Anda di halaman 1dari 14

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta
salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa kita
dalam alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan kebahagiaan ini. Dan tak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami baik
dalam membantu mencari materi maupun memberikan dukungan dan doa nya kepada
kami. Apabila terdapat ada kesalahan dalam isi makalah ini kami mengucapkan
beribu-ribu minta maaf dan kepada Tuhan kami mohon ampun. Kami harap makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan tulisan ini.









2

DAFTAR ISI


Kata pengantar
Daftra isi
BAB I pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II pembahasan
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi kejang
E. Kriteria kejang
F. Penatalaksaan
G. Pemeriksaan penunjang
H. Cara mencegah
BAB III penutup
A. kesimpulan
Daftar pustaka













3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah
sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit.
Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu
tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu
tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan
sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.
Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi.
Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah
bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal,
kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kejang?
2. Apa penyebab kejang?
3. Bagaimana cara mencegahnya?

C. Tujuan
Untuk mnecegah terjadinya kejang pada anak dan dapat mengatasinya.












4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kejang
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat
sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala
dengan demam (Walley and Wongs edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan
hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price,
Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia
anak dibawah lima tahun.
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang
gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah
mengalami sekali kejang selama hidupnya.1 Kejang penting sebagai suatu tanda
adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat.
Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan
pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung
menjadi status epileptikus. Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik.
Karena diagnosis yang salah atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat
menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu.
Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini
kejang atau bu kan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.

B. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak,
trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan
gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik
5

subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui
etiologinya).










C. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan
diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran
sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit
lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan
membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K,
ATP yang terdapat pada permukaan sel.



Kejang demam
Infeksi: meningitis, ensefalitis
Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia,
hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal,
gagal hati, gangguan metabolik bawaan
Trauma kepala
Keracunan: alkohol, teofilin
Penghentian obat anti epilepsi
Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial,
idiopatik
6

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya
membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena
itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam
singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan
akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala
sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.

D. Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan
tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik
dan kejang mioklonik.
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu
ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai
yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi
harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus




7

2. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan
fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal
berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat
disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan
cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan
saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada
bayi tidak spesifik.

E. Kriteria Kejang
Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang,
sangat penting membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang atau
serangan yang menyerupai kejang. Perbedaan diantara keduanya adalah pada tabel 1:
Keadaan Kejang Menyerupai Kejang
Onset
Lama serangan
Kesadaran
Sianosis
Gerakan ekstremitas
Stereotipik serangan
Lidah tergigit atau luka lain
Gerakan abnormal bola mata
Fleksi pasif ekstremitas
Dapat diprovokasi
Tahanan terhadap gerakan pasif
Bingung pasca serangan
Iktal EEG abnormal
Pasca iktal EEG abnormal
Tiba-tiba
Detik/menit
Sering terganggu
Sering
Sinkron
Selalu
Sering
Selalu
Gerakan tetap ada
Jarang
Jarang
Hampir selalu
Selalu
selalu
Mungkin gradual
Beberapa menit
Jarang terganggu
Jarang
Asinkron
Jarang
Sangat jarang
Jarang
Gerakan hilang
Hampir selalu
Selalu
Tidak pernah
Hampir tidak pernah
jarang





8

F. Penatalaksaan
Pada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang
merupakan tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang memerlukan
tindakan segera untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.
Penatalaksanaan Umum terdiri dari :
a. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati
b. Memonitor pernafasan dan denyut jantung
c. Usahakan suhu tetap stabil
d. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain
e. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena
Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera
dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 4
ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa
10 % sebanyak 60 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca glukosa hendaknya
disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian
dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin,
berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan
50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV)
sebanyak 2 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum
menyerupai floppy infant dapat muncul.
Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik
seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama
untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi
metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel
yang rusak karena asfiksia dan anoxia)..
Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas
kejang pada BBL dengan alasan
a. Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya
b. Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat
pernafasan
c. Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi
peningkatan bilirubin dalam darah.
9

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik,
pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :
a. akan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang
multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya
menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
b. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan
hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil
terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan
terjadinya perdarahan intraventikular.
c. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan
yang disebabkan oleh trauma. Ubun ubun besar yang tegang dan
membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang
dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi
yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan
janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan
penyuntikan obat anestesi pada ibu.
d. Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial
yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
e. Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan retina
atau subhialoid yang merupakan gejala potogonomik untuk hematoma
subdural. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis,
infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran
vena yang berkelok kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
f. Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan
subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
g. Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis
dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.





10

2. Pemeriksaan laboratorium
Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula
dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan
sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
a. Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan darah rutin
secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.
b. Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen,
amonia dan analisis gas darah.
c. Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan
kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar,
dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya
xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat
di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan
serebro spinal
d. Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
e. Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga
diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang
menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam
multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai
prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai /
menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga
digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi
prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
f. Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan
diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella,
citomegalovirus dan virus herpes.
Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih
besar dari aturan baku
USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular
11


H. Cara Mencegah Kejang
Jika ada riwayat kesehatan keluarga yang menderita kejang demam, maka ada hal
yang dilakukan untuk pencegahan. Yakni, saat anak demam sebaiknya diusahakan
menurunkan suhu badannya dengan cara:
Bila suhu udara panas, kenakan pakaian seminimal/setipis mungkin, atau
tanggalkan pakaiannya.
Jangan selimuti anak dengan selimut tebal, karena justru akan meningkatkan
suhu tubuh dan menghalangi penguapan.
Kompres dengan lap basah (suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan
anak). Jangan gunakan alkohol atau air dingin (penggunaan alkohol amat
berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan keracunan/intoksikasi).
Seka seluruh permukaan tubuh anak untuk menurunkan suhu di permukaan
tubuh. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.
Beri obat penurun panas.
Beri banyak minum.
Namun jika anak akhirnya terkena kejang demam, segera bawa ke dokter jika
kejang berulang atau terjadi lebih dari 5 menit

DIMONITOR TIGA TAHUN
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis
kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG
(elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa
demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada
25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan
kejang tersebut akan menjadi epilepsi.
Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada
kejang berikut.
Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama
datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam
beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis
baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.
12

Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang
lagi? Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.Pokoknya, jangka
waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah
kejang.
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang.
Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya,
umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak
lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau
kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.
ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULAN
Mereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari
keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan
kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa
demam.
Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan
khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan
atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak
lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.
Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang
normal seperti anak-anak lainnya. Yang penting, ia tertangani dengan baik.
Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa
menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.
Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang
lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari
dokter berjalan terus.








13

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Kejang pada anak bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Semua anak bias
mengalami kejang. Penyebab kejang bias dari demam atau tidak dari demam. Kejang
bias di cegah dengan pemeriksaanrutin pada anak. Dan pada anak dengan epilepsy
harus mengalami pemeriksaan rutin setiap 3 bulan sekali. Untuk mengatasi demam
bias dilakukan cara sbb :
Bila suhu udara panas, kenakan pakaian seminimal/setipis mungkin, atau
tanggalkan pakaiannya.
Jangan selimuti anak dengan selimut tebal, karena justru akan meningkatkan
suhu tubuh dan menghalangi penguapan.
Kompres dengan lap basah (suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan
anak). Jangan gunakan alkohol atau air dingin (penggunaan alkohol amat
berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan keracunan/intoksikasi).
Seka seluruh permukaan tubuh anak untuk menurunkan suhu di permukaan
tubuh. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.
Beri obat penurun panas.
Beri banyak minum.
Namun jika anak akhirnya terkena kejang demam, segera bawa ke dokter jika
kejang berulang atau terjadi lebih dari 5 menit










14

DAFTAR PUSTAKA


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/kejang_pada_anak.pdf

http://ilmudalamselembarkertas.wordpress.com/2011/04/page/3/

http://www.parenting.co.id/article/balita/kejang.demam.bisakah.dicegah/001/003
/158

http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-
balita/

Westbrook GL. Seizures and epilepsy. Dalam: Kandel ER, Scwartz JH,
Jessel TM, ed. Principal of neural science. New York: MCGraw-Hill,
2000. h. 940-55.

Najm I, Ying Z, Janigro D. Mechanisms of epileptogenesis. Neurol Clin
North Am 2001; 19:237-50.

Hanhan UA, Fiallos MR, Orlowski JP. Status epilepticus. Pediatr Clin
North Am 2001;48:683-94.

Commission on Classification and Terminology of the International
League Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and
electroencephalographic classification of epileptic seizures. Epilepsia
1981; 22:489-501.

Anda mungkin juga menyukai