Anda di halaman 1dari 19

1.

Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).
Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola
atau interpretasi stimulus yang datang ( Carpenito, 2000).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, halusinasi sering diidentifisikasikan dengan skizofrenia.
Dari seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa
lain yang disertai dengan gejala halusinasi adalah gejala panik defensif dan delirium.
Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus,
salah satu persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus internal
dipersepsikan sebagai suatu yang nyata pada klien-klien.

Jenis-Jenis Halusinasi
Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi :
a. Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola
cahaya) atau yang berbentuk(orang, binatang, barang yang dikenal) baik itu yang
berwarna atau tidak
b. Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang mesin,
barang, kejadian alamiah atau music
c. Halusinasi Penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau
d. Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu
e. Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada
ulat bergerak di bawah kulitnya
f. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuahruangan, atau
anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom
limb)
g. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tetap
sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
i. Halusinasi hipnopompik : seperti pada halusinasi Hipanogogik, tetapi terjadi tepat
sebelum terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman
halusinatorik dalam impian yang normal
j. Halusinasi histerik : Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional

2. Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor Predisposisi
Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.

Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

3. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan
perabaan), pasien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya
yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya
terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang
respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Adaptif Maladaptif


Respon Adaptif Distorsi Pikiran Gejala Pikiran
- Respon logis - Distorsi pikiran - Delusi halusinasi
- Persepsi akurat - Perilaku aneh/tdk sesuai - perilaku disgonisasi
- Perilaku sesuai - Menarik diri - Sulit berespon dg
- Emosi social - Emosi berlebihan pengalaman
4. Tahapan Intensitas Halusinasi
Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 328 ) :
Tahap I : Menyenangkan Ansietas tingkat sedang.
Tingkat : Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
Karakteristik
Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian,
merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan
pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori
yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bias diatasi (Non
Psikotik).
Prilaku klien
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
Gerakan mata yang cepat.
Respon verbal yang lamban.
Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
Tahap II : Menyalahkan Ansietas tingkat berat.
Tingkat : Secara umum halusinasi menjijikkan.
Karakteristik
Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa
malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain ( Non
Psikotik ).
Perilaku klien
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas, missal
peningkatan tanda tanda vital.
Penyempitan kemampuan konsentrasi.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realita.
Tahap III : Mengendalikan Ansietas tingkat berat
Tingkat : Pengalaman sensori menjadi penguasa
Karakteristik
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan
membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku klien
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolaknya.
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit.
Gejala fisik ansietas berat (berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk
mengikuti petunjuk).
Tahap IV : Menaklukkan Ansietas tingkat panic
Tingkat :Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan
delusi.
Karakteristik
Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah,
halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari bila tidak ada
intervensi terapeutik (Psikotik).
Prilaku klien
Perilaku menyerang seperti panik.
Potensial melakukan bunuh diri.
Amuk, agitasi, menarik diri, dan katakonik.
Tidak mampu berespon terhadap lingkungan

5. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri.
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara-suara/kebisingan, paling
sering suara kata yang jelas, berbicara
dengan klien bahkan sampai percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar perkataan bahwa
pasien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,
gambar giometris, gambar karton dan atau
panorama yang luas dan komplek.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang menakutkan
seperti monster.
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine,
fases umumnya bau-bau yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor,
kejang / dernentia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urine, fases.
Canestetik Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Kinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah divera (arteri), pencernaan makanan.


6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-
psikosis.

Adapun kelompok obat-obatan umum yang digunakan adalah :
Kelas Kimia Nama Generik (Dagang) Dosis Harian
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)
Klopromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permiti)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tiodazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazine (Vesprin)
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800 mg
2-40 mg
60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan)
Tiotiksen (Navane)
75-600 mg
8-30 mg
Butorofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil ) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

b. Terapi Kejang Listrik atau Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)



Pengkajian
a. Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau
suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap,
perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan
mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang
dialami oleh pasien.
b. Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan
yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan,
bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk
halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi
perabaan.
c. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan jika pasien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan
kepada pasien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari,
seminggu. Bila mungkin pasien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu
terjadi halusinasi tersebut.
d. Mengkaji Respon Terhadap Halusinasi
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi pasien dapat
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh pasien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah pasien masih dapat mengontrol stimulus
halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

Tindakan Keperawatan pada Pasien Halusinasi
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
Tindakan Keperawatan
a. Membantu Pasien Mengenali Halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat melakukannya
cara berdiskusi dengan pasien tentang ini halusinasi (apa yang didengar atau
dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi
muncul.
b. Melatih Pasien Mengontrol Halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
Melatih Pasien Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memerdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan
tindakan meliputi :
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
Melatih Bercakap-cakap dengan Orang Lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain
maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Melatih Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa membantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensi sebagai berikut :
- Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
- Mendiskusikan aktivitas yang bisa dilakukan oleh pasien.
- Melatih pasien melakukan aktivitas
c). Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh
hari dalam seminggu.
d). Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif.

4) Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah
sakit seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami
kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula
akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan
obat:
a) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
c) Jelaskan akibat bila putus obat
d) Jelaskan cara mendapatkanm obat/ berobat
e) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5B (benar obat, benar pasien,
benar cara, benar waktu, dan benar dosis).


Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi


c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur,
Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri

Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah
ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat
sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan saya tidak mau dengar
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara
bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
- K P
- K P P lain
- K P P lain K lain
- K Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga


DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Strategi Pelaksanaan Halusinasi
SP1
Pasien
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap
halusinasi
7. Melatih pasien cara control halusinasi
dengan menghardik
8. Membimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi
SP 2
Pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Melatih pasien cara control halusinasi
dengan berbincang dengan orang lain
3. Membimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
halusinasi
SP 3
Pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Melatih pasien cara control halusinasi
dengan kegiatan (yang biasa dilakukan
pasien).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadual
aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
SP 4
Pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan

sebelumnya.
2. Menjelaskan cara control halusinasi dengan
teratur minum obat (prinsip 5 benar minum
obat).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai