cinta sejatinya.
ayup-sayup kudengar istriku sedang mengobrol di luar bersama seorang
perempuan, samar-samar kulihat wanita itu dari jauh, wajahnya bayang-bayang
karena air mata yang masih menggumpal di mata ini, ternyata itu adalah bik 2asni
istrinya mbah Hirjo. )ari jauh kulihat dia tersenyum kepadaku dan aku pun
membalas senyumannya.
Cerpen ,arangan5 6eranda Ayu ya7tri
6acebook5 http588#erandaasgoblog.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai