Anda di halaman 1dari 14

REGULASI KRTI 2014

ABSTRAK
Kompetisi UAV di Indonesia sudah diinisiasi dengan adanya penyelenggaraan Indonesian
Indoor Aerial Robot Contest (IIARC) yang merupakan kontes robot terbang pertama untuk
kategori indoor (dalam ruangan). Kontes ini telah diadakan setiap tahun di Institut Teknologi
Bandung mulai tahun 2008 hingga 2011. Pelaksana kontes adalah Program Studi Aeronotika
dan Astronotika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB bersama dengan mahasiswa
Program Studi Aeronotika dan Astronotika yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Teknik
Penerbangan (KMPN) ITB. Sejak dimulai pada tahun 2008, jumlah peserta terus meningkat.
Mulai dari hanya 15 tim pada tahun 2008, hingga mencapai 44 tim pada tahun 2010.
Dalam kontes ini, peserta ditantang untuk mendesain, membuat serta menerbangkan
sebuah pesawat. Tantangan yang diberikan mengharuskan peserta mendapatkan kompromi
antara geometri pesawat, konstruksi dan sistem elektronik yang diintegrasikan pada pesawat
terbang.
Kontes IIARC di ITB telah mendapat pengakuan dari Japan Society of Aeronautics and
Space Sciences (JSASS). Aturan yang digunakan mengadopsi aturan yang digunakan dalam
kontes yang sama yang diselenggarakan oleh University of Tokyo di Jepang. Pada tahun 2012
IIARC berubah menjadi Indonesia Aerial Robot Contest (IARC) yang dilaksanakan outdour.
Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti) dan Institut Teknologi
Bandung bekerjasama untuk melanjutkan serta mengembangkan konsep acara kompetisi robot
terbang ini ke skala yang lebih besar. KRTI 2013 terdiri dari kategori SMA, Perguruan Tinggi, dan
Umum
Di tahun 2013 kompetisi robot terbang ini akan ditingkatkan ke level nasional berupa
Kompetisi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau Kompetisi Pesawat Terbang tanpa Awak,
dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diharapkan peningkatan level
ini dapat memperluas cakupan peserta dilingkungan Perguruan Tinggi di Indonesia dan
meningkatkan kualitas kompetisi seperti kompetisi sejenis di luar negeri. Oleh sebab itu
dibentuklah KRTI (Kontes Robot Terbang Indonesia) dengan tujuan untuk mengengmbangkan
potensi pembuatan UAV di Indonesia.













A. JADWAL PENTING
Jadwal kegiatan KRTI-2014 adalah sebagai berikut:
- Pendaftaran
7 juli 2014
- Batas Penerimaan pendaftaran dan proposal
28 Juli 2014
- Pengumuman hasil seleksi Tahap I (hasil daftar calon peserta)
31 Juli 2014
- Penerimaan Laporan Kemajuan Tahap II (video, laporan, foto anggota team dan
wahananya)
5 September 2014
- Max Pengumpulan berkas tahap II
8 September 2014
- Pengumuman hasil seleksi Tahap II
12 September 2014
- Pelaksanaan Workshop (pengarahan teknis dan regulasi) (syarat status peserta)
16 september 2014
- Pelaksanaan KRTI
25 sd 28 September 2014

B. MISI

1. Kategori SMA atau Sederajat
Peserta menerbangkan wahana terbangnya untuk melakukan surveillance atau
pengintaian. Wahana terbang harus dapat melakukan pengambilan video/recording yang
datanya dapat dibaca kemudian (offline). Peserta akan diberikan pertanyaan dan diharuskan
menjawab berdasarkan video yang telah direkam sebelumnya. Data dapat digunakan apabila
peserta menyatakan diri telah selesai melakukan penerbangan baik dalam kondisi landing
maupun crash kepada Supervisor.

2. Kategori Perguruan Tinggi
Peserta diminta untuk menerbangkan wahana terbangnya untuk melakukan surveillance
sekaligus dropping. Wahana terbang harus dapat melakukan penerbangan secara
autonomous pada Area misi. Wahana terbang harus dapat melakukan pengambilan gambar
video serta tayangan langsung. Wahana harus dapat menjatuhkan 3 payloadnya tepat pada
dropping target yang berbeda. Payload akan disediakan oleh panitia. Kriteria payloadnya
akan segera diinformasikan. Masing-masing area target payload dropping berupa lingkaran
dengan radius 5 meter. Koordinat dropping target akan diberikan pada saat kontes. Prosedur
pelaksanaan misi akan diberikan pada bagian Operasi.

3. Kategori umum
Peserta diminta untuk menerbangkan wahana terbangnya untuk melakukan surveillance
sekaligus penentuan lokasi korban berupa Manekin berwarna Merah secara otomatis.
Wahana terbang harus dapat melakukan penerbangan secara autonomous pada Area misi.
Wahana terbang harus dapat melakukan pengambilan gambar video dan dapat ditampilkan
secara langsung (live feed). Peserta harus melakukan proses penentuan letak manekin
berwarna Merah pada area misi secara otomatis. Peserta hanya akan diberikan peta area
misi tanpa waypoint dari panitia. Peserta hanya diberikan empat titik poin yang berbentuk
segi empat sebagai batas area misi.

C. WAKTU PELAKSANAAN

Setiap ketegori memiliki waktu pelaksanaan misi yang disesuaikan dengan tingkat
kesulitan misi yang dijalani.

1.Kategori SMA (atau sederajat)
Waktu pelaksanaan misi yang disediakan untuk setiap tim peserta kategori SMA atau
sederajat adalah 30 menit. Waktu pelaksanaan misi mulai dihitung sejak peserta berada di Area
Operator dan panitia meniup peluit tanda waktu dimulai, kemudian dihentikan ketika peserta
tim menyatakan bahwa tim tersebut telah menyelesaikan misinya kepada station controller.

2. Kategori Perguruan Tinggi
Waktu pelaksanaan misi yang disediakan untuk setiap tim peserta kategori perguruan
tinggi adalah 30 menit. Waktu pelaksanaan misi mulai dihitung sejak peserta berada di Area
Operator dan panitia meniup peluit tanda waktu dimulai, kemudian dihentikan ketika peserta
tim melaporkan kepada station controller bahwa tim tersebut telah menyelesaikan misinya.

3. Kategori Umum
Waktu pelaksanaan misi yang disediakan untuk setiap tim peserta kategori umum
adalah 30 menit. Waktu pelaksanaan misi mulai dihitung sejak peserta berada di Area Operator
dan panitia meniup peluit tanda waktu dimulai, kemudian dihentikan ketika peserta tim
melaporkan kepada station controller bahwa tim tersebut telah menyelesaikan misinya.

D. ANGGOTA TIM

Kategori SMA (atau Sederajat)
Setiap anggota dari tim peserta kategori SMA (atau sederajat) adalah pelajar tingkat
sekolah menengah atas atau sederajat. Peserta diwajibkan menyertakan identitas yang
menjelaskan bahwa anggota tim berasal dari SMA yang sama. Identitas dapat berupa Kartu
Pelajar atau Surat keterangan dari pihak sekolah. Peserta tidak diperbolehkan terdaftar di lebih
dari satu tim. Jumlah peserta dalam satu tim tidak dibatasi, akan tetapi panitia hanya
menyediakan akomodasi dan konsumsi untuk 4 orang (sudah termasuk pembimbing).

Kategori Perguruan Tinggi
Setiap anggota dari tim peserta kategori perguruan tinggi adalah mahasiswa yang
terdaftar AKTIF di perguruan tinggi. Peserta diwajibkan menyertakan identitas yang
menjelaskan bahwa anggota tim berasal dari Perguruan Tinggi yang sama. Identitas dapat
berupa Kartu Tanda Mahasiswa atau Kartu Studi Mahasiswa. Peserta tidak diperbolehkan
terdaftar di lebih dari satu tim. Jumlah peserta dalam satu tim tidak dibatasi, akan tetapi panitia
hanya menyediakan akomodasi dan konsumsi untuk 4 orang (sudah termasuk pembimbing).

Kategori Umum
Peserta pada kategori umum dibebaskan dari kalangan mana saja. Setiap anggota dari tim
peserta kategori umum harus menyertakan identitas yang sah dan aktif. Peserta tidak
diperbolehkan terdaftar di lebih dari satu tim. Jumlah peserta dalam satu tim tidak dibatasi,
akan tetapi panitia hanya menyediakan akomodasi dan konsumsi untuk 4 orang (sudah
termasuk pembimbing).

E. PERATURAN UMUM

1. Peserta adalah Siswa aktif SMA atau sederajat, Mahasiswa aktif disuatu institusi, atau
Warga Negara Indonesia yang dibuktikan denganKartu Tanda Pelajar, Kartu Tanda
Mahasiswa, atau Kartu Tanda PendudukIndonesia.
2. Seluruh peserta dapat menghadiri kontes secara penuh yang berlangsung selama 4 hari
di Lanud Grati, Pasuruan, Jawa Timur.
3. Panitia hanya menanggung biaya akomodasi dan biaya konsumsi setiap tim maksimal 4
orang.
4. Wahana robot dan perlengkapan disiapkan oleh masing-masing peserta, disarankan
untuk membawa perlengkapan seperlunya (seperti obeng, tang,laptop, sparepart, kabel
rol, dsb).
5. Panitia tidak bertanggung jawab atas kerusakan robot sebelum, saat,dan sesudah
kontes.
6. Peserta harus menjaga kebersihan arena kontes.
7. Panitia tidak menjamin tidak adanya interferensi alam (seperti angin dan asap) terhadap
wahana yang sedang bertanding. Namun pelaksanaan kontes akan diundur apabila
sangat tidak memungkinkan untuk diteruskan (seperti hujan dan badai).
8. Dilarang keras berbicara kotor, memicu perkelahian, dan jikaterbukti melakukan, tim
tersebut akan dikenai sanksi.
9. Peserta tidak boleh melakukan modifikasi terhadap wahananya setelah proses validasi
singkat sebelum terbang.
10. Peserta tidak boleh melakukan kecurangan ketika melaksanakan misi dalam sesi kontes
terbang.
11. Peserta tidak boleh melakukan kecurangan yang dapat merugikan tim peserta lainnya.
12. Peserta tidak boleh melakukan penghinaan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pihak panitia dan/atau tim juri.
13. Peserta menggunakan pakaian bebas, sopan dan bersepatu.
14. Peserta menggunakan ID card peserta saat kontes berlangsung.
15. Peserta tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar di area kontes selama
perlombaan berlangsung kecuali dari wahana robotnya sendiri.
16. Setiap lembaga dapat mendaftarkan beberapa tim, namun Panitia KRTI2014 akan
menyeleksi dan hanya menerima maksimal 4 tim dari setiap lembaga.
17. Jumlah tim peserta yang dapat bertanding di hari kontes berjumlah total 40 tim dari
seluruh kategori yang ada.
18. Proses seleksi tim yang dapat bertanding akan dilakukan 2 kali,dan akan diberitahukan
lebih lengkap selanjutnya.
19. Panitia berhak merubah atau menambah peraturan dan informasi yang ada, dan harus
dipenuhi oleh peserta KRTI 2014. Perubahan dan penambahan akan diberitahukan
melalui email terdaftar setiap tim.
20. Panitia berhak merubah atau menambah regulasi yang ada sebelum hari pelaksanaan
kontes. Perubahan dan penambahan akan diberitahukan melalui email terdaftar setiap
tim.

F. AREA KONTES

Kontes akan dilaksanakan di areal Lanud Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Area kontes tersebut
akan dibagi menjadi Area Takeoff-Landing/Launch-Recovery, Area peserta dan Area Misi.
Area yang akan dijelaskan adalah
Area Takeoff-Landing/Launch-Recovery (TOLDG) adalah wilayah tempat wahana
terbang melakukan manuver lepas landas maupun mendarat. Pada area ini, terdapat
runway yang digunakan untuk melakukan manuver di atas.
Area misi adalah wilayah yang digunakan oleh wahana terbang untuk melaksanakan
misi sesuai dengan deskripsi yang diberikan.
Area operator (Ground Station) dan pilot terletak di dekat area takeoff-landing. Area
ini merupakan posisi peserta pada saat pelaksanaan misi.
Area penonton merupakan wilayah yang diperuntukan bagi pengunjung diluar panitia
maupun peserta.
Area standby peserta kontes merupakan wilayah tunggu bagi peserta kontes.

G. KONFIGURASI WAHANA

1. Kategori SMA (atau Sederajat)
Wahana yang akan digunakan oleh setiap peserta untuk mengikuti KRTI 2013 kategori
SMA (atau sederajat) harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Menggunakan konfigurasi fixed wing;
Bentang sayap tidak melebihi 250 cm;
Panjang keseluruhan wahana tidak melebihi 200 cm;
Massa keseluruhan wahana tidak melebihi 3.000 gram;
Menggunakan sistem propulsi berupa satu buah motor elektrik brushless;
Menggunakan sistem kendali radio (transmitter dan receiver) dengan frekuensi 2,4
GHz;
Tidak terdapat modifikasi (seperti menambah/mengurangi) terhadap komponen-
komponen elektronik utama (motor elektrik, electronic speed controller, baterai, dan
receiver);
Jika menggunakan modul komunikasi data wireless (untuk telemetri dan/atau
transmisi video), frekuensi yang diperbolehkan adalah selain 2,4 GHz;
Menggunakan propeller dari bahan nylon dan plastik. Atas pertimbangan keamanan
dan keselamatan, tidak diperbolehkan menggunakan propeller dari bahan logam atau
kayu, dan tidak diperbolehkan menggunakan propeller buatan sendiri. Propeller tidak
boleh dimodifikasi (seperti mengubah bentuk standar propeller);
Struktur atau airframe yang digunakan boleh menggunakan model airframe yang
sudah ada (dapat dibeli) atau menggunakan airframe buatan sendiri.

2. Kategori Perguruan Tinggi
Wahana yang digunakan oleh setiap peserta untuk mengikuti KRTI 2013 kategori
Perguruan Tinggi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Untuk konfigurasi Fixed Wing:
Bentang sayap tidak melebihi 250 cm;
Panjang keseluruhan wahana tidak melebihi 200 cm;
Massa keseluruhan (termasuk payload)wahana tidak melebihi 4.000 gram;
Menggunakan sistem propulsi berupa satu buah motor elektrik brushless;
Menggunakan sistem kendali radio (transmitter dan receiver) dengan
frekuensi 2,4 GHz;
Tidak terdapat modifikasi (seperti menambah, mengurangi, dan menyolder
part) terhadap komponen-komponen elektronik utama (motor elektrik,
electronic speed controller, baterai, dan receiver);
Jika menggunakan modul komunikasi data wireless (untuk telemetri dan/atau
transmisi video), frekuensi yang diperbolehkan adalah selain 2,4 GHz;
Menggunakan propeller dari bahan nylon atau plastik. Atas pertimbangan
keamanan dan keselamatan, tidak diperbolehkan menggunakan propeller dari
bahan logam atau kayu, dan tidak diperbolehkan menggunakan propeller
buatan sendiri. Propeller tidak boleh dimodifikasi (seperti mengubah bentuk
standar propeller);
Struktur atau airframe yang digunakan harus rakitan atau buatan sendiri,
bukan dari barang beli yang sudah jadi (baik menggunakannya tanpa atau
dengan modifikasi);
Memiliki sistem kendali otomatik (autonomous system), yang dapat
digunakan untuk melaksanakan misi diluar takeoff dan landing, diperbolehkan
jika wahana terbang dapat melakukan takeoff dan landing secara
autonomous;
Panitia akan menyediakan LCD dengan kabel HDMI, dan dapat digunakan oleh
peserta.

Untuk Konfigurasi Rotary Wing:
Ukuran diameter wahana tidak boleh melebihi 100 cm;
Massa keseluruhan (termasuk payload) wahana tidak melebihi 4.500 gram;
Menggunakan sistem propulsi berupa motor elektrik brushless;
Menggunakan sistem kendali radio (transmitter dan receiver) dengan
frekuensi 2,4 GHz;
Wajib menggunakan 4 buah propeller dengan 2 bilah;
Tidak terdapat modifikasi (seperti menambah, mengurangi, dan menyolder
part) terhadap komponen-komponen elektronik utama (motor elektrik,
electronic speed controller, baterai, dan receiver);
Jika menggunakan modul komunikasi data wireless (untuk telemetri dan/atau
transmisi video), frekuensi yang diperbolehkan adalah selain 2,4 GHz;
Menggunakan propeller dari bahan nylon atau plastik. Atas pertimbangan
keamanan dan keselamatan, tidak diperbolehkan menggunakan propeller dari
bahan logam atau kayu, dan tidak diperbolehkan menggunakan propeller
buatan sendiri. Propeller tidak boleh dimodifikasi (seperti mengubah bentuk
standar propeller);
Struktur atau airframe yang digunakan harus rakitan atau buatan sendiri,
bukan dari barang beli yang sudah jadi;
Memiliki sistem kendali otomatik (autonomous system), yang dapat
digunakan untuk melaksanakan misi diluar takeoff dan landing, diperbolehkan
jika wahana terbang dapat melakukan takeoff dan landing secara
autonomous;
Panitia akan menyediakan LCD dengan kabel HDMI, dan dapat digunakan oleh
peserta.

3. Kategori Umum
Wahana yang digunakan oleh setiap peserta untuk mengikuti KRTI 2013
kategoriUmumharus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Untuk konfigurasi Fixed Wing:
Bentang sayap tidak melebihi 250 cm;
Panjang keseluruhan wahana tidak melebihi 200 cm;
Massa keseluruhan (termasuk payload) wahana tidak melebihi 4000 gram;
Menggunakan sistem propulsi berupa satu buah motor elektrik brushless;
Menggunakan sistem kendali radio (transmitter dan receiver) dengan
frekuensi 2,4 GHz;
Tidak terdapat modifikasi (seperti menambah/mengurangi) terhadap
komponen-komponen elektronik utama (motor elektrik, electronic speed
controller, baterai, dan receiver);
Jika menggunakan modul komunikasi data wireless (untuk telemetri dan/atau
transmisi video), frekuensi yang diperbolehkan adalah selain 2,4 GHz;
Menggunakan propeller dari bahan nylon atau plastik. Atas pertimbangan
keamanan dan keselamatan, tidak diperbolehkan menggunakan propeller dari
bahan logam atau kayu, dan tidak diperbolehkan menggunakan propeller
buatan sendiri. Propeller tidak boleh dimodifikasi (seperti mengubah bentuk
standar propeller);
Struktur atau airframe yang digunakan harus rakitan atau buatan sendiri,
bukan dari barang beli yang sudah jadi;
Memiliki sistem kendali otomatik (autonomous system), yang dapat
digunakan untuk melaksanakan misi diluar takeoff dan landing, diperbolehkan
jika wahana terbang dapat melakukan takeoff dan landing secara
autonomous;
Panitia akan menyediakan LCD dengan kabel HDMI, dan dapat digunakan oleh
peserta.

Untuk Konfigurasi Rotary Wing:
Diameter wahana tidak melebihi 100 cm;
Massa keseluruhan (termasuk payload) wahana tidak melebihi 4.000 gram;
Menggunakan sistem propulsi berupamotor elektrik brushless;
Menggunakan sistem kendali radio (transmitter dan receiver) dengan
frekuensi 2,4 GHz;
Wajib menggunakan 4 buah propeller dengan 2 bilah;
Tidak terdapat modifikasi (seperti menambah, mengurangi, dan menyolder
part) terhadap komponen-komponen elektronik utama (motor elektrik,
electronic speed controller, baterai, dan receiver);
Jika menggunakan modul komunikasi data wireless (untuk telemetri dan/atau
transmisi video), frekuensi yang diperbolehkan adalah selain 2,4 GHz;
Menggunakan propeller dari bahan nylon atau plastik. Atas pertimbangan
keamanan dan keselamatan, tidak diperbolehkan menggunakan propeller dari
bahan logam atau kayu, dan tidak diperbolehkan menggunakan propeller
buatan sendiri. Propeller tidak boleh dimodifikasi (seperti mengubah bentuk
standar propeller);
Struktur atau airframe yang digunakan harus rakitan atau buatan sendiri,
bukan dari barang beli yang sudah jadi;
Memiliki sistem kendali otomatik (autonomous system), yang dapat
digunakan untuk melaksanakan misi diluar takeoff dan landing, diperbolehkan
jika wahana terbang dapat melakukan takeoff dan landing secara
autonomous;
Panitia akan menyediakan LCD dengan kabel HDMI, dan dapat digunakan oleh
peserta.

H. SISTEM AVIONIKA

1. Sistem Kendali Otonom (Autonomous System)
Wahana yang dipergunakan tim peserta kategori perguruan tinggi dan kategori
umum diharuskan memiliki kemampuan terbang secara otonom (autonomous).
Semua komponen pendukung yang dipasang pada wahana akan dimasukkan ke
dalam perhitungan berat wahana sebagai berat payload. KRTI sangat menganjurkan
penggunaan sistem kendali otonom yang tidak terintegrasi dengan sensor. Poin
lebih akan diberikan kepada wahana terbang dengan sistem kendali otonom yang
tidak terintegrasi dengan sistem.
2. Graphical User Interface (GUI)
Peserta tingkat Perguruan Tinggi dan Umum diwajibkan menggunakan sistem GUI
yang dapat digunakan untuk:
a. Menginput koordinat yang dapat diubah sewaktu-sewaktu.
b. Engage dan disengage sistem autonomous.
c. Mentrigger sistem dropping (untuk PT).
Untuk kategori umum, GUI yang dapat digunakan harus merupakan buatan peserta
dan dibuktikan pada saat presentasi. Untuk kategoti perguruan tinggi, KRTI
menganjurkan penggunaan GUI mandiri (ada poin tambahan) namun diperbolehkan
untuk menggunaan GUI yang sudah established (seperti ArduPilot, dll). Sistem GUI
memiliki porsi penilaian tersendiri, nilai estetis dan user friendliness merupakan
bagian dari penilaian.
3. Sistem Navigasi dan Panduan Terbang
Setiap tim diperbolehkan untuk menggunakan sistem navigasi jenis apapun, selama
tidak berpotensi mengganggu dan membahayakan keselamatan.
4. Sistem Komunikasi Data (Telemetry System)
Setiap tim diperbolehkan untuk menggunakan sistem komunikasi data antara
wahana dengan ground control station dengan frekuensi apapun selain 2,4 GHz,
frekuensi yang digunakan akan didata terlebih dahulu pada saat technical meeting.

I. FAIL SAFE SYSTEM

Setiap wahana terbang yang akan mengikuti kontes Harus memiliki suatu fitur keamanan,
dimana jika wahana terbang tidak dapat dikendalikan (Out of Control) dan/atau jika koneksi
ground station ke wahana terbang terputus, dan kondisi tersebut tidak dapat ditanggulangi
dalam waktu 30 detik maka sistem fail safe harus dapat memastikan pesawat dapat mendarat
dengan segera. Sistem fail safe akan diuji pada saat validasi sebelum kontes, wahana yang
menurut panitia tidak aman untuk diterbangkan akan didiskualifikasi di tempat. Sistem Fail
Safe dimaksudkan agar wahana tidak terbang keluar area kontes jika terjadi kegagalan (Failure)
yang dapat membahayakan orang lain.


J. PEMBATALAN MISI

Setiap misi terbang akan dibatalkan apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:
Jika tim peserta telah dipersilakan untuk memulai misinya namun pesawat udaranya
tidak dapat terbang hingga waktu pelaksanaan misi habis;
Pilot atau asisten menyentuh wahana ketika sedang mengudara kecuali sudah ada aba-
aba landing tanpa menggunakan landasan (contoh: ditangkap oleh asisten);
Wahana tim peserta berada di luar area pelaksanaan misi selama 30 detik;
Asisten hanya diperbolehkan melakukan perbaikan minor apabila wahana mengalami
kegagalan dalam waktu pelaksanaan misi. Apabila diperlukan penambahan atau
pengurangan komponen dan payload pada wahana, maka misi akan dibatalkan.
Wahana peserta gagal memenuhi kriteria yang diinginkan panitia ketika validasi
singkat sebelum pelaksanaan misi.
Peserta melakukan modifikasi terhadap wahananya setelah proses validasi singkat
sebelum terbang.
Peserta melakukan kecurangan ketika melaksanakan misi dalam sesi kontes terbang.
Peserta melakukan kecurangan yang dapat merugikan tim peserta lainnya.
Peserta melakukan penghinaan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pihak panitia dan/atau tim juri.
Peserta memasuki Area Misi tanpa seizin panitia.
Wahana tim peserta berada di luar Area Misi selama 30 detik.
Asisten hanya diperbolehkan melakukan perbaikan minor apabila wahana mengalami
kegagalan dalam waktu pelaksanaan misi. Apabila diperlukan penambahan atau
pengurangan komponen dan payload pada wahana, maka misi akan dibatalkan.


K. OPERASI

1. Kategori SMA
Peraturan Umum
Tim peserta diwajibkan menyediakan peralatan dan perlengkapannya untuk
melaksanakan misi. Peserta tidak diperbolehkan keluar area kontes terbang
untuk alasan melengkapi peralatan dan perlengkapannya ketika pelaksanaan
misi berlangsung. Pilot dianjurkan untuk menggunakan kaca mata pelindung
sinar matahari (sunglasses) ketika melaksanakan misi.
Selama wahana mengudara, pilot dan asisten tidak diperbolehkan memasuki
Area Misi. Pilot dan asisten hanya diperbolehkan berada pada Area Operator.
Apabila terjadi kecelakaan pada wahana, prosedur pengambilan wahana akan
dijelaskan pada bagian Pelaksanaan Misi.
Wahana dapat kembali ke base untuk melakukan penggantian atau penambahan
payload (termasuk baterai) dengan seizin station controller.
Waktu pelaksanaan misi adalah 30 menit.
Pelaksanaan Misi

Peluncuran (Takeoff)
Pesawat harus berada di atas permukaan landasan ketika Takeoff, boleh
dilakukan dengan hand launch/launcher. Peserta melakukan proses peluncuran
pada Area TOLDG. Poin Takeoff diberikan jika pesawat berhasil mengudara
paling tidak 10m dalam kondisi utuh. Sebelum melakukan lepas landas, asisten
pilot meminta izin lepas landas kepada station controller. Jika pada fasa ini
terjadi crash (kecelakaan wahana) maka peserta diwajibkan untuk segera
melapor ke station controller untuk kemudian mengambil kembali wahananya
dengan diawasi oleh salah satu supervisor. Apabila dengan atau tanpa perbaikan
minor peserta memutuskan untuk menerbangkan kembali wahana terbangnya
maka diwajibkan untuk mengulang misi dari awal, dengan terlebih dulu melapor
kepada station controller. Waktu tetap berjalan selama proses recovery.


Pengambilan data pada Area Misi
Peserta melakukan pengambilan data pada Area Misi, untuk kategori SMA
pengambilan data menggunakan mode manual. Wahana terbang harus tetap
berada pada boundary Area Misi. Misi akan dibatalkan jika wahana terbang
meninggalkan area misi lebih dari 30 detik. Jika terjadi crash pada fasa ini maka
Asisten pilot harus melapor kepada station controller untuk meminta izin
recovery pada area misi untuk kemudian mengambil wahana terbangnya diawasi
oleh salah satu supervisor. Jika dengan atau tanpa perbaikan minor peserta ingin
melanjutkan misi maka data yang sudah diambil TIDAK DAPAT digunakan lagi
untuk menjawab pertanyaan. Jika peserta memutuskan untuk mengakhiri misi
maka data yang sudah didapat, boleh dipergunakan sebagai data untuk
menjawab pertanyaan pada akhir misi.
Pendaratan (Landing)
Saat peserta sudah melakukan misi dan akan melakukan landing, sebelum
wahana terbang keluar dari area misi peserta terlebih dahulu melapor ke station
controller untuk melakukan landing. Setelah mendapat clearance dari station
controller, wahana dapat masuk ke Area TOLDG. Saat wahana sudah memasuki
Area TOLDG, pesawat diperbolehkan melakukan landing. Poin landing akan
diberikan jika wahana telah menyentuh landasan pada Area TOLDG selama
minimal 3 detik. Panitia akan menyediakan jaring untuk menangkap wahana jika
diperlukan.

2. Kategori Perguruan Tinggi
Peraturan Umum
Tim peserta diwajibkan menyediakan peralatan dan perlengkapannya untuk
melaksanakan misi. Peserta tidak diperbolehkan keluar area kontes terbang
untuk alasan melengkapi peralatan dan perlengkapannya ketika pelaksanaan
misi berlangsung. Pilot dianjurkan untuk menggunakan kaca mata pelindung
sinar matahari (sunglasses) ketika melaksanakan misi.
Selama wahana mengudara, pilot dan asisten tidak diperbolehkan memasuki
Area Misi. Pilot dan asisten hanya diperbolehkan berada pada Area Operator.
Apabila terjadi kecelakaan pada wahana, prosedur pengambilan wahana akan
dijelaskan pada bagian Pelaksanaan Misi.
Selama wahana mengudara di area misi, peserta tidak diperbolehkan
mengendalikan wahananya secara manual TANPA SEIZIN station controller.
Wahana dapat kembali ke base untuk melakukan penggantian atau penambahan
payload (termasuk baterai) dengan seizin station controller.
Waktu pelaksanaan misi adalah 30 menit.
Pelaksanaan Misi

Peluncuran (Takeoff)
Pesawat harus berada di atas permukaan landasan ketika Takeoff, boleh
dilakukan dengan hand launch/launcher. Peserta melakukan proses peluncuran
pada Area TOLDG. Poin Takeoff diberikan jika pesawat berhasil mengudara
paling tidak 10m dalam kondisi utuh. Sebelum melakukan lepas landas asisten
pilot meminta izin lepas landas kepada station controller. Jika pada fasa ini
terjadi crash (kecelakaan wahana) maka peserta diwajibkan untuk segera
melapor ke station controller untuk kemudian mengambil kembali wahananya
diawasi oleh salah satu supervisor. Apabila dengan atau tanpa perbaikan minor
peserta memutuskan untuk menerbangkan kembali wahana terbangnya maka
diwajibkan untuk mengulang misi dari awal, dengan terlebih dulu melapor
kepada station controller. Waktu tetap berjalan selama proses recovery.

Pengambilan data pada Area Misi
Peserta melakukan pengambilan data pada Area Misi, untuk kategori
Perguruan Tinggi pengambilan data menggunakan system autonomous dan
pelaksanaan dropping payload secara autonomous. Wahana terbang harus tetap
berada pada boundary Area Misi. Misi akan dibatalkan jika wahana terbang
meninggalkan area misi lebih dari 30 detik. Jika terjadi crash pada fasa ini maka
Asisten pilot harus melapor kepada station controller untuk meminta izin
recovery pada area misi untuk kemudian mengambil wahana terbangnya diawasi
oleh salah satu supervisor. Peserta dapat memutuskan untuk kembali ke Area
TOLDG jika dibutuhkan untuk melakukan perbaikan minor ataupun pengecekan
wahana (Return to Base) ditengah pelaksanaan misi dengan terlebih dahulu
meminta izin kepada station controller, manuver takeoff dan landing pada
kondisi RTB dapat dilakukan secara manual dan tidak mendapatkan poin
tersendiri, karena merupakan bagian dari pelaksanaan misi.
Pendaratan (Landing)
Saat peserta sudah menyelesaikan pengambilan data di Area Misi, peserta
dapat melakukan pendaratan akhir.Sebelum wahana terbang keluar dari area
misi peserta terlebih dahulu melapor ke station controller untuk melakukan
landing. Setelah mendapat clearance dari station controller, wahana dapat
masuk ke Area TOLDG. Saat wahana sudah memasuki Area TOLDG, wahana
diperbolehkan melakukan landing secara manual maupun autonomous. Poin
landing akan diberikanjika wahana terbang telah menyentuh landasan pada Area
TOLDG selama minimal 3 detik. Panitia akan menyediakan jaring untuk
menangkap wahana jika diperlukan.Untuk wahana rottary, poin landing
diberikan jika wahana dapat menyentuh landasan dan berhenti dengan
sempurna pada Area TOLDG.Jika pada saat fase landing mengalami crash, maka
data yang telah diambil boleh digunakan namun poin waktu dianggap nol kecuali
peserta ingin mengulang misi. Waktu akan dihentikan bila peserta telah
menyatakan misi selasai.


3. Kategori Umum
Peraturan Umum
Tim peserta diwajibkan menyediakan peralatan dan perlengkapannya untuk
melaksanakan misi. Peserta tidak diperbolehkan keluar area kontes terbang
untuk alasan melengkapi peralatan dan perlengkapannya ketika pelaksanaan
misi berlangsung. Pilot dianjurkan untuk menggunakan kaca mata pelindung
sinar matahari (sunglasses) ketika melaksanakan misi.
Selama wahana mengudara, pilot dan asisten tidak diperbolehkan memasuki
Area Misi. Pilot dan asisten hanya diperbolehkan berada pada Area Operator.
Apabila terjadi kecelakaan pada wahana, prosedur pengambilan wahana akan
dijelaskan pada bagian Pelaksanaan Misi.
Selama wahana mengudara di area misi, peserta tidak diperbolehkan
mengendalikan wahananya secara manual tanpa seizin stationcontroller.
Wahana dapat kembali ke base untuk melakukan penggantian atau penambahan
payload (termasuk baterai) dengan seizin station controller.
Waktu pelaksanaan misi adalah 30 menit.
Pelaksanaan Misi
Peluncuran (Takeoff)
Pesawat harus berada di atas permukaan landasan ketika Takeoff, boleh
dilakukan dengan hand launch/launcher.Peserta melakukan proses peluncuran
pada Area TOLDG. Poin Takeoff diberikan jika pesawat berhasil mengudara
paling tidak 10m dalam kondisi utuh. Sebelum melakukan lepas landas asisten
pilot meminta izin lepas landas kepada station controller. Jika pada fasa ini
terjadi crash (kecelakaan wahana) maka peserta diwajibkan untuk segera
melapor ke station controller untuk kemudian mengambil kembali wahananya
diawasi oleh salah satu supervisor. Apabila dengan atau tanpa perbaikan minor
peserta memutuskan untuk menerbangkan kembali wahana terbangnya maka
diwajibkan untuk mengulang misi dari awal, dengan terlebih dulu melapor
kepada station controller. Waktu tetap berjalan selama proses recovery. Peserta
dapat memutuskan untuk kembali ke Area TOLDG jika dibutuhkan untuk
melakukan perbaikan minor ataupun pengecekan wahana (Return to Base)
ditengah pelaksanaan misi dengan terlebih dahulu meminta izin kepada station
controller, manuver takeoff dan landing pada kondisi RTB dapat dilakukan secara
manual dan tidak mendapatkan poin tersendiri, karena merupakan bagian dari
pelaksanaan misi .
Pengambilan data dan penentuan titik api pada Area Misi
Peserta melakukan pengambilan data pada Area Misi, untuk kategori umum
pengambilan data dan penentuan titik manekin berwarna merah menggunakan
sistem autonomous. Wahana terbang harus tetap berada di dalam Area Misi.
Misi akan dibatalkan jika wahana terbang meninggalkan area misi lebih dari 30
detik. Jika terjadi crash pada fasa ini maka Asisten pilot harus melapor kepada
station controller untuk meminta izin recovery pada Area Misi untuk kemudian
mengambil wahana terbangnya diawasi oleh salah satu supervisor.
Pendaratan (Landing)
Jika peserta telah menyelesaikan misi, peserta dapat meminta izin untuk
mengakhiri misi dengan melakukan pendaratan akhir, sebelum wahana terbang
keluar dari Area Misi peserta terlebih dahulu melapor ke station controller untuk
melakukan landing. Setelah mendapat clearance dari stationcontroller, wahana
dapat masuk ke Area TOLDG. Saat wahana sudah memasuki Area TOLDG,wahana
diperbolehkan melakukan landing. Poin landing akan diberikan dan perhitungan
waktu dihentikan jika wahana terbang telah menyentuh landasan pada Area
TOLDG selama minimal 3 detik. Panitia akan menyediakan jaring untuk
menangkap wahana jika diperlukan.Untuk wahana rotary, poin landing diberikan
jika wahana dapat menyentuh landasan dan berhenti dengan sempurna pada
Area TOLDG.

Anda mungkin juga menyukai