Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN OLEH :

FEBY SEKARRINI 3B/07.066


PEMBIMBING :
ERFANDI

PROSES MENUA PADA
SISTEM GASTRO INTESTINAL

Dibidang gastro-intestinal, pad populasi usia lanjut sebenarnya tidak ada kelainan yang
sangat khas. Walaupun terdapat perubahan seluler stukturalseperti organ lainnya, fungsi system
gastro-intestinal pada umumnya dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan
fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, atau bilamana
terjadi stress lain yang memperberat beban dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan
anatomiknya.
Proses menua saluran cerna :
a. Rongga mulut
Gigi mulai banyak yang tanggal, disamping itu juga terjadi kerusakan gusi karena proses
degenerasi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi proses mastikasi makanan. Lansia mulai
sukar, kemudian lama kelamaan malas, untuk makan makanan berkonsistensi keras.

b. Faring dan Esofagus
Banyak lansia sudah mengalami lelemahan otot polos sehingga proses menelan sering
sukar. Kelemahan otot esofagus sering menyebabkan proses patologis yang disebut
hernia hiatus.

c. Lambung
Terjadi atropi mukosa. Atropi dari sel kelenjar, sel pariental dan sel chief akan
menyebabkan sekresi asam lambung,pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran
lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tamping makanan menjadi
berkurang. Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu karena sekresi asam
lambung berkurang rangsang lapar juga berkurang.

d. Usus halus
Mukosa usus halus juga mengalami atropi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga
jumlah viili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses absorbsi. Didaerah
duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga menurun, sehingga
metabolism karbohidrat,protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan
ini sering menyebabkan gangguan yang disebut sebagai : maldigesti dan mal absorsi.

e. Pankreas
Produksi enzim amylase,tripsin dan lipase akan menurun sehingga kasitas metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis
yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula Vateri
akan menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh enzim elastasedan fosfolipase-A
yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.

f. Hati
Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.
Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksifikasi, sirkulasi,
penyimpanan vitamin, konjugasi bilirubin dsb. Dengan meningkatnya usia, secara
histologik dan anatomik akan terjadi terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel,
berubah bentuk menjadi jaringan fibrous dan dapat menyebabkan penurunan fungsi hati.

g. Usus besar dan rectum
Pada usus besar kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon berkurang,
ini akan menyebabkan absorbs air dan elektrolit meningkat (pada kolon sudah tidak
terjadi absorbsi makanan), feses menjadi lebih keras sehingga keluhan sulit buang air
merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia.

Imunitas Gastro-intestinal Pada Usia Lanjut
Sistem imun pada traktus gastro-intestinal merupakan salah satu alat pertahanan primer
tubuh manusia terhadap faktor lingkungan yang masuk melalui mulut. Faktor penting yang
sangat berpengaruh pada system imunitas terhadap infeksi pada orang tua adalah nutrisi.
Walaupun masih masih memerlukan penelitian yang lebih luas, pada umumnya disepakati bahwa
nutrisi yang kurang baik akan menyebabkan penderita lebih rentan terhadap infeksi. Kontroversi
yang samp[ai sekarang masih terjadi adalah tentang mekanisme terjadinya imunosenesens
(Arans, and Ferguson,1992). Imunosenesens adalah perubahan gradual pada system imun yang
terjadi pada individu yang telah mencapai kematangan seksual. Perubahan itu berhubungan erat
dengan proses invilusi dan atropi kelenjar timus (Busby, and Caranasos, 1985).

GANGGUAN DAN PENYAKIT PADA SALURAN CERNA
1. Esofagus
Berbagai penyakit esofagus pada usia lanjut serupa dengan yang terjadi pada usia muda.
Sebagai tambahan kelainan akibat proses degeneratife yang berhubungan dengan lajutnya
usia dapat mempengaruhi motilitas esophagus. Disamping itu, proses keganasan didaerah
ini juga lebih banyak didapat pada lanjut usia disbanding pada dewasa muda (Ruben et al,
1996).
a. Gangguan Motilitas
1. Disfagia orofaringeal
Penyakit yang mempengaruhi hipofarings dan esophagus bagian atas
mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengawali proses menelan, dan oleh
karenanya juga bolus tidak sampai ke esophagus. Akibat keadaan ini, komplikasi
sering terjadi adalah impaksi bolus berulang, aspirasi dan regurgitasi nasal. Pada
lanjut usia penyebab penyakt ini adalah gangguan motilitas primer (disfungsi
kriko-faringeal, penyakit neurologic sentral atau berbagai gangguan metabolik,
terutama diabetes mellitus dan disfungsi tiroid).
2. Disfagia esofangeal
Gangguan motilitas dan obstruksi intrinsic dapat terjadi kesulitan atau parase
makanan tidak lengkapmelalui esophagus. Penyebab gangguan motolitas terutama
adalah akalasia, kelainan esophagus spastic dan beberapa penyakit jaringan ikat.
Disfagia tipe ini pada lansia juga bisa disebabkan adanya kompresi mekanik oleh
degenerasi aorta (disfagia aortika), pembesaran atrium kiri, anuerisme toraks atau
mediastinal setelah proses bedah toraks.
3. Penyakit refluks gastro-esofangeal (GERD = gastro esofangeal ruflux disease)
Penyakit yang umum disemua golongan umur, tetapi insidensi mencapai puncak
pada usia 60-70 tahun. Terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus.
Penyebabnya antara lain adalah inkompetensi sfingter esophagus bawah, relaksasi
sfingter sepintas dan terkomprominya mekanisme anti refluks yang lain (misalnya
karena adanya kompresi ekstinsik sfingter esophagus bawah oleh diafragma
krural, lokasi sfingter, intergritas ligamentum frenoesofangeal, bersihan asm di
esophagus). Gejala, tanda dan komplikasi GERD pada populasi lansia rasa panas
di ulu hati, regurgitasi asam, disfagia dan nyeri dada merupakan gejala yang
sering dikeluhkan.

b. Hernia hiatus
Hernia hiatus meningkat prevalensinya dengan meningkatnya usia, menjadi sekitar
60-90% pada usia 70 tahun. Walaupun mungkin asimtomatik, seringkali
menimbulkan gejala-gejala refluks, disfagia, hemorhagia akibat ulserasi peptic pada
esophagus da volvulus lambung (pada penderita dimana seluruh lambung hernia ke
rongga toraks).
c. Divertikula
Divertikula yang paling sering didapati di esophagus biasanya terletak di atas sfingter
esophagus atas (divertikula Zenker), dibagian tengah esophagus (divertikula karena
tarikan) atau lebih tepatnya diatas sfingter bawah (divertikula epifrenik). Sering di
diagnosis setelah usia dewasa, diakibatkan oleh gangguan motorik. Divertikula
Zenker sering dihubungkan dengan disfungsi kriko-faringeal, biasanya diawali
dengan gejala disfagia sepintas. Bila divertikula membesar gejala regurgitasi, aspirasi
dan massa di leher yang nampak jelas dan makin nyata. Divertikula esophagus
dibagian tengah lebih sering asimtomatik, sedangkan divertikula epifrenik mungkin
juga memberi gejala disfagia dan regurgitasi.


2. Lambung
Walaupun jenis penyakit dan gangguan lambung pada populasi lansia dan dewasa muda
serupa, akan tetapi penampilan dan penyebab penyakit dan gangguan tersebut seringkali
berbeda. Hal ini karena adanya perubahan fisiologik dan berbagai penyakit ko-morbid
yang sering terdapat pada usia lanjut. Tampilan penyakit dan gangguan lambung pada
usia lanjut termasuk penyakit peptic sering tidak khas.

3. Gangguan motilitas gastro-intestinal primer
Gangguan motilitas gastro-intestinal primer adalah gangguan yang tidak berhubungan
dengan penyakit tertentu. Tampilan klinik, patofisiologi dan pengobatannya bervariasi.
Gastro-paresis idiopatik dan dyspepsia fungsional bisa terjadi pada lanjut usia.


4. Gangguan motilitas gastro-intestiunal sekunder
Berbagai penyebab yang sering terjadi pada populasi usia lanjut, antara lain gangguan
neuro-muskuler, gangguan vaskuler-kolagen dan obat-obatan, dapat menyebabkan
gangguan motilitas gastro-intestinal. Disamping itu, gastro-paresis juga bisa diakibatkan
tindakan bedah di saluran cerna yang merubah anatomi dan mempengaruhi mekanisme
yang mengontrol motilitas. Neuropati diabetik merupakan kelainan yang umum yang
mempengaruhi inervasi saluran cerna dan mempengaruhi motilitas. Kelainan degenarif
susunan syaraf otonom pada usia lanjut misalnya sindroma Shy-Drager dan hipotensi
ortostatik idiopatik bias mengakibatkan komplikasi gastroparesis.

5. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum dapat terjadi di esophagus, lambung, dan duodenum. Sekitar 1/3
penderita dengan ulkus duodenum berusia diatas 60 tahun. Walaupun kadar asam
lambung pada lansia sudah menurun, insidensiulkus lambung masih lebih banyak
dibanding diulkus duodenum. Pria lebih banyak dibandingkan wanita (pada usia muda
perbandingan wanita : pria=5-10:1). Walaupun gejala pada banyak penderita lanjut usia
mirip dengan yang terdapat pada usia muda, sebagian lainnya memberikan gejala tak
spesifik, antara lain penurunan berat badan, mual dengan rasa tak enak diperut. Tingkat
komplikasi pada lanjut usai lebih tinggi, pada saat ini 50% perforasi terjadi pada mereka
yang berusia diatas 70 tahun. Pada beberapa penderita, perforasi yang terjadi tidak
memberikan gejala khas (silent).


6. Gastritis
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopatologikdapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi beberapa bentuk, atas dasar :
1. Manifestasi klinik
2. Gambaran histology yang khas pada gastritis
3. Distribusi anatomic
4. Kemungkinan pathogenesis gastritis
Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya usia. Gastritis atrofikans merupakan
penyebab tersering terjadinya hipo atau akhlorhidia. Gastritis akut sering diakibatkan
oleh konsumsi alcohol, obat-obatan (terutama anti inflamasi non steroid) dan toksin
stafilokokus. Jenis superfisial ditandai dengan adanya inflamasi, edema dan produksi
mucus yang berlebihan. Pada usia lanjut sering kali asimtomatik atau dianggap sebagai
akibat normal proses menua. Pada jenis hiportrofikans secara endoskopik terlihat adanya
pembenhkakan mukosa sehingga berbentuk seperti spons, disertai disana-sini adanya
ulserasi dan erosi.

7. Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronis bila infiltrasi sel radang seperti disebutkan diatas yang terjadi
pada lamina propia, daerah epithelial atau pada kedua daerah tersebut terutma terdiri atas
limfosit dan sel plasma. Kehadiran ghranulosit netrofil pada daerah tersebut menandakan
peningkatan aktivitas gastritis kronik.




8. Gangguan Pada Hati
a. Hepatitis kronik aktif
b. Sirosis bilier primer
c. Sirosis

9. Penyakit Empedu
a. Batu empedu
b. Karsinoma kandung empedu
c. Karsinoma saluran empedu (kolangiokarsinoma)

10. Penyakit Pada Pankreas
a. Pankreatitis akut
b. Pankreatitis kronik
c. Karsinoma pancreas


11. Penyakit Usus Besar dan Usus Kecil
a. Malabsorbsi
b. Gangguan motilitas usus halus
c. Iskemia mesentrik
d. Penyakit Crohn
e. Penyakit davertikuler
f. Kolitis pseudomembranosa
g. Kolitis ulserativa
h. Karsinoma kolon dan rectum

KESIMPULAN
Proses menua membawa banyak perubahan pada lanjut usia. Pada system gastro-
intestinal, mulai gigi geligi sampai ke kolon/rectum. Walaupun demikian, proses menua tidak
berarti terjadinya gangguan gastro-intestinal. Adanya gangguan system gastro-intestinal harus
menyebabkan pertma-tama pemikiran kearah adanya proses patologis. Asesmen geriatric yang
baik biasanya akan menemukan proses penyakit yang mendasari, yang mungkin diperberat oleh
gangguan fisiologik dan anatomic akibat proses menua. Oleh karena gangguan pada system
gastro-intestinal sering kali menyebabkan gangguan nutrisi yang kemudian secara berantai
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, maka asesmen yang teliti dan tindakan
penatalaksanaan yang baik diperlukan agar penderita usia lanjut dapat melanjutkan
kehidupannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R Boedhi & H Hadi Martono.1999. BUKU AJAR GERIATRI (ILMU KESEHATAN
USIA LANJUT) EDISI KE 2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nugroho,SKM.Wahjudi. 1995. PERAWATAN LANJUT USIA. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai