Anda di halaman 1dari 16

datang kepadaku seraya bers-

abda: Hai orang-orang Muhaji-


rin, ada lima perkara yang apabila
kamu diuji dengannya, maka san-
gat berat akibatnya. Aku memohon
perlindungan kepada Allah, agar
kamu tidak menemuinya: (1) Tida-
klah merajalela kekejian di suatu
kaum sama sekali, lantas mer-
eka melakukan kemaksiatan
secara terang-terangan kecu-
ali mereka akan dilanda penyakit
wabah dan penyakit yang belum
pernah terjadi pada umat dahulu-
dahulunya yang telah lalu. (2) Ti-
daklah mereka mengurangi ta-
karan dan timbangan kecuali
mereka akan ditimpa paceklik pan-
jang, biaya hidup
sangat tinggi, dan
dikuasai penguasa
yang dhalim. (3) Ti-
daklah mereka eng-
gan membayar
zakat kecuali mer-
eka akan ditimpa
kemarau panjang,
dan sekiranya tidak
ada binatang-binatang ternak,
tentu tidak akan turun hujan un-
tuk selamanya. (4) Tidaklah mer-
eka merusak janji-janji Allah
dan janji Rasul-Nyakecuali Allah
akan menguasakan musuh yang
berlaku sewenang-wenang dalam
merampas hak-hak mereka. (5)
Tidaklah pemimpin-pemimpin
mereka tak berhukum dengan
kitab Allahdan mereka tidak me-
milih (wahyu) yang Allah turunkan
kecuali Allah akan menjadikan sal-
ing bermusuhan di antara mereka.
[HR Ibnu Majah, Abu Nuaim, Al-
Hakim, Al-Baihaqi dalam Syuabul
Iman, dan Ibnu Asakir].
Masyarakat muslim
sudah seharusnya lebih
waspada terhadap prak-
tik-praktik kemunkaran
seperti ini. Tidak seke-
dar waspada, tetapi juga
sedapat mungkin berpar-
tisipasi aktif mencegah
timbulnya praktik batil di
dalam mencari uang, ter-
utama di lingkungannya
masing-
masing.
Ancaman
yang dihada-
pi masyara-
kat Muslim
di Indonesia,
ternyata ti-
dak hanya
berupa anca-
man akidah
tetapi juga datang dari
praktik batil dalam men-
cari uang atau makanan
tanpa mempedulikan
cara-caranya apakah ha-
lal atau haram, sehingga
hasilnya menjadi haram
pun tak dipedulikan. Masyarakat
Muslim Indonesia tidak saja di-
racuni akidahnya melalui paham-
paham sesat seperti liberalisme,
sekularisme, dan pluralisme,agama
alias kemusyrikan baru karena
menganggap semua agama sama,
serta aneka aliran sesat lain beru-
pa Islam Jamaah (LDII), Syiah,
Ahmadiyah, Inkar Sunnah, min-
KENALKAN DAN PINJAMKAN MAJALAH FITHRAH PADA KELUARGA, KERABAT, TETANGGA, TEMAN!
ta-minta keberhasilan ke kubur-
kubur, mendatangi dukun-dukun
dsb, Tidak Percaya Adzab Qubur,
dan sebagainya; tetapi juga diracu-
ni melalui berbagai pengaruh yang
membuat keadaan tidak peduli
lagi untuk menghindari yang
haram, baik secara dzatnya mau-
pun cara memperolehnya dan
memprosesnya. Masih pula
sering disajikan atau dijual
atas nama barang halal pada-
hal sejatinya adalah makanan
yang tidak halal bahkan men-
gandung racun atau zat yang
membahayakan. Ada daging
sapi dioplos daging babi, ada
makanan-makanan yang diberi
formalin dan sebagainya. Ka-
lau hal ini berlangsung terus, dan
tidak diberantas oleh kaum Musli-
min itu sendiri niscaya masyarakat
Muslim Indonesia akan menuju
bahaya bahkan bahaya yang paling
besar yaitu hilangnya iman, dan
doanya pun tertolak, serta jasad-
nya telah ditunggu neraka karena
makanannya di dunia dari yang
haram. Naudzubillahi min dza-
lik! Kami berlindung kepada Allah
dari hal yang demikian.
Mari kita banyak berdoa memo-
hon kepada Allah agar diteguhkan
iman kita, dan jangan sampai kita
terombang-ambing.
Kita perlu khawatir
akan ancaman tipisnya
bahkan hilangnya iman.
Nabi Muhammad shal-
lallahu alaihi wa sallam
mengkhawatirkan kei-
manan umatnya, hingga
Nabi shallallahu alaihi wa
sallam mengajarkan ban-
yak berdoa mohon kepa-
da Allah agar ditetapkan
hati atas agamaNya.
Nabi shalallahu alaihi wa sal-
lam seringkali memohon kepada
Allah agar hatinya diberi kekuatan
untuk tetap teguh di atas agama-
Nya. Anas berkata, Rasulullahsha-
lallahu alaihi wa sallam seringkali
mengucapkan, Wahai (Dzat) Yang
membolak balikkan hati, kuatkan-
lah hatiku di atas agamamu. Aku
berkata, Wahai Rasulullah, kami
telah beriman kepadamu dan apa
yang engkau bawa, apakah engkau
mengkhawatirkan kami? Beliau
menjawab, Iya, sesungguhnya hati
itu berada di antara dua jari-jemari
Allah yang Dia bolak-balikkan ses-
uai dengan kehendak-Nya. [Silsi-
lah Shahihahno. 2091]
Dari Syahr bin Hausyab, dia ber-
kata, Saya berkata kepada Ummu
Salamah radiyallahu anha, Wahai
Ummu al-Mukminin, doa apakah
yang paling banyak yang pernah
diucapkan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam ketika beliau be-
rada di dekatmu? Dia menjawab,
Doa yang paling banyak yang per-
nah diucapkannya adalah,
Wahai Dzat Yang Membolak-ba-
lik hati, teguhkanlah hatiku pada
agamaMu. [at-Tirmidzi, Kitab ad-
Daawat, Bab, 5/538, no. 3522]
SALURKAN INFAQ MELALUI BANK SYARIAH MANDIRI 7036976009 AN. YAYASAN NIDAUL FITHRAH
D
ari Jundab, ia berkata
bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
Ingatlah bahwa orang sebe-
lum kalian, mereka telah men-
jadikan kubur nabi dan orang
sholeh mereka sebagai masjid.
Ingatlah, janganlah jadikan ku-
bur menjadi masjid. Sungguh
aku benar-benar melarang dari
yang demikian (HR. Muslim
no. 532).
Ummu Salamah pernah
menceritakan pada Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam
mengenai gereja yang ia lihat
di negeri Habaysah yang dise-
but Mariyah. Ia menceritakan
pada beliau apa yang ia lihat
yang di dalamnya terdapat
gambar-gambar. Lantas Rasu-
lullah shallallahu alaihi wa sal-
lam bersabda, Mereka adalah
kaum yang jika hamba atau
orang sholeh mati di tengah-
tengah mereka, maka mereka
membangun masjid di atas ku-
burnya. Lantas mereka mem-
buat gambar-gambar (orang
sholeh) tersebut. Mereka ini-
lah sejelek-jelek makhluk di
sisi Allah (HR. Bukhari no.
434).
Dari Aisyah radhiyal-
lahu anha, Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
Allah melaknat orang Yahudi
dan Nashrani di mana mereka
menjadikan kubur para nabi
mereka sebagai masjid (HR.
Bukhari no. 1330 dan Muslim
DAPATKAN MUSHAF AL-QURAN TERJEMAH PER KATA DI TOKO FITHRAH, DISKON 20-30 %!
18
MEMBANGUN
KUBURAN
DENGAN
MEWAH
Oleh Ustadz M. A. Tuasikal, M.Sc.
FIQIH
no. 529).
Hadits-hadits di atas menun-
jukkan larangan bersikap berlebi-
han terhadap kubur, di antara ben-
tuknya adalah menjadikan kubur
menjadi satu dengan masjid.
Larangan Membuat Bangunan
di Atas Kubur
Larangan yang dimaksud
adalah dan membuat bangunan
atau rumah atau memasang kijing
(marmer) di atas kubur.
Pertama, perkataan Ali bin
Abi Tolib, Dari Abul Hayyaj Al Asa-
di, ia berkata, Ali bin Abi Tolib
berkata kepadaku, Sungguh aku
mengutusmu dengan sesuatu yang
Rasulullah -shallallahu alaihi wa
sallam- pernah mengutusku den-
gan perintah tersebut. Yaitu jangan
engkau biarkan patung (gambar)
melainkan engkau musnahkan dan
jangan biarkan kubur tinggi dari
tanah melainkan engkau ratakan.
(HR. Muslim no. 969).
Syaikh Musthofa Al Bugho
-pakar Syafi saat ini- mengatakan,
Boleh kubur dinaikkan sedikit
satu jengkal supaya membedakan
dengan tanah, sehingga lebih di-
hormati dan mudah diziarahi.
(At Tadzhib, hal. 95). Hal ini juga
dikatakan oleh penulis Kifayatul
Akhyar, hal. 214.
Kedua, dari Jabir, ia berkata,
Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam mela-
rang dari memberi semen pada ku-
bur, duduk di atas kubur dan mem-
beri bangunan di atas kubur. (HR.
Muslim no. 970).
Kalam Syafiyah
Matan yang cukup terkenal
di kalangan Syafiyah yaitu matan
Abi Syuja (matan Taqrib) disebut-
kan di dalamnya, Kubur itu mesti
diratakan, kubur tidak boleh diban-
gun bangunan di atasnya dan tidak
boleh kubur tersebut diberi kapur
(semen). (Mukhtashor Abi Syuja,
hal. 83 dan At Tadzhib, hal. 94).
Imam Nawawi rahimahullah
berkata, Yang sesuai ajaran Rasul
-shallallahu alaihi wa sallam- ku-
bur itu tidak ditinggikan dari atas
tanah, yang dibolehkan hanyalah
meninggikan satu jengkal dan
hampir dilihat rata dengan tanah.
Inilah pendapat dalam madzbab
Syafi dan yang sepahaman den-
gannya. (Syarh Shahih Muslim, 7:
35).
Imam Nawawi di tempat lain
mengatakan, Terlarang memberi-
kan semen pada kubur, dilarang
mendirikan bangunan di atasnya
dan haram duduk di atas kubur.
Inilah pendapat ulama Syafi dan
mayoritas ulama. (Syarh Shahih
Muslim, 7: 37).
Taqiyyuddin Abu Bakr Mu-
hammad Al Hishni Al Husaini Ad
Dimasyqi, penulis Kifayatul Akhyar
berkata, Kubur boleh dinaikan
satu jengkal saja supaya dikenali
itu kubur dan mudah diziarahi,
juga agar lebih dihormati oleh pezi-
arah. Syaikh Taqiyuddin juga men-
gatakan bahwa tasthih (meratakan
kubur) lebih utama daripada tas-
nim (meninggikannya). Lihat Ki-
fayatul Akhyar, hal. 214.
MENEBAR HIKMAH BERSANDAR AL-QURAN DAN AS-SUNNAH
19
Di halaman yang
sama, Syaikh Taqi-
yyuddin juga ber-
kata bahwa dilarang
memberi semen pada
kubur dan menulis
di atasnya dan juga
terlarang mendirikan bangunan
di atas kubur.
Mengenai meninggikan kubur
juga disinggung oleh Ibnu Daqiq
Al Ied ketika menyarah kitab At
Taqrib. Beliau rahimahullah men-
gatakan, Meratakan kubur dengan
tanah lebih afdhol daripada menin-
ggikannuya karena demikianlah
yang ada pada kubur Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, begitu
juga yang terlihat pada kubur para
sahabat Nabi. (Tuhfatul Labib, 1:
367).
Muhammad bin Muhammad
Al Khotib, penyusun kitab Al Iqna
mengatakan, Dilarang mendirikan
bangunan di atas kubur maksudnya
adalah mendirikan qubah seperti
rumah. Begitu pula dilarang mem-
beri semen pada kubur karena ada
h a d i t s
larangan
d a l a m
S h a h i h
Muslim.
(Al Iqna,
1: 360).
Dari keterangan di atas, nam-
paklah jelas bahwa kubur tidaklah
perlu dibuat mewah dengan ban-
gunan di atasnya, apalagi dalam
madzhab Syafi -yang jadi pegan-
gan para kyai di negeri kita- me-
larang demikian. Perhatikan saja
bagaimana kubur salafush sholeh.
Lihat saja jika kita pergi ke Baqi
yang berada di luar dekat Masjid
Nabawi, kita akan saksikan kubur
para sahabat tidaklah istimewa,
kubur mereka begitu sederhana.
Mengistimewakan kubur seperti
itu apalagi kubur wali dan orang
sholeh dapat mengantarkan pada
kesyirikan. Dan setiap perantara
menuju syirik dilarang diterjang
dalam Islam. Itulah mengapa mem-
bangun bangunan di atas kubur di-
larang. Wallahu alam.
Semoga Allah menganugerah-
kan ilmu yang bermanfaat dan se-
lalu mengokohkan akidah kita.

Referensi:
1. Al Iqna fi Halli Alfazhi Abi Syuja,
Syamsuddin Muhammad bin Mu-
hammad Al Khotib, terbitan Al Mak-
tabah At Taufqiyah, Mesir.
2. At Tadzhib fi Adillati Matan Al
Ghoyah wat Taqrib, Syaikh Prof. Dr.
Musthofa Al Bugho, terbitan Da-
rul Musthofa, cetakan ke-11, tahun
1428 H.
3. Mukhtashor Abi Syuja (Matan Al
Ghoyah wat Taqrib), Al Imam Al Alla-
mah Ahmad bin Al Husain Al Ashfah-
aniy Asy Syafi, terbitan Darul Min-
haj, cetakan pertama, tahun 1428 H.
4. Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Ya-
hya bin Syarf An Nawawi, terbitan
Dar Ibni Hazm, cetakan pertama, ta-
hun 1433 H.
5. Kifayatul Akhyar fi Halli Ghoyatil
Ikhtishor, Taqiyyuddin Abu Bakr Mu-
hammad bin Abdil Mumin Al Hishni
Al Husaini Ad Dimasyqi Asy Syafi,
terbitan Darul Minhaj, cetakan per-
tama, tahun 1428 H.
6. Tuhfatul Labib fi Syarh At Taqrib,
Ibnu Daqiq Al Ied, terbitan Dar Ibni
Hazm, cetakan pertama, tahun 1429
H.
KENALKAN DAN PINJAMKAN MAJALAH FITHRAH PADA KELUARGA, KERABAT, TETANGGA, TEMAN!
20
SALURKAN INFAQ MELALUI BANK SYARIAH MANDIRI 7036976009 AN. YAYASAN NIDAUL FITHRAH
21
KATAKAN
KEBENARAN
WALAUPUN
PAHIT
Oleh Ustadz M. A. Tuasikal, M.Sc.
ADAB
B
erkatalah yang benar walau
itu pahit. Kebenaran tetap
diterapkan walau ada ce-
laan dan ada yang tidak suka. Ini-
lah prinsip yang diajarkan dalam
Islam oleh Nabi kita shallallahu
alaihi wa sallam. Nasehat ini be-
liau sampaikan pada sahabat mu-
lia Abu Dzarr. Dalam tulisan kali
ini akan diajarkan tiga contoh
penerapan bagaimana kita mesti
menerapkan kebenaran meski
banyak yang berkomentar. Dari
Abu Dzaar, ia berkata, Kekasi-
hku Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam memerintahkan tujuh
hal padaku: (1) mencintai orang
miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau memerintah agar meli-
hat pada orang di bawahku (dalam
hal harta) dan janganlah lihat pada
orang yang berada di atasku, (3)
beliau memerintahkan padaku un-
tuk menyambung tali silaturahim
(hubungan kerabat) walau kerabat
tersebut bersikap kasar, (4) beliau
memerintahkan padaku agar tidak
meminta-minta pada seorang pun,
(5) beliau memerintahkan untuk
mengatakan yang benar walau itu
pahit, (6) beliau memerintahkan
padaku agar tidak takut terhadap
celaan saat berdakwa di jalan Al-
lah, (7) beliau memerintahkan
agar memperbanyak ucapan laa
hawla wa laa quwwata illa billah
(tidak ada daya dan upaya kecuali
dengan pertolongan Allah), karena
kalimat tersebut termasuk sim-
panan di bawah Arsy. (HR. Ahmad
5: 159. Syaikh Syuaib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini sha-
hih, namun sanad hadits ini hasan
karena adanya Salaam Abul Mun-
dzir)
Syaikh Muhammad bin Sholih
memberikan contoh mengenai ha-
dits Berkata yang benar walaupun
pahit yaitu dalam hal orang awam
yang biasa berkomentar sinis atau
tidak suka terhadap ajaran Rasul
shallallahu alaihi wa sallam. Beliau
membawakan tiga contoh ketika
menjelaskan hadits dalam Riyad-
hus Sholihin karya Imam Nawawi.
Contoh pertama:
Meluruskan shaf dalam shalat
jamaah. Kata Syaikh Muhammad
bin Sholih banyak orang awam
yang mengingkari hal ini. Ketika
disuruh maju atau mundur sedikit
supaya lurus, ada yang menging-
kari. Ada pun yang marah gara-
gara disuruh meluruskan shaf.
Namun meskipun demikian, imam
harus tetap mengajarkan ajaran
Nabi shallallahu alaihi wa sallam
ini pada para jamaah. Ia harus sa-
bar meladeni mereka yang bersikap
tidak baik.
Contoh kedua:
Sebagian jamaah mengingkari
adanya sujud sahwi sesudah salam.
Sampai-sampai ada yang mengang-
gap bahwa sujud sahwi sesudah
salam adalah ajaran yang baru. Pa-
dahal jika ditilik pada hadits, ada
yang menyebutkan bahwa sujud
sahwi sesudah salam, ada yang me-
nyebutkan sebelum salam. Jika ada
penambahan dalam shalat atau ada
ragu-ragu tetapi bisa dikuatkan,
maka sujud sahwi yang ada adalah
sesudah salam. Tetap imam saat
lupa seperti ini melakukan sujud
sahwi (sebanyak dua kali sujud)
sesudah salam, tidak perlu ia takut
akan celaan meskipun itu terasa
pahit.
Contoh ketiga:
Sebagian orang merasa aneh
jika ada yang mau jujur dalam jual
beli. Tatkala si penjual barang me-
nyampaikan ada sesuatu yang aib
(cacat) dalam barang dagangan,
seperti ini dianggap aneh. Sampai
dikata, Wah itu kan cacat sedikit,
yang lain pasti masih senang den-
gan barang itu. Padahal seharus-
nya setiap orang itu bertakwa pada
Allah di mana pun, dengan bersi-
kap jujur dalam jual beli. Ia mesti
berbuat adil dengan menjelaskan
kenyataan cacat yang ada pada
barang yang akan dijual. Jika me-
mang sikap jujur seperti ini diang-
gap aneh, maka sampaikanlah bah-
wa ajaran seperti ini dari Islam. Se-
hingga nantinya mereka pun tahu
dan bisa menerapkannya.
Demikian penjelasan Syaikh Mu-
hammad bin Sholih yang kami baha-
sakan secara bebas dan ringkaskan
dari kitab Syarh Riyadhus Sholihin,
II/428-430, terbitan Darul Wathon,
cetakan tahun 1425 H.
KENALKAN DAN PINJAMKAN MAJALAH FITHRAH PADA KELUARGA, KERABAT, TETANGGA, TEMAN!
22
SALURKAN INFAQ MELALUI BANK SYARIAH MANDIRI 7036976009 AN. YAYASAN NIDAUL FITHRAH
P
ada Perang Tabuk ada tiga
puluh ribu sahabat yang ke-
luar bersama Nabi. Perang
itu terjadi pada bulan Agustus, cu-
aca sangat panas. Sementara jarak
yang ditempuh tidak kurang dari
1000 km.
Orang-orang munafk mulai
mencari-cari alasan dan tidak ikut
serta. Akan tetapi, ada tiga orang
sahabat yang jujur yang juga tidak
ikut serta bersama Nabi (Kaab bin
Malik, Hilal bin Umayyah dan Mar-
arah bin Rabi). Di antara mereka
adalah Kaab bin Malik.
Kaab berkata, Nabi keluar
bersama pasukan. Aku berjanji,
Besok aku akan menyusul mer-
eka. Sampai akhirnya mustahil
bagiku menyusul mereka. Aku pun
menyusuri jalan-jalan Kota Madi-
nah, yang kutemui hanyalah orang-
orang munafk yang memang su-
dah diketahui kemunafkannya
dan orang yang sakit parah.
Ketika Nabi kembali, aku
merasa sangat sedih. Maka aku
bertanya pada diri sendiri, Apa
yang akan aku katakan kepada
Nabi? Bagaimana bisa terlepas dari
kemarahan beliau besok? Saat itu,
mulailah terpikir dalam benakku
untuk berbohong.
Tetapi, ketika Nabi datang,
pikiran bodoh itu lenyap dariku
dan aku bertekad untuk jujur. Nabi
pun masuk dan duduk. Mulailah
orang-orang munafk menemui be-
liau seraya berkata, Maafkan aku,
wahai Rasulullah., maafkan aku
wahai Rasulullah.
Mereka bahkan bersumpah
kepada Nabi. Nabi pun menerima
pengakuan lahiriah mereka, me-
mintakan ampunan untuk mereka,
membaiat mereka, memperbarui
janji setia mereka, dan menyerah-
kan segala rahasia mereka kepada
Allah Taala.
Mereka keluar dengan rasa ba-
hagia. Lalu tibalah giliranku meng-
23
KISAH KEJUJURAN
KAAB BIN MALIK
KISAH
hadap.
A k u
masuk
menemui Nabi, beliau tersenyum
hambar, menunjukkan kemarahan.
Beliau bertanya kepadaku, Ke-
mari, mengapa engkau tidak ikut?
Bukankah engkau sudah membeli
kendaraan?
Kaab pun menjawab, Wahai
Rasulullah, demi Allah, seandainya
aku duduk di hadapan para pen-
guasa dunia selainmu, tentu aku
akan mencari alasan agar selamat
dari murkanya. Aku pandai berar-
gumen. Namun, wahai Rasulullah,
seandainya sekarang aku men-
gatakan sesuatu yang kusukai, ke-
mungkinan besar Allah membuat-
mu murka padaku.
Tetapi, jika aku mengatakan
sesuatu yang jujur, aku mengharap
balasannya dari Allah. Demi Allah,
tidak ada alasan bagiku untuk ti-
dak ikut.
Mendengar hal itu, Nabi ber-
sabda, Ini pengakuan yang jujur.
Bangkitlah sampai Allah memberi-
kan putusan kepadamu. Nabi pun
memberikan hukuman dengan me-
larang kaum Muslimin berbicara
dengan Kaab selama 43 hari yang
disempurnakan menjadi 50 hari.
Kaab melanjutkan kisahnya,
Ketika aku pergi dari hadapan
Nabi, datang beberapa orang dari
Bani Salamah (salah satu kabilah
Anshar), sembari bertanya, Men-
gapa engkau tidak berbuat seperti
fulan bin fulan dengan mencari ala-
san. Nabi pasti memintakan ampu-
nan untukmu. Bukankah kau lihat
Nabi memintakan ampunan untuk
mereka?
Karena terus diberi masukan
seperti itu, Kaab nyaris kembali
kepada Nabi untuk berbohong.
Hanya saja ia kembali sadar. Hing-
ga akhirnya turunlah frman Allah
Hai orang-orang yang
beriman bertaqwalah ke-
pada Allah, dan hendak-
lah kamu bersama orang-
orang yang benar (jujur).
(QS. 9: 119).
Medengar ayat tersebut, Kaab
pun menghadap Nabi di masjid.
Nabi sangat bahagia melihat keha-
diran Kaab, demikian pula dengan
Kaab. Lalu Kaab berkata, Wa-
hai Rasulullah, demi Al-
lah, yang membuatku se-
lamat adalah kejujuran.
Dan di antara taubatku
adalah bahwa setelah ini
aku hanya akan berbi-
cara jujur.
Kisah ini termaktub dalam
Shahih Al-Bukhari.
Sirkulasi Keuan-
gan Masjid Nidaul
Fithrah Sidoarjo
Saldo April
Rp 48.314.400,-
Pemasukan Mei
Rp 29.957.900,-
Pengeluaran Mei
Rp 35.014.800,-
Saldo Mei
Rp 43.257.500,-
MARI MENJADI PRIBADI YANG MENJAGA FITHRAH DAN IFFAH
24
SALURKAN INFAQ MELALUI BANK SYARIAH MANDIRI 7036976009 AN. YAYASAN NIDAUL FITHRAH
25
MARI MENJADI MUSLIM YANG PEDULI DAN RAJIN MEMBERI MANFAAT
26
T
idak diragukan lagi bah-
wa agama syiah adalah
agama yang berisi kek-
onyolan, kontradiktif, khurofat,
dan penuh dengan banyolan. Ini
semua menunjukkan bahwa agama
syiah bukan dari Islam akan teta-
pi hasil karya orang-orang yang
ingin merusak Islam dari dalam.
Berikut ini kami tampilkan ban-
yolan-banyolan kaum syiah yang
kami kumpulkan dari beberapa tu-
lisan dari internet, disertai tamba-
han-tambahan dari kami. Di antara
banyolan-banyolan tersebut adalah :
Dalam kitab Al-Kaaf disebutkan :
Amirul Mukminin (Ali bin Abi To-
lib) menyebutkan bahwa hewan
yang pertama kali meninggal tat-
kala Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam meninggal adalah Ufair
(himar tunggangan Nabi-pen).
Ia memutuskan tali kekangnya
lalu iapun lari hingga mendatangi
sumur bani Khutmah di Quba, lalu
iapun melemparkan dirinya dalam
sumur tersebut. Maka sumur
tersebut menjadi kuburannya.
Dan diriwayatkan bahwasanya
Amiirul-Mukminiin (alaihis-sa-
laam) berkata : Sesungguhnya
keledai itu (yaitu keledai tunggan-
gan beliau shallallaahu alaihi wa
sallam yang bernama Ufair-pen)
berkata kepada Rasulullah (shal-
lallaahu alaihi wa aalihi) : Demi
ayah, engkau, dan ibuku, sesung-
guhnya ayahku telah menceritakan
kepadaku, dari ayahnya, dari ka-
keknya, dari ayahnya : Bahwasan-
nya ia pernah bersama Nuuh di
dalam perahu. Maka Nuuh bangkit
BANYOLAN
Oleh Ustadz Firanda A., Lc., MA.
KAUM SYIAH
BAG. 2
SYUBHAT
berdiri dan mengusap pantatnya,
kemudian bersabda : Akan muncul
dari tulang sulbi keledai ini seekor
keledai yang akan ditunggangi
oleh pemimpin dan penutup para
Nabi. Dan segala puji bagi Allah
yang telah menjadikanku sebagai
keledai itu [selesai]. (Usul Al-Kaaf
1/293, hadits ke-9)
Hadits aneh ini juga disebut-
kan oleh Al-Majlisi dalam kitabnya
Bihaar al-Anwaar 17/405 dalam
bab Mukjizat Nabi shallallahu alai-
hi wasallam pada hewan-hewan
Bahkan al-Majlisi menilai hadits
ini adalah hadits yang shahih. Be-
liau berkata : Orang yang beri-
man kepada Al-Quran, beriman
dengan perkataan burung Hudhud
dan perkataan semut, serta selain
keduanya, tidak akan merasa aneh
dengan perkataan himar (seb-
agaimana dinukil oleh pentahqiq
Ushul Al-Kaaf), Yaitu Al-Majlisi
menguatkan keshahihan hadits ini.
Silakan perhatikan dengan seksa-
ma bahwa seekor keledai telah
memerankan diri layaknya seorang
perawi hadits dengan menggunak-
an lafadh : haddatsanii abiydst.
Tentu saja riwayat ini tidak akan
kita temukan di kitab-kitab Ahlus-
Sunnah. Ia terdapat dalam kitab
Al-Kaafy kitab hadits paling
valid menurut madzhab Syiah -.
Si keledai, bapaknya keledai, sam-
pai kakeknya keledai menjadi ran-
tai periwayatan yang menghubung-
kan pengkhabaran dari Nabi Nuuh
alaihis-salaam sampai Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam.
Yang aneh, hadits yang aneh ini
dianggap sebagai mukjizat oleh
Al-Khuuiy salah seorang fuqa-
haa Syiah kontemporer saat
menjelaskan hadits ini, ia ber-
kata: Lihatlah oleh kalian akan
mujizat ini. Nuuh salaamullaah
alaihi mengkhabarkan Muham-
mad alaihis-salaam dan tentang
kenabiannya sebelum kelahiran-
nya beribu-ribu tahun [lihat Lil-
laahi Tsumma lit-Taariikh, hal. 15].
Jika manusia yang notabene
makhluk yang dikaruniai akal ha-
rus ditimbang dalam penyampaian
riwayat, bagaimana statusnya jika
ia seekor keledai ? Dan bagaimana
bisa khabar aneh ini mengagum-
kan Al-Khuuiy dan menganggap-
nya sebagai satu mujizat ? Dan
mungkinkah Aliy bin Abi Taa-
lib radliyallaahu anhu yang ter-
kenal teliti, kritis, dan berilmu
menyampaikan khabar ini ? Nam-
paknya, ini adalah kebohongan
serius yang telah menyisip dalam
kitab Al-Kaafy karangan Al-Kulai-
niy. (http://abul-jauzaa.blogspot.
com/2010/04/keti ka-kel edai -
t el ah- menj adi - perawi . ht ml )
Yang menjadi permasalahan bu-
kanlah himar (keledai) yang berbi-
cara, karena bahkan batu pernah
memberi salam kepada Nabi shal-
lallahu alaihi wasallam dan ini
merupakan mukjizat Nabi, demiki-
an juga hadits-hadits dalam Shahih
Al-Bukhari yang menyebutkan bah-
wa sapi dan serigala bisa berbicara.
Akan tetapi yang menjadi perma-
salahan adalah :
Berapa umur himar/keledai
tersebut?. Bukankah antara Nabi
SALURKAN INFAQ MELALUI BANK SYARIAH MANDIRI 7036976009 AN. YAYASAN NIDAUL FITHRAH
27
shalallahu alaihi wa sallam hingga
Nabi Nuuh alaihis salam ribuan
tahun??. Padahal sanad silsilah ke-
luarga himar tersebut hanya 4 atau
lima keledai. Jadi masing-masing
keledai tersebut berumur ratusan
tahun??!! Padahal umur himar bi-
asanya berkisar antara 30 hingga
35 tahun, dan kalau panjang umur
mungkin hingga 50 tahun??!
Lalu para himar tersebut ber-
gaya sebagaimana ahlul hadits !!!.
Padahal di zaman Nabi belum ada
model periwayatan hadits, belum
ada istilah haddatsanaa dan juga
akhbaronaa. Istilah-istilah terse-
but muncul dan masyhur di zaman
periwayatan hadits, yaitu setelah
berlalunya generasi para sahabat.
Tentunya jika ada periwayatan
dari hewan-hewan maka perlu ada
buku yang menjelaskan tentang
kedudukan para hewan tersebut,
apakah sebagai perawi yang tsiqoh,
ataukah dhoif, ataukah muttaham
bi al-kadzib, dsb.
Ternyata himar ini, serta
ayahnya, kakeknya, hingga buyut-
nya yang ada di
zaman Nabi
Nuuh adalah
hi mar-hi mar
yang cerdas.
Mereka bisa
membedakan
mana ayah
dan mana
kakeknya !!!.
Akan tetapi
saking pin-
tarnya sang hi-
mar ternyata
mati dengan mem-
bunuh dirinya, dengan
menenggelamkan dirinya
di sebuah sumur ??!!. Mesti-
nya himar ini juga yang ditung-
gangi oleh Nabi shallallahu alaihi
wasallam- tahu bahwa membunuh
diri adalah dosa besar.
Hadits ini memang ditolak
oleh sebagian kaum syiah, setelah
mengetahui kelucuan dan kekon-
yolan riwayat silsilah himar terse-
but. Akan tetapi ternyata hadits
ini disebutkan dalam kitab agama
syiah
y a n g
paling valid
dan otentik, yaitu kitab Ushuul
Al-Kaaf, yang menurut Al-Mahdi
bahwa kitab ini isinya seluruhnya
adalah shahih. Karenanya kita
dapati sebagian ulama syiah tetap
membela keshahihan riwayat hi-
mar tersebut.
Bersambung, insya Allah!
BUKAN KEKAYAAN TOLOK UKURNYA, KEBERAHAJAAN DAN KEPASRAHAN YANG SEBENARNYA
28
S
ungguh betapa banyak orang
yang melaksanakan shalat
malam, puasa sunnah dan
banyak shadaqah, namun itu
semua dilakukan hanya bertujuan
untuk menggapai kekayaan dunia,
memperlancar rizki, umur pan-
jang, dan lain sebagainya. Ibnu
Abbas radhiyallahu anhu- menaf-
sirkan surat Hud ayat 15-16. Be-
liau mengatakan, Sesungguhnya
orang yang riya, mereka hanya in-
gin memperoleh balasan kebaikan
yang telah mereka lakukan, namun
mereka minta segera dibalas di du-
nia Barangsiapa yang melakukan
amalan puasa, shalat atau shalat
malam namun hanya ingin meng-
harapkan dunia, maka balasan dari
Allah, Allah akan memberikan
baginya dunia yang dia cari-cari.
Namun amalannya akan sia-sia
(lenyap) di akhirat nanti karena
mereka hanya ingin mencari dunia.
Di akhirat, mereka juga akan ter-
masuk orang-orang yang merugi.
Perkataan yang sama dengan Ibnu
Abbas ini juga dikatakan oleh Mu-
jahid, Adh-Dhahhak dan selainnya.
Bandingkan dengan orang-
orang yang ikhlash karena Allah
dalam melaksanakan apa-apa yang
disukai Allah! Mereka mendapat-
kan keuntungan di akhirat dan
sekaligus di dunia. Allah Taala ber-
frman, Barang siapa yang meng-
hendaki keuntungan di akhirat
akan Kami tambah keuntungan
itu baginya dan barang siapa yang
menghendaki keuntungan di dunia
Kami berikan kepadanya sebagian
dari keuntungan dunia dan tidak
ada baginya suatu bahagianpun di
akhirat. [QS. Asy Syuraa: 20]
Allah Taala memperingatkan,
Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasan-
nya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mer-
eka di dunia dengan sempurna
dan mereka di dunia itu tidak akan
SALURKAN INFAQ MELALUI BANK SYARIAH MANDIRI 7036976009 AN. YAYASAN NIDAUL FITHRAH
29
BERSEDEKAH
KARENA INGIN
KAYA, BOLEHKAH?
TAZKIYATUN NAFS
dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhi-
rat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat
itu apa yang telah
mereka usahakan
di dunia dan sia-
sialah apa yang
telah mereka
kerjakan. (QS.
Hud [11] : 15-
16)
Yang di-
maksud dengan
Barangsiapa yang
menghendaki kehidu-
pan dunia yaitu barangsia-
pa yang menginginkan kenikmatan
dunia dengan melakukan amalan
akhirat. Yang dimaksud perhiasan
dunia adalah harta dan anak. Mer-
eka yang beramal seperti ini: nis-
caya Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan.
Maksudnya, mereka akan diberi-
kan hal-hal duniawi yang mereka
harapkan dan tidak akan dikurangi.
Dunia, mungkin saja
mereka peroleh. Dengan
banyak melakukan
amalan sholeh, bo-
leh jadi seseorang
akan bertam-
bah sehat, rizki
semakin lan-
car dan karir
terus menin-
gkat. Dan itu
senyatanya yang
mereka peroleh
dan Allah pun tidak
akan mengurangi hal
tersebut sesuai yang Dia
tetapkan. Namun apa yang mereka
peroleh di akhirat?
Lihatlah frman Allah selanjut-
nya (yang artinya), Itulah orang-
orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka. Inilah
akibat orang yang hanya beribadah
untuk mendapat tujuan dunia saja.
Mereka memang di dunia akan
mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Adapun di akhirat, mer-
eka tidak akan memperoleh pahala
karena mereka dalam beramal ti-
dak menginginkan akhirat. Ingat-
lah, balasan akhirat hanya akan
diperoleh oleh orang yang meng-
harapkannya. Allah Taala berfr-
man,
Dan barangsiapa yang
menghendaki kehidupan
akhirat dan berusaha ke
arah itu dengan sung-
guh-sungguh sedang ia
adalah mumin, maka
mereka itu adalah
orang-orang yang
usahanya dibala-
si dengan baik.
(QS. Al Israa: 19)
Orang-orang
seperti ini juga
dikatakan, lenya-
plah di akhirat
itu apa yang telah
mereka usahakan
HIDUP BUKAN HANYA UNTUK KERJA, TAPI UNTUK BERIBADAH DAN BERBAGI
30
di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan. Ini semua
dikarenakan mereka dahulu di
dunia beramal tidak ikhlas untuk
mengharapkan wajah Allah sehing-
ga ketika di akhirat, sia-sialah ama-
lan mereka.
Ibnu Katsir menafsirkan QS.
Hud [11] : 15-16 dengan mengung-
kapkan, Barangsiapa yang mencari
keuntungan di akhirat, maka Kami
akan menambahkan keuntungan
itu baginya, yaitu Kami akan kuat-
kan, beri nikmat padanya karena
tujuan akhirat yang dia harapkan.
Kami pun akan menambahkan nik-
mat padanya dengan Kami balas
setiap kebaikan dengan sepuluh
kebaikan sampai tujuh ratus kali
lipat hingga kelipatan yang begitu
banyak sesuai dengan kehendak
Allah. ... Namun jika yang ingin
dicapai adalah dunia dan dia
tidak punya keinginan meng-
gapai akhirat sama sekali,
maka balasan akhirat tidak
akan Allah beri dan dunia pun
akan diberi sesuai dengan yang
Allah kehendaki. Dan jika Allah ke-
hendaki, dunia dan akhirat sekal-
igus tidak akan dia peroleh. Orang
seperti ini hanya merasa senang
dengan keinginannya saja, namun
barangkali akhirat dan dunia akan
lenyap seluruhnya dari dirinya.
Ats Tsauri berkata, dari Mughi-
rah, dari Abul Aliyah, dari Ubay bin
Kaab -radhiyallahu anhu-, beliau
mengatakan,Umat ini diberi
kabar gembira dengan
kemuliaan, kedudukan,
agama dan kekuatan
di muka bumi. Barang-
siapa dari umat ini yang
melakukan amalan akhi-
rat untuk meraih dunia,
maka di akhirat dia tidak
mendapatkan satu ba-
gian pun. (HR. Ahmad, Ibnu
Hibban dalam kitab Shahihnya,
Al Hakim dan Al Baiaqi. Al Hakim
mengatakan sanadnya shahih)
Nampaknya penuturan Ubay
bin Kaab ini terinspirasi Nabi.
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Umat ini diberi
kabar gembira dengan kemudahan,
kedudukan dan kemulian dengan
agama dan kekuatan di muka bumi,
juga akan diberi pertolongan. Ba-
rangsiapa yang melakukan ama-
lan akhirat untuk mencari dunia,
maka dia tidak akan memperoleh
satu bagian pun di akhirat. [HR.
Al-Baihaqi]
Al Bukhari membawakan ha-
dits dalam Bab Siapa yang men-
jaga diri dari ftnah harta. Dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Celakalah
hamba dinar, dirham,
qothifah dan khomishoh.
Jika diberi, dia pun rid-
ho. Namun jika tidak di-
beri, dia tidak ridho, dia
akan celaka dan akan
kembali binasa. (HR. Al-
Bukhari). Qothifah adalah sejenis
pakaian yang memiliki beludru. Se-
dangkan khomishoh adalah pak-
aian yang berwarna hitam dan
memiliki bintik-bintik merah.
(Iaanatul Mustafd, 2/93)
SAATNYA BERALIH KE TAYANGAN TELEVISI ISLAMI
31

Anda mungkin juga menyukai