Dibidang gastro-intestinal, pad populasi usia lanjut sebenarnya tidak ada kelainan yang sangat khas. Walaupun terdapat perubahan seluler stukturalseperti organ lainnya, fungsi system gastro-intestinal pada umumnya dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, atau bilamana terjadi stress lain yang memperberat beban dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan anatomiknya. Proses menua saluran cerna : a. Rongga mulut Gigi mulai banyak yang tanggal, disamping itu juga terjadi kerusakan gusi karena proses degenerasi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi proses mastikasi makanan. Lansia mulai sukar, kemudian lama kelamaan malas, untuk makan makanan berkonsistensi keras.
b. Faring dan Esofagus Banyak lansia sudah mengalami lelemahan otot polos sehingga proses menelan sering sukar. Kelemahan otot esofagus sering menyebabkan proses patologis yang disebut hernia hiatus.
c. Lambung Terjadi atropi mukosa. Atropi dari sel kelenjar, sel pariental dan sel chief akan menyebabkan sekresi asam lambung,pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tamping makanan menjadi berkurang. Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu karena sekresi asam lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang.
d. Usus halus Mukosa usus halus juga mengalami atropi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga jumlah viili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses absorbsi. Didaerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolism karbohidrat,protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan ini sering menyebabkan gangguan yang disebut sebagai : maldigesti dan mal absorsi.
e. Pankreas Produksi enzim amylase,tripsin dan lipase akan menurun sehingga kasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula Vateri akan menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh enzim elastasedan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.
f. Hati Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksifikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi bilirubin dsb. Dengan meningkatnya usia, secara histologik dan anatomik akan terjadi terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous dan dapat menyebabkan penurunan fungsi hati.
g. Usus besar dan rectum Pada usus besar kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon berkurang, ini akan menyebabkan absorbs air dan elektrolit meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorbsi makanan), feses menjadi lebih keras sehingga keluhan sulit buang air merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia.
Imunitas Gastro-intestinal Pada Usia Lanjut Sistem imun pada traktus gastro-intestinal merupakan salah satu alat pertahanan primer tubuh manusia terhadap faktor lingkungan yang masuk melalui mulut. Faktor penting yang sangat berpengaruh pada system imunitas terhadap infeksi pada orang tua adalah nutrisi. Walaupun masih masih memerlukan penelitian yang lebih luas, pada umumnya disepakati bahwa nutrisi yang kurang baik akan menyebabkan penderita lebih rentan terhadap infeksi. Kontroversi yang samp[ai sekarang masih terjadi adalah tentang mekanisme terjadinya imunosenesens (Arans, and Ferguson,1992). Imunosenesens adalah perubahan gradual pada system imun yang terjadi pada individu yang telah mencapai kematangan seksual. Perubahan itu berhubungan erat dengan proses invilusi dan atropi kelenjar timus (Busby, and Caranasos, 1985).
GANGGUAN DAN PENYAKIT PADA SALURAN CERNA 1. Esofagus Berbagai penyakit esofagus pada usia lanjut serupa dengan yang terjadi pada usia muda. Sebagai tambahan kelainan akibat proses degeneratife yang berhubungan dengan lajutnya usia dapat mempengaruhi motilitas esophagus. Disamping itu, proses keganasan didaerah ini juga lebih banyak didapat pada lanjut usia disbanding pada dewasa muda (Ruben et al, 1996). a. Gangguan Motilitas 1. Disfagia orofaringeal Penyakit yang mempengaruhi hipofarings dan esophagus bagian atas mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengawali proses menelan, dan oleh karenanya juga bolus tidak sampai ke esophagus. Akibat keadaan ini, komplikasi sering terjadi adalah impaksi bolus berulang, aspirasi dan regurgitasi nasal. Pada lanjut usia penyebab penyakt ini adalah gangguan motilitas primer (disfungsi kriko-faringeal, penyakit neurologic sentral atau berbagai gangguan metabolik, terutama diabetes mellitus dan disfungsi tiroid). 2. Disfagia esofangeal Gangguan motilitas dan obstruksi intrinsic dapat terjadi kesulitan atau parase makanan tidak lengkapmelalui esophagus. Penyebab gangguan motolitas terutama adalah akalasia, kelainan esophagus spastic dan beberapa penyakit jaringan ikat. Disfagia tipe ini pada lansia juga bisa disebabkan adanya kompresi mekanik oleh degenerasi aorta (disfagia aortika), pembesaran atrium kiri, anuerisme toraks atau mediastinal setelah proses bedah toraks. 3. Penyakit refluks gastro-esofangeal (GERD = gastro esofangeal ruflux disease) Penyakit yang umum disemua golongan umur, tetapi insidensi mencapai puncak pada usia 60-70 tahun. Terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus. Penyebabnya antara lain adalah inkompetensi sfingter esophagus bawah, relaksasi sfingter sepintas dan terkomprominya mekanisme anti refluks yang lain (misalnya karena adanya kompresi ekstinsik sfingter esophagus bawah oleh diafragma krural, lokasi sfingter, intergritas ligamentum frenoesofangeal, bersihan asm di esophagus). Gejala, tanda dan komplikasi GERD pada populasi lansia rasa panas di ulu hati, regurgitasi asam, disfagia dan nyeri dada merupakan gejala yang sering dikeluhkan.
b. Hernia hiatus Hernia hiatus meningkat prevalensinya dengan meningkatnya usia, menjadi sekitar 60-90% pada usia 70 tahun. Walaupun mungkin asimtomatik, seringkali menimbulkan gejala-gejala refluks, disfagia, hemorhagia akibat ulserasi peptic pada esophagus da volvulus lambung (pada penderita dimana seluruh lambung hernia ke rongga toraks). c. Divertikula Divertikula yang paling sering didapati di esophagus biasanya terletak di atas sfingter esophagus atas (divertikula Zenker), dibagian tengah esophagus (divertikula karena tarikan) atau lebih tepatnya diatas sfingter bawah (divertikula epifrenik). Sering di diagnosis setelah usia dewasa, diakibatkan oleh gangguan motorik. Divertikula Zenker sering dihubungkan dengan disfungsi kriko-faringeal, biasanya diawali dengan gejala disfagia sepintas. Bila divertikula membesar gejala regurgitasi, aspirasi dan massa di leher yang nampak jelas dan makin nyata. Divertikula esophagus dibagian tengah lebih sering asimtomatik, sedangkan divertikula epifrenik mungkin juga memberi gejala disfagia dan regurgitasi.
2. Lambung Walaupun jenis penyakit dan gangguan lambung pada populasi lansia dan dewasa muda serupa, akan tetapi penampilan dan penyebab penyakit dan gangguan tersebut seringkali berbeda. Hal ini karena adanya perubahan fisiologik dan berbagai penyakit ko-morbid yang sering terdapat pada usia lanjut. Tampilan penyakit dan gangguan lambung pada usia lanjut termasuk penyakit peptic sering tidak khas.
3. Gangguan motilitas gastro-intestinal primer Gangguan motilitas gastro-intestinal primer adalah gangguan yang tidak berhubungan dengan penyakit tertentu. Tampilan klinik, patofisiologi dan pengobatannya bervariasi. Gastro-paresis idiopatik dan dyspepsia fungsional bisa terjadi pada lanjut usia.
4. Gangguan motilitas gastro-intestiunal sekunder Berbagai penyebab yang sering terjadi pada populasi usia lanjut, antara lain gangguan neuro-muskuler, gangguan vaskuler-kolagen dan obat-obatan, dapat menyebabkan gangguan motilitas gastro-intestinal. Disamping itu, gastro-paresis juga bisa diakibatkan tindakan bedah di saluran cerna yang merubah anatomi dan mempengaruhi mekanisme yang mengontrol motilitas. Neuropati diabetik merupakan kelainan yang umum yang mempengaruhi inervasi saluran cerna dan mempengaruhi motilitas. Kelainan degenarif susunan syaraf otonom pada usia lanjut misalnya sindroma Shy-Drager dan hipotensi ortostatik idiopatik bias mengakibatkan komplikasi gastroparesis.
5. Ulkus Peptikum Ulkus peptikum dapat terjadi di esophagus, lambung, dan duodenum. Sekitar 1/3 penderita dengan ulkus duodenum berusia diatas 60 tahun. Walaupun kadar asam lambung pada lansia sudah menurun, insidensiulkus lambung masih lebih banyak dibanding diulkus duodenum. Pria lebih banyak dibandingkan wanita (pada usia muda perbandingan wanita : pria=5-10:1). Walaupun gejala pada banyak penderita lanjut usia mirip dengan yang terdapat pada usia muda, sebagian lainnya memberikan gejala tak spesifik, antara lain penurunan berat badan, mual dengan rasa tak enak diperut. Tingkat komplikasi pada lanjut usai lebih tinggi, pada saat ini 50% perforasi terjadi pada mereka yang berusia diatas 70 tahun. Pada beberapa penderita, perforasi yang terjadi tidak memberikan gejala khas (silent).
6. Gastritis Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopatologikdapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi beberapa bentuk, atas dasar : 1. Manifestasi klinik 2. Gambaran histology yang khas pada gastritis 3. Distribusi anatomic 4. Kemungkinan pathogenesis gastritis Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya usia. Gastritis atrofikans merupakan penyebab tersering terjadinya hipo atau akhlorhidia. Gastritis akut sering diakibatkan oleh konsumsi alcohol, obat-obatan (terutama anti inflamasi non steroid) dan toksin stafilokokus. Jenis superfisial ditandai dengan adanya inflamasi, edema dan produksi mucus yang berlebihan. Pada usia lanjut sering kali asimtomatik atau dianggap sebagai akibat normal proses menua. Pada jenis hiportrofikans secara endoskopik terlihat adanya pembenhkakan mukosa sehingga berbentuk seperti spons, disertai disana-sini adanya ulserasi dan erosi.
7. Gastritis Kronik Disebut gastritis kronis bila infiltrasi sel radang seperti disebutkan diatas yang terjadi pada lamina propia, daerah epithelial atau pada kedua daerah tersebut terutma terdiri atas limfosit dan sel plasma. Kehadiran ghranulosit netrofil pada daerah tersebut menandakan peningkatan aktivitas gastritis kronik.
8. Gangguan Pada Hati a. Hepatitis kronik aktif b. Sirosis bilier primer c. Sirosis
9. Penyakit Empedu a. Batu empedu b. Karsinoma kandung empedu c. Karsinoma saluran empedu (kolangiokarsinoma)
10. Penyakit Pada Pankreas a. Pankreatitis akut b. Pankreatitis kronik c. Karsinoma pancreas
11. Penyakit Usus Besar dan Usus Kecil a. Malabsorbsi b. Gangguan motilitas usus halus c. Iskemia mesentrik d. Penyakit Crohn e. Penyakit davertikuler f. Kolitis pseudomembranosa g. Kolitis ulserativa h. Karsinoma kolon dan rectum
KESIMPULAN Proses menua membawa banyak perubahan pada lanjut usia. Pada system gastro- intestinal, mulai gigi geligi sampai ke kolon/rectum. Walaupun demikian, proses menua tidak berarti terjadinya gangguan gastro-intestinal. Adanya gangguan system gastro-intestinal harus menyebabkan pertma-tama pemikiran kearah adanya proses patologis. Asesmen geriatric yang baik biasanya akan menemukan proses penyakit yang mendasari, yang mungkin diperberat oleh gangguan fisiologik dan anatomic akibat proses menua. Oleh karena gangguan pada system gastro-intestinal sering kali menyebabkan gangguan nutrisi yang kemudian secara berantai menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, maka asesmen yang teliti dan tindakan penatalaksanaan yang baik diperlukan agar penderita usia lanjut dapat melanjutkan kehidupannya dengan baik. DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R Boedhi & H Hadi Martono.1999. BUKU AJAR GERIATRI (ILMU KESEHATAN USIA LANJUT) EDISI KE 2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Nugroho,SKM.Wahjudi. 1995. PERAWATAN LANJUT USIA. Jakarta : EGC