Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KEAKURATAN KODE 10 BESAR TINDAKAN OPERASI PADA

FORMULIR RESUME PASIEN PULANG BERDASARKAN ICD-9-CM DI


BRSD RAA SOEWONDO PATI TRIWULAN I TAHUN 2009
Rosi Hariani
1
, Dewi Lena SK
2
, Riyoko
2
Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganya
1
,Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar
2
ABSTRAK
Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic Related Groups (INA DRGs), dalam pembayaran pelayanan
kesehatan di rumah sakit, peran perekam medis sangat menentukan terutama penentuan kode penyakit
maupun kode tindakan yang menentukan biaya pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa jika terjadi
kesalahan dalam menentukan kode penyakit maupun kode tindakan pasien, maka akan muncul biaya
yang harus ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien. Penulisan kode tindakan
medis di BRSD RAA Soewondo Pati tertulis di formulir resume pasien pulang (Lembar Resume
Keluar).Tujuan Penelitian untuk mengetahui keakuratan kode 10 besar tindakan operasi berdasarkan
ICD-9-CM di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009.
Jenis Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi dokumentasi. Metodologi observasi, dengan
populasi kode tindakan operasi pada formulir resume pasien pulang khususnya dari 10 besar jenis
tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009 sebanyak 444 formulir. Sampel
berupa quota sampling pada 88 formulir, menggunakan analisis deskriptif.
Hasil analisis keakuratan dari 88 lembar formulir resume pasien pulang pasien rawat inap terdapat 66
kode (75%) tindakan operasi yang akurat dan kode tindakan operasi yang tidak akurat sebesar 22 kode
(25%). Faktor ketidakakuratan kode tindakan operasi dikarenakan pemilihan kode yang salah, tidak
dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakan
operasi dan tidak dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi.
Disarankan dibuat protap tentang penggunaan ICD-9-CM sebagai pedoman dalam pengkodean
tindakan operasi, digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Kedokteran dalam
membantu melakukan pengkodean tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM, Perlunya pelatihan bagi
petugas koding dan dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam formulir laporan operasi.
Kata kunci :Keakuratan Kode, 10 Besar Tindakan Operasi, ICD-9-CM
Kepustakaan : 21 (1974-2009)
PENDAHULUAN
Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic
Related Groups (INA DRGs), dalam
pembayaran pelayanan kesehatan di rumah
sakit, maka peran perekam medis sangat
menentukan terutama dalam hal penentuan
kode penyakit maupun kode tindakan yang
pada akhirnya akan menentukan biaya
pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa
apabila terjadi kesalahan dalam menentukan
kode penyakit maupun kode tindakan pasien
maka akan muncul biaya yang harus
ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan
penyakit pasien. Oleh karena itu sangat
diperlukan tenaga perekam medis yang
mampu dan mempunyai kompetensi dalam
menentukan kode penyakit berdasarkan
International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems Tenth
Revision (ICD-10) dan kode tindakan
kedokteran berdasarkan International
Classification of Diseases Ninth Revision
Clinical Modification (ICD-9-CM) dengan
tepat sesuai dengan aturan yang ada, sehingga
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 11
dalam pelaksanaan sistem pembayaran
berdasarkan INA DRGs akan berjalan sesuai
dengan harapan pemerintah dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. (Kristiyono E, 2009).
BRSD RAA Soewondo Pati terletak di
Jalan Dr. Soesanto Pati merupakan rumah
sakit tipe B, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tanggal 30 Januari 1995 Nomor 2
95/MENKES/I/95. Penulisan kode yang
digunakan di BRSD RAA Suwondo Pati
sudah menggunakan International Statistical
Classification of Diseases and Related Health
Problems Tenth Revision (ICD-10) dalam
menentukan kode diagnosis penyakit dan
International Classification of Diseases Ninth
Revision Clinical Modification (ICD-9-CM)
dalam menentukan kode tindakan medis.
Penulisan kode tindakan medis di BRSD RAA
Soewondo Pati tertulis di formulir resume
pasien pulang (lembar resume keluar). Lembar
resume keluar (clinical resume discharge
summary record) atau RL 1a adalah catatan
singkat (summary record) dari penderita
apabila telah keluar dari rumah sakit. Data
identitas dan kesimpulan data-data klinis harus
dilengkapi yang kemudian ditanda tangani dan
ditulis nama jelas dari dokter yang
bertanggung jawab. (Shofari B, 1974).
Sepuluh besar tindakan operasi merupakan
salah satu kegiatan yang dibuat sebagai
pelaporan intern yang berguna bagi
manajemen rumah sakit sebagai pengambilan
keputusan. (Sugeng, 2006).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rekam Medis
Pengertian rekam medis menurut
Permenkes 269/MenKes/Per/III/2008 adalah
berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. (Depkes RI,
2008)
Manfaat rekam medis menurut Permenkes
no. 269/MenKes/ Per/III/2008 yaitu :
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
pasien; alat bukti dalam proses penegakan
hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran
gigi dan penegakkan etika kedokteran dan
etika kedokteran gigi; keperluan pendidikan
dan penelitian; dasar pembayar biaya
pelayanan kesehatan; data statistik kesehatan.
(Depkes RI, 2008)
B. Bagian Koding I ndexing Dalam
Pelayanan Rekam Medis
1. Tugas Pokok Bagian Koding Indexing
a. Mencatat dan meneliti kode penyakit
dari diagnosis yang ditulis dokter, kode
operasi dari tindakan medis yang
ditulis dokter, kode operasi dari
tindakan medis yang ditulis dokter atau
petugas kesehatan lainnya dan kode
sebab kematian yang ditetapkan dokter.
b. Mencatat hasil pelayanan ke dalam
lembar indeks penyakit, indeks operasi
atau tindakan medis, indeks sebab
kematian dan indeks dokter sesuai
dengan ketentuan mencatat indeks.
c. Menyimpan indeks tersebut sesuai
dengan ketentuan menyimpan indeks.
12 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
d. Membuat laporan penyakit
(morbiditas) dan laporan kematian
(mortalitas) berdasarkan indeks
penyakit, indeks operasi dan indeks
sebab kematian. (Shofari B, 2002).
2. Peran dan Fungsi Bagian Koding Indexing
a. Pencatat dan peneliti kode penyakit
dari diagnosis yang ditulis dokter, kode
operasi atau tindakan medis yang
ditulis dokter atau petugas kesehatan
lainnya, kode sebab kematian dari
sebab kematian yang ditetapkan dokter.
b. Pencatat dan penyimpan indeks
penyakit, operasi atau tindakan medis,
sebab kematian dan indeks dokter dan
c. Penyedia informasi nomor-nomor
rekam medis yang memiliki jenis
penyakit, operasi atau tindakan medis,
sebab kematian yang sama berdasarkan
indeks yang bersangkutan untuk
berbagai keperluan (misalnya audit
medik, audit kematian dan audit
keperawatan),
d. Pembuat laporan penyakit dan laporan
kematian berdasarkan indeks penyakit,
operasi dan sebab kematian. (Shofari B,
2002).
C. I nternational Classification of Disease 9
thRevisionClinical Modification(ICD-9-
CM)
1. Pengenalan ICD-9-CM
International Classification of Disease
Ninth Revision Clinical Modification (ICD-9-
CM) didasarkan pada versi World Health
Organization (WHO) atau Badan Kesehatan
Dunia revisi ke 9, ICD-9. International
Statistical Classification of Diseases Ninth
Revision (ICD- 9) dirancang untuk
penggolongan keadaan morbiditas dan
informasi angka mortalitas untuk tujuan
statistik, dan untuk indexing arsip rumah sakit
oleh penyakit dan operasi, untuk penyimpanan
data dan perolehan kembali.
ICD-9-CM adalah suatu modifikasi klinis
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
penggolongan penyakit internasional, revisi ke
9 (ICD-9). Istilah " klinis" digunakan untuk
menekankan tujuan modifikasi, untuk
bertindak sebagai suatu alat yang bermanfaat
di dalam area penggolongan data keadaan
morbiditas untuk indexing catatan mengenai
kesehatan, tinjauan ulang perawatan medik,
dan program lain perawatan medik, seperti
halnya untuk statistik kesehatan basis dasar.
Untuk menguraikan gambaran klinis pasien,
kode harus lebih tepat dibanding yang hanya
perlu untuk analisis kecenderungan dan
pengelompokan statistik.Karakteristik ICD-9-
CM
a. ICD-9-CM diterbitkan sebagai tiga
volume yaitu :
1) Volume 1 _ Diseases : Tabular List
2) Volume 2 _ Diseases : Alphabetical
List
3) Volume 3 _ Prosedures : Tabular
dan Alphabetical List.
b. Penggolongan Prosedur ICD-9-CM
1) Disusun dalam volume tersendiri,
berisi Tabular List dan Alphabetic
Index.
2) Merupakan modifikasi dari Fascicle
V Surgical Procedures of ICD 9
Classification of Procedures in
Medicine.Prosedur operasi
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 13
dikelompokkan dalam rubrik 01-
86.Prosedur non-operasi
dikelompokkan dalam rubrik 87-
99.Struktur klasifikasinya lebih
cenderung berbasis anatomi
daripada spesialisasi operasi
3) Hanya menggunakan angka
(numeric).
Berbasis pada struktur 2 digit
dengan tambahan 2 digit desimal
bila di perlukan (perluasan model 3
digit dalam ICD 9 menjadi 4 digit
dalam ICD-9-CM). (HCIA, 1992)
2. Isi dari Prosedur Pembedahan Pada ICD-9-
CM
Pada ICD-9-CM kelompok kode 01-86
adalah rubrik prosedur tindakan pembedahan
yaitu :
Tabel 1 daftar Kelompok Kode Rubrik
Prosedur Tindakan Pembedahan Pada
ICD-9-CM
N
o.
Kelompok
Kode
Topografi operasi:
a. 01-05 Operasi pada sistem
syaraf (Operations on
the nervous system)
b. 06-07 Operasi pada sistem
endokrin (Operations on
the endocrine system)
c. 08-16 Operasi pada mata
(Operations on the eye)
d. 18-20 Operasi pada telinga
(Operations on the ear)
e. 21-29 Operasi pada hidung,
mulut dan
kerongkongan
(Operations on the nose,
mouth, and pharynx)
f. 30-34 Operasi pada sistem
pernafasan (Operations
on the respiratory
system)
g. 35-39 Operasi pada sistem
jantung dan pembuluh
darah (Operations on
the cardiovascular
system)
h. 40-41 Operasi pada sistem
lymfe dan hemic
(Operations on the
hemic and lymphatic
system)
i. 42-54 Operasi pada sistem
pencernaan (Operations
on the digestive system)
j. 55-59 Operasi pada sistem
perkemihan (Operations
on the urinary system)
k. 60-64 Operasi pada organ
genital pria (Operations
on the male genital
organs)
l. 65-71 Operasi pada organ
genital wanita
(Operations on the
femal genital organs)
m. 72-75 Prosedut
Kandungan(obstetrical
procedures)
n. 76-84 Operasi pada sistem otot
dan rangka (Operations
on the musculoskelatal
syste)
o. 85-86 Operasi pada sistem
kulit (Operation on the
intergumentary system)
(HCIA, 1992)
3. Dasar Hukum Penggunaan ICD-9-CM di
Indonesia
Pengkodefikasi prosedur diagnosis dan
tindakan di rumah sakit tidak bisa terlepas dari
Diagnosis Related Group (DRG). Diagnosis
Related Group adalah suatu sistem pemberian
imbalan jasa pelayanan kesehatan pada
Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) yang
ditetapkan berdasarkan pengelompokkan
diagnosa penyakit. Diagnosis dalam DRG
sesuai dengan International Classification
Disease Ninth Edition Clinical Modification
(ICD-9-CM) untuk kode prosedur tindakan
dan International Statistical Classification Of
Disease and Related Health Problem Tenth
14 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
Revision (ICD-10) untuk kode diagnosis
penyakit. Indonesia DRG didefinisikan
sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi
beberapa jenis penyakit dan prosedur/
tindakan pelayanan disuatu rumah sakit
dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan
mutu dan efektivitas pelayanan terhadap
pasien. Indonesia mengadopsi sistem DRG
pada awal September 2005 dengan
didatangkannya tim dari Universitas
Kebangsaan Malaysia dengan didampingi tim
dari UGM dan UI diminta Depkes untuk
mensupport perencanaan Depkes dengan uji
coba pada 15 RSUP di Indonesia dan Pilot
Project INA-DRG dimulai sejak tahun 2006
dengan dasar hukum :
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 989/Menkes/SK/IX/2007
tanggal 3 September 2007 tentang
Penetapan Tarif Kelas III RS diseluruh
Indonesia berlandaskan Indonesia
Related Group (INA-DRG).
b. Undang Undang No 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
c. SK MENKES No. 1663/
MENKES/SK/XII/2005 tentang
Ujicoba Penerapan Sistem Diagnostic
Related Group (DRG) Case Mix di 15
rumah sakit di Indonesia.
d. Dirjen Bina Pelayanan Medik NO
HK.00.006.1.1.214 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Centre
For CaseMix. (Husain F, 2008).
4. Langkah-langkah pengkodean tindakan
berdasarkan ICD-9-CM yaitu
a. Identifikasi prosedur diagnostic yang
akan dikode.
b. Cari lead term yang tepat
c. Lihat lead term pada buku indeks
alphabet.
d. Lihat pada beberapa lokasimodifiers.
e. Koreksi kode yang didapat pada buku
Tabular list.
f. Lihat/koreksi juga pada Inclusion and
Exclusion terms.
g. Tetapkan kode.
5. Tujuan digunakan ICD-9-CM
a. Digunakan sebagai informasi
klasifikasi morbiditas dan mortalitas
untuk statistik.
b. Dasar untuk memasukkan jenis
tindakan/operasi dalam indeks penyakit
dan operasi.
c. Sebagai laporan diagnosis oleh dokter.
d. Mempermudah untuk penyimpanan
dan pengambilan data.
e. Digunakan sebagai pelaporan nasional
morbiditas dan mortalitas.
f. Dasar dalam pengelompokkan penyakit
pada sistem Diagnosis Related Group
(DRG).
g. Digunakan dalam membantu kompilasi
dan pelaporan data sebagai evaluasi
pelayanan.
h. Sebagai sumber dalam pola pelayanan
kesehatan. (Garmelia E, 2009)
6. Pembentukan Kelas Penyakit dalam INA-
DRG
Setiap kelas dalam sistem INA-DRG
disebut sebagai Diagnosis Related Groups
(DRGs). Empat belas variabel untuk setiap
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 15
kelas didapat dengan mengisi data dari
sebagai berikut :
a. Identitas pasien (Identification)
b. Tanggal masuk RS (Admit Date)
c. Tanggal keluar RS (Discharge Date)
d. Lama hari rawatan (Length of Stay)
e. Tanggal lahir (Birth Date)
f. Umur (tahun) ketika masuk RS (Admit
Age In Years)
g. Umur (hari) ketika masuk RS (Admit
Age In Days)
h. Umur (hari) ketika keluar RS
(Discharge Age In Days)
i. Jenis Kelamin (Gender)
j. Status Keluar Rumah Sakit (Discharge
Disposition)
k. Berat Badan Baru Lahir (Birth Weight
in Grams)
l. Diagnosis Utama (Principal Diagnosis)
m. Diagnosis Keluar (Secondary
Diagnosis) (Komplikasi & Ko-morbid)
n. Prosedur/ Pembedahan Utama
(Surgical Procedures) (Depkes RI,
2007).
D. Analisis Akurasi Kode Tindakan
Operasi
1. Pengertian Analisis Akurasi Kode
Tindakan Operasi
Analisa adalah penyelidikan dan
penguraian terhadap suatu masalah untuk
mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya;
proses pemecahan masalah yang dimulai
dengan dugaan akan kebenarannya. (Kamisa,
1997) Analisis adalah penelaahan dan
penguraian data hingga menghasilkan
kesimpulan. Analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan
dsb) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara
dsb); penjabaran sesudah dikaji sebaik-baik
nya; pemecahan persoalan yang dimulai
dengan dugaan akan kebenarannya.
(Depdiknas, 2001)
Akurasi dapat didefinisikan sebagai
kecermatan, ketelitian dan ketepatan dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan (Depdiknas,
1991) Akurasi atau ketelitian yang dimaksud
adalah data yang dikumpulkan sama atau
mendekati angka atau nilai sumber data yang
sama. (Wijono D, 1999)
Akurasi adalah ketelitian, kecermatan dan
ketepatan. Akurasi adalah kecermatan,
ketelitian, ketepatan. (Depdiknas, 2001). Kode
adalah sandi, tanda yang disetujui secara
konvensional yang mempunyai maksud
tertentu. (Kamisa, 1997). Kode adalah tanda
(kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk
maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan
berita pemerintah dsb); kumpulan peraturan
yang bersistem; kumpulan prinsip yang
bersistem. (Depdiknas, 2001). Tindakan
adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan;
tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi
sesuatu. (Depdiknas, 2001). Kode tindakan
dapat didefinisikan sebagai tanda (kata-kata,
tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu
untuk menjamin kerahasiaan berita berupa
tindakan medis yang dilakukan. (Depdiknas,
1991). Operasi adalah setiap tindakan yang
dilakukan dengan instrument atau dengan
tangan seorang ahli bedah(Danis D, 2005).
Operasi adalah bedah atau bedel (untuk
mengobati penyakit); pelaksanaan rencana
yang telah dikembangkan. (Depdiknas, 2001).
16 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
Dari berbagai pengertian diatas disimpulkan
bahwa analisis keakuratan kode tindakan
operasi adalah penelaahan dan penguraian
data yang menghasilkan kesimpulan dan
ketepatan dalam penulisan kode tindakan yang
dilakukan oleh seorang ahli bedah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi
kode diagnosis /tindakan
a. Kelengkapan diagnosis, banyak
diagnosis yang tidak bisa langsung
dikode untuk mendapatkan kode yang
akurat. Diagnosis Diabetes Mellitus
(DM), misalnya membutuhkan
informasi tambahan tentang jenis
kelamin, umur, kehamilan, riwayat
DM, komplikasi dan lain-lain. Jadi
untuk mengkode DM tidak bisa hanya
melihat diagnosis yang tertulis di RM1
saja (Formulir Ringkasan Masuk
Keluar).
b. Kemampuan petugas koding untuk
membaca diagnosis dan tindakan medis
yang ditulis dokter dengan benar, jika
petugas salah baca diagnosis dan
tindakan maka kode yang dihasilkan
akan salah juga.
c. Kemampuan petugas koding untuk
memahami terminologi medis,
misalnya penggunaan istilahsingkatan
dan simbol dalam rekam medis. Dalam
hal ini, pendidikan dan pengalaman
(jam terbang) bisa berpengaruh.
d. Beban kerja petugas koding.
e. Sarana kerja yang tersedia, misalnya
buku ICD-10 (ada rumah sakit yang
membagi-bagi ICD-10 per bab, ini
tidak dianjurkan), ICD-9-CM, kamus
bahasa inggris dan kamus kedokteran.
f. Sarana komunikasi ditempat kerja juga
perlu dipertimbangkan. Apakah
tersedia kemudahan telepon, intercom
atau sejenisnya agar petugas koding
mudah berkonsultasi dengan dokter
penulis diagnosis.
g. Masih perlu dipertimbangkan juga
kemampuan petugas koding untuk
berkomunikasi secara efektif dan
efisien dengan berbagai pihak,
terutama dengan dokter penulis
diagnosis. (Rano Center, 2008).
Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan
kesalahan pengkodean, selain faktor diatas,
antara lain:
a. Pemilihan kode yang salah
Ketidakakuratan kode
diagnosis/tindakan yang disebabkan
oleh ketidaksesuaian jenis diagnosis
/tindakan dengan kode, hal ini terjadi
karena kesalahan dalam pemberian
kode pada diagnosis dan tindakan oleh
petugas koding.
b. Tidak dilakukannya tinjauan ulang
keseluruhan rekam medis
Sumber kesalahan utama yang
ditemukan dalam pengkodean pada
umumnya adalah statement keputusan
diagnosis dan tindakan, biasanya pada
lembar awal, daripada melakukan
tinjauan ulang keseluruhan rekam
medis. Kemungkinan kesalahan
disebabkan oleh pengkodean yang
sering dilakukan pada dokumen yang
tidak lengkap.
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 17
c. Tidak dilakukan pengkodean pada jenis
diagnosis dan tindakan
Kesalahan yang disebabkan karena
tidak dilakukan pengkodean pada
diagnosis dan tindakan yang ditulis
dokter oleh petugas koding.
d. Pengkodean diagnosis atau tindakan
tidak dibenarkan oleh isi catatan
Kesalahan mungkin juga disebabkan
karena memasukkan kode untuk
diagnosis dan tindakan yang
seharusnya tidak dikode atau diagnosis
dan tindakan yang seharusnya dikode
akan tetapi tidak dikode.
e. Kesalahan juru tulis pada data base
atau rekening
Kesalahan dapat disebabkan oleh
kekeliruan dari juru tulis, misalnya
suatu kode yang benar mungkin salah
dimasukkan ke dalam index elektronik.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
diskriptif. Penelitian diskriptif adalah
penelitian yang hasilnya berupa diskripsi
(penggambaran) keadaan obyek penelitian
tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku
umum (generalisasi). (Arif M, 2008).
Metode penelitian ini menggunakan studi
dokumentasi dan dibantu dengan metode
observasi. Studi dokumentasi yaitu suatu
tehnik pengambilan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
(Arif M, 2003).
Dokumen yang dianalisis adalah Dokumen
Rekam Medis khususnya formulir resume
pasien pulang berupa kode tindakan dari 10
besar jenis tindakan operasi pada triwulan I
tahun 2009. Observasi yaitu melakukan
deskripsi terhadap fenomena ataupun kejadian
yang ditemukan tanpa mencoba melakukan
analisis bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut dapat terjadi. (Arif M, 2003).
Observasi dilakukan pada Dokumen
Rekam Medis khususnya formulir resume
pasien pulang dengan hasil kode tindakan
operasi berdasarkan ICD-9-CM di BRSD
RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009.
B. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan
kelompok subyek dapat berupa manusia,
hewan percobaan, data laboratorium dan lain-
lain yang ciri-cirinya akan diteliti. (Arief M,
2008). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kode tindakan operasi
yang terdapat pada formulir resume pasien
pulang khususnya 10 besar besar tindakan
operasi di BRSD RAA Soewondo Pati
triwulan I tahun 2009. Jumlah populasi yang
ada adalah sebanyak 444 lembar formulir
resume pasien pulang. Sampel atau populasi
studi merupakan hasil pemilihan subjek dari
populasi untuk memperoleh karakteristik
populasi. (Arief M, 2008).
Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dengan teknik non random (non probability
sampling) yaitu dengan teknik quota sampling
adalah pengambilan sampel secara quota yatu
dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata
atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada
jumlah yang sudah ditentukan.
18 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
Dalam mengumpulkan data, peneliti
menghubungi subjek yang memenuhi
persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa
menghiraukan dari mana asal subjek tersebut
(asal masih dalam populasi). Biasanya yang
dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui,
sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang
penting diperhatikan disini adalah
terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah
ditetapkan. (Arikunto S, 2006). Peneliti
menetapkan sampel yang digunakan sebanyak
88 formulir resume pasien pulang.
C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data :
1. Data Primer
Data primer adalah materi atau kumpulan
fakta yang dikumpulkan sendiri oleh si
peneliti pada saat berlangsungnya suatu
penelitian. Contoh: data reseach design,
survei, observasi dan eksperimen. (Chandra B,
1995). Data primer penelitian ini adalah dari
pengisian kuisioner terbuka kepada petugas
koding mengenai alat yang digunakan dalam
pengkodean jenis tindakan operasi dan
observasi secara langsung pada obyek
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah
data sekunder internal yaitu data yang berasal
dari lingkungan sendiri seperti hasil penelitian
sebelumnya atau data di rumah sakit berupa
medical records, kapasitas tempat tidur dan
lain-lain. (Chandra B, 1995). Data sekunder
pada penelitian ini diperoleh dari jenis dan
kode 10 besar tindakan operasi yang tertulis
pada formulir resume pasien pulang sebanyak
88 lembar dan indeks operasi pada triwulan I
tahun 2009.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam Juknis 6 Unit Rekam Medis BRSD
RAA Soewondo Pati tentang Pemrosesan
Rekam Medis, Bagian Koding (Klasifikasi
Penyakit dan Operasi) adalah salah satu
kegiatan pada sub bidang rekam medis yang
berfungsi melaksanakan pengklasifikasian
penyakit dan tindakan pembedahan di BRSD
RAA Soewondo Pati. Dalam susunan
organisasinya, Bagian Koding bertanggung
jawab kepada Kepala Sub Bagian Sistem
Informasi Manajemen dan Rekam Medis.
Ruang untuk bagian koding di Unit Rekam
Medis BRSD RAA Soewondo Pati menjadi
satu bagian dengan petugas Assembling,
Analising, Entri data dan petugas bagian
pelaporan. Proses koding dilakukan setiap hari
sesuai jam kerja.
Bagian koding di unit rekam medis BRSD
RAA Soewondo Pati di laksanakan oleh satu
petugas berpendidikan D3 rekam medis.
Petugas koding bertugas sejak tahun 2001
sehingga dalam melakukan pengkodean tidak
mengalami kendala. Petugas koding bekerja
sesuai dengan Juklak yang ada di rumah sakit.
Petugas koding dalam menentukan diagnosis
penyakit berdasarkan ICD-10 dan kode
tindakan medis berdasarkan ICD-9-CM. ICD-
9-CM digunakan sebagai buku pedoman
dalam pengkodean tindakan medis di BRSD
RAA Soewondo Pati sejak bulan Agustus
tahun 2008. Di BRSD RAA Soewondo Pati
belum ada prosedur tetap tentang penggunaan
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 19
ICD-9-CM sebagai pedoman pengkodean
jenis tindakan medis. Buku/ perlengkapan
yang digunakan oleh petugas koding dalam
membantu melaksanakan pekerjaan sebagai
berikut:
a. Buku ICD-10 volume 1, volume 2 dan
volume 3 yang digunakan untuk
mengkode diagnosis penyakit.
b. Buku ICD-9-CM yang digunakan
untuk mengkode jenis tindakan medis
yang diberikan kepada pasien.
c. Kamus ICD-10 dan ICD-9-CM dari
RSUP Karyadi yang merupakan buku
bantu untuk mengkode diagnosis
penyakit dan jenis tindakan medis
pasien.
d. Buku bantu berupa kertas HVS
bertuliskan diagnosis penyakit dari
kode ICD-10 yang sering ada di rumah
sakit.
Petugas koding bertanggung jawab pada
pengisian kode penyakit, kode tindakan
pembedahan/operasi dan kode sebab kematian
(apabila pasien meninggal dunia). Pedoman
dalam penulisan dan pemberian koding sesuai
lampiran 4 adalah :
a. Menerima dokumen rekam medis yang
sudah lengkap dari petugas Assembling
dan Analising.
b. Memberi kode penyakit berdasarkan
ICD-10, pada lembar resume pasien
pulang (RM B1).
c. Memberi kode tindakan Pembedahan
berdasarkan Buku Pedoman ICOPIM,
pada lembar resume pasien pulang
(RM B1).
d. Memberi kode sebab kematian penyakit
pasien pada lembar Sebab Kematian (RM
B1), apabila pasien meninggal.
e. Dokumen Rekam Medis yang sudah diberi
kode diserahkan ke petugas bagian indeks.
Sepuluh besar jenis tindakan operasi pada
formulir resume pasien pulang di BRSD RAA
Soewondo pati periode triwulan I tahun 2009.
Tabel 2. Daftar 10 besar Tindakan Operasi
di BRSD RAA Soewondo Pati Triwulan I
Tahun 2009.
No
Nama
tindakan
Kode
ICD-
9-CM
Jumlah %
1 Curettage 69.52 152 34,23
2 SCTP 74.4 133 29,95
3
Vacuum
extraction
72.79 29 6,53
4
Herniorrh
aphy
Scrotalis /
Inguinalis
53.00 23 5,18
5
Orif
Radius
79.32 22 4,95
6
Manual
assisted
delivery
73.59 18 4,05
7
Mastecto
my Simple
Unilateral
85.41 18 4,05
8
Placenta
Manual
75.4 17 3,82
9
Orif
Ankle/Leg
79.36 17 3,82
10
Prostatect
omy
60.69 15 3,37
Jumlah 444 100
Sumber : data Sekunder Indeks Operasi
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
tindakan operasi terbesar di BRSD RAA
Soewondo Pati pada triwulan I tahun 2009
adalah tindakan Curettage sebanyak 152
tindakan operasi (34,23%), dan tindakan
operasi terkecil adalah Prostatectomy
sebanyak 15 tindakan operasi (3,37%).
Tata cara penentuan kode tindakan operasi
oleh petugas koding, petugas koding dalam
20 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
mempermudah pemberian kode tindakan
operasi menggunakan buku bantu yang berisi
jenis operasi/ tindakan medis beserta kodenya
berdasarkan ICD-9-CM yang disusun secara
alphabetic. Jenis operasi/tindakan medis yang
ada dalam buku bantu merupakan jenis
operasi/tindakan medis yang sering dilakukan
di BRSD RAA Soewondo Pati. Buku bantu
tersebut adalah buku yang terdiri dari
beberapa kertas HVS yang berisikan nama-
nama jenis operasi yang sering dilakukan di
BRSD RAA Soewondo Pati beserta kodenya
berdasarkan buku ICD-9-CM.
Petugas koding dalam menentukan kode
tindakan operasi yang tidak ada pada buku
bantu tersebut maka mencari kode tindakan
operasi dengan tahapan sebagai berikut:
Membaca jenis tindakan operasi pada formulir
resume pasien pulang pasien rawat inap yang
akan dikode, mencari kode dengan mencari
kata kunci/lead term pada indeks di ICD-9-
CM dari tindakan tersebut, setelah diperoleh
kode dari indeks, petugas koding membuka di
tabular list untuk menentukan kode tindakan
yang ditulis dokter tersebut, petugas koding
menulis kode tindakan di kolom yang tersedia
pada formulir resume pasien pulang.
Hasil Analisis Keakuratan Kode Tindakan
10 Besar Operasi pada Formulir Resume
Pasien Pulang triwulan I tahun 2009.
Penulisan kode tindakan operasi di BRSD
RAA Soewondo Pati dilaksanakan oleh sub
bagian koding unit rekam medis. Kode
tindakan operasi diisikan kolom operasi
/tindakan pada formulir resume pasien pulang
sesuai dengan jenis tindakan operasi yang
dituliskan oleh petugas medis pada kolom
tersebut. Pelaksanaan pengkodean tindakan
medis dilaksanakan dengan menggunakan
buku ICD-9-CM.
Hasil pengkodean tindakan operasi
berdasarkan ICD-9-CM pada formulir resume
pasien pulang yang diambil dari sampel
sebanyak 88 lembar formulir resume pasien
pulang dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil
rekapitulasi akurasi kode tindakan operasi
tersebut terdapat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Rekapitulasi Akurasi Kode 10
Besar Tindakan Operasi berdasarkan ICD-
9-CM pada Formulir Resume Pasien
Pulang di BRSD RAA Soewondo Pati
periode Triwulan I tahun2009
N
o
Keakuratan Penulisan Kode
Berdasarkan ICD-9-CM
Jml (%)
1 Akurat 66 75
2 Tidak Akurat 22 25
Jumlah 88 100
Sumber : Data sekunder Analisis Formulir
Resume Pasien
Dari tabel dan diagram diatas dapat
diketahui bahwa dari 88 lembar formulir
resume pasien pulang pasien rawat inap
75%
25%
Persentase Penulisan Keakuratan
Kode Tindakan Operasi pada
Formulir Resume Pasien Pulang
berdasarkan ICD-9-Cm di BRSD
RAA Soewondo Triwulan I Tahun
2009
Akurat
Tidak
Akurat
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 21
terdapat 66 kode (75 %) tindakan operasi yang
akurat dan kode tindakan operasi yang tidak
akurat sebesar 22 kode (25%).
Faktor Ketidakakuratan Kode Tindakan
Operasi pada Formulir Resume Pasien Pulang.
Di BRSD RAA Soowondo Pati, faktor yang
mempengaruhi ketidakakuratan kode tindakan
operasi pasien rawat inap pada formulir
resume pasien pulang antara lain :
a. Pemilihan kode yang salah
Ketidakakuratan kode tindakan operasi
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian
jenis operasi dengan kode tindakan
operasi. Ada 4 formulir resume pasien
pulang yang tidak akurat. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Ketidakakuratan Kode Tindakan
Operasi yang disebabkan oleh Pemilihan
Kode yang Salah
N
o.
Jenis
Tindakan
Operasi
Jmlh Kode
berdasarkan
Ket. Petu
gas
Kod
ing
ICD
-9-
CM
1.
Manual
aid
1
73.5
3
73.5
9
Tidak
ada
kode
73.53
pada
ICD-9-
CM
2
Orif
Radius
1
79.6
2
79.3
2
79.62
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Debrid
ement
of
open
fractur
e site
3
Orif
Radius
1
79.3
3
79.3
2
79,33
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an Orif
carpals
and
mataca
rpals
4
Orif
Radius
1
79.3
1
79.3
2
79.31
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an Orif
Humer
us
Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir Resume
Pasien Pulang
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa
kode tindakan operasi yang tidak akurat
disebabkan pemilihan kode yang salah,
terbesaradalah pada jenis tindakan operasi
Orif Radius yang seharusnya diberi kode
79.32 sebanyak 3 formulir resume pasien
pulang.
Tidak dilakukannya tinjauan ulang
keseluruhan catatan/ penulisan kode
tindakan operasi terhadap jenis operasi.
Terdapat 13 kode tindakan operasi yang
tidak akurat disebabkan tidak
dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan
catatan / penulisan kode tindakan operasi
terhadap jenis tindakan operasi. Untuk
lebih jelasnya terdapat pada tabel 4.
Tabel 4. Ketidakakuratan yang disebabkan
Tidak dilakukannya Tinjauan Ulang
22 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 200 , Hal 11-28
Keseluruhan Penulisan Kode Tindakan
Terhadap Jenis Operasi
N
o
Jenis
Tindakan
Operasi
Jml Kode
berdasarkan
Ket.
Petu
gas
Kod
ing
ICD
-9-
CM
1. Transuretr
al
Prostatect
omy
2 60.6
9
60.2 60.69
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Other
Prosta
tectom
y
2 Prostatect
omy
Perineal
1 60.6
9
60.6
2
60.69
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Other
Prosta
tectom
y
3 SC Low
cervical
3 74.4 74.1 74.4
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Cesare
an
Sectio
n of
other
specifi
ed type
4 Mastecto
my
Radical
Unilateral
1 85.4
1
85.4
5
85.41
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Unilat
eral
Simple
Mastec
tomy
5 SCTP
Classical
1 74.4 74.0 74.4
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Cesare
an
Sectio
n of
other
specifi
ed type
6 Prostatect
omy
Radical
1 60.6
9
60.5 60.69
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Other
Prosta
tectom
y
7 Herniorrh
apy
Umbilical
with
prosthesis
1 53.0
0
53.4
1
53.00
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Inguin
al
hernio
rrhapy
8 Prostatect
omy
Transvesi
cal
1 60.6
9
60.3 60.69
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Other
Prosta
tectom
y
9 Unilateral
Herniorrh
apy
femoral
with graft
2 53.0
0
53.2
1
53.00
diguna
kan
untuk
kode
tindak
an
Inguin
al
hernio
rrhapy
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 23
Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir Resume
Pasien Pulang
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa
kode tindakan operasi yang tidak akurat
disebabkan tidak dilakukannya tinjauan
ulang penulisan kode tindakan operasi
terhadap jenis tindakan operasi, terbesar
adalah pada tindakan operasi SC Low
Cervical yang seharusnya dikode 74.1
sebanyak 3 formulir resume pasien pulang.
Tidak dilakukannya pengkodean pada
beberapa jenis tindakan operasi Terdapat 5
kode tindakan operasi yang tidak akurat
disebabkan tidak dilakukannya
pengkodean pada beberapa jenis tindakan
operasi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada
tabel 5.
Tabel 5. Ketidakakuratan Yang
DisebabkanTidak Dilakukannya
Pengkodean Pada Beberapa Jenis
Tindakan Operasi
No
.
Jenis
Tindakan
Operasi
Jmlh
Kode
berdasarkan
Ket. Petu
gas
Kodi
ng
ICD
-9-
CM
1.
SCTP 1 - 74.4 Tidak
dikode
oleh
petuga
s
kodin
g
2
SC 1 - 74.9
9
Tidak
dikode
oleh
petuga
s
kodin
g
3
Manual
aid
1 - 73.5
9
Tidak
dikode
oleh
petuga
s
kodin
g
4
Curettage 2 - 69.5
2
Tidak
dikode
oleh
petuga
s
kodin
g
Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir Resume
Pasien Pulang
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa
kode tindakan operasi yang tidak akurat
disebabkan tidak dilakukannya
pengkodean pada beberapa jenis tindakan
operasi, terbesar adalah pada tindakan
operasi Curettage yang seharusnya diberi
kode 69.52 sebanyak 2 formulir resume
pasien pulang.
PEMBAHASAN
1. Jenis 10 besar tindakan besar operasi di
BRSD RAA Soewondo pati periode
triwulan I tahun 2009
Dari tabel 4.1 daftar 10 besar tindakan
operasi di BRSD RAA Soewondo Pati
periode triwulan I tahun 2009 dapat kita
lihat bahwa:
a. Tindakan terbesar ditunjukkan pada
tindakan Curettage sebesar 152
tindakan operasi (34,23%). Data ini
ditunjukkan dengan informasi pada
indeks operasi selain pada lembar
formulir resume pasien pulang.
Hal ini terjadi karena banyak diagnosis
penyakit misalnya :Blighted Ovum,
Abortus Incompletus, Classical Mole
dilakukan dengan tindakan Curettage.
24 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
b. Tindakan terkecil adalah Prostatectomy
sebesar 15 tindakan operasi (3,37%).
Data ini ditunjukkan dengan informasi
pada indeks operasi selain pada lembar
formulir resume pasien pulang.
Hal ini terjadi karena beberapa
penyakit pada organ prostat tidak
hanya di berikan tindakan bedah
namun banyak yang diberikan terapi
obat-obatan dan chemotheraphy
sehingga tindakan Prostatectomy
khususnya di BRSD RAA Soewondo
Pati jarang dilakukan.
2. Tata cara penentuan kode tindakan operasi
oleh petugas koding
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tata
cara pengkodean di BRSD RAA
Soewondo Pati belum sesuai dengan tata
cara pengkodean tindakan operasi
berdasarkan ICD-9-CM. Dalam
pengkodean tindakan operasi petugas
koding kurang memperhatikan petunjuk
see yang terdapat dalam indeks. Dalam
menetapkan kode tindakan operasi,
petugas koding juga belum memperhatikan
inclusion dan exclusion term untuk
mendapatkan kode tindakan operasi yang
akurat berdasarkan ICD-9-CM pada
formulir resume pasien pulang.
Akibat dari penentuan kode tindakan
operasi yang belum sesuai berdasarkan
ICD-9-CM adalah :
a. Pemilihan point 9 pada digit ke 4
tindakan operasi berdasarkan ICD-9
CM sering dilakukan. Hal ini dapat
berpengaruh karena kode tindakan
operasi menjadi tidak spesifik yang
berdampak pada penukaran
pembayaran (jika digunakan sebagai
klaim pembiayaan). Contoh pada
tindakan Prostatectomy selalu dikode
dengan menggunakan kode 60.69
disebutkan bahwa yang dikode
sebenarnya adalah tindakan operasi
Prostatectomy Perineal yang
seharusnya dikode 60.62.
b. Terjadinya ketidakakuratan pada kode
tindakan operasi yang berdampak pada
pengumpulan data yang salah sehingga
informasi yang dihasilkan menjadi
tidak akurat. Contoh pada tindakan
Orif Radius yang dikode 79.33 dimana
seharusnya kode tersebut digunakan
untuk kode tindakan Orif Carpals and
Metacarpals.
c. Apabila kode yang dipilih oleh petugas
koding digunakan sebagai klaim dalam
pembiayaan akan berakibat pada
kesalahan dalam besaran tarif
pelayanan.
3. Analisis Keakuratan Kode Tindakan
Operasi pada Formulir Resume Pasien
Pulang
Hasil penelitian keakuratan kode tindakan
operasi dari 88 lembar formulir resume
pasien pulang di BRSD RAA Soewondo
Pati, ditunjukkan adanya 66 lembar
formulir (75 %) kode tindakan operasi
yang akurat dan 22 lembar formulir (25 %)
kode tindakan operasi yang tidak akurat.
Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat
keakuratan kode tindakan operasi yang
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 25
dilaksanakan di BRSD RAA Soewondo
Pati belum mencapai standard hasil
keakuratan 100%.
4. Faktor Ketidakakuratan Kode Tindakan
Operasi pada Formulir Resume Pasien
Pulang
a. Ketidakakuratan kode tindakan operasi
disebabkan pemilihan kode yang salah.
Hal ini berarti bahwa ketidakakuratan
kode tindakan operasi disebabkan
karena penulisan kode yang tidak tepat
untuk suatu jenis tindakan operasi.
Terdapat 4 dokumen rekam medis, hal
ini disebabkan petugas kurang
memperhatikan jenis tindakan operasi
yang akan dikode. Contoh pada,
tindakan Orif Radius yang seharusnya
79.32, tetapi dikode 79.62.
b. Tidak dilakukannya tinjauan ulang
keseluruhan catatan/ penulisan
terhadap kode terhadap jenis operasi.
Terdapat 13 kode tindakan operasi
yang tidak akurat, hal ini disebabkan
oleh petugas koding hanya menghafal
kode tindakan operasi yang ada pada
buku bantu. Contoh pada jenis tindakan
operasi Prostatectomy yang sudah
identik dengan kode 60.69 dimana
sebenarnya bahwa jenis tindakan
adalah Prostatectomy Transuretral,
sehingga sedetail apapun penulisan
jenis tindakan operasi kodenya tetap
sama.
c. Tidak dilakukan pengkodean pada
beberapa jenis tindakan operasi.
Terdapat 4 kode tindakan operasi yang
tidak akurat, hal ini disebabkan karena
petugas koding mengira bahwa petugas
Entri Data hafal dengan kode dari jenis
tindakan operasi tersebut (jenis
tindakan operasi yang tidak dikode
adalah jenis tindakan operasi yang
sering ada di BRSD RAA Soewondo
Pati). Contoh, pada jenis tindakan
operasi Curettage tidak dikode oleh
petugas koding yang seharusnya diberi
kode 69.52.
KESIMPULAN
Jenis 10 besar tindakan operasi di BRSD
RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009
adalah tindakan terbesar adalah Curettage
dengan 152 tindakan (34,23 %) dan tindakan
terkecil adalah Prostatectomy dengan 15
tindakan (3,37%). Tata cara penentuan kode
tindakan operasi oleh petugas koding di
BRSD RAA Soewondo Pati belum sesuai
dengan tata cara pengkodean prosedur
tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM.
Hasil penghitungan keakuratan kode 10 besar
tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM pada
formulir resume pasien pulang sebanyak 88
lembar diperoleh kode tindakan operasi yang
akurat sebanyak 66 lembar (75%) dan kode
tindakan operasi yang tidak akurat sebanyak
22 lembar (25%).Faktor ketidakakuratan kode
tindakan operasi adalah pemilihan kode yang
salah, tidak dilakukannya tinjauan ulang
keseluruhan penulisan kode tindakan operasi
terhadap jenis tindakan operasi dan tidak
dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis
tindakan operasi.
Dibuatnya protap tentang penggunaan
ICD-9-CM sebagai pedoman dalam
26 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28
pengkodean tindakan operasi dan
digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris
dan Kamus Kedokteran dalam membantu
melakukan pengkodean tindakan operasi
berdasarkan ICD-9-CM. Dilakukannya
tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam
formulir laporan operasi yang didalamnya
tercantum jenis tindakan operasi yang
selanjutnya akan diberi kode dari tindakan
operasi tersebut. Petugas koding disarankan
senantiasa berusaha untuk meningkatkan
kemampuan, ketekunan, ketelitian dengan
cara mengikuti seminar / pelatihan mengenai
ICD-9-CM sehingga dapat menghasilkan kode
tindakan yang akurat. Dalam pembuatan buku
bantu yang digunakan dalam membantu
pengkodean tindakan operasi disarankan lebih
memperhatikan tata cara pengkodean
berdasarkan ICD-9-CM dengan format pada
tabel 6.
Tabel 6. Format pembuatan Buku Bantu
N
o
Nama Tindakan
Operasi
Kode
1 Prostatectomy -
Perineal - Radical
(any approach) -
Transuretral -
Transvesical Punch
(Suprapubic)
60.69 60.62
60.5 60.2
60.3
2 Cesarean Section -
Classical -
Extraperitoneal -
Supravesical -
Transperitoneal -
classical - low cervical
74.99 74.0
74.2 74.2
74.4 74.0
74.1
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. 2008. Pengantar Metodologi
Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta : Sebelas Maret University
Press, hal 8, 43, 53-4.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Cetakan
Ke XIII. PT. Rineka Cipta, hal : 151-
59.
Candra, B. 1995. Pengantar Statistik
Kesehatan. Jakarta: Cetakan I. EGC,
hal : 7.
Danis, D. 2005. Kamus Istilah Kedokteran.
Jakarta : Gita Media Press, hal : 454.
Depdiknas. 1991. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, hal : 24, 316.
Depdiknas. 2001. Kamus Bahasa Indonesia
Edisi ke3. Jakarta : Balai Pustaka, hal:
25, 43, 578, 7999, 1195.
Depkes RI No. 269/PerMenKes/Per/III/2008.
Rekam Medis Bab I Pasal 1, hal : 2.
Depkes RI. 1991. Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Rekam Medis/
Medical Record Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, hal: 50.
Depkes RI. 2007. Buku Daftar Tarif Indonesia
DRG Rumah Sakit Umum dan Khusus
Kelas B.. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, hal: 4.
Garmelia E. 2009. Pelatihan Klasifikasi
Penyakit dan Tindakan dengan ICD-10
dan ICD-9-CM. Jakarta : PORMIKI,
hal : 3-4.
HCIA. 1992. International Classification of
Diseases 9thRevision Clinical
Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 27
Modification. Michigan : Commision
on Professional and Hospital Activities,
pp : vi-vii.
Husain, F. 2008. Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
(JAMKESMAS) di Rumah Sakit
Berlandaskan Indonesia Diagnosis
Related Groups (INA-DRG). Jakarta :
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan RI, hal:
7. 50
__________. 2008. Indonesia Diagnosis
Related Groups sebagai Tarif Kelas
III. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI, hal: 10. Kamisa. 1997.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya : Kartika, hal : 24, 36-37,
316.
Kristiyono, E. 2009. Kompetensi Perekam
Medis Dalam Mendukung Pelaksanaan
INA DRGs. Diakses : 21 Maret 2009.
http:://rekamkesehatan.wordpress.com/
2009/02/2007/kompetensi-perekam-
medis-dalam-mendukung-pelaksanaan-
ina-drg%E2%80%99s/.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta,
hal: 88-9.
Rano Center. 2008. Keakuratan Pengkodean.
Diakses pada 20 Maret 2009.
http://ranocenter.net/modules.php?nam
e=News&file=article&sid=139.
Shofari, B. 2002. PSRK 01. Modul
Pembelajaran Sistem dan
ProsedurPelayanan Rekam Medis
Buku 2. Semarang : PORMIKI, hal :
47-62.
Shofari, B. 1974. Pedoman Medical Record
RS (Hosital Medical Record System
Procedure Manual. Jakarta: Depkes
RI.
Sugeng. 2006. Statistik Kesehatan dan ICD-
10. In: Training of Trainers (TOT).
PORMIKI. Yogyakarta. (Tidak
dipublikasikan). Hal : 2.
Wijono, D, H, M.S. Dr. 1999. Manajemen
Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:
Airlangga University Press, hal : 1235-
54.
28 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Anda mungkin juga menyukai