Anda di halaman 1dari 9

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010 1


Program PPM KOMPETITIF
Sumber Dana DIPA Universitas Andalas
Besar Anggaran Rp 5.000.000,-
Tim Pelaksana My Syahrawati, Munzir Busniah, dan Novri Nelly
Fakultas Pertanian
Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat

SOSIALISASI TEKNIK KONSERVASI MUSUH ALAMI WERENG COKLAT
(Nilaparvata lugens) PADA PETANI PEREMPUAN

ABSTRAK

Pengabdian tentang Sosialisasi Teknik Konservasi Musuh Alami Wereng Coklat
(Nilaparvata lugens) Pada Petani Perempuan telah dilaksanakan pada bulan Juni 2009 terhadap
28 orang petani perempuan di RW 8 Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto
Tangah Padang. Pengabdian disusun dalam dua tahap yaitu tahap sosialisasi dan identifikasi
serangga di lapangan. Tahap sosialisasi didesain untuk meningkatkan pengetahuan petani
terhadap musuh alami dan upaya konservasinya. Pada tahap pengamatan lapangan berhasil
diidentifikasi walang sangit, wereng hijau, dan belalang sebagai hama. Ditemukan pula
predator wereng dalam jumlah banyak yaitu Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa
pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum dan parasitoid yaitu
Anagrus sp, tetapi tidak ditemukan wereng coklat yang merupakan target pengabdian. Tidak
adanya wereng coklat diperkirakan karena kondisi iklim tidak mendukung. Pengendalian
walang sangit dapat dilakukan dengan merode perangkap, wereng hijau dengan konservasi
musuh alami, dan belalang dengan pestisida nabati daun sirsak.
Service for Sosialization of Technique Conservating of Brownleafhopper (Nilaparvata
lugens) Natural Enemies to Farmer Women was done on Juny, 2009 at RW 8 Kelurahan Koto
Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Padang. There were two stages of service,
sosialization and insect identification. Sosialization designed to increase farmer knowledge
about brownleafhopper natural enemies and how to conserve them. After observation to
identify the insect found three kind of pest, they were Leptocorisa acuta, Nephotettix virescens,
dan Valanga nigricornis and five kind of predators, they were Coccinella sp, Tetragnatha sp,
Pardosa pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum and one
parasitoid was Anagrus sp, but we did not find brownleafhopper. That, may be caused by the
climate did not suitable for brownleafhoppe life. Suggested to control Leptocorisa acuta with
trap method, to control Nephotettix virescens with conservating of natural enemies, and to
control Valanga nigricornis with natural pesticide.

PENDAHULUAN

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) tergolong hama yang sangat berbahaya bagi
usaha tani padi. Hama ini sulit sekali diberantas atau dikendalikan karena memiliki berbagai
keunggulan. Meskipun serangan wereng coklat di Kota Padang tidak separah di pulau Jawa,
namun setiap musim tanam selalu saja ada daerah pertanian yang diserang hama tersebut. Hal
ini menunjukkan kemampuan wereng coklat untuk mempertahankan generasinya. Diantara
beberapa cara pengendalian yang ada, pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh
alami merupakan alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan.
Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga
keseimbangan ekosistem.
Banyak jenis predator yang memangsa wereng coklat, tetapi hanya beberapa yang
mempunyai potensi menurunkan populasi yaitu Lycosa pseudoannulata (Araneida; Lycosidae),
Paederus sp. (Coleoptera; Coccinellidae), Ophionea sp. (Coleoptera; Carabidae), Coccinella sp.
(Coleoptera; Coccinellidae) dan Cyrtorhinus lividipennis (Hemiptera; Miridae) (Laba, 2001).
Sedangkan parasitoid wereng coklat yang sering dijumpai di persawahan adalah Anagrus sp.
(Hymenoptera; Mymaridae), Gonatocerus sp. (Hymenoptera; Mymaridae), dan Oligosita sp.
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
2 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
(Hymenoptera; Trichogrammatidae (Atmaja dan Kartohardjono, 1990; Baehaki dan Iman,
1991).
Beberapa jenis gulma bermanfaat bagi parasitoid dan predator, karena gulma dapat
digunakan tempat berlindung serangga inang dan tempat bertelur bagi parasitoid dan
predator. Tanaman padi di sawah yang mengandung tanaman azolla, disenangi oleh predator
wereng coklat Microvelia douglasi atrolineata Bergroth (Veliidae), Paraplea sobrina Stal.
(Pleidae), dan Lycosa pseudoannulata Boes et str. (Lycosidae). Parasitoid Anagrus sp. dan
Gonatocerus sp. dapat berkembang biak pada rumput Leersia sp. (Kartohardjono, 1992).
Selain rumput-rumputan tersebut diatas, Anagrus sp. dan Gonatocerus sp. juga dapat
berkembang biak pada Paspalum vaginatum dan Digitaria sp (Laba, 2001).
Konservasi musuh alami dan habitat pendukungnya berarti mencegah berkurangnya
populasi dan potensi predator dan parasitoid, dengan cara mengembangbiakkan parasitoid dan
predator secara alami serta meningkatkan perannya dalam mengendalikan hama. Sementara
itu, gulma atau rumput-rumputan yang selama ini menjadi target untuk dibasmi dengan
pestisida sintetik dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, tempat berlindung dan
berkembang biak oleh predator dan parasitoid.
Pengetahuan tentang pengendalian dengan menggunakan musuh alami ini seperti itu
sering terlambat diterima petani terutama petani perempuan karena berbagai faktor
penghambat. Hampir tidak dapat dipungkiri bahwa petani perempuan seringkali tidak
mendapat kesempatan yang proporsional untuk mengikuti pelatihan dan penambahan
keterampilan berusaha tani. Seringkali dengan beban ganda yang dimiliki petani perempuan
(domestik dan ekonomi), diperkuat oleh konstruksi sosial yang ada, mobilitas untuk beraktifitas
menambah keterampilan atau mengikuti kegiatan kelompok tani menjadi terkendala.
Kebutuhan tentang informasi usaha tani padi praktis hanya mereka dapatkan dari mulut ke
mulut atau memperhatikan usaha tani tetangga.
Petani perempuan, khususnya di lokasi pengabdian bertanggung jawab mulai dari
pemilihan bibit sampai pada pemasaran usaha tani. Kegiatan itu mereka lakukan oleh karena
berstatus janda, suami merantau, ataupun suami mempunyai usaha lain. Dengan kondisi
tersebut, sebenarnya petani perempuan dituntut memiliki kemampuan manejerial usaha tani
dan pengetahuan yang cukup untuk mengatasi berbagai kendala usaha tani mereka di
lapangan, termasuk memikirkan dan mengaplikasikan langkah-langkah pengendaliannya pada
saat tanaman padi diserang organisme penganggu tanaman seperti wereng cokelat.
Temuan lapangan menunjukkan usaha tani padi sawah yang mereka usahakan sering
diserang oleh hama wereng coklat. Akan tetapi karena keterbatasan modal dan keterbatasan
pengetahuan, serangan hama wereng coklat tersebut mereka kendalikan dengan pestisida
sintetik ala kadarnya, tanpa pemahaman yang jelas tentang konsentrasi semprot atau bahkan
dengan terpaksa membiarkan sehingga mengakibatkan produksi turun mencapai 50%.
Dengan kondisi tersebut, dipandang perlu mensosialisasikan teknik pengendalian hama
wereng coklat yang tidak membutuhkan biaya, tapi terbukti cukup efektif yakni dengan
menghentikan pemberian pestisida dan melakukan upaya konservasi musuh alami dan habitat
pendukung dari musuh alami tersebut. Tanpa pestisida, biodiversitas ekosistem dapat
ditingkatkan sehingga musuh alami yang ada di pertanaman dapat berperan maksimal dalam
mengatur populasi hama.
Adapun tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk:
1. Mensosialisasikan kepada petani tentang bahaya penggunaan input sintetik secara terus
menerus terhadap serangga, hewan ternak, konsumen dan lingkungan
2. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan terhadap pengendalian wereng coklat
dengan biaya murah, dan dengan cara praktis
3. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan terhadap beberapa jenis serangga yang
berperan sebagai musuh alami wereng coklat dan bermanfaat untuk menekan populasi
hama tersebut
4. Meningkatkan pengetahuan petani perempuan terhadap jenis dan keberadaan gulma
sebagai habitat pendukung kehidupan musuh alami
Sosialisasi teknik konservasi musuh alami wereng coklat diharapkan dapat bermanfaat
langsung bagi petani perempuan, pemerintah, dinas terkait, dan konsumen. Manfaat bagi
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 3
petani perempuan dapat diukur dari meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mereka
terhadap alternatif pengendalian wereng coklat dengan menggunakan musuh alami yang dapat
dilaksanakan secara praktis dan tidak membutuhkan biaya besar seperti layaknya pemakaian
pestisida sintetik.
Sosialisasi ini akan membantu tugas pemerintah dalam program mengentaskan
kemiskinan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan petani. Hasil akhir yang
diharapkan dari sosialisasi ini adalah terjadi peningkatan pemahaman dan pengetahuan dalam
mengendalikan wereng coklat, sehingga petani perempuan mampu memproduksi padi dengan
hasil yang lebih baik dan tidak berbahaya bagi lingkungan, serta para konsumen terlindungi
dari efek bioakumulatif pestisida.
METODE PENGABDIAN
Pengabdian masyarakat ini telah dilakukan pada Bulan Juni 2009 dalam dua tahap
pengabdian. Tahap pertama adalah sosialisasi teknik konservasi musuh alami wereng coklat
yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 2009 di Mesjid Jihad Kampung Pagai RW.
08 Kel. Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang pada pukul 09.00-12.30
WIB. Sedangkan tahap kedua berupa pengamatan lapangan yang dilakukan langsung pada
lahan petani yang dilaporkan terserang wereng coklat yakni areal persawahan milik Masni BR
pada hari Minggu tanggal 28 Juni 2009 dari pukul 08.00-11.00 Wib.
Khalayak sasaran dari sosialisasi teknik konservasi musuh alami wereng coklat ini
sejumlah 33 orang. Sebanyak 28 orang khalayak sasaran adalah para perempuan petani di RW
8 Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Propinsi Sumatera
Barat yang pada umumnya tidak tergabung dalam kelompok tani yang terlembaga dengan
jelas, serta masing-masing 1 orang ketua kelompok tani terlembaga, ketua RW, PPL, lurah,
dan KCD Pernakbunhut Koto Tangah.
Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan selama pengabdian adalah laptop, infocus,
kamera, materi pelatihan, insect net, plastik, botol film, alkohol 70%, buku praktis tentang
konservasi musuh alami (disiapkan tim pengabdi), kantong plastik bening, dan alat tulis.
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauhmana materi pelatihan yang diberikan
dapat mencapai sasaran secara optimal. Evaluasi dilakukan sebelum sosialisasi dilakukan, saat
dilakukan, dan setelah dilakukan. Kriteria yang dijadikan indikator keberhasilan sosialisasi ini
adalah: Jumlah peserta sesuai rencana yakni sebanyak 25 orang, tingkat partisipasi peserta
dari setiap tahapan kegiatan diatas 50%, adanya perubahan pemahaman terhadap
pengendalian wereng coklat dengan teknik konservasi musuh alami wereng coklat .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan sesi pengamatan lapangan dari rangkaian pengabdian yang dilakukan,
diperoleh hasil berupa serangga-serangga yang berada di areal persawahan. Kelompok
serangga hama yang ditemukan adalah walang sangit, wereng hijau dan belalang. Sedangkan
serangga lain yang ditemukan dalam jumlah banyak merupakan kelompok predator yaitu
Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum
cancellatum. Adapun parasitoid yang ditemukan yaitu Anagrus sp.
Pada lahan pertanian tersebut tidak ditemukan wereng coklat yang merupakan hama
target untuk pengabdian. Tidak ditemukannya wereng coklat diperkirakan karena pada saat
pengabdian, tidak terdapat jumlah hari hujan yang banyak yang merupakan salah satu syarat
perkembangbiakan hama tersebut. Hasil identifikasi serangga hasil pengamatan lapangan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
4 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
Tabel. Hasil Identifikasi Serangga di Lapangan
No Nama Lokal Jumlah (ekor) Kelompok
1. Walang sangit (Leptocorisa acuta) 21 Hama
2. Wereng hijau (Nephotettix virescens) 8 Hama
3. Belalang daun ( Valanga nigricornis) 8 Hama
4. Pardosa pseudoannulata 6 Predator
5. Tetragnatha sp 11 Predator
6. Paederus fuscipes Curt 6 Predator
7. Coccinella sp 36 Predator
8. Larva Coccinella sp 6 Predator
9. Orthetrum cancellatum 6 Predator
10. Diptera 6 Hama/predator
11. Anagrus sp 3 Parasitoid
12. Hymenoptera 15 Parasitoid
13. Hemiptera1 6 ?
14. Hemiptera2 7 ?

Pembahasan
Hama
Walang sangit adalah hama yang aktif menyerang pada pagi dan sore hari,
sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab dan dingin. Hama ini
menyerang dengan cara mengisap bulir padi pada fase masak susu, dan mengisap cairan
batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit
mengisap cairan padi dengan cara menusukkan styletnya.
Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya
lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil. Dalam keadaan tidak ada
bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga
pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari.

Leptocorisa acuta Hemiptera: Alydidae

Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara salah satu
diantaranya dengan menggunakan perangkap. Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau
tertentu seperti bangkai dan kotoran binatang, beberapa jenis rumput seperti Ceratophyllum
dermesum L., C. Submersum L., Lycopodium carinatum D., dan Limnophila spp. Pada awal fase
generatif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan
rawa Limnophila sp., Ceratophyllum sp., Lycopodium sp. dan bangkai hewan: kodok, kepiting,
udang dan sebagainya. Walang sangit yang sudah terpusat pada tanaman perangkap,
selanjutnya dapat diberantas secara mekanik atau kimiawi (Natawigena, 1990). Selain itu
dapat menggunakan parasit telur walang sangit yang utama yaitu Gryon nixoni dan Ooencyrtus
malayensis (Baeheki, 1992). Sedangkan pestisida nabati untuk mengendalikan walang sangit
dapat diperoleh dari ramuan daun mimba, daun mindi, daun sirsak, daun tembakau, cabai
merah, umbi gadung racun, garam dapur, kapur, pupuk kandang, dan air. Patogen Beauveria
bassiana dilaporkan pula dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangan hama ini.
Wereng hijau dikenal karena tubuhnya berwarna hijau. Jenis wereng ini tidak terlalu
berbahaya secara langsung, tapi disisi lain merupakan vektor atau penular virus tungro pada
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 5
tanaman padi. Adapun fase nimfa dan imago sama kemampuannya dalam menularkan virus.
Hama ini menghisap cairan sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Perkembangan wereng hijau dari telur sampai dewasa melalui 3 stadia, yaitu telur, nimfa, dan
dewasa dengan metamorfosis paurometabola. Satu siklus hidup dapat berkisar 50 hari.
Pestisida nabati yang dapat digunakan untuk mengendalikan wereng hijau adalah berasal dari
ramuan rumput paitan, dan garam dapur.

Nephotettix virescens: Cicadellidae, Homoptera
Belalang Valanga nigricornis termasuk ke dalam famili Acrididae, merupakan belalang
bersungut pendek dan memiliki kepala miring ke arah dalam. Famili ini mencakup belalang
yang ada di padang rumput, dan di sisi jalan sepanjang musim panas. Sungut biasanya lebih
pendek daripada tubuh. Kebanyakan mempunyai warna kelabu atau kecoklatan, sedangkan
yang lain mempunyai warna yang cemerlang pada sayap belakang. Serangga hama ini
seringkali sangat merusak.

Valanga nigricornis Orthoptera: Acrididae

Salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai insektisida
nabati untuk mengendalikan hama belalang adalah daun sirsak. Daun sirsak mengandung
senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi,
senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti-feedent. Dalam hal ini, hama tidak lagi
bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi
rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama serangga menemui ajalnya.
Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama
lainnya.
Ekstrak buah mentah M. volkensii selalu berhasil dalam mengontrol pergerakan dan
mengusir belalang (Locusta migratoria). Ultra-Low Volume (ULV) memformulasikan 1000 ppm
ekstrak etanol buah M. volkensi. Dengan menggunakan perbandingan 10 liter per hektar
hasilnya mampu menghambat perkembangan belalang. Hasil menarik lainnya adalah
keikutsertaan ekstrak dalam fase formasi, yaitu mengusir belalang, menahan fase soliter dan
menghambat pergerakan dalam fase berkelompok. Yang terpenting juga, insektisida alami ini
tidak meracuni mamalia ataupun burung.
Selain itu, untuk mengendalikan serangan belalang bisa pula dengan memanfaatkan
burung predator. Caranya dengan menebar ampas kelapa ke atas tanaman padi yang
diharapkan akan menarik perhatian burung predator untuk datang hinggap. Burung tidak akan
memangsa ampas kelapa, tapi akan lebih tertarik pada keberadaan belalang dan
memangsanya.

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
6 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
Musuh Alami
Berdasarkan tabel hasil identifikasi serangga, dapat diketahui bahwa banyak sekali
ditemukan serangga predator di areal persawahan dan satu jenis parasitoid. Keberadaan
musuh alami tersebut secara jenis dan kuantitas sebenarnya memungkinkan bagi petani untuk
tidak melakukan penyemprotan tanaman padi dengan pestisida sintetik untuk mengendalikan
hama wereng karena semua jenis serangga tersebut merupakan musuh alami wereng hijau.
Laba-laba serigala (Pardosa pseudoanulata) dapat mangsa wereng coklat, wereng
hijau, wereng punggung putih, hama putih, hama putih palsu dan lalat bibit. Laba-laba ini aktif
mencari dan memburu mangsanya. Mampu memangsa wereng hijau 1-4 ekor per hari, dan 20
ekor per hari jika mangsa diletakkan di dalam tabung.

Pardosa pseudoannulata

Sedangkan laba-laba berahang empat (Tetragnatha spp.) dapat memangsa wereng
coklat, wereng hijau, wereng punggung putih, wereng hijau, wereng zigzag dan lalat padi.
Laba-laba ini tidak begitu aktif menyerang mangsanya. Di siang hari laba-laba ini banyak diam
dan di malam hari aktif membuat sarang dan mangsa yang terjerat oleh sarangnya baru
ditangkap dan dimakan. Kebiasaan hidupnya adalah berada pada daun di mana laba-laba
tersebut membentuk sarangnya.


Tetragnatha sp- Tetragnathidae

Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes) merupakan predator yang aktif mencari
mangsa pada malam hari dan dapat berenang di permukaan air atau pada bagian tanaman.
Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng
punggung putih dan larva ulat bulu yang masih muda. Predator ini mempunyai ukuran 7 mm
dengan ciri-ciri sayapnya hanya separuh tubuh, ujung abdomen berwarna biru, tubuh bergaris-
garis dan alat mulutnya bertipe mengunyah. Rentang hidupnya 90 - 110 hari dan jumlah telur
yang dihasilkan oleh seekor betina sebanyak 24 butir.


Paederus fuscipes Curt : Coleoptera : Staphylinidae
Kumbang kubah (Coccinella sp) merupakan predator wereng batang coklat, wereng
punggung putih, wereng hijau, wereng zig-zag, aphis, hama putih palsu dan penggerek batang
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 7
padi. Larva predator ini aktif memangsa secara berkelompok. Predator ini mempunyai ukuran
tubuh 6-7 mm. Kumbang dewasa berbentuk bundar memanjang berwarna kuning, tubuh larva
beruas-ruas dengan alat mulut mengunyah. Tempat hidupnya pada seluruh bagian tanaman.
Rentang hidupnya 150 hari dengan jumlah telur yang diletakkan 45 butir/betina.

Coccinella spp Coleoptera: Coccinellidae

Capung merupakan predator wereng hijau, wereng coklat, wereng punggung putih dan
hama putih palsu. Predator ini mempunyai panjang tubuh 30 mm dengan ciri-ciri tubuhnya
ramping berwarna merah oranye atau abu-abu kebiru-biruan dan sayapnya mempunyai bentuk
jaringan yang rumit. Rentang hidupnya 10-30 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor
betina adalah 30 butir.

Orthetrum cancellatum Odonata: Gomphidae

Salah satu jenis parasitoid yang ditemukan di lapangan adalah Anagrus sp. Anagrus sp.
adalah parasitoid telur wereng coklat dan wereng hijau. Anagrus sp. yang dominan di
Indonesia adalah A. optabilis dan A. flaveolus. Perilaku parasitoid di lapangan sangat
menentukan keefektifannya dalam menurunkan populasi wereng. Kemampuan Anagrus sp.,
memparasit telur wereng coklat mencapai 38 % pada tanaman padi dan 36-64 % pada
rumput-rumput lainnya. Siklus hidup Anagrus sp. 11-13 hari.

Anagrus sp

Gulma
Selain itu, disekitar areal persawahan banyak ditemukan gulma-gulma yang
diperkirakan disukai sebagai tempat hidup oleh musuh alami seperti Azolla sp, Paspalum
vaginatum, dan Leersia sp. Gulma ini akan menjadi aset penting dalam konservasi musuh
alami.

Pengamatan Tambahan
Sewaktu dilakukan pengamatan, diketahui bahwa petani mengusahakan padi IR-42
yang memang terkenal rentan terhadap serangan wereng. Akan tetapi setelah dilakukan
identifikasi dan analisis, tidak ditemukan adanya wereng coklat. Tanaman padi sudah berumur
2,5 bulan, belum mengeluarkan bulir, menguning, pendek, anakan banyak tapi kelihatan tidak
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
8 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010
sehat. Pupuk yang diberikan adalah Ponscha dan ZA tanpa pemberian KCL. Dua hari sebelum
pengamatan, tanaman disemprot dengan menggunakan campuran Nopcin dan Ripcord (ada
kalanya dicampur Matador).

Penyerahan Kenang-Kenangan
Untuk menunjang peningkatan pemahaman para petani perempuan terhadap teknik
konservasi musuh alami wereng coklat, maka Kami telah menyusun sebuah buku praktis yang
dibagikan secara cuma-cuma. Buku praktis tersebut berisikan pengetahuan umum tentang
wereng coklat, musuh alami wereng coklat, upaya konservasi musuh alami, persyaratan
konservasi musuh alami, teknik pembuatan pupuk organik murah mengandung NPK, dan
pestisida nabati untuk pengendalian wereng coklat. Buku tersebut juga dilengkapi dengan
gambar-gambar berwarna.
Selain itu untuk menghindari kebiasaan menerima amplop setelah acara, maka
alokasi uang lumpsump bagi peserta diganti dengan penyerahan 2 (dua) buah alat semprot
knapsack sprayer yang diharapkan bisa dimanfaatkan oleh petani untuk aplikasi pupuk cair,
dan pestisida nabati. Akan tetapi Kami memahami jika kemudian ada petani yang
memanfaatkan untuk aplikasi pestisida sintetik karena sistem pertanian mereka pada dasarnya
masih bersifat konvensional. Kami berpesan agar pemanfaatan pupuk sintetik, pestisida sintetik
dan padi hibrida dibatasi (kalau belum bisa dihentikan).

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tahapan pengabdian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengabdian masyarakat yang kami lakukan telah disambut antusias oleh petani perempuan.
Mungkin dalam waktu dekat prinsip dasar yang disosialisasikan belum bisa sepenuhnya
diterapkan tapi setidaknya telah membuka mata para petani tentang pentingnya menjaga
keseimbangan alam, dan dapat mengusahakan pengendalian serangan wereng coklat dengan
cara yang lebih sehat, lebih aman, lebih ekonomis.
Penyemprotan tanaman padi dengan pestisida tidak perlu dilakukan secara berkala
karena keputusan menyemprot atau tidak haruslah didasarkan pada hasil pengamatan
lapangan tentang jenis dan populasi serangga yang tersedia di lapangan. Jika ternyata
memang serangan hama telah begitu menganggu, maka utamakan penggunaan pestisida
nabati, yang diketahui lebih aman terhadap lingkungan, konsumen, serta lebih ekonomis.
Berdasarkan pengamatan lapangan dapat disimpulkan bahwa:
1. Hama yang menyerang di lahan pertanian setelah diidentifikasi adalah walang sangit,
belalang dan wereng hijau namun tidak ditemukan wereng coklat
2. Ditemukan serangga predator yaitu Coccinella sp, Tetragnatha sp, Pardosa
pseudoannulata, Paederus fuscipes Curt, dan Orthetrum cancellatum dan parasitoid
Anagrus sp. yang merupakan musuh alami dari wereng coklat dan wereng hijau
3. Hama walang sangit dapat dikendalikan dengan menggunakan perangkap, dan hama
belalang dapat dikendalikan dengan pestisida nabati yang berasal dari daun sirsak.
4. Diperkirakan kerusakan pada tanaman padi kemungkinan besar tidak disebabkan oleh
serangan hama. Kemungkinan oleh ketidaktepatan dalam proses pemupukan.

DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, S.E. dan M. Iman. 1991. Status hama wereng pada tanaman padi dan
pengendaliannya. hlm. 681-712. Dalam Soenarjo et al (red). Padi Buku 3, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbangtan, Bogor.
Baehaki, S.E. 1989. Dinamika Populasi Wereng Batang Coklat. 1: 16-30.
Balai Besar Penelitian Tan Padi. 2009. Pengendalian Terpadu Hama dan Penyakit Padi.
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 9
Chancellor. 1998. Chancellor, F. 1998. Gender Sensitive Issues in Irrigation. International
Water and Sanitation Centre. www.Irc.nl.
Diani, D., W.R. Atmadja, D. Kusdiaman dan Supriyadi. 1992. Komposisi parasitoid pada telur
wereng (Nilaparvata lugens Stal.). Makalah disampaikan pada Kongres Entomologi IV.
Yogyakarta, 28-30 Januari 1992. 10 hlm
Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang. 2009.
http://www.padang.go.id/v2/content/category/27/130/229/
Distanhut Bogor. 2009. Teknologi Pengendalian Wereng Cokelat.
Hudijono, A. 2003. Dinginnya Air dan Panasnya Konflik Sumberawan. www. Kompas.com.
Kartohardjono, A. 1988. Kemampuan beberapa predator (laba-laba, Paederus sp., Ophionea
sp., Cyrtorhinus sp., dan Coccinella sp.) dalam mengurangi kepadatan wereng coklat
(Nilaparvata lugens Stal.) pada tanaman padi. Penelitian Pertanian 8(1): 25-31
Kartoharjono, A. 1990. Hubungan antara wereng batang coklat dan predatornya pada tanaman
padi varietas Simeru di Jawa Tengah. Di dalam: Padi dan Palawija. Bogor: Bogor:
Seminar Balittan.
Laba, I.W. 2001. Keanekaragaman hayati Arthropoda dan Peranan Musuh Alami Hama Utama
Padi pada Ekosistem Sawah.
Laba, I.W. dan D. Kilin. 1994. Biologi Paederus fuscifes Curt. dan kemampuannya memangsa
wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) (4): 240-245. Dalam Machmud et al.
(eds). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Bogor
Laba, I.W. 1998. Intrinsic rate of natural increase of Verenia lineata Thumb, (Coleoptera;
Coccinallidae) as a predator of green leafhopper, Nephotettix virescens Distant
(Homoptera; Ciccadellidae). Makalah disampaikan pada Kongres Biologi XII dan
Seminar XVI pada tanggal 27 Juli 2000. 10 pp.
Marheni. 2004. Kemampuan Beberapa Predator Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens
Stal.). Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Faperta, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Mehra, R and S. Esim. 1999. Apa yang dapat Dikontribusikan Analisis Gender terhadap
Penelitian & Pelaksanaan Irigasi di Negara-Negara Sedang Berkembang. Terjemahan.
dalam Visi (17):73-106
Suenaga, H. 1963. Analytical studies on the ecology of two species of planthopper, the
whitebacked planthopper (Sogotella furcifera Horvath) with special refference to their
outbreak, Bull. Kyushu. Agric. Exp. Stu. 8(1): 1-152
Van Koppen, B. 2003. Indikator Kinerja Gender untuk Irigasi (IKGI): Konsep, Alat &
Penerapannya. Terjemahan. dalam Visi (23):109-171.
Warintek Bantul. 2009. Budidaya Pertanian: Padi (Oryza sativa). Internet.

Anda mungkin juga menyukai