Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN


(METODE TIM)

Dosen Pembimbing :
HENY KRISTANTO, S.Kep, M.Kes.











Disusun Oleh : II-B
1. Arif Setya P
2. Dwi Susilo P
3. Farida Anggun S
4. Gabby Nandia R.M
5. Mega Dwi P
6. Merry Ismalia
7. Riris Rijarti
8. Pipit Oktaviani
9. Rahmadhita L
10. Septinulalin Dwie C
11. Vendy Dwi A
12. Wahyu Faisal P
13. Yoga Pandu A.S
14. Zomal Fiantana
15. Dimas Bangun P



AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2012/2013
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
MAKALAH PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN(METODE TIM) dengan lancar.
Rasa terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Heny Kristanto, S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing.
2. Teman-teman prodi D-III keperawatan
Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen. Dan
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka
dari itu, kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para generasi muda pada umumnya
dan untuk perawat program pendidikan khususnya.


Kediri, November 20133


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
II. Rumusan Masalah
III. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan Tim
B. Tujuan Pemberian Metode Tim
C. Tugas dan Tanggung Jawab
D. Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran dan Kritik


BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya untuk mengurangi
masalah yang berkaitan dengan pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang
yakin bahwa, meskipun kekurangan staf keperawatan profesional terus berlanjut, sistem
asuhan pasien harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang
menyertai keperawatan fungsional.
Pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf
berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang
terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan
menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non
pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang
dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Disamping itu, ketua tim juga mempunyai
tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan
keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.

II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan tim?
2. Bagaimana tujuan pemberian metode tim?
3. Bagaimana tugas dan tanggung jawab metode tim?
4. Bagaimna keuntungan dan kerugian metode tim?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan tim
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian metode tim
3. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab metode tim
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian metode tim
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Tim
Keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya untuk mengurangi
masalah yang berkaitan dengan pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang
yakin bahwa, meskipun kekurangan staf keperawatan profesional terus berlanjut, sistem
asuhan pasien harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang
menyertai keperawatan fungsional. Struktur keperawatan tim ditunjukkan dalam gambar.
Pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf
berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang
terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan
menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non
pofesional dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok
pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan,
kelancaran dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim
di bawah tanggung jawabnya. Disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk
melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan
keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
Dalam keperawatan tim, petugas bantuan bekerja sama dalam memberikan asuhan
kepada sekelompok pasien di bawah arahan perawat profesional. Sebagai pimpinan tim
tersebut, perawat bertanggung jawab mengetahui keadaan dan kebutuhan semua pasien yang
termasuk dalam tim dan merencanakan asuhan individual. Tugas pimpinan tim berfariasi
bergantung pada kebutuhan pasien dan beban kerja. Tugas tersebut mencakup membantu
anggota tim, memberikan asuhan langsung kepada pasien, memberikan penyuluhan, dan
mengkoordinasikan aktifitas pasien.
Keperawatan tim biasanya diasosiasikan dengan kepentingan demokratis. Anggota
kelompok diberikan otonomi sebanyak mungkin saat mengerjakan tugas yang diberikan,
meskipun tim tersebut berbagi tanggung jawab dan akuntabilitas secara bersama. Perlunya
ketrampilan komunikasi dan koordinasi yang baik membuat pelaksanaan keperawatan tim
sulit dilakukan dan membutuhkan disiplin diri yang besar dipihak anggota tim.
Keperawatan tim memungkinkan anggota untuk melakukan keahlian atau ketrampilan
yang mereka miliki. Kemudian, pimpinan tim sebaiknya menggunakan pengetahuannya
mengenai kemampuan setiap anggota saat membuat penugasan pasien kelolaan. Mengenali
kelayakan individu dari seluruh pekerja dan memberikan otonomi kepada anggota tim
menimbulkan kekuasaan kerja yang tinggi.
Kerugian keperawatan tim terutama dihubungkan dengan penerapannya yang kurang
tepat, bukan filosofi keperawatan itu sendiri. Sering kali, tidak tersedia waktu yang adekuat
untuk melaksanakan asuhan dan melakukan komunikasi tim. Hal ini dapat menimbulkan batas
yang tidak jelas mengenai tanggung jawab, kesalahan, dan asuhan keperawatan yang pecah.
Agar perawatan tim dapat efektif, pimpinan harus mempunyai ketrampilan komunikasi,
organisasi, manajement, dan kepemimpinan yang baik dan harus menjadi seorang praktisi
yang sempurna.
Keperawatan tim, seperti rancangan aslinya telah mengalami banyak modifikasi dalam
25 tahun terakhir ini. Sebagian besar keperawatan tim tidak pernah mempraktikkan bentuk
murninya, malah sebaliknya menerapkan kombinasi tim dan struktur fungsional. Upaya
terakhir dan untuk memperbaiki keperawatan tim menghasilkan konsep keperawatan
modular, yang merupakan suatu pendekatan tim kecil (dua atau tiga orang anggota). Tim
dipertahankan dalam sekala kecil dan anggota tim diupayakan dalam tim yang sama sesering
mungkin untuk lebih banyak waktu bagi perawat profesional untuk merencanakan dan
mengoordinasi anggota tim. Selain itu, tim kecil membutuhkan komunikasi yang lebih sedikit
sehingga memungkinkan anggotanya memakai waktu mereka dengan lebih baik untuk
melakukan asuhan pasien.
Stuktur organisasi keperawatan tim pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah
mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok.
Metode ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan
terbaik. Selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi
asuhan keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim
diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam
perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang
dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Disamping itu, ketua tim juga mempunyai
tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan
keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.
B. Tujuan Pemberian Metode Tim
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas.
Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam
melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowladge dan transfer of
experiences diantara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkaykan
pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar
benar di arahkan dan di rencanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan keperawatan.
Sebagaimana di ketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dari dua orang perawat atau lebih
yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua tim seharusnya perawat
profesional yang sudah berpenngalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan di
tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya, ketua tim akan
melaksanakan tugas yang di delegasikan oleh perawat kepala ruang bersama sama denga
anggota tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara
cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut diarahkan untuk melakukan pengkajian dan
penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah tanggung
jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan mempertimbangkan
kemampuan yang di miliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi,
mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan tugasnya
apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima laporan
tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.

C. Tugas dan Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus di prhatikan oleh anggota tim adalah
mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal hal yang gterjadi pada
pasien terutama yang tidak di inginkan, melakukan revisi rencana keperawatn apabila di
perlukan, melaporkan perkembangan pasien pada perawat kepala ruang serta kesulitan yang
dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin
pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang
di hadapi, menjaga komunikasi yang efektif , melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga
pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang di buat anggota tim apabila diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki
kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. Ketua tim
juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi
pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan
tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaian dan
pengetahuan keterampilan profesional.
Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan. Pemberian
tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala ruang akna
menentukan jumlah tim yang di perlukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain
memperhitungkan jumlah tenaga perawat perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan
jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat di dasarkan pada tempat atau
kamar pasien, tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang di rawat.
Berdasarkan hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3. Melakukan peran sebagai model peran
4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien.
6. Merevisi dan menyesuaikan rencan keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
7. Melaksanakan observasi baik terhadapa perkembangan pasien maupun kerja dari anggota
tim.
8. Menjadi guru pengajar
9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak secara positif
dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan keperawatan
cepat teratasi, mutu asuhan keperawatan terpelihara, perawat terbiasa bekerja secara
terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan, kerjasama antar perawat meningkat, kepuasan
kerja miningkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman semua perawat meningkat, serta
kaderisasi kepemimpinan terjadi.
Dibanding dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung
jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat menjadi lebih
kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Apabila
kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini memberi pengkayaan pengalaman dan
perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim dan tingkat yang rendah.

D. Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
1. Keuntungan dan kerugian metode tim
Beberapa keuntungan dan metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :
a. Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa
diperlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang
lebih mengenal dan memahami kebutuhannya.
b. Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatnya menangani
pasien dalam jumlah yang sedikit. hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien
secara komperehensif dan melihat pasien secara holistik.
c. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan dalam
bekerjasama dan berkomunikasi dalam tim. hal ini akan mempermudah dalam
mengenali anggota tim yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sebagaimana metode fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa
kerugian. Selain itu, metode ini dianggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena
terkotaknya distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim memerlukan banyak
kerjasama dan komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh
perawat non profesional. Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untuk melaksanakan tugas
menejerial, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan mengontrol kerja kelompok. Selain itu
ketua tim dapat mengalami kebingungan karena tugas disampaikan oleh beberapa orang
anggota, terlebih apabila komposisi anggota tim sering diubah.

2. Peran perawat kepala ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan
minat yang dimilikinya. disamping itu, perawt kepala ruang harus mampu mengoptimalkan
fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan
anggota tim, dan membagi tugas sesuai dengan keterampilan anggotanya. hal yang tidak kalah
pentingnya adalah perawat kepala ruang harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan apabila ada tenaga
profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil dapat bekerjasama dan
membimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. disamping itu, perawat kepala ruang
harus mau membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. satu tim keperawatan
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhn
keperawatan pada lima sampai sepuluh orang pasien.
(Kuntoro, agus. 2010. buku ajar menejemen keperawatan. Yogyakarta : nuha medika)






























BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Pengembangan metode tim di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode ini juga didasari atas
keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf
berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang
etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan
menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non
pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam
perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang
dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai
tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan
keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.

II. Kritik
Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga
kami mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah kami
yang selanjutnya.

III. Saran
Berusaha dan selalu bekerja sama akan membawa kita menuju keberhasilan dalam
menyelesaikan masalah dan mengerjakan tugas. Serta melakukan tugas dengan penuh
tanggung jawab akan membuat kita semakin menjadi dewasa dan mandiri
Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga
kami mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah kami
yang selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA

Maequis, Bessie L.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan:teori
&aplikasi.Ed.4.Jakarta.EGC
Kuntoro, agus. 2010. buku ajar menejemen keperawatan. Yogyakarta : nuha medika
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan Professional . Jakarta : EGC
Kedokteran
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional,
ed.2. Jakarta: Salemba Medika.
Rusdi, I. 2008. Model Pemberian Asuhan Keperawatan (nursing care delivery models),
diakses 6 Februari 2012,
Somantri, I. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional, FIK-UNPAD, diakses pada 25
Maret 2011,

Anda mungkin juga menyukai