Anda di halaman 1dari 7

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

A. Pengertian AKDR
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim (Hartanto,
2004). Di mana AKDR terdiri dari bermacam-macam bentuk, terdiri dari plastik
(polietiline), ada yang di lilit tembaga (Cu), ada pula yang tidak. Tetapi ada pula
yang di lilit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya
berisi hormon progesterone.
B. Mekanisme Kerja AKDR
Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui, namun ada
beberapa mekanisme kerja yang telah diajukan:
a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya
implantasi.
c. Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi.
e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f. Dari penelitian terakhir, disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
g. Untuk AKDR yang mengandung Cu :
1) Antagoisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam
enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus
genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase
sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga
menghambat aktivitas alkali phospatase.
2) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus.
3) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu metabolisme glikogen.
h. Untuk AKDR yang mengandung hormon progesterone :
1) Gangguan proses pematangan proliteratif –sekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
(endometrium tetap berada dalam fase decidual/ progestational).
2) Lendir serviks yang menjadi lebih kental/ tebal karena pengaruh
progestin.
(Saifuddin, et. al., 2003).
C. Macam – Macam AKDR
a. Un-Medicated AKDR
Lippes Loop – AKDR yang terbuat dari polyethylene(suatu plastik inert
secara biologik) ditambah Barium Sulfat.

b. Medicated AKDR
Cooper AKDR – AKDR dengan penambahan selubung Cu yang padat,
dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan Cu di dalam uterus dan
untuk lebih mendekatkan Cu pada fundus uteri.
(Hartanto, 2004)
D. Prosedur Insersi AKDR
a. Pemberian analgetika dan sedative bila diperlukan.
b. Pasangan speculum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding
vagina.
c. Bila mungkin terjadi, kerjakan papanicolauo smear dan pemeriksaan
bakteriologis terhadap Gonorrhoe.
d. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi
dan mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan-
kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya.
e. Pasang kembali speculum dalam vagina, dan lakukan
desinfeksi endoserviks  dan dinding vagina.
f. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk
meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mengurangi perdarahan dan
resiko perforasi.
g. Lakukan sondage uterus.
h. Masukkan AKDR sesuai dengan macam alatnya.
Lepaskan AKDR dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi
mungkin di fundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus,
jangan dipaksakan, keluarkan alatnya dan lakukanre-insersi.
i. Keluarkan tabung inserternya.
j. Periksa dan gunting benang ekor AKDR sampai 2-3 cm dari ostium uteri
eksternum.
k. Keluarkan tenakulum dan spekulum
AKDR jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di dalam tabung insersinya,
karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama untuk lipess loop).
(Saifuddin, et. al., 2003).
E. Efek Samping AKDR
a. Saat Insersi
Rasa sakit/nyeri, muntah, keringat dingin dansyncope, serta perforasi
uterus.
b. Setelah Insersi
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, dan perdarahan
(spotting) antar menstruasi dan saat haid lebih sakit.
F. Komplikasi AKDR
Komplikasi pemakaian AKDR yang sering muncul yaitu AKDR tertanam
dalam-dalam di endometrium atau miometrium (embedding, displacement) dan
infeksi (Hartanto, 2004).
G. Tindakan Diagnostik Persangkaan Perforasi AKDR menurut Hartanto (2004)
adalah :
Tentukan ada tidaknya kehamilan ?
a. Ada kehamilan : periksa dengan Ultrasonografi
b. Tidak ada kehamilan :
1) Lakukan sondage cavum uteri
2) Sondage positif : AKDR intra –uterine
3) Sondage negatif :
a) X-foto pelvis (AP dan Lateral) dengan sonde in- utero, atau
masukan AKDR macam lain intra –uterine.
b) Histerografi
c) Histeroskopi
d) Ultrasonografi
H. Penanggulangan Perforasi AKDR menurut Hartanto (2004) :
a. Perforasi partial : keluarkan AKDR
b. Perforasi komplit :
1) Closed devices : harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya strangulasi
usus.
2) Cu devices : harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya timbulnya
reaksi inflamasi dan adhesi sekitar AKDR di dalam rongga peritoneum
(adhesi omentum).
3) Open –linier devices
Sampai sekarang masih ada 2 pendapat :
Menurut Medical Advisory Panel IPPF, tidak perlu dikeluarkan
kecuali bila ada gejala-gejala dan keluhan abdominal. Harus
dikeluarkan meskipun tidak ada gejala-gejala dan keluhan abdominal.
I. Pengeluaran dan Komplikasi AKDR di Kemudian Hari menurut Hartanto
(2004) :
a. Rasa Sakit Perdarahan
1) Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian AKDR, yaitu
kira-kira 4 -15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian,
rasa sakit dan perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya
pemakaian AKDR.
2) Perdarahan bertambah banyak dapat berbentuk :
a) Volume darah haid bertambah, kecuali pada AKDR yang
mengandung hormon.
b) Perdarahan berlangsung lebih lama
c) Perdarahan bercak/ spotting diantara haid.
b. Embedding dan Displacement
AKDR tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrium.
c. Infeksi.
1) Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan
pemakaian AKDR.
2) Akseptor AKDR mempunyai risiko 2 X lebih besar untuk mendapatkan
PID dibandingkan non – akseptor KB.
3) PID adalah suatu istilah luas yang menunjukkan adanya suatu infeksi
yang naik dari serviks kedalam uterus, tuba falupi dan ovarium.
4) Komplikasi PID umumnya berat, antara lain dapat menyebabkan
sumbatan partial ataupun total pada satu atau kedua tuba falopii,
dengan akibat bertambah besarnya kemungkinan insidens kehamilan
ektopik dan infertilitas.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi :
a) Insersi (terutama dalam 2-4 bulan pertama post-insersi
b) Type/ macam AKDR
c) Penyakit akibat hubungan seks (PHS)
d) Umur
J. Kontraindiaksi Insersi AKDR
a. Kontraindikasi Absolut :
1) Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut), terutama
persangkaan Gonorhoe atauChlamydia.
2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan
b. Kontraindikasi relatif kuat
1) Partner seksual yang banyak.
2) Partner memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.
3) Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren, post-
partumendometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir.
4) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.
5) Cervitis akut purulent.
6) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
7) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan
predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
8) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan
kehamilan selanjutnya.
9) Kelainan pembekuan darah.
c. Keadaan –keadaan lain yang dapat merupakan kontra-indikasi untuk insersi
AKDR:
1) Penyakit katup jantung
2) Keganasan endometrium atau serviks.
3) Stenosis serviks yang berat.
4) Uterus yang kecil sekali
5) Endometriosis
6) Myoma uteri
7) Polip endometrium
8) Kelainan kongenital utrerus
9) Dismenorhe yang berat
10) Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan bercak
(spotting)
11) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit gangguan Cu
yang turun temurun
12) Anemia
13) Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya AKDR
14) Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor AKDR
15) Riwayat Gonorhoe, Chlamydia, Syphilis atau herpes
16) Actinomycosis genitalia
17) Riwayat reaksi vaso-vagal yang berat atau pingsan
18) Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negatif
19) Pernah mengalami problem ekspulsi AKDR
20) Leukore atau infeksi vagina
21) Riwayat infeksi pelvis
22) Riwayat operasi pelvis
23) Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan
kesuburan dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai