Anda di halaman 1dari 4

Nama: Lisa Fransisca (1701346105)

Kelas: 02PEJ
Self development(CB)

Kisah Sukses Prita Widyaputri dengan Bisnis Fashion
Suatu siang di bulan Mei, femina mengundang 25 finalis
lomba Wanita Wirausaha Mandiri & Femina untuk melakukan presentasi business plan di
hadapan dewan juri. Mengenakan baju hitam lengan panjang, body pants biru, sneakers, dan
topi hitam bling-bling, Prita Widyaputri (29) tampak percaya diri memaparkan bisnis saat ini
dan rencananya untuk mengembangkan usahanya. Padahal, ia sedang sakit. Nak, saya bangga,
kamu masih muda dan sangat berbakat, puji Anne Avantie, desainer sekaligus salah satu juri
lomba. Lewat clothing line dan aksesori berlabel Nefertiti, Prita merebut gelar Pemenang III
Lomba Wanita Wirausaha Mandiri & Femina 2012.
Kalahkan Rasa Takut
Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia. Kita sudah sering mendengar kalimat dari
Andrea Hirata ini, baik dalam novel Laskar Pelangi maupun soundtrack filmnya. Nyatanya,
kalimat sakti inilah yang dipercaya Prita untuk memulai bisnisnya. Ia tak berhenti bermimpi,
hingga berhasil menaklukan dunia yang diimpikannya sejak kecil: bisnis fashion.
Prita kecil jatuh cinta pada segala hal yang berbau seni. Pada masa sekolah, ia tak pernah absen
mengikuti ekstrakurikuler yang berhubungan dengan desain. Saya tidak pernah kepikiran ikut
Paskibra atau kelompok pecinta alam. Tapi kalau soal desain, jangan ditanya! Saat lulus SMA,
saya diterima di Universitas Indonesia untuk jurusan, psikologi dan seni rupa di Institut
Teknologi Bandung(ITB).
Uniknya, meski passion-nya di bidang seni begitu meluap, Prita justru memilih jurusan psikologi.
Alasannya? Karena psikologi itu seperti seni mempelajari kebiasaan manusia. Menguasai ilmu
ini saya pikir akan membawa banyak manfaat nantinya, jelasnya.
Intuisi Prita tak salah. Walau mengaku melalui proses kuliah dengan susah payah, Prita
mendapat banyak teori psikologi yang bisa diaplikasikan di bidang fashion. Bagaimana
memahami consumer behaviour, cara menetapkan branding, menentukan harga, dan lain
sebagainya.
Bergelut dengan diktat kuliah tiap hari, ternyata tak membuat Prita melupakan minatnya di
dunia fashion. Prita mengajak sahabatnya untuk mengerjakan proyek kampus yang
berhubungan dengan fashion, seperti membuat jaket angkatan, jaket organisasi, dan lainnya.
Dari situ ia bertekad akan terjun ke bisnis fashion, suatu hari nanti.
Selepas kuliah ia sempat bekerja di perusahaan perbankan. Sejenak, mimpi untuk berkutat di
dunia fashion itu teredam. Ia larut dalam rutinitas jam kantor yang menguras waktunya.
Suatu kali, ia bertemu dengan sahabatnya semasa kuliah yang menjadi partnernya dalam
berbagai proyek fashion dulu. Seperti kata buku Celestine Prophecy bahwa tidak ada kebetulan
di dunia ini karena segala sesuatu hadir untuk sebuah alasan, reuni kecil itu membuat hatinya
bergejolak. Sebuah mimpi lama kembali terbangun.
Saya terus membayangkan ingin punya label sendiri, harus ini, harus itu dan akhirnya tak bisa
tidur berhari-hari. Saya mulai membaca banyak buku fashion, observasi di lapangan dan belajar
banyak dari melihat dan membaca, sampai akhirnya saya merasa, ya, saya siap! jelas Prita,
yang banyak mendapat pelajaran dari buku karya Toby Meadows, How to Create and Run a
Fashion Label, tayangan All on The Line yang digawangi Joe Zee, fashion editor majalah Elle.
serta kursus menjahit, kursus fashion figure drawing, dan kursus membuat pola di Lasalle
College, Jakarta.
Meski tekadnya sudah bulat, bukan berarti ia tidak punya rasa takut. Saat mengajukan surat
pengunduran diri dari perusahaan, ia malah ditawari dua pilihan promosi yang menggiurkan.
Saat itu baru timbul rasa takut. Iya juga ya, siapa yang jamin bisnis ini berhasil atau tidak.
Sementara, di depan mata ada dua pilihan promosi menarik. Tapi rasa takut itu akhirnya hanya
bisa dikalahkan dengan keinginan yang kuat, ujarnya.
Si Tukang Kalung
Tahun 2009, Prita meniti langkah barunya, menjadi seorang wirausaha. Meski kondisi ekonomi
orang tuanya sangat baik, ia bertekad membangun sendiri bisnisnya dari pundi-pundi yang
dikumpulkan selama bekerja. Saya mulai dari hal yang kecil seperti membuat kalung. Selain
biayanya tidak sebanyak membuat pakaian, juga sam
bil memberi waktu bagi diri sendiri untuk belajar banyak mengenai bisnis fashion. Dan, saya
pilih online marketing agar pembeli bisa belanja 24 jam sehari, katanya.
Namun, menjalankan bisnis tidaklah semudah yang Prita bayangkan. Ia mengalami tantangan
dari berbagai pihak, baik dari rekan bisnis, karyawan, maupun keluarga besarnya. Di tengah
jalan, sahabat yang juga rekan bisnisnya juga mengundurkan diri. Prita pun berjalan sendirian.
Setumpuk ide desain di kepalanya itu, ia bawa ke beberapa vendor penjahit. Setelah 6 bulan
berganti vendor, ia menemukan vendor sesuai dengan seleranya. Kini klaung dan pakaiannya
diproduksi di Jakarta dan Bandung. Ia pun membubuhkan label Nefertiti pada produknya. Prita
terinspirasi oleh kecantikan, selera busana, dan kecerdasan Ratu Nefertiti, ratu Mesir kuno.
Ternyata, jadi wirausaha tidak kalah capek dengan bekerja di kantor. Tukang pijit yang awalnya
langganan Papa, jadi langganan saya juga. Dia selalu bilang, Mbak, betisnya kenceng amat
kayak pemain bola, ujarnya, tertawa.
Saat akhirnya mampu merekrut karyawan, tantangan pun tak berhenti. Ia ditipu karyawan
kepercayaannya dan merugi jutaan rupiah. Dengan terpaksa Prita harus memecatnya.
Selain itu, salah satu hal yang menjadi permasalahannya adalah menjaga kualitas produk yang
tidak dipengaruhi situasi mood tim kreatifnya. Maklum, saat mood mereka buruk, bisa-bisa
kualitas barang pesanan Prita jadi tak sebagus biasanya. Saya sudah hafal, deh. Biasanya hal itu
terjadi kalau ada yang sedang putus cinta atau apalah, makanya kepada mereka, saya
menempatkan diri sebagai teman curhat, bukan bos, Ungkap Prita yang memiliki 22 karyawan
(2 orang karyawan tetap, 20 orang freelance).
Tantangan juga datang dari keluarga besarnya. Ada yang mengatakan, Susah-susah kuliah,
malah jadi tukang kalung.
Biarkan saja mereka nyinyir. Saya pikir, perusahaan sebesar Mustika Ratu awalnya juga dari
berjualan jamu. Seorang pebisnis memang harus melihat hal yang tak bisa terlihat oleh orang
lain. Saya pun tak keberatan lagi disebut tukang kalung. Justru bangga, saya bisa membuka
lapangan kerja untuk orang lain, jelasnya, bijak.
Pada tahun 2011, bisnisnya sudah berkembang dari produksi aksesori ke produksi pakaian.
Enam bulan setelahnya, ia berhasil meluncurkan webstore pribadi sesuai impiannya
(www.shopnefertiti.com). Ia juga bekerja sama dengan beberapa webstore lainnya. Akun
Facebook Nefertiti sudah memiliki lebih dari 10.000 penggemar dan akun Twitter
@shopNEFERTITI diikuti lebih dari 2.000 orang.
Kini, dengan produk aksesori dan pakaian, Nefertiti sudah berhasil menembus jaringan
department store, yaitu Debenhams Senayan City dan Debenhams Kemang. Produknya pun
diminati oleh pembeli dari berbagai negara, seperti Finlandia, Norwegia, Kepulauan Solomon,
Republik Malta, Israel, Italia, Australia, Amerika, dan Inggris. Ia telah meraup omzet puluhan
juta rupiah per bulannya
Kerja kerasnya sudah berbuah manis. Tapi, Prita masih memiliki banyak mimpi. Saya ingin
sekali terlibat dalam komunitas fashion Indonesia, seperti Jakarta Fashion Week, Indonesia
Fashion Week, dan Brightspot. Saya juga ingin mulai merambah peluang retail di luar negeri
untuk membuktikan label ready to wear karya orang Indonesia bisa diterima di mancanegara,
ujarnya, bersemangat.
- See more at: http://kisahsukses.info/kisah-sukses-prita-widyaputri-dengan-bisnis-
fashion.html#sthash.ZZYDS60S.dpuf
Catatan: Prita selalu tampak percaya diri terhadap bisnisnya dan ia selalu mengkalahkan rasa
takutnya, selalu terus bermimpi dan membangun cita-citanya sehingga sampai sekarang ia
berhasil membuka butik fahion salah satu mimpinya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai