Anda di halaman 1dari 3

Alkisah, hiduplah sekelompok tikus di suatu rumah yang lumayan besar.

Makanan
berkelimpahan di rumah itu. Rumah itu bak sorga. Semua kenikmatan ada. Asal pintar-pintar
sajalah mengambil dan menerima. Pokoknya dijamin hidup berkelimpahan.
Mereka bertahan hidup dan berkembang biak seperti bagaimanalah biasanya kehidupan tingkat
rendah. Di rumah itu mereka makan dengan lahapnya. Di rumah itu, pejantan dan betinanya,
kawin dan beranak cucu. angit-langit rumah itu lumayan enak dijadikan tempat main.
!erkadang untuk memicu adrenalin, sengajalah mereka kejar-kejaran di ruang tamu. "amun,
sekarang, #ona nyaman mereka sudah mulai terusik. $esenangan sudah mulai terganggu. Si
empunya rumah tak lagi membiarkan kebebasan mereka. %mpunya rumah sekarang sudah
memelihara penjaga. Si kucing yang agresi& sudah akan menghabiskan malam ke-enamnya
malam ini. ihat, beberapa anggota keluarga tikus sudah menjadi korbannya Si $ucing.
Di tengah pekatnya malam, di sudut langit-langit rumah, mereka melakukan rapat. '(ni tak boleh
dibiarkan berlarut-larut)* demikian seru Pemimpin !ikus. '+eberapa anggota keluarga kita tewas
diserang si $ucing.* Seru tikus yang dituakan itu dengan suara parau. Matanya memerah dan
tubuhnya bergetar.
'(ya.. $ita harus segera bertindak)*, jawab seekor tikus muda dengan mengangkat salah satu
kaki depannya.
'+etul sekali)*, serempak tikus-tikus yang lain menjawab.
'Sekarang bagaimanalah cara kita melawan si $ucing,*, tanya !ikus si Pemimpin menghujam.
Dia bertindak memoderasi langkah pemecahan masalah.
Mereka pun berembuk mencari solusi. Dan akhirnya mereka menuai kebuntuan. Masalahnya
sekarang, mereka tak akan bisa melawan si $ucing walaupun mereka melakukan serangan
mendadak dan keroyokan. Si kucing memiliki cakar dan taring yang mematikan. Satu cakaran
sudah menjadi pukulan telak untuk menjatuhkan mereka. Sekalipun jumlah mereka banyak, tak
perlulah waktu lama bagi si $ucing untuk mencabik-cabik tubuh mereka. !ak perlu susah payah
untuk meremukkan setiap batang leher para tikus.
Dan mereka pun putus asa. Mungkin inilah masalah dengan solusi tak ber-solusi. Demikian,
perlahan timbul kesimpulan pasi& dan tak berdaya di dasar hati para tikus.
!iba-tiba, dengan langkah pasti, seekor tikus berjanggut datang meniti balok kayu menuju rapat
para tikus itu. Dia-lah sebenarnya yang menjadi nabi mereka. Mereka pun takut karena berani-
beraninya rapat tanpa mengundang Si !ua. Mereka memang sengaja rapat tanpa pengetahuan
!ikus sepuh itu, karena mereka ingin mandiri dalam memecahkan masalah. !ikus Si Pemimpin
bilang sudah saatnya kita berdikari, berdiri di kaki sendiri.
Si !ikus !ua kembali mencoba lebih bersabar. 'Mereka menganggap saya sebagai penasihat, tapi
tak mau mendengarkan nasihatku. Mereka sering memuji dalam dan luasnya pengalaman dan
wawasan-ku tapi tak pernah belajar dariku. Sampai kapan seperti ini,*, gumamnya.
'Aku menghargai inisiati& kalian untuk mandiri memecahkan masalah* Demikian Si !ua berkata
dengan perlahan sebagai pendahuluan dari kritikannya.
'"amun, hal-hal kecil saja yang kunasihatkan kepada kalian tidak kalian dengarkan. +agaimana
mungkin kalian bisa melakukan hal-hal besar,* Para !ikus yang lain takut dan gemetar.
'$alian tak akan bisa melawan Si $ucing)* -eramahnya dengan suara lirih. $emudian menelan
ludahnya. Suasana hening. Para tikus lain yang manjadi audiens hanya tunduk dan tak berdaya.
'!api kita bisa tetap bertahan hidup dan berkembang biak secara sembunyi-sembunyi.* Sontak
tikus-tikus lain dengan mendongakkan kepala. Sambil tersenyum tenang, Si !ikus !ua
menyambungkan, ' .al ini sebenarnya sudah menjadi masalah klasik. $ita hanya perlu
menghindarinya ketika si $ucing masih jauh. $etika dia sudah datang, kita harus lari sekuat
yang kita bisa.* -eramah Si !ikus !ua dengan senyum simpul.
'!api bagaimana kita tahu bahwa si $ucing datang atau sedang melakukan monitoring,*
Demikian tanya seekor tikus muda yang terkenal agresi& tapi tukang kawin nggak ketulungan di
antara para tikus.
'Pertanyaan yang bagus. Sebenarnya saya lebih suka ditanya, daripada harus memberikan kalian
kuliah ceramah*. Demikian sergah si !ua dan memuji si tikus muda tadi. '$ita hanya perlu
seseorang yang mau dan mampu menggantungkan lonceng pada leher si $ucing*, sambungnya.
'+ukankah itu berarti bahwa saudara kita yang menggantungkan itu akan menjadi santapannya
tikus,* !anya !ikus si Pemimpin mengernyitkan dahi.
'+etul) /ntuk menyelesaikan ini perlu seekor martir. Seekor dari antara kita yang akan menjadi
korban sekaligus kurban demi keselamatan kita. $ita tidak membutuhkan yang cerdas, ari&
bijaksana atau jenius. 0ang kita butuhkan adalah seekor martir*. '$alau tak ada yang mau, kita
hanya perlu keluar dari rumah ini mencari tanah air yang baru sebagai tempat kita hidup mekar
di pagi hari, dan mati layu sorenya.*
Para tikus itu merenungkan kata-kata hikmat dari master mereka dan mengendapkannya di dasar
hatinya. Sementara itu, Si !ikus !ua pergi menyelinap. Dia sudah demikian mengerti
kepengecutan saudara sebangsa tikusnya. Dia menubuatkan, tak akan ada tikus yang mau jadi
martir, sama seperti dulu-dulu ketika mereka menghadapi masalah serupa. Dia mengambil
resolusi dan mengajak tikus mana saja yang mau mengikutinya. !api hanya seekor tikus kecil
yang masih bayi dan yang tidak memberikan harapan untuk survive yang mau. "iatnya tak akan
lagi menjadi tikus rumahan, tetapi akan menjadi tikus liar saja.
Sementara itu, gerombolan tikus yang sedang rapat makin capek saja. !ak ada solusi. Akhirnya
mereka menutup rapatnya dan akan bersambung besoknya. Malamnya juga mereka menggelar
rapat, tetapi kembali ketika menanyakan siapa yang akan jadi martir, tak ada yang mau.
11111
Malam itu, langit bertabur bintang. +ulan pun bertengger di tepian cakrawala. Seekor !ikus
sepuh menutup matanya. Sementara ia berdoa, tikus temannya tidur dengan begitu pulasnya.
+egitulah, setiap hari si !ikus !ua berdoa. Dia menantikan datangnya juruselamat untuk
menolong mereka. $onon menurut cerita para leluhur mereka, kelak akan datang seekor
makhluk kuat yang tujuh kali lebih kuat dari $ucing, dan terlahir sebagai tikus untuk menghapus
setiap air mata dan menghalau setiap musuh mereka. +ahkan Si $ucing pun akan diremukkan
kepalanya dengan gigi pengeratnya. Setelah itu mereka akan hidup dalam kesenangan. Makan
sekenyang-kenyangnya dan berkelamin sepuas-puasnya.
'Datanglah juruselamat*, gumamnya Si !ua setiap menutup doa atau ketika akan tertidur. Dan
cerita itu pulalah yang selalu diceritakannya kepada setiap tikus yang dijumpainya.
11111
Malam berikutnya, seperti biasa, setelah mereka usai melakukan akti2itas berburu, mereka
kembali menggelar rapat. Satu-satunya strategi pemecahan masalah yang mereka pikirkan dan
diskusikan itu-itu saja. (tu dan itu saja.
'!ikus mana yang mau untuk mencoba menggantungkan lonceng di leher $ucing ketika si
kucing tersebut tertidur. $etika lonceng itu tergantung, tentulah mereka akan terus tahu bahwa si
kucing sedang datang atau mengintai sekalipun masih jauh. 3$ring4 kring4 kring4 3. !ikus
datang..) Mereka pun berkesempatan baik untuk lari dan bersembunyi.* !etapi tak seekor tikus
pun yang mau. Satu per satu anggota keluarga tikuspun mulai binasa. agi mereka berembuk,
tapi tetap itu strateginya, dan tetap tak terealisasikan. Sampai akhirnya, setiap tikus binasa di
cakar dan taring si $ucing.
11111
Suatu saat, dua ekor tikus menyelusuri pekarangan suatu rumah. Seekor tikus muda, gemuk dan
berotot. Satu lagi sudah tua. !ak lain dan tidak bukan, dialah Si !ikus !ua bersama cucu-nya.
!iba-tiba perjalanan mereka terhenti. Agaknya seekor tikus sedang mengendap dibawah
rerimbunan daun labu. Si !ikus !ua berkata, '-oba tanyakan, apakah tempat ini aman dari
$ucing atau /lar)*. !ikus yang masih muda itu pun segera menghampiri makhluk dimaksud.
Alangkah terkejutnya dia. !api segera insa&. +egitulah nasib sebangsanya. Dengan langkah
gontai, ia pun meninggalkan seonggok daging tikus tanpa kepala.
'Apakah dia ramah dan mau bercerita,*
'(a sangat ramah. Dan sangat &asih berkata-kata)*, jawab tikus yang masih muda tersebut.
The End

Anda mungkin juga menyukai