Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang
akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa. Untuk
mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya
manusia yang dimiliki, dilakukan melalui pendidikan, baik melalui jalur
pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Perkembangan dunia
pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi
teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras
dengan tuntutan dunia kerja.
Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti
mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari - hari di masyarakat luas. Salah satu
lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk
memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan
kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) dirancang untuk menyiapkan
peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu
mengembangkan sikap profesional di bidangnya. Namun Sekolah Menengah
Kejuruan dituntut bukan hanya sebagai penyedia tenaga kerja yang siap bekerja
pada lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha / dunia industri,
2

tetapi juga dituntut untuk mengembangkan diri pada jalur wirausaha, agar dapat
maju dalam berwirausaha walaupun dalam kondisi dan situasi apapun.
Saat ini SMK sedang gencargencarnya digalakkan oleh pemerintah.
Kebijakan ini ditempuh setelah melihat kenyataan bahwa 65% penganggur
terdidik adalah lulusan pendidikan menengah, yang dapat diartikan sebagai
kurangnya keterampilan lulusan pendidikan menengah untuk masuk lapangan
kerja.
1
SMK kelompok program keahlian pariwisata adalah salah satu program
keahlian yang diprediksikan oleh Dikmenjur akan berkembang pesat untuk jangka
waktu yang panjang. Pariwisata sekarang ini merupakan suatu tuntutan hidup,
yakni untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan. Permintaan orang
untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus meningkat.
Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan wisata yang
semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Kebijakan untuk peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan
dilakukan melalui penguatan program-program antara lain pengembangan sekolah
berbasis keunggulan lokal di setiap kabupaten atau kota dalam rangka
melaksanakan amanat UU No.20/2003. Peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan menengah kejuruan dilakukan dengan mengembangkan program
studi/jurusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. SMK di setiap daerah
juga didorong untuk mengembangkan program studi yang berorientasi pada
keunggulan lokal, baik pada aspek keterampilan maupun kewirausahaan.

1
Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Renstra Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
3

Pendidikan kewirausahaan akan diberikan untuk membekali lulusan SMK
mampu mengembangkan sendiri lapangan kerja bagi dirinya. Semakin tingginya
persaingan dunia kerja, tak sedikit orang yang kini lebih memilih sekolah
kejuruan. Alasannya, sekolah kejuruan bisa memberikan bekal kecakapan hidup
berdasarkan potensi dan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. Pendidikan
kejuruan adalah jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Upaya penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan sulit dilepaskan
keterkaitannya dengan manajemen mutu, dimana semua fungsi manajemen yang
dijalankan diarahkan semaksimal mungkin dapat memberikan layanan yang sesuai
dengan atau melebihi standar nasional pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut
diperlukan upaya untuk mengendalikan mutu (quality control). Pengendalian
mutu dalam pengelolaan pendidikan tersebut dihadapkan pada kendala
keterbatasan sumber daya pendidikan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya
pengendalian mutu dalam bentuk jaminan atau assurance, agar semua aspek yang
terkait dengan layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah sesuai dengan atau
melebihi standar nasional pendidikan. Konsep yang terkait dengan hal ini dalam
manajemen mutu dikenal dengan Quality Assurance atau penjaminan mutu.
Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab
satuan pendidikan yang harus didukung oleh pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan
masing-masing serta peran serta masyarakat.
4

Kemajuan dunia pendidikan kejuruan khususnya SMK masih kurang jika
dibandingkan dengan kemajuan dunia industri sangat pesat. Sebagai contoh pada
tingkat pendidikan menengah khususnya SMK pada saat praktik, bahan praktik
yang digunakan sudah ketinggalan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam
bidang otomotif, mobil atau motor digunakan teknologinya sudah ketinggalan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan lulusan SMK kurang maksimal dalam bekerja
di dunia industri karena perbedaan teknologi tersebut. Memang pada sekolah-
sekolah kejuruan tertentu fasilitas, bahan praktik, guru, dan infrastruktur sudah
mulai distandarkan sesuai dengan standar internasional dengan munculnya
SMKBI (Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional).
Mencermati uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka perlu
sebuah kajian menyangkut implementasi sistem penjaminan mutu pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berkaitan hal tersebut, akan dilakukan
penelitian di SMK Negeri 3 Banjarbaru.
B. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada masalah implementasi SPMP (Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan), sebagai kebijakan.Fokus penelitian ini akan
mendasarkan pada kerangka teori implementasi, yaitu teori implementasi (Charles
OJones) dan faktor-faktor impelementasi (George Edward III). Dengan
mendasarkan pada kerangka teoritik tersebut, maka penelitian ini akan
memfokuskan pada :
1) Proses Implementasi, dimana terdapat tiga komponen, yaitu :
a) Interpretasi
5

b) Pengorganisasian
c) Aplikasi
2) Faktor Implementasi terdiri dari :
a) Komunikasi
b) Sumber
c) Struktur
d) Disposisi
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1) Memperoleh gambaran mengenai proses implementasi Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di SMK Negeri 3 Banjarmasin.
2) Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penentu berhasil atau gagalnya
implementasi kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di
SMK Negeri 3 Banjarmasin.

D. Kajian Pustaka

1) Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan (SPMP)

Kebijakan penjaminan mutu satuan pendidikan didasari pada beberapa
peraturan yang seling terkiat. Peraturan-peraturan yang dapat dijadikan landasan
adanya kebijakan sistem penjaminan mutu satuan pendidikan adalah sebagai
berikut :
1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6

Pasal 50 Ayat (2) undang-undang tersebut menyebutkan : Pemerintah
menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional.
Dalam pasal tersebut jelas menyatakan bahwa pemerintah mempunyai
tanggungjawab dalam penjaminan mutu pendidikan.
2) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Pasal 3 peraturan tersebut menyatakan : Standar Nasional Pendidikan
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional
yang bermutu.
Pasal ini menetapkan bahwa standar nasional pendidikan menjadi dasar
dalam pencapain dan pelaksanaan mutu pendidikan.
Pasal 59 peraturan ini juga menyebutkan : Pemerintah Daerah menyusun
rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan
program : (d) penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat.
Pasal ini merupakan bentuk penjabaran lebih lanjut dari undang-undang
No.20 Tahun 2003 bahwa pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam
penjaminan mutu, sehingga pada tingkat satuan pendidikan kemudian
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
7

Kemudian untuk satuan pendidikan juga mempunyai kewajiban dalam
penjaminan mutu, seperti datur dalam pasal 91 Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berbunyi :
(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan.
(2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional
Pendidikan.
(3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu
program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu
yang jelas.
3) Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaran Pendidikan
Pasal 12 Ayat 2 peraturan ini mengatur bentuk penjaminan mutu melalui
berbagai program. Ketentuan tersebut berbunyi : Dalam rangka
penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi:
a) akreditasi program pendidikan;
b) akreditasi satuan pendidikan;
c) sertifikasi kompetensi peserta didik;
d) sertifikasi kompetensi pendidik; dan/atau
e) sertifikasi kompetensi tenaga kependidikan.
8

Penjaminan mutu adalah serentetan proses yang saling berkaitan untuk
mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang kinerja dan mutu
tenaga kependidikan, program pendidikan dan institusi pendidikan. Penjaminan
mutu mengarah pada peningkatan mutu. Proses penjaminan mutu mencakup
bidang yang akan dicapai beserta prioritas pengembangan, menyajikan data
perencanaan yang didasarkan pada bukti serta pengambilan keputusan, dan
mendukung budaya peningkatan yang berkelanjutan. Mutu hasil pendidikan di
tingkat pendidikan dasar dan menengah di Indonesia dinilai berdasarkan delapan
standar pendidikan nasional BSNP. SPPMP untuk pendidikan dasar dan
menengah mencakup: (a) penilaian mutu pendidikan, (b) analisis dan pelaporan
mutu pendidikan dan (c) peningkatan mutu pendidikan
2
.
Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen
Pemerintah Indonesia yang diterapkan melalui berbagai kebijakan. Pendidikan
nasional merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Oleh karena itu penjaminan mutu
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak (Mutu adalah
Tanggung Jawab Bersama). Tahapan penjaminan mutu pendidikan dimulai dari
pengumpulan data, analisis, pelaporan, dan rekomendasi, serta peningkatan mutu
pendidikan yang mengacu kepada acuan mutu pendidikan, yakni Standar
Pelayanan Minimal, Standar Nasional Pendidikan, dan Standar Mutu Pendidikan
yang melampaui Standar Nasional Pendidikan.

2
Kementiran Pendidikan Nasional, 2010, Buku Pedoman Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP), Jakarta
9

Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan meliputi jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal, jenis pendidikan umum dan kejuruan, serta
jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Karakteristik khusus
yang dimiliki oleh masing-masing jalur, jenis dan jenjang tersebut memberikan
implikasi terhadap beragamnya peran dan tanggung jawab dalam penjaminan
mutu. Pendidikan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola penjaminan mutu,
sementara jenjang pendidikan dasar dan menengah di bawah kewenangan
pemerintahan kabupaten/kota/provinsi.
Penyelenggaraan pendidikan pada berbagai jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tersebar mulai
dari satuan/program pendidikan yang dibina oleh Pemerintah, Pemerintahan
Provinsi/ Kabupaten/Kota, dan masyarakat memiliki keragaman layanan mutu
pendidikan. Untuk mengatasi keragaman tersebut, beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain: (1) penetapan perangkat peraturan perundang-undangan
yang memberikan arah pelaksanaannya; (2) komitmen pimpinan; (3) sistem
pengelolaan; (4) koordinasi yang baik; serta (5) pengetahuan dan kesadaran
tentang penjaminan mutu pada setiap individu. Oleh karena itu, upaya
peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara terpadu antara
penyelenggara dan pembina pendidikan di semua tingkatan dengan
satuan/program pendidikan dalam kerangka Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan,
sebagaiman diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
10

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan sesuai dengan Permendiknas Nomor
63 Tahun 2009 terdiri atas kegiatan penetapan regulasi dan standar, pelaksanaan,
serta pengukuran dan evaluasi penjaminan mutu pendidikan. Secara garis besar
dapat dikategorikan ke dalam tiga kegiatan utama, yakni: persiapan, pelaksanaan,
dan evaluasi yang secara rinci dijelaskan pada bab selanjutnya. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar berikut
3
:



Prosedur Operasional Standar (POS) penjaminan mutu pendidikan
ditetapkan oleh penyelenggara satuan/program pendidikan yang meliputi
yayasan, pemerintahan kabupaten/kota, pemerintahan provinsi dan Pemerintah.
Prosedur operasional standar penjaminan mutu pendidikan terdiri dari beberapa
langkah kegiatan utama, diantaranya: (1) sosialisasi SPMP; (2) pembinaan
pelaksanaan SPMP; (3) penjaminan mutu pendidikan; dan (4) peningkatan mutu
pendidikan.

3
Kementiran Pendidikan Nasional, 2010, Buku Pedoman Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP), Jakarta.
PENETAPAN
REGULASI DAN
STANDAR
PENJAMINAN
MUTU
PENDIDIKAN
PELAKSANAAN
PENJAMINAN
MUTU
PENDIDIKAN
PENGUKURAN
DAN EVALUASI
PENJAMINAN
MUTU
PENDIDIKAN
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
EVALUASI

PENINGKATAN MUTU
11

Prosedur operasional standar yang ditetapkan oleh satuan/program
pendidikan mempunyai lima langkah utama yakni: (1) sosialisasi SPMP; (2)
pembinaan pelaksanaan SPMP; (3) pemenuhan standar; (4) penjaminan mutu
pendidikan; dan (5) peningkatan mutu pendidikan. Pada POS ini, pelaksananya
adalah kepala dan ketua komite satuan/program pendidikan. Sasaran utamanya
adalah pendidik, anggota komite, tenaga kependidikan dan peserta didik di
satuan/program pendidikan.
POS penjaminan mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan
disusun berdasarkan tahapan penjaminan mutu pendidikan yang mencakup
pengumpulan data, analisis data, pelaporan dan rekomendasi. Secara rinci tahapan
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Pengumpulan data, merupakan prosedur yang sistematis dan terstandar
untuk memperoleh data tentang kompetensi lulusan, kurikulum, proses
belajar mengajar, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan/manajemen, pembiayaan, dan penilaian hasil
pendidikan.
b) Analisis data, merupakan langkah selanjutnya yang harus ditempuh untuk
menganalisis data-data yang dikumpulkan terkait dengan SPM dan SNP.
c) Pelaporan, merupakan bentuk komunikasi utama antara pelaksana dengan
pengguna hasil penjaminan mutu yang menggambarkan tingkat
pencapaian satuan/program pendidikan berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan sebelumnya.
12

d) Rekomendasi, merupakan kegiatan untuk memformulasikan gagasan dan
pemikiran perbaikan program berdasarkan data terkumpul yang telah
dianalisis. Rekomendasi memuat tindakan yang harus dilakukan oleh
pembuat keputusan, oleh karena itu harus disusun secara cermat dalam
suatu sesi diskusi khusus untuk penyusunan rekomendasi. Diskusi
penyusunan rekomendasi sebaiknya melibatkan berbagai pihak kunci
terkait sehingga menghasilkan rekomendasi yang layak, mencakup semua
aspek dan dapat dilaksanakan.
POS penjaminan mutu yang ditetapkan oleh satuan/program pendidikan
berisi: (1) langkah pelaksanaan; (2) siapa yang melakukan; (3) siapa sasarannya;
(4) metode yang digunakan; dan (5) waktu pelaksanaannya.

2) Teori Implementasi

Implementasi dalam kamus Webster berarti to provide the means for
carriying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical
effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Jika pandangan ini kita
ikuti maka implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit
presiden) (Abdul Wahab, 2008).
Sebagai proses, implementasi di dalamnya terdapat beberapa aktivitas.
Menurut Jones (dalam Widodo,2008) ada tiga aktivitas utama dalam
implementasi, yaitu :
13

1) Interpretation, merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang
masih bersifat abstrak ke dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis
operasional. Kebijakan perlu dikomunikasikan atau disosialisasikan
terhadap mereka yang terlibat dalam kebijakan.
2) Organization, yaitu aktivitas yang mengarah kepada proses kegiatan
pengaturan dan penetapan siapa yang menjadi pelaksana kebijakan, apa
yang akan dilaksanakan, penetapan anggaran, penetapan sarana, penetapan
tata kerja, penatapan manajemen, kepemimpinan dan koordinasi pelaksana
kebijakan. Secara operasional dijelaskan sebagai berikut :
a) Pelaksana, dimana sangat tergantung jenis kebijakan yang
dilaksanakan
b) Standar Prosedur Operasi sebagai pedoman, petunjuk, tuntunan dan
referensi bagi para pelaku kebijakan agar mereka mengetahui apa yang
harus disiapkan dan lakukan, sasarannya dan capaiannya.
c) Sumber daya keuangan dan peralatan
d) Penetapan manajemen pelaksanaan, yang lebih diarahkan pada
kepemimpinan dan koordinasi
e) Penetapan jadwal kegiatan
3) Application, merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi
kebijakan dalam realitas nyata. Tahap aplikasi merupakan wujud dari
pelaksanaan masing-masing kegiatan dalam tahapan yang sudah disebut
sebelumnya.
14

Terdapat beberapa model implementasi kebijakan yang dikembangkan
oleh para ahli. Salah satu yang yang dapat diajukan adalah model dari George
Edwards III seperti berikut (Winarno, 2008):










1) Komunikasi
Secara umum Edwards dalam membahas komunikasi ada tiga hal penting
dalam proses komunikasi kebijakan yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan.
Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa
mereka yang melaksanakan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan.
Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada
personil yang tepat sebelum keputusan dan perinth itu dapat diikuti. Selain
dipahami keputusan dan perintah it harus jelas. Jika tidak jelas maka implementor
akan mengalami kebingungan.
KOMUNIKASI
STRUKTUR BIROKRASI
SUMBER-SUMBER
DISPOSISI:
KECENDERUNGAN
IMPLEMENTASI
Sumber : Winarno (2002:155)
Gambar 2.1 Model Implementasi George Edwards III
15

Aspek lain dari komunikasi adalah konsistensi. Keputusan dan perintah
yang bertentangan akan membingungkan staf dan pelaksana. Faktor pertama
komnikasi adalah transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu
keputusan ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu
perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan.
2) Sumber
Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas
dan konsisten, tetapi jika para pelaskana kekurangan sumber-sumber yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun
cenderung tidak efektif. Sumber-sumber yang penting meliputi : staf yang
memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan
usul-usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.
Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi
kebijakan. Informasi punya dua bentuk. Pertama informasi mengenai bagaimana
melaksanakan suatu kebijakan. Bentuk kedua adalah data tentang ketaatan
personil-personil lain terhadap peraturan-peraturan pemerintah. Pelaksanan harus
mengetahui apakah orang-orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan
mematuhi undang-undang ataukah tidak.
Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang.
Wewenang ini akan berbeda dari satu program ke program lainnya serta
mempunyai bentuk yang berbeda, seperti misalnya hak untuk mengeluarkan surat
panggilan untuk datang ke pengadilan, mengajukan masalah-masalah ke
16

pengadilan, menarik dana, menyediakan dana, membeli barang dan jasa atau
memungut pajak.
Fasilitas fisik mungkin pula merupakan sumber-sumber penting dalam
implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai,
mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan mungkin mempunyai
wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa bangunan sebagai kantor
untuk melakukan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan maka besar
kemungkinan implementasi yang direncakan tidak akan berhasil.
3) Disposisi/Kecenderungan-kecenderungan
Kecenderungan dari pelaksana kebijaan merupakan faktor ketiga yang
mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang
efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan
hal itu berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan
kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.
Demikian pula sebaliknya, bila tingkah laku atau perspektif para pelaksana
berbeda dengan pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan
menjadi semakin sulit.
4) Struktur Birokrasi
Menurut Edward ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yaitu
prosedur-prosedur kerja ukuran dasar atau sering disebut Standard Operating
Procedures (SOP) dan fragmentasi. Yang pertama berkembang sebagai tanggapan
internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelasana serta
keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang
17

kompleks dan tersebar luas. Yang kedua berasal terutama dari tekanan-tekanan
dari luar unit-unit birokrasi, seperti komitmen legisltaif, kelompok-kelompok
kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang
mempengaruhi organisasi birokrasi-birokasi pemerintah.
Dengan menggunakan SOP para pelaksanan dapat memanfaatkan waktu
yang tersedia. Selain itu, SOP juga menyeragamkan tindakan-tindakan dari para
pejabat dari organisasi yang komplek dan tersebar luas. SOP sangat mungkin
menghalangi implementasi kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan cara-
cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan.
Semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim
dari suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP menghambat
implementasi.
Konsekuensi yang paling buruk dari fragmentasi birokrasi adalah usaha
untuk menghambat koordinasi. Padahal, penyebaran wewenang dan sumber-
sumber untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang kompleks membutuhkan
koordinasi. Hambatan ini diperburuk oleh struktur pemerintahan yang terpecah-
pecah. Pada umumnya, semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan, semakin berkurang kemungkinan untuk berhasil.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah :
1) Dari sisi praktis, maka hasil penelitian ini akan membantu lembaga,
khususnya SMK Negeri 3 dalam melakukan evaluasi implementasi SPMP.
18

2) Dari sisi akademik, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam ilmu manajemen pendidikan, bagaimana mengelola
sebuah kebijakan dalam lembaga pendidikan.
3) Dari sisi penulis, maka hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan
informasi dan ilmu berkaitan dengan manajemen pendidikan, serta sebagai
bahan dalam membantu lembaga meningkatkan mutu pendidikan.

F. Definisi Istilah

Beberapa istilah atau konsep dalam penelitian ini adalah :
1) Sistem Penjamin Mutu Pendidikan adalah serentetan proses yang saling
berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data
tentang kinerja dan mutu tenaga kependidikan, program pendidikan dan
institusi pendidikan.
(Kementiran Pendidikan Nasional, 2010, Buku Pedoman Pelaksanaan
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), Jakarta)
2) Akreditas Sekolah adalah kegiatan penilaian kelayakan suatu program dan
satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (UU No.23
Tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
3) Implementasi Kebijakan adalah suatu proses melaksanakan keputusan
kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit presiden) (Abdul
Wahab, 2008).


19

BAB II
METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku dari orang-orang yang
diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mendapatkan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan dan perilaku dari orang-orang yang
diamati.
4
Desain penelitian kualitatif dimungkinkan bervariasi karena
sesuai dengan bentuk alami penelitian kualitatif itu sendiri yang
mempunyai sifat emergent dimana phenomena muncul sesuai dengan
prinsip alami yaitu pehenomena apa adanya sesuai dengan yang dijumpai
oleh seorang peneliti dalam proses penelitian dilapangan.
Dalam penelitian ini mendasarkan kerangka teori implementasi
model George Edward, yang lebih menekankan pada faktor penentu
implementasi. Juga mendasarkan pada kerangka teoritik dari Charles
OJones dimana menekankan proses implementasi yang memfokuskan
pada tiga kegiatan, interpretasi, pengorganisasian dan aplikasi.
B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam hal ini adalah sebagai orang luar dari
subyek penelitian (SMK Negeri 3 Banjarbaru). Peneliti adalah sebagai key

4
Dalam Moleong, 2003, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
20

instrument (instrumen kunci), peneliti menyadari bahwa dirinya
merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi
pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus bisa
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan. Hubungan baik
antara peneliti dan subjek penelitian sebelum, selama maupun sesudah
memasuki lapangan merupakan kunci utama dalam keberhasilan
pengumpulan data. Hubungan yang baik dapat menjamin kepercayaan dan
saling pengertian. Tingkat kepercayaan yang tinggi akan membantu
kelancaran proses penelitian, sehingga data yang diinginkan dapat
diperoleh denga mudah dan lengkap. Peneliti harus menghindari kesan-
kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti
dilapangan diketahui secara terbuka oleh subjek penelitian.
C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini SMK Negeri 3 Banjarbaru, khususnya program
keahlian rekayasa perangkat lunak.
D. Sumber Data

Sumber data penelitian ini ada beberapa ,yaitu :
1) Primer, sumber data primer ini adalah :
a) Subyek atau pelaku implementasi, kepala sekolah dan guru di
SMK Negeri 3 Banjarmasin
b) Kejadian atau peristiwa seperti pelaksanaan akreditasi,
perencanaan dan sebagainya
2) Sekunder, sumber data ini adalah :
21

a) Hasil studi orang lain
b) Kepustakaan
c) Dokumen menyangkut SPMP di lokasi penelitian
E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 prosedur
pengumpulan data, yaitu :
1) Wawancara
Wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-
cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Dalam proses wawancara dengan menggunakan
pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara
yang sangat umum, serta mencantumkan fokus-fokus yang harus diliput
tampa dengan tetap memperhatikan pedoman wawancara.
2) Observasi
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan
peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan
data tambahan terhadap hasil wawancara.
3) Dokumentasi
22

Dalam hal ini berbagai dokumen menyangkut SPMP di lokasi penelitian
akan dikumpulkan, dianalisis dalam rangka untuk melengkapi data-data
lainnya guna menghasilkan kesimpulan yang diharapkan.
F. Analisis Data

Proses analisis data ini peneliti lakukan secara terus menerus,
bersamaan denganpengumpulan data dan kemudian dilanjutkan setelah
pengumpulan data selesai dilakukan. Di dalam melakukan analisis data
peneliti mengacu kepada tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman
5

yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
(conclusion drawing/verivication), biasa dikenal dengan model analisis
interaktif (interactive model of analysis).
G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data adalah dengan proses
triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai
pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam triangulasi. Sebagai teknik
pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
a) Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari
satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

5
Miles, BB dan A.M Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.
23

b) Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus
bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan
masukan terhadap hasil pengumpulan data.
c) Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat.
d) Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi
pada saat wawancra dilakukan.
Dalam penelitian tidak semua macam triangulasi akan dilakukan,
hanya sebagian saja, misalnya triangulasi data atau pengamat.
H. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu :
1) Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.
Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih
24

ahli dalam hal ini adalah pembibing penelitian untuk mendapat masukan
mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan
koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman
wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara.
Peneliti selanjutnya mencari sumber informasi/informan yang
sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum
wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang
kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk
diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut
mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.
2) Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat.
Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil wawancara
dalam bentuk tulisan. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan
interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada
bagian metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat
dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan
saran-saran untuk penelitian selanjutnya.







25

BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data
1) Profil SMK Negeri 3 Banjarmasin
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Banjarbaru
merupakan salah satu SMK Negeri yang ada di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan. Sekolah yang beralamat di Jl. Aneka Tambang
Cempaka Banjarbaru tersebut didirikan pada tanggal 27 Juli tahun 2004.
Saat ini SMK Negeri 3 Banjarbaru dipimpin oleh Bapak Rosehan Anwar,
S.Pd. dengan dibantu oleh sejumlah tenaga kependidikan sebagai berikut :
Data Tenaga Kependidikan SMK Negeri 3 Banjarbaru
NO JENIS TENAGA KEPENDIDIKAN JUMLAH
1 Guru PNS 34
2 Guru Non PNS 19
3 Tenaga Administrasi PNS 2
4 Tenaga Administrasi Non PNS 6
5 Tenaga Keamanan Sekolah 1
6 Tenaga Kebersihan 1
7 Penjaga Malam 2
8 Teknisi Keuangan 1
JUMLAH 66 orang
Sumber : SMK Negeri 3 Banjarbaru

SMK Negeri 3 Banjarbaru memiliki 6 bidang studi (kompetensi
keahlian), yaitu:
26

1) Rekayasa perangkat lunak (akreditasi B terhitung tahun 2012)
2) Kecantikan kulit (akreditasi B terhitung tahun 2012)
3) Busana (akreditasi B terhitung tahun 2012)
4) Akomodasi dan perhotelan (belum terakriditasi)
5) Akutansi (belum terakriditasi)
6) Usaha perjalanan wisata (belum terakriditasi)
Sebagai sebuah sekolah kejuruan, SMK Negeri 3 Banjarbaru
didirikan dalam rangka membentuk tenaga yang cukup memiliki berbagai
keahlian seperti yang sudah disebut di atas. Untuk pencapaian tujuan
tersebut, ditetapkan VISI dan MISI sekolah. Visi SMK Negeri 3
Banjarbaru adalah sebagai Lembaga Pendidikan yang menyiapkan Sumber
Daya Manusia (SDM) sebagai asset pembangunan yang produktif dan
professional serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk
mencapai visi tersebut ditetapkan misi yang harus dicapai, yaitu :
1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan
budaya bangsa sebagai sumber kearifan dalam bertindak.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif kepada seluruh
warga sekolah.
3) Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara optimal yang
berorientasi kepada pencapaian Kompetensi Berstandar Nasional /
Internasional.
4) Mengadopsi prinsip-prinsip manajemen mutu sebagai suatu proses
peningkatan untuk kerja.
27

5) Mengembangkan hubungan sekolah dengan institusi pasangan
(DU/DI) yang mempunyai reputasi nasional / internasional secara
berkelanjutan.
Memperhatikan salah satu misi yang diemban oleh SMK Negeri 3
Banjarbaru adalah adopsi prinsip-prinsip manajemen mutu, maka dapat
dikatakan bahwa prinsip tersebut merupakan salah satu prinsip pokok
dalam pengelolaan sekolah. Penerapan manajemen mutu, tidak hanya
terbatas pada pelaksanaan proses pembelajaran, tetapi juga menjadi prinsip
pengelolaan kelembagaan (organisasi) secara keseluruhan. Hal ini secara
lebih rinci diwujudkan ke dalam beberapa poin penting tujuan SMK yang
hendak dicapai, antara lain :
1) Mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang akuntabel sebagai
pusat pemberdayaan kompetensi berstandar nasional dan
internasional.
2) Mendidik SDM yang punya etos kerja dan memiliki kompetensi untuk
menjadi Wirausahawan yang handal.
3) Memberikan berbagai layanan pendidikan kejuruan yang variable dan
fleksibel dan terintegrasi antar jalur dan jenjang pendidikan.
4) Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan.
5) Mengangkat keunggulan moral sebagai modal daya saing bangsa.
6) Menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan sesuai
kebutuhan masyarakat.
28

7) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk
menyelenggarakan pendidikan.
8) Mengoptimalkan sumber daya pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan layanan dan mutu pendidikan
kejuruan.
Tujuan-tujuan tersebut merupakan target yang harus dicapai oleh
SMK Negeri 3 Banjarbaru pada periode tertentu dengan memperhatikan
berbagai potensi, keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.
Dukungan sarana dan prasarana menjadi modal penting dalam rangka
mencapai tujuan, misi dan visi yang suah ditetapkan. Beberapa sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh SMK Negeri 3 Banjarbaru adalah sebagai
berikut :
Sarana Ruang/Kelas SMK Negeri 3 Banjarbaru
Fasilitas Jumlah
Kelas Teori 19 Ruangan
Lab Bahasa 1 Ruangan
Lab Komputer 2 Ruangan
Lab IPA 0 Ruangan
Lab Akomodasi Perhotelan 0 Ruangan
Pustaka 1 Ruangan
UKS 1 Ruangan
OSIS 0 Ruangan
Ruang Guru 1 Ruangan
Aula 0 Ruangan
Bimbingan dan Konseling 1 Ruangan
Kantin 4 Ruangan

29

Demikian pula SMK Negeri 3 Banjarbaru juga memiliki dukungan
lahan yang cukup memadai yaitu :
Data Lahan SMK Negeri 3 Banjarbaru
Kepemilikan : Pemko Banjarbaru
No. Sertifikat : 24
Tgl. Sertifikat : 27 05 2004
Luas Tanah : 21.260 M
2

Luas Bangunan : 13.856 M
2

Luas Pekarangan : 1.210 M
2

Luas Lapangan Olah Raga : 1.210 M
2


Dukungan-dukungan dan potensi yang dimiliki oleh SMK Negeri 3
tersebut dapat didayagunakan untuk pencapaian mutu sekolah.
B) Temuan Penelitian
2.1 Tahapan Implementasi Kebijakan
Kerangka teoritik penelitian ini mendasarkan pada pendapat
Charles OJones tentang proses impelementasi sebuah kebijakan. Teori ini
diterapkan pada level lembaga/sekolah, yang menetapkan 3 (tiga) tahapan
pokok dalam implementasi sebuah kebijakan. Tahapan-tahapan tersebut
adalah :
1) Interpretation(interpretasi/penerjemahan) yang merupakan tahapan
penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam
kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional. Kebijakan perlu
30

dikomunikasikan atau disosialisasikan terhadap mereka yang terlibat
dalam kebijakan.
Tahapan ini menempatkan visi, misi dan tujuan SMK Negeri 3
Banjarbaru sebagai bentuk interpretasi dari kebijakan manajemen mutu
pendidikan di jenjang SMK. Pasal 12 Peraturan Pemerintah No.17
Tahun 2010 menetapkan bahwa : Pemerintah melakukan dan/atau
memfasilitasi penjaminan mutu pendidikan dengan berpedoman
pada kebijakan nasional pendidikan dan Standar Nasional
Pendidikan. Kebijakan ini menempatkan kata kunci standar nasional
sebagai acuan mutu dari pengelolaan sebuah lembaga pendidikan.
Setiap lembaga atau program wajib menjabarkan kebijakan tersebut ke
dalam bentuk rumusan sesuai dengan kewenangannya. Dengan kata
lain, bahwa sekolah harus menjabarkan rumusan penjaminan mutu
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan disesuaikan dengan standar
nasional pendidikan ke dalam lingkup satuan pendidikan masing-
masing. Ini merupakan bentuk kewajiban melakukan interpretasi
kebijakan tersebut.
SMK Negeri 3 Banjarbaru sudah melakukan tugas dalam
tahapan interpretasi tersebut dengan baik, dimana visi, misi dan tujuan
pendidikan di sekolah sudah ditetapkan. Demikian pula pada jenjang
jurusan/program (kompetensi keahlian) juga memiliki interpretasi
tersendiri dalam rangka menjabarkan penjaminan mutu tersebut.
Misalnya dapat disebut adalah sebagai berikut :
31

A) Program Keahlian Kecantikan Kulit, maka ditetapkan
tujuannya sebagai berikut :
a) Menerapkan Pengetahuan Anatomi dan Fisiologi
Kecantikan
b) Menentukan Kosmetika Kecantikan
c) Merawat kulit wajah
d) Merias wajah
e) Merawat tangan dan kaki (menicure dan pedicure)
f) Merawat tubuh
g) Mengelola Salon Kecantikan Kulit
Dengan diterapkannya tujuan-tujuan tersebut diharapkan
dapat dijadikan landasan bagi program keahlian kecantikan kulit
dalam rangka penjaminan mutu proses pembelajarannya, sarana
dan prasarana serta lulusan yang dihasilkan. Tujuan tersebut
menjadikan setiap program mempunyai spesifikasi yang
membedakan antara satu program dengan program lainnya, karena
memang berbeda dalam tuntutan akan mutu yang diharapkan.
B) Program Rekayasa Perangkat Lunak memiliki tujuan program
sebagai berikut :
a) Pemograman Database
b) Pemograman WEB
c) Pemograman Berorientasi obyek dan Antarmuka
32

2) Organization (pengorganisasian), yaitu aktivitas yang mengarah
kepada proses kegiatan pengaturan dan penetapan siapa yang menjadi
pelaksana kebijakan, apa yang akan dilaksanakan, penetapan anggaran,
penetapan sarana, penetapan tata kerja, penatapan manajemen,
kepemimpinan dan koordinasi pelaksana kebijakan.
Tahapan ini lebih menyangkut pada tahapan penataan struktur
organisasi dimana harus mengelola sumber daya manusia, tata kerja
dan pengelolaan semua sumber daya organisasi.
Menyangkut persoalan siapa melakukan apa atau pembagian kerja
di SMK Negeri 3 Banjarbaru, khususnya dalam hal penjaminan mutu
menjadi tanggung jawab wakil kepala sekolah urusan manajemen
mutu, yaitu Bapak Asranuddin, A.Md. Beliau mempunyai tugas pokok
dan fungsi sebagai berikut :
a) Menyiapkan perangkat Program manajemen mutu;
b) Menyusun pembagian tugas guru dalam Pelaksanaan Manajemen
Mutu;
c) Merencanakan dan menyusun kegiatan ulangan sumatif, ujian, dan
Prakerin;
d) Mengelola KBM;
e) Mengelola penilaian;
f) mengelola kegiatan Kurikuler dan Ko-Kuikuler;
g) Mengolah laporan target kurikulum dan daya siap;
h) Menyiapkan buku paket/buku penunjang untuk guru;
33

i) Membentuk MGMP sekolah;
j) Mengkoordinir penyerahan rapor;
k) Menyusun kelas unggulan;
l) Mengusulukan tenaga pengajar;
m) Membina kegiatan lomba bidang akademis;
n) Menyusun laporan.
Memperhatikan beberapa tugas pokok dan fungsi di atas,
menjadi jelas secara struktural, wakil kepala sekolah urusan
manajemen mutu memiliki tugas spesifik dalam menjalankan
implementasi sistem penjaminan mutu di SMK Negeri 3 Banjarbaru.
Di atas juga secara spesifik, dalam tugas ini juga menyangkut penataan
personil dan prosedur penjaminan mutu di sekolah.
Di SMK Negeri 3 Banjarbaru terdapat beberapa wakil kepala
sekolah, yaitu wakil kepala sekolah urusan manajemen mutu,
kesiswaan, kurikulum dan pengajaran, sarana dan prasarana, dan
hubungan masyarakat dunia usaha dunia industri. Semua bagian,
termasuk wakil kepala sekolah lainnya, dalam urusan manajemen mutu
menjadi bagian koordinasi wakil kepala sekolah urusan manajemen
mutu. Demikian pula para ketua program keahlian.
Penelitian ini memfokuskan pada program keahlian rekayasa
perangkat lunak, dimana struktur di bawah wakil kepala sekolah
urusan manajemen mutu adalah ketua program untuk menjalankan
penjaminan mutu di sekolah. Saat ini ketua program keahlian rekayasa
34

perangkat lunak adalah Bapak Ilham Alfian Noor, S.Pd.,M.T. dengan
beberapa tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
a) Mengkoordinir KBM pada program keahlian Rekayasa Perangkat
Lunak;
b) Bersama-sama Wakasek Kurikulum menyusun pembagian tugas
mengajar mata diklat program produktif;
c) mengalokasikan mata diklat produktif pada semester yang relevan.
d) Bersama dengan pengelola laboratorium, sanggar, bengkel, ruang
raktik yang relevan menjaga dan mengoptimalkan fungsi ruang-
ruang tersebut sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas
penggunaannya
e) Mengatur jadual penggunaan ruang-ruang untuk kegiatan
pemelajaran;
f) Merencanakan kegiatan praktik kejuruan;
g) Bersama-sama dengan wakasek Humas dan Kurikulum
menentukan lokasi kegiatan Prakerin;
h) Menyusun laporan
Tahap pengorganisasi sudah berjalan dengan baik, dalam
menata struktur, tugas kerja masing-masing bagian. Kesemuanya itu
merupakan standar operasi dalam organisasi yang harus dijalankan
sebagai bentuk pengorganisasi kebijakan penjaminan mutu di sekolah.

35

3) Application (penerapan/pelaksanaan), merupakan tahap penerapan
rencana proses implementasi kebijakan dalam realitas nyata. Tahap
aplikasi merupakan wujud dari pelaksanaan masing-masing kegiatan
dalam tahapan yang sudah disebut sebelumnya.
Tahapan ini merupakan tahapan implementasi dalam bentuk
kegiatan nyata dan rutin. Secara garis besar, tahap penerpan ini
dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran, praktek kerja dan
kegiatan kurikuler, ektsra kurikuler yang ada di sekolah. Semua
kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai standar nasional pendidikan,
serta garis visi, misi dan tujuan sekolah yang sudah dibuat.
Sebagai bentuk penilaian atas penjaminan mutu yang sudah
dilakukan oleh SMK Negeri 3 Banjarbaru, khususnya untuk program
keahlian rekaya perangkat lunak adalah B. Pencapaian ini merupakan
nilai yang sudah baik untuk penjaminan mutunya. Dalam Peraturan
Pemerintah No.17 Tahun 2010 tentang Pengeloaan Penyelenggaraan
Pendidikan, akreditasi merupakan wujud konkrit dari pelaksanaan
penjaminan mutu di satuan pendidikan.
2.2 Faktor Penentu Implementasi
Pada uraian sebelumnya disebutkan bahwa akreditasi yang diperoleh
program keahlian rekayasa perangkat lunak (RPL) SMK Negeri 3 Banjarbaru
adalah B menunjukkan pelaksanaan penjaminan mutu di sekolah tersebut
berarti baik. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan penjelas pelaksanaan
penjaminan mutu tersebut, yaitu melalui faktor-faktor implementasi kebijakan
36

yang diajukan oleh George Ewdard III yaitu : komunikasi, struktur organisasi,
sumber daya dan disposisi.
2.2.1 Faktor Komunikasi
Komunikasi dalam konteks penelitian ini adalah berkaitan dengan
transmisi, konsistensi dan kejelasan. Transmisi kebijakan merupakan bentuk
bagaimana penyampaian kebijakan penjaminan mutu tersampaikan pada level
yang lebih rendah, yaitu para pelaksana. Transmisi kebijakan di program
keahlian rekayasa perangkat lunak sudah berjalan dengan baik. Penjabaran
kebijakan dari level undang-undang, peraturan pemerintah, visi, misi, tujuan
sekolah, tujuan program keahlian sampai pada rencana pelaksanaan
pembelajaran sudah terlaksana. Para guru sudah bisa memahami dan
mewujukan sistem penjaminan mutu sampai dalam proses pembelajaran. Itu
juga memberikan bukti adanya konsistensi, dimana penjabaran dalam bentuk
kebijakan di sekolah tetap menempatkan standar nasional pendidikan sebagai
acuan utama dalam penjaminan mutu di sekolah. Demikian pula komunikasi
antar bagian, antar guru dalam struktur organisasi sekolah selama ini sudah
berjalan dengan baik.
2.2.2 Faktor Struktur Organisasi
Seperti yang diuraikan sebelumnya, menjelaskan bahwa struktur
organisasi penjaminan mutu di SMK Negeri3 Banjarbaru sudah tertata dengan
baik. Terdapat struktur yang secara khusus menangani penjaminan mutu di
sekolah tersebut, yaitu dibawah kewenangan dan tanggung jawab wakil kepala
sekolah urusan manajemen mutu. Demikian pula bagian-bagian lain yang
37

kesemuanya berada dalam wewenangan serta koordinasi wakila kepala
sekolah tersebut sebagai kepanjangan tangan dari kepala sekolah.
Persoalan ada tidaknya fragmentasi dalam struktur SMK Negeri 3
Banjarbaru tidak ditemukan. Bahwa pembagian kejuruan/program keahlian ke
dalam struktur berbeda bukan berarti terjadi perbedaan tajam sehingga
menimbulkan konflik, tetapi sebaliknya pembagian tersebut merupakan
bentuk organisasi modern dengan fokus dan fungsi pokok yang berbeda
dengan tujuan mencapi mutu pendidikan secara keseluruhan untuk SMK
Negeri 3 Banjarbaru.
2.2.3 Faktor Sumber Daya
Sumber daya dalam pelaksanaan sebuah kebijakan tidak hanya
menyangkut sumber daya manusia (SDM) dan keuangan. Secara umum SDM
dan keuangan di SMK Negeri 3 Banjarbaru sudah cukup baik dalam rangka
pelaksanaan penjaminan mutu. Namun demikian dalam penelitian ini
menemukan sebuah fakta bahwa dukungan sarana dan prasarana dalam bentuk
laboratorium khusus komputer untuk kepentingan rekayasa perangkat lunak
masih belum tersedia dengan baik. Dukungan sarana ini menjadi persoalan
penting dan mendasar, karena menyangkut program keahlian rekayasa
perangkat lunak. Komputer yang ada selama ini mengandalkan dari
laboratorium komputer yang ada, 2 ruang yang dipakai oleh seluruh siswa
SMK. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran komputer dan perangkat
lunak menjadi kurang maksimal. Menjadi bisa dipahami, mengapa kemudian,
akreditasi yang diperoleh oleh program keahlian ini masih B.
38

2.2.4 Faktor Disposisi
Disposisi merupakan sikap dari para pelaksana kebijakan di lapangan.
Hal ini tentu guru yang menjadi pemegang peran utama tersebut. Selama ini,
sikap para guru menunjukkan sikap yang positif terhadap kebijakan
penjaminan mutu di sekolah. Beberapa guru yang diwawancarai menyatakan
bahwa kekurangan sarana dan prasarana tidak menjadi penghalang atau
penghambat dalam rangka mencapai mutu pendidikan di sekolah. Fasilitas
yang ada kurang mendukung tidak menimbulkan konflik pemakaian dengan
program keahlian/jurusan lainnya. Karena menyadari bahwa semua program
keahlian memerlukan dukungan fasilitas guna mencapai mutu yang lebih baik.
Bahkan bagi sebagian guru, khususnya guru pada program keahlian rekayasa
perangkat lunak, kekurangan fasilitas tersebut (laboratorium khusus rekayasa
perangkat lunak), menjadi pemicu memberikan pembelajaran yang efektif dan
efisien bagi siswa agar tetap menguasai kompetensi keahlian yang diajarkan.
Hal ini menunjukkan disposisi para guru sudah pada arah yang benar dan
sesuai dengan kebijakan penjaminan mutu di sekolah.







39

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Proses Implementasi
Uraian pada bagian sebelumnya memberikan gambaran secara utuh
mengenai proses implementasi kebijakan penjaminan mutu di SMK Negeri
Banjarbaru. Secara umum implementasi tersebut sudah berjalan dengan baik.
Kebijakan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan (SMK Negeri 3
Banjarbaru program keahlian rekayasa perangkat lunak) merupakan bentuk
kebijakan yang didasarkan pada undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Peraturan-peraturan tersebut menjadi dasar hukum
adanya kebijakan penjaminan mutu. Kemudian dijabarkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan dan diterjemahkan ke masing-masing sekolah dan program
keahlian yang ada di sekolah. Proses interpretasi ini sudah berjalan baik di SMK
Negeri 3 Banjarbaru program keahlian rekayasa perangkat lunak.
Tahapan pengorganisasi di SMK Negeri 3 Banjarbaru juga berjalan
dengan baik, dimana penataan personil untuk mengurusi penjaminan mutu di
sekolah berdiri sendiri dalam kewenangan wakil kepala sekolah urusan
manajemen penjaminan mutu. Pembagian tugas pokok dan fungsi masing-masing
bagian serta guru sudah diatur jelas dalam surat kepala sekolah mengenai tugas
pokok dan fungsi masing-masing personil di SMK Negeri 3 Banjbarbaru.
Tahapan terakhir adalah penerapan dimana penjaminan mutu di SMK
Negeri 3 Banjarbaru program keahlian rekayasa perangkat lunak sudah berjalan
40

dengan baik. Pencapaian akreditas B sebagai wujud penilaian pelaksanaan
penjaminan mutu oleh pemerintah melalui badan akreditasi nasional.
B. Faktor Penentu Implementasi
Temuan penelitian sebelumnya menyebutkan adanya faktor sumber daya
yang kurang maksimal dan menonjol dalam pelaksanaan penjaminan mutu di
SMK Banjarbaru khususnya program keahlian rekayasa perangkat lunak. Sumber
daya tersebut adalah tidak adanya laboratorium khusus komputer untuk
kepentingan rekayasa perangkat luna. Sumber daya jenis (fasilitas laboratorium)
ini merupakan faktor yang penting dan menentukan, karena aktivitas program
keahlian rekayasa perangkat lunak sangat tergantung dan berhubungan dengan
fasilitas ini. Kelangkaan fasilitas ini menyebabkan pelaksanaan penjaminan mutu
di program keahlian rekayasa perangkat lunak di SMK Negeri 3 Banjarbaru tidak
berjalan dengan maksimal. Bagaimana bisa tercapai kompetensi maksimal
seorang ahli dalam rekayasa perangkat lunak komputer tidak memiliki
laboratorium dalam proses pembelajarannya. Hanya mengandalkan laboratorium
komputer milik bersama tentu juga harus bergantung pada program keahlian
lainnya. Setiap program keahlian membutuhkan spesifikasi kebutuhan komputer
dan laboratorium berbeda-beda seuai kompetensinya.
Dengan kata lain, faktor sumber daya menjadi faktor kendala dalam
pelaksanaan penjaminan mutu pada program keahlian rekayasa perangkat lunak di
SMK Negeri 3 Banjarbaru. Sedangkan faktor lain seperti struktur, komunikasi dan
disposisi menjadi faktor pendukung keberhasilan implementasi kebijakan
41

penjaminan mutu pada program keahlian rekayasa perangkat lunak di sekolah
tersebut.





















42

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penelitian ini menyimpulkan
hasilnya sebagai berikut :
1) Implementasi Sistem Penjaminan Mutu di SMK Negeri 3 Banjarbaru,
khususnya program keahlian rekayasa perangkat lunak sudah berjalan
dengan baik pada seluruh tahapan, yaitu tahapan interpretasi,
pengorganisasian dan penerapan. Hal ini terbukti dengan diperolehnya
akreditasi program tersebut adalah B.
2) Impelementasi Sistem Penjaminan Mutu di SMK Negeri 3 Banjarbaru,
khususnya program keahlian rekayasa perangkat lunak menemui faktor
kendala yaitu sumber daya yang mendukungnya, khususnya sumber daya
berupa laboratorium komputer khusus program keahlian rekayasa
perangkat lunak. Sedangkan faktor pendukung keberhasilannya adalah
baiknya komunikasi, tertatanya struktur organisasi dan disposisi (sikap)
dari para pelaksana di sekolah.





43

B. Saran
Berasarkan kesimpulan sebelumnya, maka penulis mengajukan saran
sebagai berikut :
1) Pemerintah daerah hendaknya memberikan dukungan penuh dalam bentuk
penyediaan fasilitas laboratorium komputer khusus untuk program
keahlian rekayasa perangkat lunak di SMK Negeri 3 Banjarbaru.
Pencapaian akreditasi B merupakan wuju keseriusan sekolah dalam
pelaksanaan penjaminan mutu yang ada.
2) Sekolah bisa menjalin kerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha
dunia inustri dalam rangka memenuhi kebutuhan fasilitas tersebut, jika
menunggu dukungan pemerintah masih belum memungkinkan.


















44

DAFTAR PUSTAKA



Creswell, John W, 2003, Research Design, Sage Publications, London

Kementiran Pendidikan Nasional, Buku Pedoman SPMP, 2010.

Miles, BB dan A.M Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.,

Moleong, 2003, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Universitas Negeri Malang, 2010, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Malang

Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, MedPress, Yogyakarta.

Wiyono, Budi B, 2007, Metodologi Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan Action Research, Rosindo, Malang.















45







LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai