Anda di halaman 1dari 4

KRITERIA PENILAIAN GURU BERPRESTASI

Murwati Widiani

Syarat pokok yang harus dipenuhi oleh peserta pemilihan guru berprestasi adalah: (1) guru
pegawai negeri sipil (PNS) maupun non-PNS serta tidak sedang mendapat tugas sebagai kepala
sekolah; (2) memiliki masa kerja sekurang-kurangnya delapan tahun; (3) memiliki bukti prestasi
yang ditulis dalam bentuk karya tulis/laporan yang disahkan oleh kepala sekolah dan
direkomendasi oleh komite sekolah; (4) memiliki bukti partisipasi dalam kemasyarakatan berupa
surat keterangan atau bukti fisik lain yang disahkan oleh kepala sekolah; (5) menyusun
portofolio; (6) mempunyai beban kerja sekurang-kurangnya 24 jam per minggu atau ekuivalen.
Guru-guru yang pernah meraih juara I, II, dan III tingkat nasional tidak diperkenankan mengikuti
program ini. Guru-guru yang meraih predikat guru berprestasi peringkat I, II, dan III tingkat
provnsi dapat mengikuti program ini setelah 5 tahun.
Ada tiga kriteria yang menjadi acuan penilaian dalam pemilihan guru berprestas, yakni (1)
unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, (2)
menghasilkan karya kreatif dan inovatif, dan (3) secara langsung membimbing peserta didik
hingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan / atau ekstrakurikuler.
Kompetensi pedagogik dinilai dari tingkat pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Memahami peserta didik artinya mampu
memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian peserta didik, serta
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. Merancang pembelajaran artinya memahami
landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi
ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan
pembelajaran artinya menata latar / setting pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator merancang
dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode, menganalisis hasil evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar (mastery learning),
dan memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Adapun
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya adalah memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan potensi akademik dan nonakademik.
Kompetensi kepribadian tercermin dari kemampuan personal, berupa kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta
berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil artinya bertindak sesuai dengan norma
hukum dan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak.
Dewasa artinya menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru. Arif artinya menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak. Berwibawa artinya memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik
dan disegani. Adapun berakhlak mulia berarti bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan
takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani siswa. Pada
penilaian tertulis, soal tes kepribadian antara lain berupa tes potensial akademik (TPA) yang
meliputi kemampuan verbal dan kemampuan matematis.
Kompetensi sosial tercermin dari kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Selain dengan melihat bukti fisik pada portofolio, kompetensi sosial juga
dinilai dengan tes tertulis berupa tes kompetensi sosial, seperti tes skala sikap.
Kompetensi profesional tercermin dari tingkat penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mancakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodolgi
keilmuannya. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi artinya memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode
keilmuan yang manaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep
antarmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun menguasai struktur dan metode keilmuan berarti menguasai langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan / materi bidang studi.
Untuk guru SMP dan SMA/K, penilaian kompetensi profesional berupa soal tes sesuai dengan
bidang studi yang diampunya.
Kriteria kedua guru berprestasi adalah menghasilkan karya kreatif dan inovatif. Kegiatan ini
meliputi:
1. Pembaruan (inovasi) dalam pembelajaran atau bimbingan
2. Penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan
3. Penulisan buku fiksi / nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra daerah
4. Penciptaan kaya seni
5. Bidang olahraga
Adapun kriteria ketiga guru berprestasi adalah membimbing peserta didik hingga mencapai
prestasi, baik di bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kriteria ketiga ini dapat dipahami
bahwa seorang peserta pemilihan guru berprestasi dinilai dengan melihat prestasi yang dimiliki
peserta didik. Dalam bidang intrakurikuler misalnya nilai akademik yang tinggi, olimpiade
berbagai ilmu, dan berbagai lomba yang berkaitan dengan bidang akademik, sedangkan bidang
ekstrakurikuler adalah prestasi nonakademik, seperti prestasi di bidang olahraga, seni, dan
berbagai keterampilan.
Semua aspek penilaian guru berprestasi dinilai melalui tes tertulis, unjuk kerja, wawancara,
portofolio, dan observasi. Aspek dan cara penilaian pada setiap jenjang tampak pada tabel
berikut.
No Aspek
Tingkat Kinerja Karya Kreatif / Inovatif Hasil
Pembimbingan
Profesional Pedagogik Kepribadian Sosial
TT UK WW PF TT UK WW PF TT WW OB TT WW OB OB UK WW PF OB UK WW PF
1 Sekolah
2 Kecamatan
3 Kabupaten
4 Provins
5 Nasional
Keterangan:
1. TT = Tes Tertulis
2. UK = Unjuk Kerja
3. WW = Wawancara
4. PF = Portofolio
5. OB = Observasi
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian pada setiap tingkat pemilihan guru berprestasi
(sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional), mencakup semua faktor, namun aspek
penilaian tidak selalu sama. Begitu pula cara atau alat penilaian yang digunakan.
Kiat Sukses dalam Pemilihan Guru Berprestasi
Pada proses penilaian, seorang peserta pemilihan guru berprestasi akan dinilai dari berbagai
aspek dengan berbagai cara penilaian. Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti seleksi, juga
pengalaman sebagai juri di tingkat kabupaten dan provinsi, pada tes tertulis, terkadang waktu
yang disediakan sempit, khususnya untuk tes kepribadian bentuk tes potensial akademik. Oleh
karena itu, kecepatan berpikir, strategi menjawab soal, dan manajemen waktu sangat diperlukan.
Pada tes unjuk kerja, guru dituntut untuk bersimulasi praktik mengajar, terkadang berupa
kegiatan berdiskusi mengenai topik tertentu yang disediakan panitia, dan presentasi karya tulis
ilmiah (karya kreatif dan inovatif). Di tingkat provinsi DIY khususnya, unjuk kerja juga berupa
kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK): membuat
presentasi dengan komputer berdasarkan makalah yang disediakan dan mencari bahan ajar
melalui internet.
Oleh karena itu, perdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang TIK.
Pada tes wawancara, seorang peserta akan diwawancarai oleh seorang juri dalam setiap aspek.
Namun, dapat juga seorang peserta dihadapi oleh beberapa orang juri sekaligus. Dalam tes
wawancara ini, peserta akan diuji kemamuannya menyampaikan ide, pendapat, wawasan dan
pengetahuan yang dimiliki secara lisan. Penguasaan materi wawancara, alur pikir, rasa percaya
diri, dan kemampuan berkomunikasi lisan akan banyak berpengaruh terhadap penilaian tes jenis
ini. Banyak peserta yang menjawab pertanyaan dengan panjang dan bertele-tele untuk
memperlihatkan kemampuannya, namun sebenarnya justru mengurangi penilaian karena
jawaban tidak tepat pada sasaran.
Uji portofolio akan dinilai dari segi kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, penilai akan
menghitung banyaknya prestasi, karya, dan berbagai bukti fisik kegiatan profesional, pedagogik,
karya kreatif dan inovatif, serta kegiatan pembimbingan. Semakin banyak tentu semakin tinggi
nilainya. Namun, hal ini akan dikombinasikan dengan penilaian segi kualitas portofolio. Dari
segi kualitas, penilai juga akan mempertimbangkan mutu karya, orisinalitas, dan manfaat. Belum
tentu portofolio yang tebal akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada portofolio yang tipis.
Namun, untuk mendapatkan nilai maksimal, kedua hal tersebut harus diperhitungkan dalam
menyusun portofolio. Prinsipnya, jangan sampai ada prestasi dan karya yang tertinggal atau tidak
diikutkan dalam penilaian.
Penilaian observasi dilakukan untuk menilai kompetensi kepribadian dan sosial. Peserta di
tingkat kabupaten atau provinsi, khususnya yang menjadi nominasi, akan didatangi tempat
tinggalnya tanpa sepengetahuan peserta. Tim penilai akan mengobservasi dan mencari informasi
melalui tetangga tentang kepribadian dan peran sosialnya di masyarakat. Jadi, seorang nominasi
yang akan ditetakan sebagai juara, harus memiliki nilai plus pada unsur tersebut. Oleh karena itu,
seandainya ada peserta yang memiliki nilai sangat tinggi dalam tes lain, namun jika hasil
observasi menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang memiliki kepribadian dan peran sosial
yang layak, maka batallah dia menjadi juara. Inilah unsur keteladanan yang masih dipertahakan
meskipun predikat guru teladan sudah berganti menjadi guru berprestasi.
Jika Anda telah terpilih atau akan mengikuti pemilihan guru berprestasi, siapkan berbagai aspek
yang dinilai seoptimal mungkin, kerahkan berbagai potensi yang Anda miliki. Namun, janganlah
terlalu berambisi untuk menjadi juara karena sikap ini justru akan berefek merugikan, yakni
kurang tenang dalam mengikuti seleksi dan akan terpancar pada penampilan yang tentu tidak
akan luput dari bidikan penilaian kepribadian yang dilakukan para juri. Guru yang belum
memperoleh kesempatan mengikuti seleksi guru berprestasi karena belum ditunjuk kepala
sekolah, berupayalah untuk meningkatkan profesonalisme dengan terus berkarya, berdedikasi,
dan menjadi pengabdi dan pelayan yang baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, dan
masyarakat. Hasil akhirnya tentu saja bukan semata untuk menjadi guru berprestasi karena pada
hakikatnya predikat guru berprestasi sebenarnya bukanlah predikat yang diperjuangkan, namun
lebih sebagai bentuk penghargaan.
*)Murwati Widiani, Guru SMA Muhammadiyah Pakem Sleman,
Pemenang I Pemilihan Guru Berpretasi Tingkat Nasional 2002,
Anggota Tim Juri Pemilihan Guru Berprestasi

Anda mungkin juga menyukai