Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yagn
terlatih dibidang kesehatan menyelenggarakan 5 (lima) program prioritas secara
terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan bantuan
pelayanan dari petugas Puskesmas, bagi jenis pelayanan dimana msayrakat tidak
mampu memberikan sendiri (Depkes RI, 1986).
2.1.1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan mayarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tehnis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategi
untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam meningkatkan
mutu manusia dimasa mendatang dan akibat dari proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia ada 3 (tiga) intervensi (Sembiring, N. 2004), yaitu :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai
usia balita.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk
membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental
sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Agar kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat setempat
maka kader dan pemuka masyarakat berperan untuk menumbuhkan kesadaran semua
warga agar menyadari bahwa Posyandu adalah milik warga. Pemerintah khususnya
petugas kesehatan hanya berperan membantu (Azwar, 2002).
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes, Posyandu secara
umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu : (1) Posyangu Pratama; (2)
Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama dan (4). Posyandu Mandiri (Depkes RI,
2006).
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan
rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena
belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

Universitas Sumatera Utara
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih,
tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan
dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau
lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program
tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%
KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau
lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan
termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat diuraikan
sebagai berikut :
Tabel 2.1. Tingkat Perkembangan Posyandu
No. Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1. Frekuensi Penimbangan < 8 > 8 > 8 > 8
2. Rerata Kader Tugas < 5 5 5 5

3. Rerata Cakupan D/S < 50% < 50% 50% 50%
4. Cakupan Kumulatif KIA

< 50% < 50% 50% 50%
5. Cakupan Kumulatif KB < 50% < 50% 50% 50%
6. Cakupan Kumulatif Imunisasi < 50% < 50% 50% 50%
7. Program Tambahan - - + +
8. Cakupan Dana Sehat < 50% < 50% < 50 50%
Sumber : Depkes RI (2006).
2.1.2. Tujuan Penyelenggara Posyandu
Secara umum tujuan penyelenggara posyandu adalah sebagai berikut (Depkes
RI, 2006) :
1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka
kelahiran
2. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu hamil dan ibu nifas
3. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan
5. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari
1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS
(pasangan usia subur).
2.1.3. Manfaat Posyandu
Adapun manfaat dari Posyandu adalah sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat
Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2. Bagi Kader
Pengurus posyandu dan tokoh masyarakat mendapatkan informasi terdahulu
tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Bagi Puskesmas
Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
kesehatan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
4. Bagi Sektor Lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan
AKB sesuai kondisi setempat
b. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan terpoksi masing-masing sektor (Wikipedia, 2007).


Universitas Sumatera Utara
2.2. Program Posyandu
Program kegiatan yang dilakukan di Posyandu, yang sekaligus masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan antara lain mencakup: keluarga berencana
(KB), kesehatan ibu dan anak, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare
(Sembiring, 2004).
2.2.1. Keluarga Berencana (KB)
Pemerintah dalam rangka mengupayakan kesejahteraan masyarakat selain
melalui pembangunan dalam bidang ekonomi, pembangunan fisik maka upaya yang
tidak kalah penting adalah melalui pertumbuhan penduduk supaya tidak berlebihan.
Upaya yang menyangkut pertumbuhan penduduk tersebut adalah melalui program
keluarga berencana (Depkes RI, 2006).
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan
terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperjarang untuk
membina kesehatan bagi keluarga. Keberhasilan KB harus diikuti dengan penurunan
angka kematian bayi dan anak balita atau ibu keluarga atau sebaliknya, untuk itu
maka perlu adanya upaya peningkatan pelestarian pemakaian alat kontrasepsi yang
efektif serta pengayoman medis terhadap penderita. Dalam pelayanan Keluarga
berencana di posyandu antara lain : pembagian pil KB atau kondom, suntikan KB,
konsultasi KB, alat kontrasepsi dalam rahim dan imflan (susuk) (Depkes RI, 2006).



Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Bahwa salah satu hal yang penting untuk mendukung keberhasilan melahirkan
bayi yang sehat adalah seorang ibu yang sehat di waktu kehamilannya. Bayi yang
akan lahir dari seorang ibu ditumbuhkan oleh gizi di dalam rahim. Zat gizi tersebut
diambil dari bagian lain tubuh ibu melalui tali pusat. Bila ibu hamil kurang makan,
maka bayi yang akan dilahirkan kecil dan lemah karena itu kesehatan ibu amatlah
penting. Didalam program posyandu dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu
pemberian pil tambah darah (ibu hamil), pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT),
Imunisasi, penimbangan balita, pemberian oralit dan pemberian makanan tambahan
(PMT) (Depkes RI, 2006).
Kesehatan ibu hamil yang harus diperhatikan meliputi sebagai berikut :
a. Ibu hamil harus makan lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil
b. 1-2 piring nasi lebih banyak dari biasa dalam satu hari, ditambah dengan
sayur dan buah
c. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas
kesehatan minimal 4 kali selama hamil
d. Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid (TT) sebanyak 2 kali
Sedangkan yang perlu diperhatikan untuk ibu menyusui dan nifas mencakup :
a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, untuk ibu nifas perawatan
kebersihan jalan lahir (vagina).
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi dan tablet besi
c. Perawatan payudara
Universitas Sumatera Utara
d. Senam ibu nifas
e. Jika ada tenaga kesehatan dan tersedia ruangan dilakukan pemeriksaan
kesehtan umum, pemeriksaan payudara
f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ada ditemukan
kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2.2.3. Pelayanan Gizi
Tujuan pelayanan gizi yang utama adalah untuk menurunkan angka Kurang
Kalori Protein (KKP) dan kebutaan karena kekurangn vitamin A pada balita, serta
anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien
dengan jalan memadukan kegiatan-kegiatan penyuluhan gizi, pelayanan kesehatan
dasar dan keluarga berencana di posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi
di posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur (PUS). Pelayanan gizi di Posyandu meliputi : pemantauan pertumbuhan
melalui penimbangan berat badan balita, pendistribusian kapsul vitamin A, zat besi
(Fe), pemberian larutan oralit, penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan
(Depkes RI, 1990).
2.2.4. Imunisasi
Imunisasi balita berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat
kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Imunisasi didapatkan oleh anak melalui pemberian vaksin secara sengaja.
Imunisasi yang diberikan terdiri dari imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC
(Tubercolosis), imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus,
imunisasi Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan, imunisasi Campak untuk
mencegah penyakit campak dan imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit
hepatitis (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1999).
Setiap anak sebelum umur 1 tahun harus mendapatkan imunisasi lengkap.
Imunisasi yang diberikan pada waktu kegiatan di Posyandu antara lain BCG, DPT I,
II, III, Polio I, II, III,IV, Campak pada umur 9 bulan dan Hepatitis B (Depkes RI,
1990).
Menurut program Departemen Kesehatan RI (1996), pemberian imunisasi
lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali,
Campak satu kali dan Hepatitis B tiga kali.
2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Menurut Depkes RI (2002), diare (mencret) adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal dan konsistensinya lebih lembek atau cair. Diare dapat
terjadi secara perlahan-lahan, bertahap, tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali.
Diare adalah penyebab utama kematian balita. Penanggulangan diare dapat dilakukan
dengan : memberikan oralit, bila oralit tidak ada membuat larutan gula garam, asi dan
makanan terus diberikan kepada anak seperti biasa.


Universitas Sumatera Utara
2.3. Cakupan Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan bayi dan
balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dangan imunisasi seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan
campak. Idealnya bayi harus mendaapt imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1
kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 3 kali dan campak 1 kali. Berdasarkan
laporan Dinkes Kabupaten Deli Serdang, persentase bayi yang diimunisasi lengkap
sebesar 92,30% (Dinkes Deli Serdang, 2007).
2.3.1. Pengertian Imunisasi
Menurut Markum, AH, (2000), imunisasi yaitu suatu upaya untuk
mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman
atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh. Dengan
memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti, untuk digunakan melawan
kuman/bibit penyakit yang menyerang tubuh.
Sedangkan menurut Notoatmodjo, (1997) imunisasi berasal dari kata imun,
kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Kekebalan terhadap suatu penyakti menular
dpat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :


Universitas Sumatera Utara
1. Kekebalan Tidak Spesifiknon Spesifik Resistance
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada
manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya
kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek-
reflek tertentu misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
2. Kekebalan Spesifik (specipice resistance)
Kekebalan specifik dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya berhubungan dengan
ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam
(Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh
lain orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit
plasmodium Falciparum, dari pada orang yang mempunyai hemoglobin AA.
b. Kekebalan yang diperoleh (acq uaied immunity)
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.
Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat
diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang
telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak.
Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam
tubuh dimasukkan organisme pathogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif
diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan
terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria dan tetanus, maka bayi
Universitas Sumatera Utara
akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan
pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum anti body dan
manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam
waktu pendek saja) (Notoatmodjo, 1997).
2.3.2. Jenis-Jenis Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi yaitu :
a. Imunisasi pasif (pasive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah Inmuno globulin jenis imunisasi ini dapat
mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak)
b. Imunisasi aktif (active immunization)
Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :
- BCG, untuk mencegah panyakit TBC
- DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, partusis dan tetanus
- Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis dan campak untuk mencegah
penyakit campak (measles).
2.3.3. Cara Pemberian Imunisasi atau Vaksin
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen
kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan
atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu. Jenis-jenis vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi
rutin di Indonesia adalah :

Universitas Sumatera Utara
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), cara pemberiannya yaitu
- Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan
dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
- Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali
- Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)
- Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), cara pemberiannya yaitu :
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
- Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis
- Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
- Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2C - 8C
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
Universitas Sumatera Utara
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi
untuk hari berikutnya.
3. Vaksin TT (Tetanus Toksoid), cara pemberiannya yaitu :
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
- Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular, atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6
bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada
wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke 4 dan ke 5
diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan
ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan periode trimester pertama
- Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2C 8C
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak bisa digunakan untuk
hari berikutnya
Universitas Sumatera Utara
4. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), cara pemberiannya yaitu :
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
- Disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau
lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td
- Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan kriteria :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2C - 8C
3. Tidak pernah terendam air
4. Strilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi
untuk hari berikutnya
5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine =OPV), cara pemberiannya yaitu :
- Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
- Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru
- Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selam 2 minggu dengan ketentuan :

Universitas Sumatera Utara
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2 C 8C
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
6. Vaksin Campak. Merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, cara
pemberian:
- Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
7. Vaksin Hepatitis B. Merupakan vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HbsAg yagn dihasilkan
dalam sel ragi (Hansenula polymorphl) menggunakan teknologi DNA
rekombinan. Cara pemberian :
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadai homogen
- Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian
suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha
- Pemberian sebanyak 3 kali
Universitas Sumatera Utara
- Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan) (Depkes RI, 2005).
2.3.4. Tujuan dan Sasaran Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-
penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles),
polio dan tubercoluse. Imunisasi bermanfaat untuk melindungi anak balita dari
beberapa penyakit infeksi yang berbahaya. Sasaran imunisasi adalah bayi dibawah
umur 1 tahun (0-12 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia subur
(calon mempelai wanita) dan anak sekolah dasar kelas I dan VI. Setiap anak sebelum
umur 1 tahun harus mendapatkan cakupan imunisasi lengkap (Notoatmodjo, 1997).
Menurut Depkes RI (2005), sasaran imunisasi meliputi imunisasi pada anak
sekolah untuk DT dan TT yang dikenal dengan Bulan imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), TT pada wanita usia subur (WUS), crash program pada Balita maupun cath
up campaign campak pada anak sekolah yang dilanjutkan dengan BIAS Campak

2.4. Revitalisasi Posyandu
2.4.1. Pengertian Revitalisasi Posyandu
Revitalisasi Posyandu adalah upaya pemberdayaan kembali Posyandu sebagai
salah satu upaya untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi tahun 1997 pada
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi Posyandu diperlukan
untuk menunjang program JPSBK baik dalam PMT pemulihan maupun dalam
Universitas Sumatera Utara
penemuan sasaran yang berhak dan perlu mendapatkan bantuan program JPSBK.
Upaya revitalisasi Posyandu harus dikembangkan meskipun krisis sudah teratasi
sebagai upaya permanen mempertemukan kebutuhan masyarakat dengan ketersediaan
layanan oleh petugas kesehatan untuk menjaga keluarga sehat tetap sehat (Depkes RI,
2001).
Revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan
dasar dan peningkatan status gizi masyarakat, yang secara umum terpuruk sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam
memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia, diperlukan
upaya Revitalisasi Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang
langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar
pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen
perwujudan kesejahteraan keluarga.
Untuk melaksanakan Revitalisasi Posyandu perlu dihimpun seluruh kegiatan
masyarakat agar berperan serta secara aktif sesuai dengan kemampuannya, baik
sebagai pelaksana maupun sebagai pembina dilingkungannya masing-masing,
sehingga cakupan sasaran kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan
Posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai hasil yang setinggi-
tingginya. (Depkes RI, 2001).


Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Tujuan Revitalisasi Posyandu
1. Tujuan umum
Meningkatkannya fungsi dan kinerja Posyandu agar dapat memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan agar status gizi
maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan
(Depkes RI, 2001).
1. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan kader Posyandu
b. Meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan Posyandu
c. Meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana, alat dan obat di Posyandu
d. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk
kesinambungan kegiatan Posyandu
e. Meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan Posyandu
(Depkes RI, 2001).
2.4.3. Sasaran Revitalisasi Posyandu
Sasaran kegiatan revitalisasai Posyandu pada dasarnya meliputi seluruh
Posyandu dengan prioritas utama pada Posyandu yang sudah tidak aktif atau yang
berstrata rendah (Posyandu Pratama dan Madya) dan Posyandu yang ada di daerah
yang sebagian besar penduudknya tergolong miskin.(Depkes RI,2006).



Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Strategi Revitalisasi Posyandu
Strategi yang perlu ditempuh dalam rangka mencapai tujuan Revitalisasi
Posyandu adalah (Depkes RI, 2001) :
1. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta
dedikasi kader di Posyandu
2. Memperluas sistem Posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah
3. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan
prasarana kerja Posyandu
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan
dan pembiayaan kegiatan Posyandu
5. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga
professional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).
2.4.5. Komponen Program Revitalisasi Posyandu
I. Pelatihan Pelatih dan Pelatihan Kader
Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu
yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan
meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang kesehatan.
Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan
tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat baik di posyandu maupun saat
Universitas Sumatera Utara
melakukan kunjungan rumah. Materi dalam pelatihan kader dititik-beratkan pada
keterampilan teknis menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu, cara menimbang,
menilai pertumbuhan anak, cara menyiapkan peragaan cara pemberian makanan
pendamping ASI dan PMT untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup
sebagaimana pertambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik,
memantau perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui dan sebagainya.
Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih
kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi pelatihan secara
efektif dan berkesinambungan yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan
kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang
berpedoman pada modul pelatihan kader (Depkes RI, 2001).
Maksud diadakannya pelatihan yaitu untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya sasarannya adalah
seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang
efisien, efektivitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu ditingkatkan secara
terarah dan programatik (Syafridah, 2003).
II. OptimalisasiKegiatanPosyandu
Mengoptimalkan kegiatan Posyandu dengan cara memenuhi sarana dan
prasarananya, sehingga Posyandu dapat berlangsung secara optimal, baik saat hari
buka maupun saat kunjungan rumah tanpa mengalami hambatan. Sarana dasar seperti
timbangan bayi, timbangan dewasa, kartu KMS, pita LILA, alat peragaan memasak,
Universitas Sumatera Utara
bahan KIE, obat-obatan berupa Vit.A, tablet dan sirup Fe, kapsul iodium, obat cacing,
oralit, ATK dan format SIP untuk menunjang kegiatan pelayanan minimal dan paket
tambahan sesuai jumlah kelompok sasaran yang ditetapkan, merupakan syarat dasar
untuk berfungsinya Posyandu secara baik. Bahwa pemenuhan sarana dan prasarana
tersebut pada hakekatnya menjadi tanggung jawab pengelola Posyandu dan
masyarakat setempat. Pemerintah dan lembaga donor lainnya dapat membantu dalam
melengkapi kegiatan, yang selanjutnya untuk kesinambungannya harus diusahakan
oleh masyarakat.
Pada hari buka biasanya Posyandu menggunakan ruangan dan peralatan yang
disediakan oleh masyarakat yang peduli terhadap keberadaan Posyandu. Prasarana
kerja dan sumbangan masyarakat akan sangat mempengaruhi kinerja para kader
maupun para pengunjung Posyandu pada saat pelayanan. Prasarana kerja yang
menciptakan suasana menentramkan dan akrab pendatang, akan menjadi salah satu
daya tarik bagi kelompok sasaran untuk secara teratur atau secara berkala
mengunjungi Posyandu.
III. Memperkuat Dukungan Pendampingan Dan Pembinaan Oleh Tenaga
Profesional dan Tokoh Masyarakat.

Tugas kader Posyandu untuk mengelola dan melayani masyarakat untuk
mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan
dilakukan secara sukarela. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai
keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari
Universitas Sumatera Utara
seberapa jauh upaya pelaksanaan tugas kader mendapatkan dukungan pendampingan
maupun bimbingan tenaga professional terkait maupun dari para tokoh masyarakat.
Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada saat
posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV, dengan cara
meningkatkan ketrampilan kader dalam menimbang, mencatat hasil penimbangan
pada kartu KMS maupun register dan memahami hasil penimbangan, serta
melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu
baik untuk dirinya maupun untuk anaknya.
Secara teratur pembinaan harus dilakukan oleh pengelola Posyandu di desa
untuk memajukan penyelenggaraan Posyandu. Selain itu, pembinaan juga dilakukan
oleh Dinas/Instansi yang peduli dan terkait dengan kegiatan program Posyandu,
seperti Pokjanal Posyandu Kecamatan, unsure Puskesmas (Bidan di Desa / Polindes),
Dinas Pendidikan, BKKBN, Kepala Desa/Lurah, Tim Penggerak PKK, dan
organisasi kemasyarakatan lainnya yang mengelola Posyandu. Pembinaan dapat
dilakukan secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk pembinaan
Posyandu, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat (Depkes RI, 2001).
2.4.6. Pengorganisasian Revitalisasi Posyandu
Untuk melaksanakan Revitalisasi Posyandu, perlu dilakukan pengorganisasian
terhadap dua hal yang berkaitan, yaitu pengorganisasian Posyandu di Desa dan
pengorganisasian untuk pembinaan Posyandu (Depkes RI, 2001).
A. Pengorganisasian Posyandu
Universitas Sumatera Utara
Sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan
bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan anak,
maka organisasi Posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang
dipimpin oleh seorang Pimpinan/Penanggungjawab dan dibantu oleh para pelaksana
pelayanan yang terdiri dari kader Posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu
dapat dikelola secara baik, perlu dukungan tenaga administrasi yang bertugas
mengadministrasikan kegiatan Posyandu. Kemudian dari beberapa Posyandu yang
ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola
oleh suatu unit/kelompok (nama lain) Pengelola Posyandu yang keanggotaannya
dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini dipimpin
oleh seorang Ketua yang dipilih dari para anggota.
Bentuk susunan organisasi Unit Pengelola Posyandu di Desa, ditetapkan
melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu. Tugas dan tanggung
jawab masing-masing unsur pada setiap kepengurusan, juga disepakati dalam
unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. Namun pada
hakekatnya susunan kepengurusan itu sifatnya fleksibel, tergantung pada kondisi
setempat. Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di desa, unit Pengelola Posyandu
mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada Kepala Desa/Lurah. Oleh
karena itu, Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk membina keberadaan unit
Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat itu
pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemajuan pengembangan kualitas sumber
Universitas Sumatera Utara
daya manusia (SDM) dini di daerahnya, yang berarti sebagai suatu asset di desa
(Depkes RI, 2001).


B. Pengorganisasian Institusi Pembina Posyandu
Untuk mendukung kegiatan Posyandu sebagai wahana yang memberi
pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini,
perlu dibentuk institusi Pembina Posyandu yang berfungsi memfasilitasi, membina,
memantau dan mengevaluasi kegiatan Posyandu sesuai kebutuhan. Institusi tersebut
mempunyai struktur seperti Pokjanal Posyandu yang berada di Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.
Bila Pokjanal Posyandu di daerah masih berfungsi, maka diharapkan dapat
memanfaatkan keberadaan organisasi tersebut sebagai institusi Pembina Posyandu
yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil dinas/ instansi/ lembaga terkait dan
organisasi kemasyarakatan yang memiliki kepedulian terhadap kegiatan pelayanan
masyarakat di Posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya, institusi Pembina Posyandu
tersebut dipimpin oleh seorang Ketua, yang dibantu oleh beberapa anggota yang
mewakili instansi-instansi dan unsur yang terlibat dalam Posyandu. Susunan
organisasi institusi Pembina Posyandu ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi daerah masing-masing. Namun dengan tidak bermaksud untuk
menyeragamkan bentuk susunan organisasi dan tata kerja institusi Pembina
Posyandu, seyogyanya untuk mencegah kerancuan perlu ada uraian peran masing-
Universitas Sumatera Utara
masing unsur dinas/instansi/lembaga yang terkait dalam pembinaan Posyandu,
misalnya :
a. Dinas/Badan/Kantor PMD/Bina Pemberdayaan Masyarakat : berperan dalam
fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan,penggerakan dan
pengembangan masyarakat, pengembangan metode pendampingan
masyarakat, teknis advokasi, dan sebagainya.
b. Dinas Kesehatan :berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana
dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi KMS,
distribusi obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis
kesehatan.
c. BKKBN/PLKB : berperan dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan,
penggerakan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
d. BAPPEDA : berperan dalam perencanaan umum dan evaluasi
e. TP-PKK : berperan dalam pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat,
penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya.
f. Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya : berperan dalam mendukung teknis
operasional Posyandu.
Tugas dan fungsi institusi Pembina Posyandu secara keseluruhan ialah
mendukung kelangsungan Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar
masyarakat, khususnya dari kelompok paling rentan Ibu dan Anak.
Meskipun Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan dasar berbasis
masyarakat yang berada di kelurahan/desa, namun karena peran Posyandu sangat
Universitas Sumatera Utara
menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan anak secara nasional, maka disetiap
daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan
jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan
masing-masing daerah. Pada tingkat operasional (Kelurahan/Desa, Kecamatan),
pemantauan dilakukan secara bulanan, dengan melaksanakan kunjungan lapangan
atau dengan mempelajari laporan yang disampaikan oleh Posyandu di wilayah
kerjanya (Depkes RI, 2001).
C. Pendanaan
Dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan Posyandu termasuk untuk
Revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari
masyarakat, anggaran pemerintah daerah Kabupaten/Kota, Propinsi dan pemerintah
pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya, baik domestik maupun
Internasional.
Agar kegiatan Posyandu dapat berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka perlu digali potensi sumber dana yang saat ini masih belum
digunakan khususnya penghimpunan dana secara tradisional maupun berbasis
keagamaan.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan
dapat melanjutkan membiayai Revitalisasi Posyandu sebagai kegiatan pelayanan
dasar yang pada saat ini dibiayai dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS-BK).

2.5. Kinerja Kader
Universitas Sumatera Utara
Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk
mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih
menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan (Sahrul, 2006)
Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih atau dituju oleh
masyarakat dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat
yang membantu masyarakat dalam masalah kesehatan agar diperoleh kesesuaian
antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67), Kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang kader dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 ), Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya. Maluyu S.P. Hasibuan (2001), mengemukakan kinerja (prestasi kerja)
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu (Wikipedia, 2009).
Keaktifan kader dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai tugas yang diembannya. Kegiatan-kegiatan ini akan berjalan dengan
baik bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas kerja adalah
bahwa fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi
yang harus dilaksanakan serta tersedia waktu dan tempat yang tepat. Fasilitas
Posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang penyelenggaraan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
Posyandu, seperti lokasi yang tetap dan rutin untuk pemberian makanan tambahan,
alat-alat yang diperlukan misalnya, meja, kursi, buku register, KMS dan lain-lain
(Syafridah, 2003).
Menurut beberapa peneliti tentang kader antara lain Bambang Hartono (1978)
yang dikutip oleh Syafridah (2003), mengatakan bahwa ciri-ciri kader yang aktif
berumur antara 25-34 tahun, tidak bekerja, tamat SLTP, mempunyai rasa tanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya, mengikuti kegiatan masyarakat setiap hari,
inovatif, dan tinggal di RW tempat pos kesehatan berada.
Sedangkan menurut Syamsul Bahri (1981), yang ditulis oleh Syafridah
(2003), dalam penelitiannya di Kecamatan Pasar Minggu menemukan bahwa ciri-ciri
kader aktif adalah : wanita, berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, berpendidikan
SD, bekerja sukarela. Tidak bekerja dan bertempat tinggal satu wilayah dengan RW
setempat.
Menurut Dr. Ida Bagus (1987) dalam buku Zulkifli (2003), pendapat lain
mengenai persyaratan atau ciri-ciri bagi seorang kader antara lain : berasal dari
masyarakat setempat, tinggal didesa tersebut, tidak sering meninggalkan tempat untuk
waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, masih cukup waktu bekerja
untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain, dan sebaiknya bisa baca tulis.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu diantaranya yang
diteliti pada penelitian ini adalah pengetahuan, pelatihan, dan motivasi.
1. Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni dengan indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour) (Notoatmodjo, 2003).
2. Pelatihan
Pelatihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan
mengulang-ulang aktivitas tertentu. Pelatihan atau latihan merupakan suatu perbuatan
pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan (Notoatmodjo, 2003).
4. Motivasi
Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yaitu monere yang artinya
menggerakkan. Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik
yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku
manusia. Respon instrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif. Sering
dijelaskan hal itu sebagai suatu kebutuhan, keinginan atau dorongan, semua manusia
hidup mempunyai motivasi. Motivasi diukur dengan perilaku yang dapat diobservasi
dan dicatat. Kekurangan dalam kebutuhan merangsang manusia untuk mencari dan
mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka (Swanburg, 2000).
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang sering dikenal
dengan istilah motivasi internal atau instrik dan juga dari luar diri orang yang
bersangkutan yang disebut motivasi eksternal atau ekstrinsik. Motivasi instrinsik
Universitas Sumatera Utara
maupun ekstrinsik ada yang bersifat positif maupun negatif. Contoh motivasi positif,
seseorang yang merasa berhasil menunaikan kewajibannya dengan sangat
memuaskan akan memperoleh dorongan untuk bekerja lebih keras lagi dimasa yang
akan datang. Contoh motivasi negatif, seseorang yang kurang berhasil dalam
melaksanakan tugasnya sehingga mendapat teguran dan teguran itu dijadikan
dorongan untuk memperbaiki kekurangan atas kesalahannya, sehingga dimasa yang
akan datang situasi kekurang berhasilan itu tidak terulang kembali (Hasibuan, H,
2003).
Menurut Winardi (2001), motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada
dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar
yang intinya berkisar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat
mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal sama tergantung
pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.
Semua manusia mempunyai motivasi yang dapat diukur dengan perilaku
yang diobservasi dan dicatat. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerjanya (Swanburg, 2000).
a. Gaji.
Banyak penelitian yang menemukan bahwa upah yang lebih tinggi lebih
memuaskan dari pada upah yang rendah dan karyawannya lebih jarang berpindah
kerja. Tidak semua orang mengejar uang, banyak orang bersedia menerima upah yang
lebih kecil untuk bekerja lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang memunyai
Universitas Sumatera Utara
keleluasaan yang lebih besar dalam kerja mereka lakukan. Bila upah dilihat sebagai
adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat pendidikan dan keterampilan
individu dan standar pengupahan yang berlaku, kemungkinan besar akan memberikan
kepuasan. Di samping itu karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan
promosi yang adil (Arep dan Tanjung, 2003).
b. Tanggung jawab dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan.
Dalam hal ini kader turut serta dalam pemberian saran, kritik dan ide-ide
yang dapat digunakan untuk perbaikan mutu maupun produktivitas pekerjaan.

2.6. Landasan Teori
Revitlisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang
pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan
untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau
seharusnya dimiliki oleh sebuah kota baik dari segi sosio-kultural, sosio-ekonomi,
segi fisik alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan penigkatan
kualitas lingkungan kota yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari
penghuninya.
Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987) ada tiga faktor
yang mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan
organisasi.
1. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan
demografis. Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama
Universitas Sumatera Utara
yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, variabel demografis
mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.
2. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi.
Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnya dan variabel demografis. Variabel seperti persepsi, sikap,
kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks yang sulit untuk diukur.
3. Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu
terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain
pekerjaan.

2.7. Kerangka Konsep

Revitalisasi
Posyandu





Karakteristik Kader
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan

Kinerja Kader

Motivasi
1. Insentif/jasa
2. Tanggung jawab

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian



Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai