Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi),
masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi
(Monika, 2009). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2008).
Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio
dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada
saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu
membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi dan
fertilisasi sampai lahirnya janin.
2.1.2 Faktor resiko pada ibu hamil
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Faktor-faktor resiko
kehamilan meliputi primipara muda kurang umur 20 tahun, primipara tua umur di
atas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk
(Manuaba, 2008).
7
Universitas Sumatera UtaraIbu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang
mempunyai resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Faktor
resiko pada ibu hamil meliputi riwayat kehamilan dan persalinan yang
sebelumnya kurang baik yaitu riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran,
lahir mati; Ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; sudah memiliki 4 anak atau
lebih; jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; Ibu menderita anemia atau
kurang darah; perdarahan pada kehamilan ini; tekanan darah yang meninggi dan
sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau
bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah
tinggi, asma dan lain-lain (Suririnah, 2007).
2.1.3 Tanda bahaya kehamilan
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya
10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan
adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya,
diantaranya perdarahan, preeklamsi, nyeri hebat di daerah abdominopelvikum.
8
Universitas Sumatera UtaraGejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yang terkait dengan
gangguan serius
selama kehamilan adalah muntah berlebihan, disuria, menggigil atau demam,
ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari
kehamilan yang sesungguhnya. (Sarwono, 2008)
Menurut Yeyeh (2009), Pada ibu hamil ada enam tanda bahaya dalam
kehamilan, meliputi :
Pertama, Perdarahan vagina pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak
normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
Kedua, sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan suatu
masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan ibu menjadi
kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklampsi.
Ketiga, perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja).
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak.
Keempat, nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang hebat,
menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini seperti appendicitis,
persalinan preterm, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, gastritis,
penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi
lain.
Kelima, bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bisa menunjukkan
masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
9
Universitas Sumatera UtaraKeenam, bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan
bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.
2.2 Konsep Antenatal care
2.2.1 Pengertian antenatal care
Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI, 2010). Antenatal care
adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan
janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan (Yulifah, dkk, 2009).
Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama
kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi, screening,
deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk
memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan
baik (Sosroatmodjo, 2010).
2.2.2 Tujuan Antenatal care
Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi;
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
10
Universitas Sumatera Utaradan pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif; mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
Tujuan antenatal care pada ibu hamil meliputi mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi,
kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi; mendeteksi dan menatalaksanakan
komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan; mengembangkan
persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi; membantu
menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan
merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Kusniyati, 2009)
2.2.3 Manfaat antenatal care
Menurut Wiknjosastro (2006), manfaat antenatal care adalah tersedianya
fasilitas rujukan yang baik bagi kasus resiko tinggi ibu hamil sehingga dapat
menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan dapat mengidentifikasi
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik
buruk, dan perdarahan selama kehamilan.
Perawatan antenatal care berguna untuk mendeteksi /mengoreksi/
menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan yang terdapat pada ibu dan
janinnya. Dapat juga sebagai penyampaian komunikasi, informasi, dan edukasi
dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu hamil, agar dapat
11
Universitas Sumatera Utarapercaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat
dengan fasilitas yang lebih lengkap (Yani, 2006).
2.2.4 Jadwal pelaksanaan antenatal care
Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika
terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan
menurut kebutuhan masing- masing. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehamilan 4 k ali
kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan
tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
kunjungan (WHO, 2006).
Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan
tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti
bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak
tenaga kesehatan (di posyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu
hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009).
K-1 ( Kunjungan Pertama ) adalah kunjungan/ kontak pertama ibu hamil
dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama masa kehamilan yang
dimaksudkan untuk diagnosis kehamilan. K-2 (Kunjungan Kedua) adalah
kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester
kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko
kehamilan atau cacat bawaan. K-3 (Kunjungan ketiga) adalah kunjungan/ kontak
12
Universitas Sumatera Utaraketiga ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ketiga pada
masa
kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko kehamilan juga melihat aktivitas
janin dan pertumbuhan secara klinis. K-4 (Kunjungan keempat) adalah
kunjungan/ kontak keempat ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ke
tiga selama masa kehamilan pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian
kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan (Mitayani,
2009).
2.2.5 Standar antenatal care
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu
wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010).
Pelayanan antenatal care yang diberikan petugas kesehatan yang
profesional pada ibu hamil sesuai dengan standar antenatal care yang telah
ditetapkan dengan standar minimal 7T, meliputi :
a. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan .
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa
tubuh (BMI : Body Massa Indeks), dimana metode ini untuk menentukan
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan. Mengetahui BMI
13
Universitas Sumatera Utarawanita hamil merupakan hal yang penting. Total pertambahan berat
badan pada
kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan menentukan
ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil yaitu
>145 cm (Yeyeh, 2009).
b. Ukur tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar
selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi
hipertens i(Yeyeh, 2009).
c. Ukur tinggi fundus uteri
Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan
jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran Mc. Donald
yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai cm dari atas simfisis ke
fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya (Depkes RI, 2007).
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2
kali. Imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang
kedua di berikan 4 minggu kemudian.
e. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defisiensi zat
besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar haemoglobin. Fe diberikan satu
tablet sehari segera setelah rasa mual hialng, diberikan sebanyak 90 tablet selama
kehamialan (Yeyeh, 2009).
14
Universitas Sumatera Utaraf. Tes terhadap penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran
kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap
PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui
etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang
diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang
dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu hamil
dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau melakukan kejasama penanganan
(Yulifah,dkk, 2009).
2.2.6 Kegiatan pelaksanaan antenatal care
a. Anamnesis
Melakukan anamnesa pada ibu hamil yang meliputi identitas umum,
perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Range usia
reproduksi sehat dan aman antara 20-35 tahun. Pada kehamilan usia remaja,
apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis
yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga faktor
kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti
preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus (Yani, 2006).
15
Universitas Sumatera Utara1. Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil,
atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
2. Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari
pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk
memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan
menggunakan Rumus Naegele (hari +7, bulan -3, tahun + 1). Ditanyakan apakah
sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini
bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial
pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik
yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak .
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
kehamilan (penyakit jantung, paru, hati, diabetes melitus), riwayat alergi
makanan/obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum
lainnya maupun operasi.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
5. Riwayat khusus obstetri ginekologi
Adakah riwayat kehamilan/persalinan/abortus sebelumnya (dinyatakan dengan
kode GxPxAx, gravida/para/abortus), berapa jumlah anak hidup. Ada/tidaknya
masalah-masalah pada kehamilan /persalinan sebelumnya seperti prematuritas,
cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya. Penolong persalinan
16
Universitas Sumatera Utaraterdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi
saat baru
lahir, berat badan lahir jika masih ingat. Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak
nyeri haid atau gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.
6. Riwayat sosial/ekonomi
Pekerjaan, keadaan ekonomi, kebiasaan kehidupan sehari-hari ibu hamil yang
mempengaruhi dalam melaksanakan perawatan antenatal.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap
yang bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan
ibu. Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem
endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi (Mitayani,
2009). Pemeriksaan fisik pada status generalis/pemeriksaan umum : penilaian
keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan resiko tinggi pada ibu
dengan tinggi < 145 cm, berat badan < 45 kg atau > 75 kg. Batas hipertensi pada
kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi
sirkulasi plesenta). Mata konjungtiva pucat/tidak, sklera ikterik/ tidak. Mulut/THT
dengan ada tanda radang/tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi.
Paru/jantung/abdomen. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi umum. Ekstremitas
diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio,
mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus
17
Universitas Sumatera Utarainfeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan
penatalaksanaannya (Yani, 2006).
1. Status obstetricus/ pemeriksaan khusus obstetric
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen
mungkin belum nyata). Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri dengan tepi atas
simfisis os pubis). Pemeriksaan palpasi leopold pertama dilakukan untuk
menentukan tinggi fundus uteri dengan tujuan untuk mengetahui usia kehamilan,
pemeriksaan leopold kedua dilakukan untuk menentukan letak punggung janin,
menentukan batas samping rahim kanan dan kiri dan pemeriksaan leopold ketiga
dilakukan untuk menentukan bagian presentase janin serta pemeriksaan leopold
keempat untuk menentukan apakah bagian terbawah janin tersebut telah
memasuki atau melewati pintu atas panggul.
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Dopler yang
ditempelkan di daerah punggung janin. Pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah
denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi
denyut jantung janin normal adalah 120-140 kali per menit. Takikardi
menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin (fetal
distress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban/stress
pada janin (fetal distress/gawat janin).
2. Pemeriksaan luar
Inspeksi luar : keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang,
luka/perdarahan, discharge, kelainan lainnya.
18
Universitas Sumatera Utara3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) seringkali tidak dilakukan pada
kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umunya pemeriksaan dalam
yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan), pemeriksaan
ini dilakukan pada usia kehamilan di atas 34-46 minggu, untuk memperkirakan
ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir,
serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal
pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu,
elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit
untuk eksplorasi.
c. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan merupakan kunjungan antental setelah kunjungan
pertama. Tujuan pemeriksaan lanjutan difokuskan pada pendeteksian komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan. Dalam pemeriksaan lanjutan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pertama, riwayat kehamilan sekarang meliputi gerakan janin, setiap masalah
atau tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan dalam kehamilan, kekhawatirankekhawatiran lain.
Kedua, pemeriksaan fisik pada berat badan, tekanan darah, pemeriksaan
ekstremitas bawah (oedema, refleks tendon, varicositis), pengukuran tinggi fundus
uteri, manuever leopold untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36 minggu),
denyut jantung janin.
19
Universitas Sumatera UtaraKetiga, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pada protein urin untuk
mendeteksi preeklampsi.
Keempat, pemeriksaan panggul, pemeriksaan dilakukan dengan pelvimetri
klinis pada akhir trimester III jika perlu panggul dievaluasi kembali, lakukan
pemeriksaan vagina jika ada indikasi/ibu memiliki tnda-tanda kurang bulan
(Yeyeh, 2009).
2.3 Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada
ibu hamil.
Faktor - faktor yang mempengaruhi ibu dalam pelaksanaan perawatan
antenatal meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Depkes RI, 2008).
2.3.1 Faktor internal
a. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006). Paritas atau jumlah kehamilan yang dialami ibu,
dibedakan menjadi primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali,
secondigravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya, multigravida yaitu wanita
hamil lebih dari 2 kali, grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil
lebih dari lima kali (Mochtar, 2005).
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal
care, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga
kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2008).
20
Universitas Sumatera Utarab. Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang tahun (Nursalam,
2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya
daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia
seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang
mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang
pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008). Ibu hamil
dengan usia yang masih sangat muda memiiliki kepribadian immature (kurang
matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan emosi
yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat
untuk melaksanakan antenatal care (Yeyeh, 2009).
Hasil penelitian Tania (2010) tentang gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care) di poliklinik ibu hamil
RSU Dr. Pirngadi menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi, dalam
memeriksakan kehamilannya pada pelaksanaan antenatal care.
2.3.1 Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan, dan perabaan. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui penglihatan dan pendengaran. Hanya sedikit yang diperoleh melalui
penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
21
Universitas Sumatera Utarayang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behaviour)
(Notoadmodjo, 2010)
Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang atau
masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan
kehamilannya akan dipermudah apabila ibu mengetahui apa manfaat
memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan kehamilan dilakukan
(Notoatmodjo, 2005). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga
terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil (Depkes
RI, 2008).
Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum
tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu
hamil akan mempermudah dalam melaksanakan antenatal care (Notoatmodjo,
2005).
Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan. Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah
22
Universitas Sumatera Utarasatu faktor yang mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya
sikap yang
baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil
terhadap kesehatan diri dan janinnya (Depkes, 2008).
Sikap ibu hamil yang proaktif untuk melaksanakan antenatal care sangat
diharapkan untuk memelihara kesehatan dan janinnya sehingga meningkatkan
kesehatan ibu hamil dan tidak ada komplikasi kehamilan (Meilani,dkk, 2009).
Seorang ibu hamil diharapkan bersikap otonom dan mandiri serta dapat
mengambil keputusan sendiri dalam mengikuti pelaksanaan antenatal care
sehingga terdeteksi komplikasi kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan
kehamilan setelah terjadi komplikasi (Schott, 2008).
c. Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas
penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian barang serta kekayaan
dan penghematan (Dani, 2005). Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap
kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada
keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi
dan protein. Hal ini disebabkan tidak mampu nya keluarga untuk menyediakan
kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan (Depkes RI,
2008).
Penghasilan masyarakat Indonesia (75-100%) digunakan untuk membiayai
keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan proritas utama, pendapatan
keluarga hanya berfokus kepada pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga hampir
23
Universitas Sumatera Utaratidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan
ke
pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya (Yulifah,dkk, 2009).
Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum
tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa masyarakat
khususnya ibu hamil memiliki masalah dengan faktor ekonomi dalam
melaksanakan antenatal care.
d. Sosial budaya
Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu
masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik
yang menjadi ciri khas masyarakat (Eppink, 2010). Di berbagai wilayah Indonesia
terutama dalam masyarakat yang masih memegang teguh budaya tradisional
(patrilineal), suami lebih dominan dalam mengambil keputusan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan pada istrinya sehingga mempengaruhi
ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care (Yulifah,dkk, 2009).
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan
kehamilan dengan norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi
orang yang berasal dari budaya lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda
akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan kehamilan yang mempunyai
keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih keyakinan tersebut
dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan
(Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
24
Universitas Sumatera Utaramenghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
kehamilannya.
Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam
memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke
dukun misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung selama
kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh ibu hamil (Depkes RI,
2008).
e. Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak
keadaan alam di sekitarnya (Gussa, 2010). Letak geografis sangat menentukan
terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang
tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan
transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke
tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu
hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009).
Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai
akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan
bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat
dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).
f. Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman, atau instruksi. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu
mengurangi rasa cemas seseorang. Informasi yang diperoleh ibu hamil baik dari
25
Universitas Sumatera Utaratenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu hamil menyerap
apa yang
mereka dengarkan. Rentang perhatian manusia terhadap informasi rata-rata
adalah sekitar 20 menit, kehamilan memperpendek rentang skala tersebut karena
kecemasan dan kelelahan mengganggu kemampuan mendengar secara aktif
(Schott, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat
mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan
menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang
antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal
care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care
(Notoatmodjo, 2005).
g. Dukungan
Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk
melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil
adalah suaminya. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri
antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan
kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, tidak menyakiti
istri, berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam
proses persalinan (Harymawan, 2007).
Menurut Yeyeh (2009), ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan
suami sebagai calon ayah bagi anaknya, meliputi dukungan emosi yaitu suami
sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan
26
Universitas Sumatera Utaramenunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka
terhadap
kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil, dukungan instrumental yaitu
dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil
dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu dukungan suami
dalam memberikan informasi yang diperoleh mengenai kehamilan, dukungan
penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan
istrinya.
Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan ibu dapat
berjalan lancar meliputi memberikan dukungan pada ibu untuk menerima
kehamilannya, memberikan dukungan pada ibu untuk mepersiapkan peran sebagai
ibu, memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu
dan anak yang dikandungya melalui perawatan kehamilan, menyiapkan keluarga
lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. Keadaan lingkungan
keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan
kehamilannya. Sebaliknya, adanya dukungan dari lingkungan keluarga akan
membuat ibu hamil nyaman dalam melewati kehamilannya. Psikologi ibu hamil
sangat unik dan sensitif, oleh karena itu dukungan yang diberikan harus harus
serius dan maksimal (Yeyeh, 2009).
27
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai