Ditengah kerimbunan pohon yang rindang, ditemani oleh kawan-kawan yang
bercengkerama ria. Seperti kopi susu manis yang hangat, para peserta yang berasal dari berbagai kota, suku, ras dan agama yang berbeda bercampur menjadi satu sebagai keluarga yang harmonis. Dengan suasana yang nyaman dan santai dengan suasana yang diliputi kebahagiaan. Jika melihat suasana sekitar yang sangat damai, nyaman dan penuh dengan fasilitas yang memadai, sangat kontras sekali dengan kondisi yang sekarang terjadi dengan para pengungsi bencana erupsi Gunung Kelud. Di tempat pengungsian, meskipun berkumpul bersama tetapi susanananya berduka cita dan tegang dengan fasilitas yang sangat kurang memadai dan tidak nyaman, dikarenakan khawatir dengan kondisi rumah dan keluarga yang tercerai-berai. Melihat kekontrasan ini seperti kondisi kepemimpinan sekarang yang ada di Indonesia, dimana pemimpin dengan tingkatan lebih tinggi hidup berfoya-foya dan nyaman dari kekayaan yang dikorupsi tetapi dengan hasil kerja yang jelek. Sedangkan pemimpin dengan tingkatan dibawahnya hidup dengan kondisi yang pas-pasan tetapi lebih memperlihatkan hasil kerja yang jauh lebih baik. Adapula pemimpin yang hanya demi pencitraan baru rela terjun ke masyarakat untuk menarik perhatian rakyat melalui sorotan media namun tidak mendapat hati rakyat, bagaikan kopi susu tanpa gula yang terlihat enak diminum namun pahit rasanya. Adapula pemimpin yang tidak peduli dengan pencitraan dan rela berkorban demi kepentingan masyarakat meski tanpa sorotan media yang akhirnya menarik hati rakyat untuk mendukungnya, bagaikan kopi hitam manis yang dari luar terlihat sangat pahit tetapi setelah diminum ternyata manis rasanya. Itulah kondisi negeriku, negeri Indonesia. Walau apapun yang terjadi didalamnya dia tetaplah Negeriku Tercinta. Bagaikan aroma kopi yang selalu melekat dengan kopinya walau apapun jenis kopi yang dibuat.