Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Isu lingkungan di sekitar daerah operasional pabrik kerap kali menjadi
salah satu masalah yang diangkat oleh masyarakat sekitar kawasan pabrik untuk
menyerang sebuah perusahaan. Hal inilah yang terjadi di kawasan pabrik PT.
Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek Bandung. Adapun beberapa isu
yang diangkat oleh masyarakat sekitar mengenai PT. Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) Rancaekek Bandung diantaranya eksplorasi artesis oleh pihak pabrik,
terbatasnya ketersediaan air bersih yang disebabkan oleh aktifitas pabrik,
penyebaran pemberian air bersih yang tidak merata, serta pengolahan limbah yang
buruk dan merugikan masyarakat di sekitar pabrik. Jika dikaitkan dengan reputasi
perusahaan, maka isu-isu tersebut tentunya dapat menjadi hambatan sebuah
perusahaan dalam membangun citra positif perusahaan di mata publik, karena isu
tersebut telah menciptakan citra negatif perusahaan yang berpengaruh pada
reputasi. Sebagai perusahaan yang baik, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
menggalakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka
mengatasi isu lingkungan yang diangkat oleh masyarakat sekitar pabrik.
Salah satu strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan
oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia dalam menanggapi isu tersebut yaitu
melalui pemanfaatan Coke Farm di area pabrik. Coke Farm merupakan salah satu
2



lahan perealisasian program CSR yang digalakkan di PT. Coca Cola Amatil
Indonesia (CCAI), tepatnya di area operasional rancaekek. Berupa perkebunan
organik yang terletak di belakang pabrik Coca Cola Rancaekek.
Dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui pemanfaatan Coke Farm, terdapat
beberapa spesifikasi kegiatan, diantaranya pengelolalaan fishpond, pembuatan
biopori, planting of tree, tea leaves composting, dan solid waste-recycling.
Pengelolaan fishpond dilakukan di area Coke Farm, tepatnya di belakang
pabrik pembotolan Coca Cola di kawasan Rancaekek, Bandung. Tujuan fishpond
ini adalah untuk mengairi perkebunan organik Coca Cola (Coke Farm) dan
sebagai tempat konservasi lingkungan di pabrik. Terdapat banyak jenis ikan yang
dibudidayakan di sini, diantaranya ikan nila, ikan mas, ikan bawal, ikan patin,
ikan lele, dan lain-lain. Fishpond dikelola oleh masyarakat sekitar pabrik yang
bersedia membudidayakannya, dimana hasil panen budidaya tersebut dapat
dinikmati oleh pengelola. Selain itu, tim Corporate Affair Coca Cola melakukan
pendekatan ke berbagai rumah makan di sekitar kawasan pabrik pembotolan coca
cola untuk mendistribusikan hasil panen bibit ikan, dimana seluruh keuntungan
yang diperoleh diberikan kepada masyarakat yang mengelola. Kebijakan tersebut
merupakan salah satu bukti nyata komitmen PT. Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) dalam menyejahterakan masyarakat di sekitar kawasan operasional.
Pembuatan biopori digalakkan untuk menciptakan pabrik yang ramah
lingkungan melalui pembuatan lubang resapan air yang juga dapat menghasilkan
3



pupuk kompos alami. Sudah lebih dari lima puluh lubang biopori dibuat di
seluruh kawasan pabrik pembotola Coca Cola di Rancaekek Bandung. Selain itu,
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) telah bekerjasama dengan beberapa
LSM yang bergerak di bidang lingkungan dalam menyelenggarakan kegiatan
sosial lingkungan dan mensosialisasikan pembuatan lubang biopori kepada pelajar
serta masyarakat luas.
Planting of Trees atau penanaman pohon memiliki dampak positif yang
luar biasa besar bagi masyarakat, komunitas, dan juga lingkungan hidup.
Penanaman pohon dapat membantu memelihara dan mengaktifkan kembali
lingkungan hidup. Untuk menciptakan lingkungan pabrik yang hijau dan sehat,
serta dalam rangka mendukung kampanye lingkungan hidup, dilakukan program
penanaman pohon. Selain itu, di area Coke Farm juga terdapat lahan pembibitan
dan budidaya pohon keras, seperti mahoni dan trembesi, salah satu jenis pohon
yang memproduksi oksigen terbesar. Dimana, hasil pembibitan pohon keras ini,
dapat disumbangkan untuk gerakan penghijauan, terutama di sekitar kawasan
pabrik.
Organic- Green House merupakan salah satu bagian di area Coke Farm,
berupa lahan perkebunan organik yang menggunakan metode perkebunan tanpa
bahan kimia, seperti pestisida, fertilizer, antibiotic, hormone penumbuh tanaman
yang tidak memenuhi standar organik. Perkebunan organik dikelola oleh
masyarakat di sekitar kawasan pabrik, dengan harapan para petani yang
menggarap perkebunan organik tersebut dapat menjadi lebih peduli terhadap
lingkungan, khususnya pada jumlah energi yang digunakan dalam dunia
4



agrikultur. Adapun tanaman yang dibudidayakan di perkebunan ini, diantaranya
tanaman cabe, tomat, bawang daun, dan lain-lain. Sama halnya dengan fishpond,
hasil panen dari kebun organik ini sepenuhnya diberikan dan dikelola oleh warga
sekitar.
Khusus untuk setiap produksi produk frestea, PT.Coca Cola Amatil
Indonesia menghasilkan limbah berupa ampas daun teh basah yang tidak terpakai.
Sebagai penggalakan gerakan peduli lingkungan dan upaya pengolaan limbah,
ampas tersebut dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos, pemanfaatan ini
disebut dengan tea leaves- composting. Ada dua metode yang dipakai dalam
pembuatan pupuk kompos di Coke Farm ini, yaitu open windrow dan sistem
kascing. Pada metode open windrow, ampas teh basah dikeringkan lalu disiram
dengan EM4 secara berkala sampai akhirnya bakteri penghasil pupuk kompos
berkembang biak dan siap dipanen. Sedangkan pada sistem kascing, ampas teh
yang dihasilkan dari produksi frestea dimakan oleh cacing dan kotoran-nya
menjadi pupuk. Pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas teh tersebut dapat
dipakai untuk membudidayakan tanaman organik di Coke Farm, disumbangkan
dalam acara-acara atau kampanye lingkungan, serta di jual ke pasaran melalui
kios Coke Farm.
Solid waste recycling merupakan kegiatan mendaur ulang sampah, dimana
sampah non-organik yang dihasilkan oleh produksi PT.Coca Cola Amatil di
gunakan untuk membuat kerajinan tangan atau memproduksi alat-alat yang dapat
digunakan sebagai pendukung pelestarian lingkungan. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mengedukasi masyarakat dan komunitas setempat mengenai pentingnya
5



melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Pemberian edukasi ini, dilakukan oleh.
Ir.M.Satori, seorang pakar teknik industri manajemen lingkungan dari UNISBA.
Berdasarkan beberapa kegiatan yang dilakukan di Coke Farm yang telah
disebutkan di atas, penulis memfokuskan penelitian pada pengolahan limbah
pabrik di Coke Farm sebagai objek penelitian. Dimana terdapat keistimewaan
pada pengolahan limbah pabrik di Coke Farm PT. Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) Rancaekek yang tidak dilakukan di pabrik industri lain yang sejenis
(kompetitor), yakni pemanfaatan limbah pabrik bagi kepentingan lingkungan yang
saling berkesinambungan. Diantaranya pembuatan pupuk yang berbahan dasar
daun teh hasil ampas produksi frestea, limbah non-organik berupa kaleng-kaleng
atau botol-botol konsentrat yang dimanfaatkan sebagai media tanam, limbah cair
yang dinetralisir sedemikian rupa sehingga menjadi air bersih yang dimanfaatkan
untuk pengembangan Coke Farm baik untuk penyiraman tanaman organik
maupun sumber air kolam budidaya ikan.
Berbagai program Corporate Social Responsibility yang digalakkan
melalui pemanfaatan Coke Farm ini, merupakan salah satu bentuk nyata PT. Coca
Cola Amatil dalam mengimplementasikan program tanggung jawab sosial
perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana
program ini berkaitan dengan kepentingan beberapa stakeholders perusahaan.
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) sebagai produsen dan distributor
minuman ringan terkemuka di Indonesia, bahkan menjadi salah satu perusahaan
terbesar di wilayah Asia Pasifik tentunya memiliki banyak stakeholders yang
6



berperan penting dalam perkembangan perusahaan. Disinilah Public Relations
berperan penting, yaitu untuk merangkul seluruh stakeholders demi terjalinnya
hubungan baik yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam
perkembangan perusahaan. Adapun salah satu upaya yang dilakukan oleh Public
Relations PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) dalam menjalankan perannya
tersebut yaitu melalui program Corporate Social Responsibility melalui
pemanfaatan Coke Farm.
Strategi Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Coca
Cola Amatil Indonesia (CCAI), bertujuan untuk menciptakan mutual benefit
antara semua pihak yang terkait. Program Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam suatu perusahaan tidak kalah memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukan citra perusahaan. Citra perusahaan tidak hanya dapat dibentuk
dengan strategi brand image building melalui iklan media massa, justru yang
paling mendasar dari pembentukan citra sebuah produk dimulai dari kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan melalui aksi-aksi yang dilakukan perusahaan
sebagai bentuk pengabdian bagi lingkungan dan masyarakat, salah satunya berupa
program Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, posisi Corporate
Social Responsibility (CSR) di perusahaan diperkuat oleh diberlakukannya
Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan setiap industri atau koperasi wajib
melaksanakan program CSR.
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) memiliki kepercayaan penuh
bahwa sebagian kesuksesan perusahaan merupakan hasil dari integrasi
7



pertimbangan sosial dan lingkungan ke dalam kegiatan bisnis perusahaan. Untuk
itulah perusahaan terus berkomitmen untuk menerapkan program-program
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud nyata kepedulian terhadap
masyarakat.
Adapun 4 pilar kunci yang digalakkan oleh PT. Coca Cola Amatil
Indonesia (CCAI) sebagai parameter dalam menjalankan program-program
Corporate Social Responsibility yang harmonis dan berkelanjutan, diantaranya :
(1) menjaga dan melestarikan lingkungan, (2) mengembangkan kesempatan
ekonomi (marketplace), (3) menerapkan budaya kerja yang baik dan nilai-nilai
positif di kalangan karyawan (workplace), (4) berkontribusi terhadap
pembangunan sosial dan ekonomi seluruh masyarakat di sekitar perusahaan
(community). Berdasarkan empat pilar kunci tersebut, diharapkan perusahaan
mendapatkan tempat di hati masyarakat sekitar daerah operasi dan pemerintah
setempat.
Selain strategi Corporate Social Responsibility (CSR) melalui
pemanfaatan Coke Farm yang telah dijabarkan di atas, Public Relation Officer
PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) memiliki beberapa aspek kegiatan
kehumasan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, diantaranya Media
Relations, Community Relations, Government Relations, Bussiness Relations,.
Dimana kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi suatu strategi atau alat Public
Relations Officer yang saling berkesinambungan dalam menciptakan serta
memelihara hubungan yang selaras (mutual understanding) dengan seluruh pihak
yang terkait demi keuntungan bersama (mutual benefit). Hal ini diharapkan
8



perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari segala aspek, baik dari kebijakan
publik, maupun peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
berdasarkan reputasi yang telah berhasil dibangun oleh perusahaan dengan
bantuan pemberitaan di media.

1.2. Fokus Kajian
Adapun yang menjadi fokus kajian penulis dalam penyusunan proposal
penelitian ini, yaitu kegiatan pengolahan limbah pabrik di Coke Farm, yang
menjadi salah satu bagian dari strategi Corporate Social Responsibility yang
digalakkan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui pemanfaatan Coke
Farm. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pabrik yang ramah
lingkungan serta pemberdayaan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian konteks penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka
permasalahan yang menarik diteliti oleh penulis adalah mengenai : Bagaimana
implementasi kegiatan pengolahan limbah pabrik di Coke Farm menjadi strategi
Corporate Social Responsibility PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
Rancaekek yang bersifat sustainable bagi perusahaan maupun warga sekitar ?



9



1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini,
adalah untuk mengetahui :
1. Mengapa dibutuhkan Strategi Corporate Social Responsibility melalui Coke
Farm untuk menciptakan reputasi positif perusahaan di mata masyarakat.
2. Bagaimana strategi Public Relations dalam mengemas program Corporate
Social Responsibility (CSR) melalui pemanfaatan Coke Farm sebagai salah
satu alat (tools) dalam meredakan isu lingkungan dan menciptakan reputasi
perusahaan yang baik.
3. Bagaimana implementasi program Corporate Social Responsibility melalui
Coke Farm, terutama pengolahan limbah pabrik dari sudut pandang warga
yang terlibat langsung dengan program (petani Coke Farm)
4. Berbagai hambatan dari implementasi program Corporate Social
Responsibility melalui pemanfaatan Coke Farm yang dirasakan oleh seluruh
stakeholders yang terlibat langsung dengan program, baik dari sudut pandang
perusahaan sebagai penanggung jawab program, tokoh lingkungan sebagai
pendukung program, dan para petani Coke Farm sebagai pelaksana program.
5. Bagaimana problem solving yang dilakukan oleh berbagai stakeholders yang
terlibat dalam program Corporate Social Responsibility melalui pemanfaatan
Coke Farm dalam rangka menyelesaikan berbagai hambatan yang dihadapi.
6. Bagaimana efektifitas program Corporate Social Responsibility PT. Coca
Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek melalui pemanfaatan Coke Farm,
10



terutama dalam pengolahan limbah pabrik berdasarkan hasil dan manfaat
yang dirasakan oleh semua stakeholders yang terlibat dengan program.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di bawah Departemen Corporate
Affair PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Regional Jawa Barat dengan
memfokuskan pada program Coke Farm, salah satu kegiatan Corporate Social
(CSR) yang digalakkan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI).
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan observasi secara
mendalam mengenai kegiatan pengolahan limbah pabrik PT. Coca Cola sebagai
salah satu program Coke Farm dalam meningkatkan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik di PT. Coca Cola Rancaekek
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengolahan limbah organik dan pengolahan
limbah non-organik.
Pengolahan limbah organik yang dilakukan oleh pabrik PT. Coca Cola
Amatil meliputi dua pengolahan limbah organik yang dihasilkan oleh pabrik,
yaiitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berupa cairan ampas hasil dari
sisa-sisa proses produksi pabrik. Sebagai perusahaan yang baik, industri pada
khususnya pabrik dapat secara bijak mengolah limbah yang dihasilkan agar tidak
mencemari lingkungan dan masyarakat di sekitar pabrik dengan membuang
limbah tersebut ke sungai. Maka dari itu, PT. Coca cola Amatil Indonesia (CCAI)
Rancaekek mengolah limbah cair tersebut sedemikian rupa melalui beberapa
proses penetralaran air, sehingga air yang semula berupa limbah berubah menjadi
11



air bersih yang dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai indikator penetralan air,
limbah yang telah dinetralisir akan dialirkan ke fishpond (kolam ikan), sehingga
dapat dipastikan bahwa air limbah telah lulus iji coba sebagai air bersih bebas
racun saat ikan-ikan di fishpond tetap hidup. Limbah yang telah berubah menjadi
air bersih dimanfaatkan secara maksimal untuk mengairi perkebunan organik
(Organic Green House), penyiraman tanaman di area Coke Farm, dan supply air
bersih kepada warga di sekitar area pabrik.
Selain limbah organik berupa cairan, pabrik PT. Coca Cola Amatil
Indonesia juga menghasilkan limbah padat. Salah satu limbah padat organik yang
dihasilkan oleh pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek yaitu
ampas daun teh basah dari hasil produksi minuman frestea. Sebagai penggalakan
gerakan peduli lingkungan dan upaya pengolaan limbah, ampas tersebut
dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos (tea-leaves-composting). Pembuatan
pupuk kompos dari daun teh ini dikelola sepenuhnya oleh masyarakat sekitar
dibawah bimbingan Ir. M. Satori, seorang pakar teknik indutri manajemen
lingkungan dari UNISBA. Pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas teh tersebut
dapat dipakai untuk membudidayakan tanaman organik di Coke Farm,
disumbangkan dalam acara-acara atau kampanye lingkungan, serta di jual ke
pasaran sebagai bentuk apresiasi terhadap pengembangan petani Coke Farm.
Seluruh hasil dari penjualan produk-produk Coke Farm diberikan kepada petani
Coke Farm.
Seperti yang telah disebutkan, bahwa selain pengolahan limbah organik
ada pula pengolahan limbah non-organik. Adapun limbah non-organik yang
12



dihasilkan oleh pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek
diantaranya adalah botol-botol, kaleng-kaleng baik dari produk reject maupun
bekas konsentrat minuman. Di area Coke Farm ini, limbah non-organik tersebut
diolah melalui proses solid waste recycling, yaitu kegiatan mendaur ulang,
dimana sampah non-organik yang dihasilkan oleh produksi PT.Coca Cola Amatil
di gunakan untuk membuat kerajinan tangan atau memproduksi alat-alat yang
dapat digunakan sebagai pendukung pelestarian lingkungan, seperti media tanam.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengedukasi masyarakat dan komunikats
setempat mengenai pentingnya melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam
upaya peningkatan kepedulian terhadap kualitas lingkungan yang lebih baik.

1.5. Kerangka Pemikiran
1.5.1. Perspektif Teoritis
Berdasarkan penelitian mengenai Strategi Corporate Social Responsibility
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Melalui Pemanfaatan Coke Farm yang
dilakukan oleh penulis, terdapat empat teori yang berkaitan yaitu teori reputasi,
teori etis, teori konstruksi sosial, dan teori pemangku kepentingan.

1.5.1.1.Teori Reputasi
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat teori reputasi sebagai salah satu
landasan teori. Definisi reputasi menurut The Institute of Public Relations (Beard,
13



2001, p.8) : Reputasi yakni hasil dari apa yang Anda kerjakan, apa yang Anda
ucapkan dan apa yang orang lain katakan tentang diri Anda.
Sedangkan reputasi perusahan menurut Charles J. Fombrun :Corporate
reputation as the overall estimation in which company is held by its constituents.
A corporate reputations represent the net affective or emotional reaction-good or
bad, weak or strong-of costumers, investors, employees, and the general public to
the companys name.
Reputasi perusahaan diartikan sebagai keseluruhan penilaian dimana
perusahaan berpegang pada unsur-unsurnya. Suatu reputasi perusahaan
menghadirkan jaringan kecenderungan reaksi emosional yang bai maupun yang
tidak baik, yang lemah maupun yang kuat, dari pelanggan, investor, karyawan,
dan khalayak ramai kepada nama baik perusahaan. Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi reputasi menurut Priyanto (2008, p3), diantaranya :
1. Kegagalan dalam memenuhi peraturan maupun kewajiban hukum
2. Kegagalan dalam memberikan barang dan jasa dengan kualitas baik kepada
pelanggan
3. Timbulnya praktek yang tidak sesuai dengan etika
4. Manajemen krisis yang buruk
5. Kegagalan dalam mencapai target
6. Security breaches (pelanggaran keamanan)
7. Environmental breach (pelanggaran lingkungan)

14



1.5.1.2.Teori Etis
Dal am t eori i ni menyatakan bahwa pemahaman hubungan
ant ara bisnis dan masyarakat adal ah penanaman nil ai -nilai eti s. Hal
tersebut mengarahkan visi Corporate Social Responsibilit y
perusahaan dari suatu perspektif etis dan sebagai konsekuensinya,
perusahaan harus menerima t anggung j awab sosial sebagai sebuah
kewaj iban etis di at as pertimbangan l ai nnya. Pemahan i ni disebut
dengan ethi cal theories.
Dalam etika bisnis menekankan bahwa manajer dan perusahaan
mereka bertanggung jawab untuk menerapkan prinsip etika dalam organisasi
mereka dan menggunakan alasan moral dalam pengambilan keputusan,
penyusunan kebijakan dan strategi, dan arah secara umum dari perusahaan
mereka.(Bucholz (1998)). Dalam konteks Corporate Social Responsibility,
manajer bertindak sebagai aktor moral dan bertanggungjawab untuk melakukan
tanggungjawab (discretion) manajemen yang ada pada mereka dalam segala segi
tanggungjawab sosial untuk menghasilkan hasil yang bertanggungjawab secara
sosial(Wood (1991), Kolk (2000)).

1.5.1.3.Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial (social construction) dikembangkan oleh Berger
dan Lukmann merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada
sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini terkandung pemahaman bahwa kenyataan
15



dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan merupakan dua istilah
kunci untuk memahaminya. Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam
fenomena-fenomena yang diakui memiliki keberadaan (being)-nya sendiri
sehingga tidak tergantung kepada kehendak manusia; sedangkan pengetahuan
adalah kepastian bahwa fenomen-fenomen itu nyata (real) dan memiliki
karakteristik yang spesifik (Berger, 1990:1). Oleh karena konstruksi sosial
merupakan sosiologi pengetahuan maka implikasinya harus menekuni
pengetahuan yang ada dalam masyarakat dan sekaligus proses-proses yang
membuat setiap perangkat pengetahuan yang ditetapkan sebagai kenyataan.
Sosiologi pengetahuan harus menekuni apa saja yang dianggap sebagai
pengetahuan dalam masyarakat.
Sosiologi pengetahuan, yang dikembangkan Berger dan Luckmann,
mendasarkan pengetahuannya dalam dunia kehidupan sehari-hari masyarakat
sebagai kenyataan. Bagi mereka (1990:31-32), kenyataan kehidupan sehari-hari
dianggap menampilkan diri sebagai kenyataan par excellence sehingga disebutnya
sebagai kenyataan utama (paramount). Berger dan Luckmann (1990:28)
menyatakan dunia kehidupan sehari-hari menampilkan diri sebagai kenyataan
yang ditafsirkan oleh manusia. Maka itu, apa yang menurut manusia nyata
ditemukan dalam dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu kenyataan seperti
yang dialaminya. Dunia kehidupan sehari-hari yang dialami tidak hanya nyata
tetapi juga bermakna. Kebermaknaannya adalah subjektif, artinya dianggap benar
atau begitulah adanya sebagaimana yang dipersepsi manusia.
16



Dalam kaitannya dengan Corporate Social Responsibility perusahaan,
maka apa yang menjadi kondisi nyata yang dialami oleh warga sekitar perusahaan
sebagai kehidupan sehari-hari merupakan suatu tanggung jawab sosial yang harus
diperhatikan oleh perusahaan. Hal ini berhubungan dengan tuntutan kebutuhan
yang dihubungkan dengan perusahaan.

1.5.1.4.Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Teori ini terkait erat dengan teori legitimasi. Suatu perusahaan melalui
berbagai kebijakan dan kegiatan operasi yang dilakukannnya memberikan dampak
kepada berbagai kelompok pemangku kepentingan, sehingga dengan demikian
perusahaan mungkin menemui tuntutan tuntutan dari kelompok kelompok ini
untuk memenuhi tanggung jawabnya (Bucholz (1998), McWilliams dan
Siegel(2001)). Teori ini menekankan pentingnya untuk mempertimbangkan
kepentingan, kebutuhan dan pengaruh dari pihak pihak yang terkait dengan
kebijakan dan kegiatan operasi perusahaan, terutama dalam hal pengambilan
keputusan perusahaan. Dengan demikian diharapkan perusahaan mampu
memuaskan stakeholder-nya dalam suatu tingkatan tertentu, paling tidak sebagian
besar dari mereka. Dengan demikian titik pusat dari Corporate Social
Responsibility adalah manajemen stakeholder.
Menurut Cl arkson 1995 dan Freeman 1984. Menyatakan
bahwa Corporat e Soci al Resonsi bilit y didorong oleh hubungan
dengan akt or-aktor eksternal khusus. Dimana dal am teori i ni
17



menekankan reaksi perusahaan (perseorangan) dal am kont eks
hubungan dengan stakeholder ekt ernal. Perspekti f ini dapat
menj el askan respon strat egis yang berbeda dari perusahaan t erhadap
tekanan-tekanan sosi al wal aupun dal am i ndust ri sej enis at au Negara
yang sama, berdasarkan pada sifat hubungan ekst ernal.

1.5.2. Perspektif Konseptual
1.5.2.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa disebut dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep dimana
organisasi, khususnya perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan. World Business Council on Sustainable Development
mendefiniskan Corporate Social Responsibiliy (CSR) sebagai komitmen dari
bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, komunitas lokasl dan masyarakat luas. Definisi lain
Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan untuk
menyusaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan
dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Warta
Pertamina, 2004)
18



Corporate Social Responsibility (CSR)berhubungan erat dengan
pembangunan berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan atau keuntungan , melainkan juga harus berdasarkan
konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu konsep yang
masih terus berkembang. Salah satu konsep yang banyak dijadikan acuan oleh
para pebisnis yaitu konsep yang diungkapkan oleh Kotler dan Lee (2005), dimana
Corporate Social Responsibility (CSR) diartikan sebagai komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui pilihan praktek bisnis dan
sumbangan dari sumber daya perusahaan.
Kotler dan Lee (2005) mengajukan enam pilihan dalam melaksanakan
inisiatif sosial perusahaan atau inisiatif dalam menjalankan Corporate Social
Responsibility yang semuanya terkait dan terfokus pada perusahaan bukan
masyarakat, diantaranya : (1) alasan promosi; (2) alasan yang berhubungan
dengan pemasaran; (3) Corporate Social Marketing; (4) filantropi atau
sumbangan langsung; (5) menyediakan waktu karyawan untuk kerja sosial; (5)
praktek tanggung jawab sosial perusahaan.
Sedangkan menurut Sacconi (2006), Corporate Social Responsibility
dilihat sebagai perluasan corporate governance dari sebuah perusahaan. Melalui
CSR ini, mereka yang memimpin perusahaan (wirausahawan, direktur, dan
manajer) memiliki tanggung jawab yang mencakup mulai dari pemenuhan
19



fiduciary duties terhadap pemilik perusahaan hingga pemenuhan fiduciary
dutiesserupa terhadap semua stakeholders perusahaan. Fiduciary Duties adalah
kewajiban akibat relasi kepercayaan dan pemberian hak antara dua pihak. Atau
dengan kata lain kewajiban atau tanggung jawab melaksanakan otoritas demi
kebaikan mereka yang telah memberikan hak otoritas tersebut. Sedangkan yang
disebut stakeholders oleh Sacconi dilihat dalam dua jenis. Pertama, stakeholders
dalam cakupan yang sempit, yaitu mereka yang memiliki ketertarikan kepada
perusahaan karena telah berinvestasi sehingga meningkatkan nilai keseluruhan
yang dihasilkan oleh perusahaan. Kedua, yaitu stakeholders dalam makna yang
lebih luas, yaitu para individu atau kelompok yang tertarik untuk terlibat dalam
perusahaan karena telah mengalami efek eksternal yang positif maupun negatif
dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan.
Secara konseptual, Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat
dari dua sudut pemikiran medasar yaitu dari sudut etika dan manajemen strategi
bisnis. Berdasarkan sudut etika terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan,
diantaranya :
1. CSR dapat dilihat sebagai murni berdasarkan etis, yaitu perusahaan tidak
mengharapkan suatu keuntungan khusus dari program CSR-nya.
2. Perusahaan akan mendapatkan balik dari program CSR-nya, baik tangible
maupun intangible.
3. Program CSR sangat terkait dengan investasi yang baik. Dimana ketika
perusahaan bertanggung jawan, pasar (modal) akan bereaksi positif.
20



4. Program CSR perusahaan bertujuan untuk menghindari pengaruh politik
eksternal atau dengan kata lain perusahaan menjalankan tanggung jawab
sosialnya untuk menghindari tuduhan pemerintah (Wan-Jan. 2006).
Sedangkan berdasarkan sudut manajemen atau strategi bisnis, sesuai
dengan pemikiran Sacconi (2006), pengelola perusahaan (manajer) adalah agen
dari stakeholders, sehingga manajer harus dapat memberikan pelayanan dengan
memaksimalkan keuntungan finansial.
Berdasarkan uraian kedua sudut pandang di atas, dapat disimpulkan
adanya beberapa unsur penting dari CSR, dimana perusahaan memiliki tanggung
jawab agar bisnisnya tidak merugi sekaligus bertanggung jawab untuk tidak
merusak lingkunga serta memiliki tanggung jawab sosial sebagai bagian dari
masyarakat.

1.5.2.2. Konsep 3P dalam CSR
Dalam konteks global, Corporate Social Responsibility mulai digunakan
sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku
Cannibals With Forks : The Tripple Bottom Line in 21
st
Century Business (1998)
karya John Elkington. Dalam buku tersebut dikembangkan tiga komponen penting
yang berkaitan dengan sustainable CSR, yaitu :economic growth, environmental
protection, dan social equity.
21




World Commission on Environtment and Development (WCED) dalam
Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR dalam tiga fokus : 3P yang
merupakan singkatan dari Profit, Planet, dan People. Ketiga fokus ini mewakili
sebuah konsep CSR yang menyatakan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya
memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat
(people). Masing-masing elemen ini harus saling berkesinambungan sehingga
terbetuk suatu keseimbangan bagi eksistensi perusahaan.





1.6. Metode Penelitian
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode yaitu sebagai alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk
P
(Profit)
P
(Planet)
P
(People)
Gambar 1. Konsep 3P dalam CSR
22



mendekati problem dan mencari jawaban (Mulyana. 2003:145). Metode penelitian
sebagai suatu metode ilmiah tidak harus menggunakan analisis statistik terhadap
data yang ditemukan. Metode ilmiah adalah metode yang digunakan secara ilmiah
dan penelitian tersebut dapat berbentuk deskriptif, eksperimental, kualitatif,
kuantitatif, kritis, analitis, historis, fenomenologis, dan lain-lain.
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan metodelogi kualitatif. Jenis
penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif. Pada dasarnya
penelitian ini meletakkan penekanan pada subjektiftas untuk melakukan
interpretasi terhadap suatu persoalan yang dikajinya. Bogdan dan Taylor (1975 : 5
dalam Moleong. 2007 : 4) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa data-data
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Metodelogi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistik (utuh).Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan (Moleong. 2007:3).

Sejalan dengan definisi di atas, penelitian kualitatif dapat pula diartikan
sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya dalam bahasa dan peristilahannya.
23



Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak bertujuan
untuk menguji hipotesis data merinci serta menelaah variabel-variabel, melainkan
untuk menganalisa sebuah penelitian sosial yang terjadi di masyarakat yang
diungkapkan secara komprehensif dan holistik, dengan menggunakan berbagai
sumber. Penelitian ini tidak berdasarkan pada bukti logika matematis, prinsip
angka atau analisis data statistik (Mulyana. 2003:35).

1.6.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan merupakan interaksi melalui proses komunikasi dengan
menyampaikan pesan dari sumber kepada sasaran dengan tujuan untuk mengubah
perilaku. Dalam menganalisis suatu permasalahan yang terdapat pada sasaran,
penulis melakukan penelaahan, perumusan, dan penyusunan yang sistematik
berdasarkan data, informasi, landasan tujuan, sasaran, serta unsur pelaksanaan
penelitian.
Efektifitas pendekatan akan tercapai dengan mempertimbangkan dan
mendayagunakan parameter yang ada pada setiap individu atau berbagai sumber
yang terlibat dengan objek penelitian.

1.6.1.1. Studi Kasus
Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis yaitu dengan
pendekatan studi kasus. Dimana penulis akan melakukan pemeriksaan
24



longitudional yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut
kasus dengan cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan
data, analisis informasi, dan pelaporan hasil. Diharapkan dengan menggunakan
metode ini, penulis akan memperolah pemahaman yang mendalam terhadap objek
penelitian, yaitu kegiatan pengolahan limbah pabrik di Coke Farm sebagai salah
satu strategi Corporate Social Responsibility PT.Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau peristiwa tertentu. Surachrnad (1882) membatasi
pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987) memberikan
batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya.
Berdasarkan batasan tersebut, dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi:
1. sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen
2. sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas
sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan tujuan untuk
memahami berbagai kaitan yang ada.
Lebih lanjut Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu
studi kasus yaitu : (1) mengidentifikasi kasus untuk suatu studi; (2) Kasus
tersebut merupakan sebuah sistem yang terikat oleh waktu dan tempat; (3) Studi
kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya
25



untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari
suatu peristiwa dan (4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan
menghabiskan waktu dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu
kasus. Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah
objek studi (Stake, 1995) maupun mempertimbangkannya menjadi sebuah
metodologi (Merriam, 1988).
Berdasarkan paparan di atas, dapat diungkapkan bahwa studi kasus adalah
sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus/beragam
kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta
melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks. Sistem
terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu
program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan lain, studi
kasus merupakan penelitian dimana penelitimenggali suatu fenomena tertentu
(kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, institusi atau
kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode
tertentu.
Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih
studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah
program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi:
observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks
kasus dapat mensituasikan kasus di dalam setting-nya yang terdiri dari setting
fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus
26



didalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi
kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan
kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus
instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu
pada studi kasus kolektif.
Menurut Creswell, pendekatan studi kasus lebih disukai untuk penelitian
kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman dan detail
suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus. Oleh karena itu
penelitian studi kasus membutuhkan waktu lama yang berbeda dengan disiplin
ilmu-ilmu lainnya.
Adapun analisis studi kasus yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan
menggunakan studi kasus kemayarakatan (community study) yang dipusatkan
pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (komunitas) perusahaan.

1.6.3. Penentuan Wilayah Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah lokasi operasional
PT.Coca Cola Amatil Indonesia cabang Bandung, tepatnya di Jalan Raya
Bandung Garut KM 26, Rancaekek Sumedang. Dimana yang menjadi objek
penelitian yang potensial yaitu para petani Coke Farm sebagai wakil dari
masyarakat di sekitar pabrik Coca Cola, di kecamatan Cihanjuang, Rancaekek.

27



1.6.4. Penentuan Data dan Narasumber
Penentuan sumber data yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan
menggunakan teknik purposive sampling yang dinamakan criterian based
selection (Rubin, 1995;71) dan Goetz Le Comte (dalam Sutopo, 2002 ; 54).
Secara bahasa purposive berarti sengaja. Sehingga purposive sampling secara
sederhana diartikan sebagai teknik pengambilan sampel secara sengaja. Dimana
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena berdasarkan
pertimbangan atau kriteria tertentu. Dengan purposive sampling diharapkan
kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Dalam penelitian ini, ada beberapa kriteria untuk menjadi narasumber
penelitian, diantaranya : (1) terlibat langsung dalam program Corporate Social
Responsibility, yaitu Coke Farm, (2) merupakan bagian dari masyarakat sekitar
pabrik yang mengangkat isu lingkungan di sekitar pabrik PT. Coca Cola Amatil
Indonesia (CCAI) Rancaekek Bandung, (3) merupakan bagian dari pihak yang
memiliki kepentingan untuk meredakan isu lingkungan yang bersifat negatif bagi
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek.
Berdasarkan kriteria di atas, peneliti menentukan beberapa narasumber
yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu : (1) Public Relations PT. Coca Cola
Amatil Indonesia (CCAI) daerah operasional Rancaekek selaku penanggung
jawab program, (2) Tokoh lingkungan selaku pendukung pelaksanaan program,
(3) para petani Coke Farm sebagai perwakilan dari masyarakat di sekitar area
28



pabrik Coca Cola Rancaekek yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program.
Penentuan narasumber berdasarkan kriteria penelitian dilakukan dengan tujuan
untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk mencari sumber data yang lengkap.
Selain berdasarkan informasi dari berbagai narasumber yang terkait,
peneliti juga menentukan sumber data yang diperoleh dalam bentuk dokumen,
berupa berbagai arsip dan data pendukung. Salah satunya yaitu data dan arsip
milik perusahaan PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) yang berhubungan
dengan objek penelitian.

1.6.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan
penelitian, diantaranya :
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung di PT.Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) untuk melihat, mencatat kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
program Social Responsibility & Sustainability (CSR&S) PT. Coca Cola
Amatil Indonesia (CCAI), khususnya kegiatan Coke Farm.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan memberikan
pertanyaan kepada narasumber seputar program Corporate Social
Responsibiliy & Sustainability (CSR&S) PT. Coca Cola Amatil Indonesia
29



(CCAI), khususnya kegiatan Coke Farm. Kegiatan wawancara ini dilakukan
secara formal maupun informal kepada para narasumber yang terlibat dalam
program tersebut sesuai dengan fungsi, peran, dan tugas pokok masing-masing.
Deddy Mulyana mengungkapkan arti wawancara sebagai bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu (2003:108).
3. Studi Kepustakaan
Sumber data diperoleh dengan menelusuri literatur yang behubungan dengan
masalah-masalah komunikasi organisasi dan menelaahnya. Sumbernya berasal
dari buku-buku ilmu komunikasi yang berhubungan dengan Corporate Social
Responsibility (CSR). Selain itu, sumber data juga diperoleh dari berbagai arsip
data yang terdapat di perusahaan PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI).

1.6.6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, sejak awal penulis melakukan analisis data. Data
diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari
wawancara, observasi, mengedit, mengkalisifikasi, mereduksi, dan selanjutnya
dilakukan aktivitas penyajian data sampai penyimpulan data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan model analisis interaktif. Dimana pada penelitian ini, verifikasi data
dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan.
30



Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data,
penulis berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang
dikumpulkan, dari proses pencarian pola tema sampai dengan dituangkan dalam
bentuk kesimpulan.

1.6.7. Validitas dan Keabsahan Data
Keabsahan data penelitian dapat dilihat dari kemampuan menilai data dari
aspek validitas dan realibilitas data penelitian.Untuk menguji validitas penelitian,
dapat dilakukan dengan metode triangulasi, dimana peneliti menemukan
kesepahaman dengan subjek penelitian. Sedangkan reliabilitas dapat dilakukan
dengan melakukan atau menerapkan prosedur yang akan ditetapkan (Kirk dan
Miller, 1986 ; 41-42).
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitiatif meliputi uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).
Salah satu teknik pengujian kredibilitas data yaitu dengan menggunakan
triangulasi. Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan waktu. Dengan demikian, triangulasi terdiri atas triangulasi
sumber, teknik pengumpulan data dan waktu.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi sumber yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber. Data
31



Tabel 1. Jadwal Penelitian
yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, dan
akhirnya diminta kesepakatan (member check) untuk mendapatkan kesimpulan.

1.6.8. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu : Juni November
Lokasi Penelitian : PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI). Jalan Raya
Bandung- Garut KM.26 Rancaekek Sumedang
Adapun rincian susunan jadwal pelaksanaan penelitian yang direncanakan
oleh peneliti adalah dimulai dari bulan Juni-November dengan rincian waktu
sebagai berikut :

No. Kegiatan Bulan Ke:
1 2 3 4 5
1. Perizinan dan observasi awal
2. Penentuan informan
3. Pengumpulan data (studi literatur
dan lapangan)

4. Analisis data
5. Pembuatan draft laporan
6. Pengumpulan data
7. Analisis data
8 Penyusunan Laporan

1.6.9. Pedoman Wawancara
32



Adapun beberapa pedoman wawancara menurut Bimo Walgito (2005)
yang dijadikan acuan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya :
(1). Melakukan Persiapan
* menentukan tujuan
* menetapkan bentuk pertanyaan (pertanyaan bebas atau terpimpin)
* menetapkan responden potensial sebagai narasumber
* menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara
* mengadakan hubungan dengan responden
(2). Pelaksanaan
* memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dandibutuhkan
dalam rangka mengumpulkan informasi
* mengadakan wawancara
(3). Penutup
* menyusun laporan wawancara secara sistematis
* mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara
* mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting

Anda mungkin juga menyukai