Anda di halaman 1dari 15

Silvia junianty, S.

Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
1

HUBUNGAN TINGKAT SELF CARE DENGAN KEJADIAN
KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI RUANG RAWAT
INAP RSUD
Silvia Junianty
1
, Nursiswati
1
, Etika Emaliyawati
1

1
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis bila disertai komplikasi
diabetik. Self care terdiri atas pengontrolan gula darah, insulin/Obat Anti
Diabetes, perencanaan makan, olahraga, dan penanganan hipoglikemik dalam
pengelolaan DM menjadi tidak efektif akibat pemahaman yang bervariasi.
Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat self care dengan
kejadian komplikasi pada pasien DM tipe 2. Jenis penelitian deskriptif korelasi
yang menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sejumlah 55 orang.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner self care inventory revised (SCI-R).
Analisis univariat menggunakan skor T, sedangkan bivariat menggunakan
korelasi chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien tingkat self care
tinggi atau rendah dapat menyebabkan kejadian komplikasi yang ditunjukkan
melalui hubungan yang rendah dan pasti. Peran perawat adalah sebagai advokat
dan edukator dalam melindungi hak pasien dan memberikan informasi tentang
pentingnya penerapan self care dalam kehidupan sehari hari.

Kata Kunci : Komplikasi akibat DM tipe 2, rawat ulang akibat DM, Self care

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease when accompanied by
diabetic complications. Self care consists of controlling blood sugar,
insulin/Anti-Diabetes Drug, meal planning, exercise, and hypoglycemic
treatment in the management of DM becomes ineffective due to the varied
understanding. The study aims to determine the relationship between the
level of self care with the incidence of complications in patients with type
2 diabetes. This type of descriptive correlation study using purposive
sampling techniques to sample some 55 people. Data collection using
questionnaires self care inventory revised (SCI-R). Univariate analyzes
using T scores, while the bivariate correlation using chi square. The
results showed that patient self care level is high or low incidence of
complications can cause shown by the relationship of low and uncertain.
The nurse's role is as an advocate and educator in protecting the rights of
patients and provide information on the importance of the application of a
daily self care - days.
Keywords : Complications of DM type 2, DM type 2 Repeated Hospitalizations,
Self care


Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
2

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik gula darah melebihi nilai normal (Smeltzer, et al., 2008).
Pengelolaan DM bertujuan untuk menjaga aktivitas insulin dan kadar glukosa
plasma berada dalam kisaran normal, juga meminimalkan kemungkinan
terjadinya komplikasi vaskuler (Barnett, 2004). Pengelolaan DM yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan hiperglikemia berulang yang berdampak pada
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Hiperglikemia terjadi karena
paparan glukosa tinggi beredar dalam darah sehingga terjadi gangguan sirkulasi
jaringan pada organ perifer (Funnel, 2011).
Aktifitas yang mendukung pengelolaan DM adalah self care. Self care
menurut Orem (2001) merupakan tingkah laku yang dipelajari untuk
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraannya.
Dalam pelaksanaan pengelolaan yang tepat didukung oleh adekuatnya
pengontrolan gula darah, insulin dan Obat Anti Diabetes (OAD), perencanaan
makan, upaya melaksanakan olahraga/latihan fisik, serta penanganan segera
terhadap hipoglikemik (La Greca, 2005). Self care inventory revised version
(SCI-R) merupakan satu bentuk pengukuran yang digunakan untuk untuk
mengetahui sejauh mana klien DM menerapkan rencana pengelolaan DM satu
hingga dua bulan sebelumnya (La Greca, 2005).



Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
3

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara kepada delapan
orang pasien (lima perempuan dan tiga laki-laki) di Ruang Rawat Inap, diperoleh
hasil bahwa dua dari delapan pasien pernah mengalami perawatan ulang akibat
komplikasi DM dengan ulkus kaki diabetik. Dua dari delapan pasien pernah
mengalami perawatan ulang akibat DM tanpa komplikasi, dua dari delapan pasien
mengalami perawatan ulang akibat komplikasi pada ginjal. Tiga dari delapan
pasien mengatakan tidak kontrol kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan saat
pemeriksaan gula darah terakhir dalam batas normal. Klien mengatakan kontrol
hanya diperlukan saat terdapat gejala penyerta. Klien menganggap berjalan di
sekitar rumah merupakan aktivitas pengganti olahraga. Meskipun telah mengetahui
tentang makanan apa yang harus dikonsumsi, klien mengalami kesulitan untuk
mentaati diet diabetes. Terdapat variasi persepsi dalam penentuan banyaknya
jumlah makanan yang boleh dikonsumsi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut : Adakah hubungan tingkat self care dengan kejadian
komplikasi pada pasien DM tipe 2 di Ruang Rawat Inap RSUD Sumedang?.
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana hubungan tingkat self care dengan
kejadian komplikasi pada pasien DM tipe 2 di Ruang Rawat Inap RSUD





Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
4

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dimana
variabel independen adalah self care dengan subvariabel pengontrolan gula darah,
insulin/OAD, perencanaan makan, olahraga, penanganan hipoglikemik (La Greca,
2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian komplikasi pada
pasien DM yang mengalami rawat inap ulang.
Hipotesis nol (Ho:= 0) Tidak adanya hubungan tingkat self care dengan
kejadian komplikasi pada pasien DM tipe 2. Hipotesis alternatif (Ha:= 0) Ada
hubungan tingkat self care dengan kejadian komplikasi pada pasien DM tipe 2.
Populasi dalam penelitian ini adalah klien DM tipe 2 yang dirawat di Ruang Rawat
Inap sebanyak 121 orang pada Oktober-Desember 2011.
Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan
menggunakan purposive sampling yaitu dengan pengambilan sampel yang
didasarkan pada kriteria tertentu. Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti
menggunakan rumus slovin dengan tingkat kemaknaan (level of significance) 90%
maka jumlah sampel yang didapatkan adalah 55 orang. Kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah pasien DM type 2 yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Sumedang, pasien DM yang pernah mendapat perawatan di rumah sakit >1 kali
karena DM atau dengan komplikasi mikrovaskluer dan makrovaskuler, pasien DM
yang berusia 60 tahun, Pasien DM yang telah didiagnosa DM lebih dari 5 tahun.



Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
5

Instrumen dalam penelitian ini adalah Self care Inventory Revised (SCI-R) yang
mengukur pelaksanaan self care selama 12 bulan sebelumnya. Terdapat 15 item
pertanyaan yang diukur dengan menggunakan rentang 1-5 dalam skala likert. Untuk
mengetahui kejadian komplikasi dilakukan studi dokumentasi yang terdapat dalam
medical record klien DM tipe 2 di Ruang Rawat Inap.
Hasil uji instrumen menunjukan nilai terendah 0,444 dan tertinggi 0,688 dimana
semua item pertanyaan valid dan koefisien realibilitas internal bernilai 0,872
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Analisa univariat variabel self care terlebih
dahulu merubah data ordinal menjadi interval. Variabel self care dikategorikan
menjadi tinggi dan rendah menggunakan perhitungan skor T (Azwar, 2003).
Variabel kejadian komplikasi dikategorikan menjadi komplikasi dan tidak dengan
komplikasi.
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel self care dengan kejadian komplikasi, maka digunakan perhitungan
menggunakan chi square. Dalam memberikan interpretasi tingkat keeratan korelasi,
maka digunakan kriteria Gulford (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1993).







Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
6

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Self care Pasien DM Tipe 2
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Self care
No Kategori

f %
1 Self care Tinggi 29 52,73
2 Self care Rendah 26 47,37
Total

55 100,00

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat self care tinggi 29 orang (52,73%). Penerapan pelaksanaan self care
menjadi hal yang penting sebab domain yang terdapat didalamnya sesuai dengan
pilar-pilar DM yang harus dipatuhi oleh klien. Perawat berperan dalam
meningkatkan pemahaman pasien mengenai pentingnya mempertahankan
pengelolaan DM di rumah melalui self care. Tingkat self care yang berbeda dapat
terjadi. Orem (2001) menyebutkan bahwa yang menjadikan self care adalah
pengetahuan seseorang. Kebiasaan dalam melakukan self care pasien usia dewasa
dipengaruhi pengetahuan secara spesifik dalam penerapannya. Dalam pelaksanaan
self care di rumah terdapat beberapa domain yang menjadi subvariabel pada self
care. Domain yang menjadi subvariabel pada self care antara lain (1) pengontrolan
gula darah; (2) insulin dan OAD; (3) perencanaan makan; (3) olahraga; serta (4)


Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
7

penanganan terhadap hipoglikemik. Kelima hal tersebut merupakan upaya yang
dapat dilakukan klien DM dalam meningkatkan self care.
Pengontrolan gula darah menjadi domain yang penting dalam pengelolaan
DM untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai, melakukan penyesuaian
dosis obat bila belum tercapai sasaran terapi. Insulin dan OAD menjadi terapi
farmakologis yang dapat mendukung kisaran gula darah dalam batas normal bila
melalui terapi non farmakologis belum tercapai. Terapi nonfarmakologis yang yang
sangat direkomendasikan bagi penyandang DM antara lain perencanaan makan.
Kesulitan dalam mentaati diet mungkin menjadi salah salah satu penyulit dalam
domain perencanaan makan yang menyebabkan hasil yang tidak jauh berbeda pada
domain ini. Klien sering mengalami kesulitan dalam menerapkan diet meskipun
telah mengetahui makanan apa saja yang boleh dimakan. Selain itu perbedaan
dalam penentuan banyaknya makanan yang boleh dikonsumsi juga bukan
didasarkan pada anjuran, melainkan pada keinginan.
Olahraga sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar penting dalam
pengelolaan DM yang sering diabaikan. Prinsip olahraga pada pasien DM, sama
dengan prinsip latihan jasmani secara umum.





Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
8

Kejadian Komplikasi Pasien DM Tipe 2
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Komplikasi Pada Pasien DM Tipe 2
No Kategori

f %
1 Komplikasi 41 74,55
2 Tidak Komplikasi 14 25,55
Total

55 100,00

Dari tabel diatas dapat diketahui sebagian besar responden mengalami
komplikasi akibat DM tipe 2, 41 orang (74,55%). Komplikasi dianggap sebagai
suatu penyulit penyakit lain dan dapat mendukung diperlukannya hospitalisasi,
terutama pada pasien DM tipe 2.
J iang and Associate (2003) mengatakan sebagian besar pasien DM yang
mengalami perawatan ulang di Rumah Sakit 90% berasal dari komplikasi
kardiovaskular, 23% komplikasi penyakit ginjal, dan 40% komplikasi pada
ekstremitas bagian bawah akibat DM. Komplikasi yang terjadi pada pasien DM tipe
2 dapat meningkatkan keparahan, dan menyebabkan semakin lama waktu yang
diperlukan untuk sembuh. Sebagian besar pasien DM tipe 2 yang telah memasuki
proses menua dalam kehidupan akan mengalami perubahan baik anatomis,
fisiologis, dan biokimiawi menuju suatu titik kehidupan maksimal sebagai seorang
manusia.
Komplikasi yang muncul dalam penelitian ini antara lain: hipoglikemia,
komplikasi serebrovaskuler, nefropati diabetik, ulkus diabetik, komplikasi


Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
9

kardiovaskular, neuropati, retinopati dan HNNK yang diurutkan berdasarkan
frekuensi tertinggi. Hipoglikemia dapat muncul saat kita tidak menyadarinya. Tanda
hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah <50 mg/dl, meskipun reaksi
hipoglikemia bisa didapatkan pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Penyebab
hipoglikemia adalah obat-obatan hipoglikemik oral golongan sulfonilurea, khususnya
glibenklamid. Hipoglikemia sering pula terjadi pada pengobatan dengan insulin, tetapi
biasanya ringan. Kejadian ini sering timbul karena pasien belum mengetahui pengaruh
beberapa perubahan pada tubuhnya (Sudoyo, dkk., 2007).

Hubungan Tingkat Self care dengan Kejadian Komplikasi
Tabel 3. Distribusi Kategori Tingkat Self care Pada Pasien DM Tipe 2
Self care merupakan regimen harian yang dilakukan penderita DM untuk
mengelola DM (La Greca, 2004). Dalam pelaksanaannya self care merupakan bentuk
pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan
sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, mau dan mampu dapat menerapkan self care
Tingkat
Self
care
Kejadian Komplikasi TOTAL Significan Contingency
koefisien
Non % Kom % N %
Tinggi 3 10,3 26 89,7 29 100
Rendah 11 42,3 15 57,7 26 100 0,016 0,344
Total 13 23,6 42 76,4 55 100




Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
11


dengan baik (Orem, 2001).
Beberapa penelitian epidemiologis dalam skala besar dan jangka lama oleh the United
Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) telah membuktikan bahwa dengan
memperbaiki hiperglikemia maka peluang terjadinya komplikasi kronik DM dapat
diminimalisir.
Pada pasien yang telah menderita >5 tahun, berbagai mekanisme tubuh akan
menyesuaikan diri untuk tetap memenuhi kebutuhan glukosa terutama di hati, otot
dan otak. Hal ini menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mensintesis protein
sebagai target untuk berikatan dengan reseptor. Sehingga hilangnya jaringan dan
kelainan fungsi sel yang terjadi dapat memicu komplikasi (PERKENI, 2011).
Maxwel, et al. (2009) menyatakan pasien yang menderita DM lebih dari 5 tahun
akan menyadari pentingnya menerapkan self care setelah gejala penyerta muncul,
sehingga tak jarang pasien akan mulai melakukan pengelolaan yang dianjurkan saat
tanda komplikasi mulai terlihat.
Hal ini berarti semakin lama menderita DM maka semakin mungkin pasien
mengalami komplikasi akibat DM sebab meskipun klien tahu, tidak dapat menjamin
klien mampu dan mau menerapkan self care dengan baik.





10
Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701


KESIMPULAN
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian responden memiliki tingkat
self care yang tinggi, ebagian besar responden mengalami komplikasi akibat DM
tipe 2, dimana komplikasi hipoglikemia merupakan komplikasi dengan jumlah
penderita terbanyak yang terjadi. Self care memiliki hubungan yang rendah dan
pasti dengan kejadian komplikasi

SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit dapat memberikan informasi
mengenai pelaksanaan self care di rumah, serta bekerjasama dengan keluarga untuk
selalu mengingatkan klien dalam mengontrol kadar glukosa darah, pengaturan obat
dan insulin, pengaturan makan, olahraga, dan pencegahan hipoglikemik.
Untuk meningkatkan self care pada pengaturan makan, ada baiknya
menempatkan ahli gizi terlibat langsung dalam memberikan pendidikan tambahan
bagi keluarga klien mengenai pentingnya pengaturan pola makan. Diharapkan
Rumah Sakit lebih memotivasi pentingnya kegiatan olahraga bagi penderita DM tipe
2, sehingga kegiatan olahraga bagi penderita DM yang disediakan di Rumah Sakit
lebih dapat dirasakan manfaatnya. Rumah Sakit diharapkan mengharuskan klien
dengan DM untuk selalu melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin
ke Rumah Sakit setiap bulannya.


Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
12

2. Bagi Keluarga dan Klien
Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga dan klien dalam berperan
serta dalam membantu pengelolaan DM yang dilakukan melalui pelaksanaan self
care sebagai upaya meminimalisir resiko terjadinya komplikasi.
3. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan perawat agar meningkatkan
perannya sebagai health educator dengan mengingatkan. kembali manfaat dari
pelaksanaan self serta resiko dari pelaksanaan self care yang tidak baik yang dapat
memungkinkan terjadinya komplikasi.

UCAPAN TRIMAKASIH
1. Kepada papa, mama, ka fani dan ka tina atas dukungan dan semangat yang
diberikan dalam penelitian.
2. Bu Nursis dan bu Etika selaku pembimbing yang senantiasa memberikan kritik
yang membangun selama penelitian.
3. Ibu Sri selaku CI, pemberi masukan, dan pemberi bantuan selama pengumpulan
data penelitian ini
4. Mompo selaku pihak yang membantu membimbing dalam proses analisa data
selama penelitian.




Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
13

DAFTAR PUSTAKA
Alavi, et al. 2011. Factor analysis of self-treatment in diabetes mellitus: a cross
sectional study. Ghot Ravndy Highway, Iran. 1471-2458/11:761.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya Edisi Ke 2. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar.
Banett, A. 2004. Treating to goal: challenges of current management, European
Journal of Endocrinology 151 T3-T7, Birmingham, UK. ISSN 0804-4643.
Funnel, MM; Anderson, RM. 2011. Standart of medical care in diabetes. Diabetes
Care 22:123-127.
Hirscha, IR and Brownlee, M. 2004. Should minimal blood glucose variability
become the gold standard of glycemic control. United States. Diabetes Journal
and Its Complications. 179-181.
J iang, HJ, et al. 2003. Mustiple hospitalizations for patients with diabetes. America.
Diabetes Care. 26:1421-1426.
La Greca, AM. 2004. Self care inventory revised Version (SCI-R).
Maxwel, A, et al. 2009. Diabetes self care knowledge among type 2 diabetic
outpatients in south-eastern Nigeria. Department of Clinical Pharmacy and
Pharmacy Management, Faculty of Pharmaceutical Sciences, Nigeria.1;85.
Notoatmodjo. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka
Cipta.



Silvia junianty, S.Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (J l. Raya Bandung Sumedang KM. 21 J atinangor Sumedang )
Email: chipiesiahaan@yahoo.co.id 082125768701
13

Orem, Dorothea E. 2001. Nursing Concept of Practice. Sixth Edition. ST. Louis.
Mosby A Harcout Health Science Company.
Smeltzer, et al.. 2008. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing,
11
th
ed. Philadelpia. Lippincott Williams & Wilkins, a wotter kluwe business.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam - Jilid III Ed. IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Toobert., et al. 2000. The Summary of Diabetes Self-Care Activities Measure.
Diabetes Care p.351-375.
Weinger, Katie, et al. 2005. Measuring diabetes self-care a psycomathric analysis
of the self-care inventory revised with adults. Diabetes Care 6:1346-1352.
Young, Bessie Ann. 2008. Diabetes Complications Severity Index and Risk of
Mortality, Hospitalization, and Healthcare Utilization The American Journal of
Managed Care: 14:15-24.

Anda mungkin juga menyukai