VI.I. KESIMPULAN Berdasarkan data-data hasil pengujian dan penghitungan serta analisa data dapat diambil beberapa kesimpulan tentang pengaruh konversi mesin diesel konvensional menjadi dual-fuel diesel engine dan pengaruh variasi timing injeksi pada dual-fuel diesel engine terhadap unjuk kerja daya, torsi dan tekanan efektif rata-rata (Bmep), konsumsi bahan bakar spesiftk (Sfc), effisiensi thermal, dan kepekatan gas buang (soot). Dari hasil analisa disimpulkan bahwa dengan memajukan (advanced) timing injeksi dual-fuel standard dari 10 BTDC menjadi 14 BTDC akan mengurangi penurunan unjuk kerja mesin diesel ketika dikonversikan menjadi dual-fuel engine. Bahkan unjuk kerja dual-fuel engine pada putaran rendah (1500 rpm) lebih tinggi daripada mesin diesel standard. Adapun perbandingan unjuk kerja mesin diesel standard, dual-fuel timing injeksi standard, dan dual-fuel timing injeksi 14 BTDC disimpulkan sebagai berikut: 1. Daya Konversi diesel ke dual-fuel engine tanpa merubah timing injeksi menurunkan daya sebesar 2,14 - 23,26 %. Penurunan terbesar terjadi pada putaran 3500 rpm. I ntema1 Com6ustion P.tlfJine VI-I q'ugas.JIk.liir 1(otrVersi CEnergi VI-2 Advanced injection timing menjadi 14 BTDC mengurangl penurunan daya hingga 12,85 % terhadap diesel standard pada putaran 3500 rpm, bahkanpada putaran 1500 rpm terjadi kenaikan daya dual-fuel engine sebesar 3,45 %. 2. Torsi Konversi diesel ke dual-fuel engine tanpa merubah timing injeksi menurunkan torsi sebesar 2,22 - 25,04 %. Penurunan torsi terbesar terjadi pada putaran 2000 rpm. Advanced injection timing mertiadi 14 BIDC mengurangi penurunan torsi hingga 15,67 % terhadap diesel standard pada putaran 2000 rpm, bahkan pada putaran 1500 rpm terjadi kenaikan torsi sebesar 4,11 %. 3. Tekanan EfektifRata-rata (Bmep) Konversi diesel ke dual-fuel engine tanpa merubah timing injeksi menurunkan Bmep sebesar 1,25 - 24J5 %. Penurunan Bmep terbesar terjadi pada putaran 2000 rpm. Advanced injection timing menjadi 14 BIDC mengurangl penurunan Bmep hingga 14,77 % terhadap diesel standard pada putaran 2000 rpm, bahkan pada putaran 1500 rpm terjadi kenaikan Bmep sebesar 4,94 %. Internal Com.6ustion lEngine & q'UfJas..Ak.liir 'l(onversi P.nergi 4. Konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc) VI-3 Konversi diesel ke dual-fuel engine tanpa merubah timing injeksi menaikkan SFC sebesar 6 % pada putaran 3500 rpm dan penurunan terbesar tetjadi pada putaran 2000 rpm sebesar 8,7 %. Advanced injection timing menjadi 14 BTDC akan Makin meningkatkan kenaikan Sfc hingga 18,21 % terhadap diesel standard pada putaran 3500 rpm dan mengurangi penurunan Sfc pada putaran 2000 rpm sebesar 2,59 %. 5. Effisiensi Thennal Konversi diesel ke dual-fuel engine tanpa merubah timing injeksi menurunkan effisiensi thennal sebesar 4,07 - 11,56 %. Penurunan effisiensi terbesar terjadi pada putaran 3500 rpm. Advanced injection timing menjadi 14 BIDC mengurangi penurunan effisiensi thennal hingga 7,62 % terhadap diesel standard pada putaran 3500 rpm. 6. Kepekatan gas buang (konsentrasi soot) Konversi diesel ke dual-fuel engine menurunkan soot sebesar 94,49 - 99,27 %. Penurunan konsentrasi soot terbesar tetjadi pada putaran menengah (2500 rpm). I nternaf Com6ustion lngine 'Tuuas.Jf-k.liir P-nergi VI.2. SARAN-SARAN VI-4 Dari pengalarnan dalam memodiftkasi mesin diesel konvensional menjadi dual-fuel diesel engine dan memvariasikan timing injeksi dual-fuel diesel engine, ada beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian untuk Iebih memperbaiki penelitian di bidang yang sarna di masa yang akan datang. VI.2.t. Persiapan penelitian dan pengujian 1. Mempelajari referensi baik melalui text book maupun dari internet tentang penelitian dual-fuel diesel engine dan prosedur pengarnbilan data. 2. Menggunakan satu variabel berubah dan menetapkan variabel-variabel yang dijaga konstan. 3. Diperlukan penelitian tersendiri dalarn pembuatan throttle valve. 4. Mengecek kondisi engine beserta pompa injeksinya. 5. Menggunakan blower yang marnpu untuk mendinginkan engine. VI.2.2. Pengujian dan pengambilan data 1. Menjaga perbandingan solar dan natural gas dalam perbandingan tetap pada tiap putaran yang diharapkan. 2. Menganalisa sementara tiap kali selesai pengarnbilan data sehingga dapat dilakukan penyempumaan pada pengambilan data berikutnya bila terdapat penyimpangan dari dasar teori. 3. Perlu dilakukan penelitian lagi pada advanced injection yang lebih jauh agar dapat menyimpulkan timing injeksi terbaik. Interna Com6ustion fngine