Anda di halaman 1dari 5

Tawakal, Kunci Keberhasilan Yang Sering

Dilalaikan


Banyak orang yang salah memahami dan menempatkan arti tawakal yang
sesungguhnya. Sehingga tatkala kita mengingatkan mereka tentang pentingnya tawakal yang
benar dalam kehidupan manusia, tidak jarang ada yang menanggapinya dengan ucapan: Iya,
tapi kan bukan cuma tawakal yng harus diperbaiki, usaha yang maksimal juga harus terus
dilakukan!.
Ucapan di atas sepintas tidak salah, akan tetapi kalau kita amati dengan seksama, kita
akan dapati bahwa ucapan tersebut menunjukkan kesalahpahaman banyak orang tentang
makna dan kedudukan yang sesungguhnya. Karena ucapan di atas terkesan memisahakan
antara tawakal dan usaha. Padahal, menurut penjelasan para ulama, tawakal adalah bagian
dari usaha, bahkan usaha yang paling utama untuk meraih keberhasilan.
Salah seorang ulama salaf berkata: Cukuplah bagimu untuk melakukan tawassul
(sebab yang disyariatkan untuk mendekatkan diri) kepada Allah adalah dengan Dia
mengetahui (adanya) tawakal yang benar kepada-Nya dalam hatimu, berapa banyak hamba-
Nya yang memasrahkan urusannya kepada-Nya, maka Diapun mencukupi (semua) keperluan
hamba tersebut
1
.
{

}
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke
luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (segala keperluan)nya (QS ath-Thalaaq:2-3).
Artinya, barangsiapa yang percaya kepada Allah dalam menyerahkan (semua) urusan kepada-
Nya maka Dia akan mencukupi (segala) keperluannya
2
.
Maka tawakal yang benar, merupakan sebab utama berhasilnya usaha seorang hamba, baik
dalam urusan dunia maupun agama, bahkan sebab kemudahan dari Allah Taala bagi hamba
tersebut untuk meraih segala kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan.
Coba renungkan kemuliaan besar ini yang terungkap dalam makna sabda Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam: Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (zikir):
Bismillahi tawakkaltu alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah (Dengan nama
Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: (sungguh) kamu telah diberi
petunjuk (oleh Allah Taala), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari
semua keburukan), sehingga setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata
kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah
diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Taala)?
3
.
Artinya, diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan lurus, diberi kecukupan dalam semua
urusan dunia dan akhirat, serta dijaga dan dilindungi dari segala keburukan dan kejelekan,
dari setan atau yang lainnya
4
.
Imam Ibnul Qayyim berkata: Tawakkal kepada Allah adalah termasuk sebab yang paling
kuat untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang
lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allah akan memberikan kecukupan kepada orang
yang bertawakkal kepada-Nya. Barangsiapa yang telah diberi kecukupan dan dijaga oleh
Allah Taala maka tidak ada harapan bagi musuh-musuhnya untuk bisa mencelakakannya.
Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali sesuatu yang mesti (dirasakan oleh semua
makhluk), seperti panas, dingin, lapar dan dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan
musuhnya maka selamanya tidak akan menimpanya. Maka (jelas sekali) perbedaan antara
gangguan yang secara kasat mata menyakitinya, meskipun pada hakikatnya merupakan
kebaikan baginya (untuk menghapuskan dosa-dosanya) dan untuk menundukkan nafsunya,
dan gangguan (dari musuh-musuhnya) yang dihilangkan darinya
5
.
Tidak terkecuali dalam hal ini, usaha untuk mencari rezki yang halal dan berkah. Seorang
hamba yang beriman kepada Allah Taala, dalam usahanya mencari rezki, tentu dia tidak
hanya mentargetkan jumlah keuntungan yang besar dan berlipat ganda, tapi lebih dari itu,
keberkahan dari rezki tersebut untuk memudahkannya memanfaatkan rezki tersebut di jalan
yang benar. Dan semua ini hanya bisa dicapai dengan taufik dan kemudahan dari Allah
Taala. Maka tentu ini semua tidak mungkin terwujud tanpa adanya tawakal yang benar
dalam hati seorang hamba.
Berdasarkan ini semua, maka merealisasikan tawakal yang hakiki sama sekali tidak
bertentangan dengan usaha mencari rezki yang halal, bahkan ketidakmauan melakukan usaha
yang halal merupakan pelanggaran terhadap syariat Allah Taala, yang ini justru
menyebabkan rusaknya tawakal seseorang kepada Allah.
Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:
Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, maka sungguh
Dia akan melimpahkan rezki kepada kalian, sebagaimana Dia melimpahkan rezki kepada
burung yang pergi (mencari makan) di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore
harinya dalam keadaan kenyang
6
.
Imam al-Munawi ketika menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata: Artinya: burung itu
pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali waktu petang dalam keadaan perutnya
telah penuh (kenyang). Namun, melakukan usaha (sebab) bukanlah ini yang mendatangkan
rezki (dengan sendirinya), karena yang melimpahkan rezki adalah Allah Taala (semata).
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengisyaratkan bahwa tawakal
(yang sebenarnya) bukanlah berarti bermalas-malasan dan enggan melakukan usaha (untuk
mendapatkan rezki), bahkan (tawakal yang benar) harus dengan melakukan (berbagai)
macam sebab (yang dihalalkan untuk mendapatkan rezki).
Oleh karena itu, Imam Ahmad (ketika mengomentari hadits ini) berkata: Hadits ini tidak
menunjukkan larangan melakukan usaha (sebab), bahkan (sebaliknya) menunjukkan
(kewajiban) mencari rezki (yang halal), karena makna hadits ini adalah: kalau manusia
bertawakal kepada Allah ketika mereka pergi (untuk mencari rezki), ketika kembali, dan
ketika mereka mengerjakan semua aktifitas mereka, dengan mereka meyakini bahwa semua
kebaikan ada di tangan-Nya, maka pasti mereka akan kembali dalam keadaan selamat dan
mendapatkan limpahan rezki (dari-Nya), sebagaimana keadaan burung
7
.
Makna inilah yang diisyaratkan dalam ucapan Sahl bin Abdullah at-Tustari
8
: Barangsiapa
yang mencela tawakal maka berarti dia telah mencela (konsekwensi) iman, dan barangsiapa
yang mencela usaha untuk mencari rezki maka berarti dia telah mencela sunnah Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam
9
.
Maka berusahalah dengan sungguh-sungguh dalam mencari rezki yang halal dan kebaikan-
kebaikan lainnya, tapi jangan lupa untuk menyandarkan hati kita kepada Allah yang maha
kuasa atas segala sesuatu, bukan kepada usaha yang kita lakukan.
Semoga Allah Taala senantiasa memudahkan rezki yang halal dan berkah bagi kita semua,
serta menolong kita untuk selalu istiqamah di atas petunjuk-Nya sampai di akhir hayat kita,
Amin.

Berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala pada segala hal hendaknya disertai dengan
usaha atau ikhtiar. Allah juga memerintahkan kita untuk berusaha. Misalnya, ketika kamu
ingin pintar, kamu harus rajin belajar. Kepintaran itu tidak akan datang dengan sendirinya.
Bahkan orang yang tadinya pintar jika tidak belajar kemungkinan akan hilang kepintarannya.
Kerja keras dan kerja cerdas merupakan komponen penting dalam meraih kesuksesan atau
kemenangan. Yang harus kita yakini adalah bahwa dalam setiap kemenangan atau kesuksesan
dalam bisnis, sekolah, karir pasti di dalamnya terdapat pertolongan Allah subhanahu wa
ta'ala. Islam mengajarkan kita untuk menyertakan prinsip - prinsip tawakal dalam proses
pencapaian cita - cita. Sebuah aktivitas bisa di kategorikan menggunakan prinsip tawakal
apabila terdapat 4 unsur, yaitu sebagai berikut :
1. Mujahadah, artinya sungguh sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, artinya tidak
asal asalan. Contohnya, sebagai pelajar, belajarlah sungguh sungguh agat dapat
memperoleh prestasi yang baik.
2. Doa, artinya walaupun kita sudah melakukan upaya mujahadah (sungguh sungguh)
kita pun harus tetap berdoa memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala
3. Syukur, artinya apabila menemukan keberhasilan kita harus mensyukurinya. Prinsip
ini perlu kita punya. Jika tidak, kita akan menjadi orang yang sombong atau angkuh
(kufur nikmat).
4. Sabar, Artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan termasuk hasil yang tidak
memuaskan (kegagalan). Sabar tidak berarti diam dan meratami kegagalan, tetapi
sabar adalah instropeksi dan bekerja lebih baik agar kegagalan tidak terulang

Tawakal kepada Allah memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tercapainya
sebuah keberhasilan, baik keberhasilan dunia maupun akhirat. Allah berfirman, Barangsiapa
yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaaq: 3)
Yang dimaksud dengan tawakal adalah percaya akan pertolongan dan dukungan Allah. Sikap
tawakal harus dibarengi dengan sikap menempuh segala macam usaha dan ikhtiar. Tawakal
kepada Allah termasuk salah satu pondasi dasar keimanan. Allah berfirman, Hanya kepada
Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Al-
Maa`idah: 23)
Beberapa hal yang dikandung dalam kata tawakal:
1. Sebuah pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan kemampuan manusia dan
pengakuan akan kekuatan, kekuasaan dan keagungan Allah.
2. Sebuah sikap meminta pertolongan dari Zat Yang Memilikinya, Allah sehingga Allah
mengutus seseorang yang akan membantu dan mengarahkan langkahnya serta meringankan
beban dan menyingkat waktu yang dibutuhkannya sebagai rahmat untuk dirinya. Rasulullah
SAW bersabda, Barangsiapa yang meminta jabatan hakim dan meminta bantuan kepada
orang lain untuk mendapatkannya, ia akan dibiarkan tanpa ada yang membantu. Namun,
barangsiapa yang tidak meminta jabatan hakim dan tidak meminta bantuan kepada orang lain
untuk mendapatkannya, Allah menurunkan kepadanya seorang malaikat yang membantu dan
mengarahkannya kepada kebenaran. (HR. Abu Dawud)
3. Dengan tawakal, seseorang bisa terhindar dari keteledoran, kekeliruan atau gangguan
di dalam melakukan sebuah usaha berkat keberkahan sikap tawakal dan meminta pertolongan
kepada Allah.
4. Tawakal mampu memberikan semacam kedamaian jiwa kepada orang yang
bertawakal, karena ia telah melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dan selanjutnya ia
tinggal menyerahkan semuanya kepada Allah dan berdoa kepada-Nya semoga ia diberi
pertolongan dan keberhasilan dan Allah pun tidak menyia-nyiakan dirinya.
5. Sikap tawakal kepada Allah memiliki rahasia yang sangat menarik di dalam
menjadikan seseorang bisa meraih pertolongan dan keberhasilan, baik dalam hal bepergian,
usaha dagang, perjuangan atau usaha mencari sesuatu. Rasulullah SAW bersabda, Jika ada
seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia berdoa, Dengan menyebut asma Allah.Saya
bertawakal kepada Allah, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali atas kuasa dan izin Allah.
Ketika itu dikatakan kepadanya, Kamu diberi petunjuk (kepada jalan yang benar), kamu
diberi kecukupan dan ditanggung serta kamu dijaga. Lalu setan pun menjauh darinya, lalu
ada setan lainnya berkata kepada setan pertama, Bagaimana kamu bisa menggoda dan
menyesatkan seseorang yang telah diberi petunjuk, diberi kecukupan, ditanggung, dan
dijaga? (HR. Abu Dawud)
Arti tawakal adalah yakin dan percaya akan bantuan dan pertolongan Allah. Ini berarti bahwa
tawakal adalah amalan hati. Berdasarkan hal ini, tawakal hanya berlaku di dalam amal yang
diridhai atau diperbolehkan oleh Allah. Karena pada dasarnya amal perbuatan setiap mukmin
memang tidak boleh keluar dari koridor ini, namun dianjurkan hendaknya sikap tawakal
dibarengi dengan amal lisan, seperti membaca Basmalah, Hamdalah dan doa yang bisa
menjadikan seseorang terhubung dengan Allah.
Rasulullah SAW bersabda, Setiap ucapan atau amal perbuatan mulia yang tidak diawali
dengan menyebut nama Allah, ucapan atau amal perbuatan tersebut terpotong. (HR Ahmad)
Membaca Basmalah dan bertawakal kepada Allah berarti meminta izin dan restu dari Allah
dalam menjalankan suatu amal, sehingga amal yang dilakukan tersebut pun menjadi legal
atau telah sesuai dengan aturan, karena ia telah meminta izin dari Zat Yang Maha Memiliki
segala sesuatu. Mungkin ada orang mengatakan apa hubungannya iman kepada Allah
dan tawakal kepada-Nya dengan sebuah keberhasilan. Sedangkan kita menyaksikan banyak
orang kafir yang sukses meraih keberhasilan, padahal mereka bukanlah orang-orang yang
beriman dan bertawakal. Jawabannya adalah:
Pertama, kami tidak mengatakan bahwa keimanan adalah syarat seseorang sukses meraih
keberhasilan, akan tetapi keimanan adalah salah satu pilar keberhasilan.
Kedua, terkadang seseorang sukses meraih keberhasilan jika ia memang mengerahkan segala
tenaga dan kemampuan yang disyaratkan. Karena Allah menghubungkan keberhasilan di
dunia dengan amal dan usaha, baik ia orang mukmin maupun orang kafir. Akan tetapi orang
mukmin yang bertawakal kepada Allah mungkin bisa sukses meraih keberhasilan dalam
waktu yang lebih singkat dan dengan tenaga yang sedikit. Karena Allah menyediakan
untuknya sebab-sebab keberhasilan dan menghilangkan berbagai hambatan dan kesulitan.
Orang mukmin adalah orang yang berjalan sesuai dengan kehendak Zat Yang Maha
Memiliki, sehingga hal-hal yang ada menjadi tunduk dan mudah baginya kecuali jika Allah
menghendaki lain.
Rasululah SAW bersabda, Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya,
Dia akan memberi kalian rezeki seperti Dia memberi rezeki kepada sekawanan burung yang
pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali pada sore hari dalam keadaan
perut penuh dengan makanan. (HR Ibnu Majah)
Tawakal adalah sebuah sikap yang harus dimiliki setiap orang muslim karena berarti kita
telah menjadi hamba yang ikhlas dan ridha dengan ketentuan Allah SWT. Selain itu harus
dibarengi dengan ikhtiar dan doa.

Anda mungkin juga menyukai