Anda di halaman 1dari 24

Teknik Lingkungan

Kuliah 11
Karakteristik Limbah Cair
Pengertian Pencemaran Air
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal, bukan dari kemurniannya. Air di alam tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi.
Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan
selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO
2
, O
2
dan N
2

serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel
lainnya yang terbawa dari atmosfer.

Air permukaan dan air tanah biasanya mengandung beberpa bahan
terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandung
komponen-2 tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah.

Air minum pun bukan merupakan air murni, meskipun bahan-bahan
tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut,
tetapi mungkin masih mengandung komponen-komponen terlarut
lainnya.
Bahan Pencemar Air
Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung
dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan
polusi.
Karakteristik limbah cair dapat dilihat dari beberapa komponen a.l:
1. Padatan (tersuspensi, terlarut, total, minyak)
2. pH
3. Oksigen terlarut
4. Kebutuhan oksigen (BOD, COD)
5. Mikroorganisme
6. Nutrien
7. Senyawa anorganik dan logam berat
8. Komponen organik sintetik
9. Bahan radioaktif
1. Padatan
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat
dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan
sifat-sifat lainnya, terutama kelarutannya yaitu:
A. Padatan terendap (sedimen),
B. Padatan tersuspensi dan koloid
C. Padatan terlarut
D. Minyak dan lemak
Dalam analisis air, selain padatan-padatan tersebut di atas sering
juga dilakukan analisis terhadap total padatan, yaitu semua padatan
setelah airnya dihilangkan atau diuapkan.
Padatan yang terdapat di dalam air juga dapat dibedakan atas
padatan organik dan anorganik. Padatan organik umumnya berasal
dari minyak.
1.A. Padatan Terendap (sedimen)
Sedimen adalah padatan terendap adalah padatan yang dapat
langsung mengendap jika air didiamkan selama beberapa waktu.
Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel
yang mempunyai ukuran relatif besar dan berat, sehingga dapat
mengendap dengan sendirinya.

Sedimen dalam jumlah besar sangat merugikan, karena hal-hal
sebagai berikut:
1. Menyebabkan penyumbatan saluran air
2. Mengurangi populasi ikan/hewan-2 air lainnya
3. Mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga
mengurangi kecepatan fotosintesis
4. Menyebabkan air menjadi keruh sehingga menambah biaya
penjernihan air
1.B. Padatan Tersuspensi dan Koloid
Padatan tersuspensi adalah padatan yang tidak terlarut, dan tidak
dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran dan beratnya lebih kecil dari pada
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya.
Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk
suspensi yang dapat tahan sampai beberapa bulan, kecuali jika
keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain, sehingga terjadi
penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan.
Selain mengandung padatan tersuspensi, air buangan juga sering
mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, misalnya protein.
Air buangan industri mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam
jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya.
Air buangan dari industri-industri makanan, terutama industri
fermentasi, dan industri tekstil sering mengandung padatan
tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi. Jumlah padatan tersuspensi di
dalam air dapat diukur menggunakan alat turbidimeter.
Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi akan
mengurangi penetrasi sinar/cahaya ke dalam air sehingga
mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis.
1.C.Padatan Terlarut
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik
yang larut dalam air, misalnya mineral dan garam-garamnya.
Sebagai contoh, air buangan pabrik gula biasanya mengandung
berbagai jenis gula, sedangkan air buangan industri kimia sering
mengandung garam seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik
(As), cadmium (Cd), khromium (Cr), nikel (Ni), Cl2, serta
garam-garam kalsium dan magnesium yang mempengaruhi
kesadahan air. Selain itu air buangan juga sering mengandung
sabun, deterjen dan surfaktan.
Ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air akan
mempengaruhi sifat kesadahan air. Air dengan kesadahan tinggi
sangat merugikan, karena dapat menimbulkan karatan/korosi
pada alat-alat yang terbuat dari besi, menurunkan busa sabun
sehingga meningkatkan konsumsi sabun, dan menimbulkan
endapan atau kerak di dalam wadah pengolahan.
1.D. Minyak / Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam
kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan
air. Minyak di dalam air berasal dari berbagai sumber, di antaranya sisa
pembersihan dan pencucian kapal-kapal di laut, pengeboran minyak di
pantai atau di tengah laut
Minyak tidak larut air, oleh karena itu jika air tercemar oleh minyak maka
minyak tersebut akan tetap mengapung, kecuali jika terdampar ke
pantai atau tanah di sekeliling sungai.
Semua jenis minyak mengandung senyawa-senyawa volatil yang dapat
menguap. Selama beberapa hari sebanyak 25% dari volume minyak
akan hilang karena menguap. Sisa minyak yang tidak menguap akan
mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air dan minyak dapat
bercampur.
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat
menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air
berkurang. Ternyata intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter
dari permukaan air yang mengandung minyak adalah 90% lebih
rendah daripada intensitas sinar pada kedalaman yang sama di dalam
air yang bening.
2. Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena
lapisan film minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air.
3. Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu
kehidupan burung air karena burung-burung yang berenang dan
menyelam bulu-bulunya akan ditutupi oleh minyak sehingga menjadi
lekat satu sama lain
4. Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak
dapat mengganggu kehidupan tanaman-tanaman laut.
1.D. Minyak / Lemak
2. pH
pH limbah cair adalah ukuran keasaman (acidity) atau kebasahan
(alkalinity) limbah cair. pH menunjukkan prlu tidaknya pengolahan
pendahuluan (prtreatment)untuk mencegah terjadinya gangguan
pada proses pengolahan limbah cair secara konvensional.
Secara umum limbah cair domestik bersifat netral. Limbah
pertambangan umumnya bersifat asam.
3. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan
tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam
air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan
konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya.
Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi,
kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya
adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5
ppm, sedangkan biota air dingin memerlukan oksigen terlarut
mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk
kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO) dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air, di mana jumlahnya tidak tetap tergantung
dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke
dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut
dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan
atmosfer. Pada suhu 20C dengan tekanan satu atmosfer konsentrasi
oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9.2 ppm, sedangkan
pada suhu 50C dengan tekanan atmosfer yang sama tingkat
kejenuhannya hanya 5.6 ppm. Semakin tinggi suhu air, semakin
rendah tingkat kejenuhan
4.1 BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah
bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang
ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka
berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan
oksigen tinggi.
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen
untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan
organik, sintesis sel, dan oksidasi sel. Reaksi-reaksi tersebut
adalah:
4. Kebutuhan Oksigen
(1) Oksidasi bahan organik
enzim
(CH
2
O)n + nO
2
-------- nCO
2
+ nH
2
0 + panas

(2) Sintesis sel
enzim
(CH
2
0) + NH
3
+O
2
------ komp. sel + CO
2
H
2
O + panas

(3) Oksidasi sel
enzim
Komponen sel + O
2
-------- CO
2
+ H
2
O +NH
3
+ panas
4. Kebutuhan Oksigen
4.2. COD (Chemical Oxygen Demand)
Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau COD adalah banyaknya oksigen
dalam miligram per liter yang dibutuhkan untuk menguraikan zat
organik dalam liter air secara kimiawi.
Uji coba kebutuhan oksigen kimiawi (COD) juga digunakan secara
luas sebagai suatu ukuran ketentuan pencemaran air limbah
domestik maupun limbah industri. Uji coba tersebut direncanakan
untuk mengukur oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat organik pada air.
Pada suatu sistem tertentu, terdapat hubungan antara COD dan
BOD, tetapi bervariasi antara suatu tempat dengan tempat lainnya
4. Kebutuhan Oksigen
5. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai
sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau
mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan,
bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut
mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup
di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok.
Air dapat menjadi medium pembawa mikroorganisme patogenik
yang berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering ditemukan di
dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran
pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera,
Shigella dysenteriae penyebab disenteri basiler, Salmonella typhosa
penyebab tifus dan S. paratyphi penyebab paratifus, virus polio dan
hepatitis, dan Entamoeba histolytica penyebab disenteri amuba.
Mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator polusi kotoran
adalah bakteri yang tergolong dalam :
A. Escherichia Coli
B. Streptokokus Fekal
C. Clostridium perfringens.
Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air bervariasi tergantung
pada berbagai faktor:.
1. Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh
sumber air tersebut, misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air
permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang,
air laut, dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air
Air, terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen
yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Sebagai
contoh, air yang mengandung besi dalam jumlah tinggi sering
ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu Ferrobacillus (F. ferrooxidans), air
yang mengandung H2S sering ditumbuhi oleh bakteri belerang yaitu
Thiobacillus T thiooxidans), dan air yang mengandung metana (CH4)
sering ditumbuhi oleh bakteri yang mengoksidasi metana.
5. Mikroorganisme
3. Komponen beracun
Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi
jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air tersebut. Hidrogen
sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari
sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan
mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya H2S dapat digunakan
oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron/hidrogen untuk
mereduksi karbon dioksida.

4. Organisme air
Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah
dan jenis mikroorganisme air. Sebagai contoh, plankton
merupakan organisme yang makan bakteri, ganggang dan
plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi
jumlah organisme-organisme tersebut. Adanya protozoa dan
bakteriophage mengurangi jumlah bakteri di dalam air karena
kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri.
5. Mikroorganisme
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform,
dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun
hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. Bakteri koliform
lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati dan disebut koliform
nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes.
E. coli adalah grup koliform yang dapat menfermentasi laktose dan
memproduksi asam dan gas pada suhu 37 C maupun suhu 44C
dalam waktu 48jam. Sifat ini digunakan untuk membedakan E. coli
dari Enterobacter, karena Enterobacter tidak dapat membentuk
gas dari laktose pada suhu 44C. E. coli adalah bakteri yang
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat negatif,
berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Sifat E. coli lainnya
yang penting adalah mereduksi nitrat menjadi nitrit, bersifat
katalase positif dan oksidase negatif.
E. aerogenes pada umumnya dapat memproduksi indol dari
triptofan, membentuk asam sehingga menurunkan pH medium
menjadi 4.5, tidak memproduksi asetil metil karbinol atau asetil dari
glukose, dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon.
A. Escherichia coli
B. Streptococcus Fekal
Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram negatif,
berbentuk bulat atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang
disebut juga kokobasili. Sel-sel bakteri ini terdapat dalam bentuk
tunggal atau membentuk rantai memanjang. Streptococcus fekal dapat
dibedakan dari Streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup di dalam
saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan
dapat tumbuh pada suhu 45C.
Perbandingan jumlah koliform fekal dengan streptokoki fekal di dalam
kotoran manusia dan hewan peliharaan biasanya lebih besar dari 40,
sedangkan di dalam kotoran hewan berdarah panas lainnya,
perbandingan tersebut mungkin kurang dari 0.6.
Dalam melakukan uji bakteri indikator perlu diperhatikan sensitivitas
bakteri tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya. Sebagai contoh,
inkubasi Streptococcus faecalis di dalam air selama 20 hari pada suhu
20C akan mengakibatkan jumlahnya berkurang menjadi
sepersepuluhnya, sedangkan koliform fekal di dalam air dengan
kondisi yang sama akan berkurang jumlahnya menjadi seperseratus
kalinya. Hal ini menunjukkan bahwa streptokoki fekal lebih tahan hidup
di dalam air dibandingkan dengan koliform fekal.
C. Clostridium Perfringens
C. perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif
berbentuk batang dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di
alam, yaitu di dalam tanah, debu, dan merupakan bagian dari
mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan hewan. Bakteri
ini bersifat anaerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik,
meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.

Kelemahan sebagai bakteri indikator, di antaranya adalah:
1. Bakteri ini membentuk spora yang tahan panas dan sering melebihi
ketahanan semua bakteri patogen lainnya
2. Uji yang digunakan untuk mendeteksi C. perfringens mempunyai
spesivisitas rendah
3. C. perfringens merupakan bakteri patogen penyebab keracunan,
oleh karena itu uji bakteri sangat penting.
6. Nutrient
Limbah cair, terutama dari pertanian dan domestik, mengandung
nutrient (nitrogen dan fosfor) dalam konsentrasi kecil berguna bagi
perkembangan organisme air. Dalam kondisi ini tidak menyebabkan
masalah pada badan air penerima ataupun yang akan digunakan
kembaliuntuk irigasi atau air bakuindustri.
Jumlah nutrien yang masuk dalam badan air (yang relatif bersih)
dalam jumlah besar akan merangsang pertumbuhan algae secara
berlebihan atau dikenal eutrofikasi, sehingga akan mengganggu
ekosistem perairan.
Pengolahan limbah cair secara konvensional belum mampu
mengurangi kandungan nutrient dalam limbah cair.
7. Logam Berat
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, di
antaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam
berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan
sehari-hari. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam
berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung
maupun tidak langsung telah mencemari lingkungan.
Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik
(As), kadmium (Cd), khromium (Cr) dan Nikel (Ni) dll
Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh
suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka
waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
7.1 Logam Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu banyak dijumpai di alam. Di
alam merkuri terdapat dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya, dan
jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak
tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui
proses-proses fisik, kimia dan biologi yang kompleks.
Merkuri dan komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia
untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam
tersebut banyak digunakan untuk keperluan ilmiah dan industri.
Merkuri digunakan dalam berbagai bentuk dan untuk berbagai keperluan,
misalnya industri khlor-alkali, alat-alat listrik, cat, instrumen, sebagai katalis,
kedokteran gigi, pertanian, alat-alat laboratorium, obat-obatan, industri kertas,
amalgam, dan sebagainya. Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam
industri khlor-alkali, di mana diproduksi khlorin (Cl2 ) dan soda kaustik (NaOH)
dengan cara elektrolisis larutan garam NaCl.
Kegunaan kedua yang terbesar dari merkuri adalah dalam produksi alat-alat
listrik untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh misalnya lampu uap merkuri
yang banyak digunakan untuk penerangan jalan-jalan dan pabrik karena
mempunyai biaya instalasi dan operasi yang lebih rendah daripada lampu pijar,
dan dapat dioperasikan pada voltase tinggi. Penggunaan lainnya misalnya
dalam baterei merkuri yang mempunyai umur relatif panjang dan dapat
digunakan pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.

7. Logam Berat
7.2 Timbal
Polusi timbal (Pb) dapat terjadi di udara, air maupun tanah. Kandungan
timbal di dalam tanah rata-rata adalah 16 ppm, tetapi di daerah tertentu
dapat mencapai beberapa ribu ppm. Kandungan timbal di udara
seharusnya rendah karena nilai tekanan uapnya rendah. Untuk
mencapai tekanan uap 1 torr, timbal atau komponen-komponen timbal
membutuhkan suhu lebih dari 800C, berbeda dengan merkuri di mana
tekanan uap 1 torr dapat dicapai pada suhu yang jauh lebih rendah
yaitu 126C.
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena:
1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam
bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi
bebrbagai bentuk.
3. Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai
lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang
terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni.
5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya
kecuali emas dan merkuri.
7. Logam Berat

Anda mungkin juga menyukai