Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan negara pada tingkat perdaban dunia yang di sebut modern telah
merumuskan pemisahan ke tiga ungsi besar menampilkan kekuasaan membentuk
undang ! undang "Legislation#$ pemerintah "e%e&uti'e#$ dan peradilan "yudi&iary#.
Khusus pada kekuasaan pembentukan undang ! undang mempunyai asas akan
mengatur seluruh aspek kehidupan bernegara dalam melaksanakan seluruh
aktiitasnya. (leh karena itu tugas berat sang legislator yang akan men)abarkan
setiap kebutuhan masyarakat kedalam rumusan undang ! undang dan selalu
mengalami perubahan setiap saat.
*enurut +at)ipto ,ahard)o$ pembahasan terhadap pembuatan undang !
undang se&ara sosiologis sudah di mulai se)ak mun&ulnya persoalan dalam
masyarakat$ bahkan yang bersangkutan mungkin tidak menyadari bah-a masalah
tersebut akan di rumuskan dalam suatu undang ! undang. .# pembuatan undang !
undang tidak dilihat sebagai kegiatan yang steril dan mutlak otonom. /# dalam
peresepti tersebut maka peker)aan tersebut memiliki asal ! usul sosial dan
sebagainya.
0eremy Bentham$ menyatakan bah-a pembuatan undang ! undang adalah
suatu seni yaitu seni menemukan &ara ! &ara me-u)udkan 1 2he 2rue 3ood o 2he
4omunity5. Ka)ian Bentham mengenai pembuatan undang ! undang harus keluar dari
analisis teknis legislasi kepada pembahasannya di dalam kerangka yang lebih besar.
Ukuran ! ukuran serta ormat yang di gunakan )uga bukan lagi rasional$ logika$
prosedural$ melainkan entri ! entri sosiologis berupa 6
.. Asal ! usul undang ! undang$
1
/. *engungkap moti di belakang pembuatan undang ! undang$
7. Pembuatan undang ! undang sebagai endapan konlik kekuatan dan
kepentingan dalam masyarakatnya$
8. +usunan badan pembuatan undang ! undang dan implikasi sosiologis$
9. *embahas hubungan kualitas dan )umlah undang ! undang yang di buat dengan
lingkungan sosialnya dalam suatu periode tertentu$
:. +asaran prilaku yang ingin di atur atau di rubah$
;. Akibat ! akibat baik yang di kehendaki maupun tidak.
Pada bagian lain ,os&oe menyarankan untuk memperhatikan eekti'itas
undang ! undang dari pada membi&arakan legalitas dan struktur logisnya semata.
Pembi&araan mengenai eekti'itas undang ! undang akan terkait hukum sebagai
instrument kebi)aksanaan dari suatu badan atau satuan politik tertentu.
*enurutnya medan pembuatan undang ! undang akan men)adi pembenturan
kepentingan.
B. ,umusan *asalah
2
Berdasarkan deskripsi diatas maka penulis perlu memberikan rumusan
masalah sebagai ob)ek pembahasan dan batasan yang akan dibahas dalam makalah
ini$ yaitu sebagai berikut 6
.. Kekuasaan DP, dan Pemerintah dalam pembentukkan Undang<undang di
Indonesia =
/. Bagaimana hubungan antara susunan pembentuk undang ! undang dengan produk
undang !undang yang di hasilkan =
7. Bagaimana pembentukan undang ! undang yang di tin)au dari aspek sosiologis =
8. Bagaimana peran DP, dan Pemerintah selaku pembentuk ,UU dalam upaya
pembentukkan Undang<undang di Indonesia =
BAB II
3
PE*BAHA+AN
A. Kekuasaan DP, dan Pemerintah dalam pembentukkan Undang<undang di
Indonesia
.# Kekuasaan DP, dalam Pembentukan Undang<undang
>ungsi utama parlemen pada hakekatnya adalah ungsi penga-asan
dan Legislasi$ parlemen berungsi mengkomunikasikan tuntutan dan keluhan
dari berbagai kalangan masyarakat kepada pihak pemerintah "Parlemen
Parle an 3o'ernment#. Parlemen berkembang sebagai alat bagi masyarakat
dalam melakukan pengendalian sosial "so&ial &ontrol# terhadap kekuasaan.
2etapi dalam sistem modern sekarang ini$ parlemen berubah men)adi alat
dalam komunikasi dan sosialisasi politik kepada masyarakat melalui
perdebatan terbuka "Publi& Debate# yang melibatkan keahlian legislator
"parlemen parle an peuple#. +ementara instrumen yang dapat digunakan
oleh Parlemen untuk menyadar ungsi penga-asan terhadap )alannya
pemerintah se&ara eekti adalah6
a. Hak budget
b. Hak inteplasi
&. Hak angket
d. Hak usul resolusi
e. Hak konirmasi atau hak memilih &alon pe)abat tertentu
+elain hak yang bersiat kelembagaan$ setiap indi'idu anggota
parlemen )uga di)amin haknya untuk bertanya dan menga)ukan usul
pendapat serta hak lain$ seperti hak immunitas dan hak protokuler. +emua
hak itu penting sebagai instrumen yang dapat dipakai dalam men)alankan
ungsi penga-asan politik terhadap )alannya pemerintahan
4
Pelaksanaan ungsi legislasi$ DP, mempunyai hak atau ke-a)iban
menga)ukan ran&angan Undang<undang$ hak Amandemen atau hak untuk
merubah setiap ran&angan Undang<undang yang dia)ukan oleh pemerintah.
*enurut 0imly Ashidigie6 ungsi legislasi men&akup kegiatan mengka)i$
meran&ang$ membahas dan mengesahkan Undang<undang. +elan)utnya
menurut Bentham$ tu)uan legislasi atau kebi)akan publik adalah untuk
mempromosikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak<banyaknya orang
" the gauntest happiness o the gauntest Number#.
+elan)utnya$ berkenaan dengan ungsi legislati$ parlemen mempunyai
hak<hak seperti 6
"a# hak inisiati$
"b# hak amandemen.
Dalam sistem bi&ameral setiap kamar lembaga parlemen )uga
dilengkapi dengan hak 'eto dalam menghadapi ran&angan Undang<undang
yang dibahas oleh kamar yang berbeda. Hak 'eto berungsi sebagai sarana
kontrol terhadap pelaksanaan ungsi legislati ini biasanya )uga diberikan
kepada Presiden$ sehingga dalam sistem bi&ameral yang pemerintahannya
bersiat presidential hak 'eto dimiliki oleh tiga pihak sekaligus$ yaitu
presiden$ ma)elis tinggi dan ma)elis rendah. Dalam sistem bi&ameral yang
akan diperkenalkan di Indonesia di masa depan$ diusulkan hak 'eto dimiliki
oleh Presiden$ De-an Per-akilan ,akyat dan De-an Per-akilan Daerah.
*elalui mekanisme hak 'eto itu proses 4he&ks and Balan&e tidak sa)a
ter)adi di antara parlemen dengan pemerintah tetapi )uga diantara sesama
parlemen sendiri.
/# Kekuasaan Presiden dalam Pembentukan Undang<undang
5
+ebelum perubahan UUD.?89$ Presiden bahkan merupakan lembaga
yang memegang kekuasaan untuk membentuk undang<undang. +edangkan
sesudah perubahan UUD.?89$ Presiden masih pula dilibatkan seperti hak
untuk menga)ukan ran&angan undang<undang$ pembahasan yang dilakukan
se&ara bersama dengan DP, terhadap ,UU dan pengesahan ,UU men)adi
undang<undang yang )uga dilakukan oleh Presiden.
+ebelum perubahan "amandemen# UUD .?89 presiden merupakan
lembaga yang memegang kekuasaan membentuk Undang<Undang. +edangkan
sesudah amandemen UUD.?89 Presiden masih dilibatkan dalam
pembentukan Undang<undang seperti hak untuk menga)ukan ran&angan
undang<undang$ pembahasan yang dilakukan bersama DP, terhadap
ran&angan Undang<undang dan pengesahan ran&angan Undang<undang
men)adi Undang<undang yang )uga dilakukan oleh presiden.
B. Bagaimana hubungan antara susunan pembentuk undang ! undang dengan produk
undang !undang yang di hasilkan
Pembentukan undang<undang di Negara Kesatuan ,epublik Indonesia ini
dilakukan oleh bi&ameral parlement yaitu DP,<,I dan DPD<,I bersama<sama
dengan presiden. Dengan demikian pembentukan undang<undang tersebut
terdapat keunikan karena legislati'e dan eksekuti se&ara bersama<sama
menyusun pembentukan undang<undang.
*enurut +at)ipto ,ahard)o legislator seperti diuraikan tersebut diatas
dianggap sebagai lembaga masyarakat atau lembaga sosial$ karena terdapat
hubungan timbal balik antara DP,<,I$ DPD<,I$ dan Presiden dan masyarakat
yang men)adi lingkungannya. *asyarakat merupakan sumber daya bagi lembaga
sosial pembentuk undang<undang$ tanpa dukungan sumber daya masyarakat maka
lembaga sosial pembentuk undang<undang akan ambruk.
6
+inyalemen dari +at)ipto ,ahard)o bah-a komposisi keanggotaan
legislator sangat mempengaruhi produk hukum yang dihasilkan. +ebagai &ontoh di
negara bagian Amerika +erikat terdiri dari la-yer$ insouran&e$ business
e%e&uti'e$ edu&ation$ labour union$ agri&ulture homemaker@student et&.
+edangkan$ di Indonesia para politisi dalam legislator tidak bisa dianggap
me-akili komponen tersebut diatas karena merupakan -akil partai politik maupun
independen dan birokrat. (leh sebab itu$ di Indonesia ada ke&enderungan lebih
mengutamakan partisan politik disatu pihak dan berikir berdasarkan konigurasi
kepentingan nyata dipihak lain. (ptik sosiologis melihat adanya ke&enderungan
keanggotaan parlemen diisi oleh golongan menengah keatas<menyebabkan produk
hukum berat sebelah. Akibatnya obyektiitas dari semboyan bah-a suatu
undang<undang itu berdiri diatas semua golongan hanya merupakan suatu &ita<
&ita yang tidak akan datang dengan sendirinya$ tetapi harus terus diper)uangkan.
(leh sebab itu$ disarankan oleh +at)ipto ,ahard)o bah-a kompetisi untuk
men)adi anggota parlement -alaupun se&ara terbuka namun )uga terseleksi
sesuai dengan tugas dan ungsi parlemen tersebut. +eleksi bisa dilakukan oleh
partai politik maupun masyarakat pemilih. +ementara ini disinyalir berlaku
postulat 1the ha'es al-ays &ome a head5 atau alih bahasa men)adi asu gede
menang karahe. Aalupun seleksi partai politik dan masyarakat saat ini belum
optimal$ per)uangan anggota parlemen sudah menun)ukan kegairahannya dengan
mengungakap kasus &entury$ maia pa)ak$ serta tidak melindungi aggota yang
terlibat kasus suap. Hanya sa)a analisis se&ara politis belum tentu tersubstitusi
dalam analisis se&ara yuridis. Per)uangan parlemen agar tidak terkorporasi dalam
kepentingan sesaat politik penguasa men)adi agenda utama. Namun$ &atatan
7
parlemen dalam pembentukan undang<undang masih menge&e-akan karena
produk undang<undangnya banyak yang dibatalkan oleh *ahkamah Konstitusi.
+at)ipto ,ahard)o menyatakan bah-a suatu undang<undang harus dibangun
berdasarkan aBas<aBas$ sebagaimana yang termuat dalam undang<undang dasar
adanya aBas kekeluargaan. ABas tersebut men)adi landasan orientasi dalam
pembentukan undang<undang yang merupakan suatu nutrisi atau 'itamin$ sehingga
bagunan undang<undang merupakan bangunan yang erat dengan nilai dan ilosoi.
ABas<aBas itu harus bisa operasional menggerakan akti'itas undang<undang
dalam pelaksanaan gerak di masyarakat.
Undang<undang No. .8 tahun .??/ yang di kenal sebagai 1 Undang<Undang
Lalu Lintas 5 telah memasukan beberapa aBas yaitu 6
a. *anaat$
b. Usaha bersama kekeluargaan$
&. Adil dan merata$
d. Keseimbangan$
e. Kepentingan umum$
. Keterpaduan$
g. Hukum$
h. Per&aya pada diri sendiri.
*enurut +at)ipto ,ahard)o aBas<aBas tersebut untuk kehidupan
mayarakat yang baik$ tetapi bukan khusus untuk berprilaku yang benar dalam
berlalu lintas. Dalam berlalu lintas terdapat komunitas pe)alan kaki$ sepeda$
motor$ mobil$ truk$ bus yang membutuhkan pegangan nilai yang mampu
menyelaraskan pertemuan antara kekuatan<kekuatan tersebut$ sehingga ter&apai
perilaku berlalu lintas yang berkualitas. +at)ipto ,ahard)o menyarankan
beberapa aBas dalam mengatur lalu lintas yaitu 1aBas memperhatikan orang lain5$
8
1aBas memperhatikan orang lain5 atau 1aBas tidak merugikan oran lain5. ABas
tersebut akan memberi nutrisi berprilaku dalam berlalu lintas.
4. Bagaimana pembentukan undang ! undang yang di tin)au dari aspek sosiologis.
+e&ara sosiologis menurut +at)ipto rahard)o$ pembentukan undang<undang
merupakan turunan dari sekalian ke)adian yang berlangsung dalam masyarakat.
Apa yang berlangsung dalam masyarakat$ kemungkinan akan masuk kedalam
agenda pembentukan undang<undang. +ebagai suatu kerangka yang me-adahi dan
menyalurkan proses yang berlangsung di masyarakat. +eperti yang di ungkapkan
sat)ipto rahard)o bah-a pembentukan undang<undang tidak steril dan otonom$
maksudnya pembentukan suatu undang<undang di tempatkan dalam konteks yag
lebih luas sebagai masalah pengaturan kehidupan bermasyarakat. (leh sebab itu
pembentukan undang<undang itu akan menyatu dengan proses sosial yang lebih
besar.
Dipaparkan lebih lan)ut oleh +at)ipto ,ahard)o bah-a proses sosiologis
pembuatan undang<undang dia-ali dengan masalah yang timbul dalam masyarakat$
kemudian di e%pose oleh media masa sehingga masalahnya semakin )elas dan akan
men)adi bahan undang<undang$ termasuk komentar para &endekia-an yang
mempunyai kepekaan sosial dan mampu merumuskan men)adi e%pli&it.
+elain transormasi keinginan masyarakat di muat dalam undang<undang
sebagaimana yang telah diterangkan dimuka$ ase berikutnya adalah
mendiskusikan ormat yuridis. +ebelum measuki ketahapan yuridis maka
persoalan<persoalan sosiologis tersebut akan diu)i dengan pertanyaan<
pertanyaan seputar sosiologis$ soal geograis$ otograis$ dan lain<lain. Dan
kesemuanya menurut +at)ipto ,ahard)o merupakan tuntutan eekti'itas
9
sebagaimana disampaikan ,ous&ou Pound maka sebelum diadakan peran&angan
undang<undang terlebih dahulu dilakukan orientasi$ identiikasi$ sebelum
memasuki ormat yuridis.
Permasalahan pra yuridis akan mun&ul kedalam pertanyaan apakah untuk
mengatur dan meme&ahkan masalah perlu dilakukan dengan membuat undang<
undang= Apakah tidak ada alternati'e lain yang akan memberikan hasil lebih
memuaskan= Dalam hubungan dengan pertanyaan tersebut ide untuk membuat
undang<undang diisi dengan data dilapangan untuk memastikan apakah ........ harus
dibuat.
Pada dasarnya penelitian sosiologis pada tahap pra yuridis adalah
melakukan sur'ey kemasyarakatan yang seksama sebelum pembi&araan yuridis.
Namun dalam praktek pembentuk undang<undang melaksanakan diskusi sosiologis
sesudah ran&angan itu di buat$ sehingga makna dan kegunaan pendekatan
sosiologis dalam pembentukan undang<undang men)adi )auh berkurang.
Pada tahap perumusan se&ara yuridis akan berproses agenda politik
pembahasan bahan undang<undang tersebut. Agenda politik tersebut )uga bisa
menggunakan analisis sosiologgis untuk men)abarkan bahan<bahan pembentukan
undang<undang$ menurut +at)ipto ,ahard)o dalam pembahasan ini akan mun&ul
pembahasan sosiologis berlakunya undang<undang se&ara eekti setelah di
undanngkan. Pergulatan dalam agenda politik sebaiknya tidak hanya mengusung
kepentingan politik sesaat sa)a$ namun eektiitas berlakunya undang<undang
se&ara sosiologis harus terurai dengan &ermat. Hal itu ter&ermin bah-a
pendekatan optik politik dan optik sosiologis tidak akan sama. *enurut +at)ipto
,ahard)o optik politik lebih menekankan kepada pendekatan kepentingan$
sedangkan optik sosiologis lebih menekankan kepada pembahasan empiris
imperakti. Empiris imperakti maksudnya beriat deskripti yang akan
10
di)abarkan men)adi imperati'e atau normati'e. 2epatlah yang dinyatakan 0eremy
Bentham bah-a pembuat undang<undang adalah seri untuk me-u)udkan 1the true
god &omunity5.
Proses yuridis setelah melalui agenda pembahasan politik tersebut diatas
adalah pemberian bentuk$ persetu)uan bersama serta pengundangan suatu
produk undang<undang kedalam Lembaran Negara ,epublik Indonesia dan
tambahan Lembaran Negara ,epublik Indonesia. Dalam praktek proses yuridis
tersebut )uga tak luput dari kepentingan politik.
+inyalemen +at)ipto ,ahard)o bah-a undang<undang itu bisa men&iptakan
ketertiban$ namun )uga bisa menimbulkan ben&ana. Di&ontohkan oleh +aat)ipto
,ahard)o Undang<undang Nomer .8 tahun .??/ tentang Lalu Lintas yang
mengatur banyak aspek se&ara nyaris lengkap$ harus menggunakan banyak
pengaturan yang di)an)ikan. *enurut pengamatannya lalulintas diindonesia
beker)a seperti biasa dengan bus tua$ pan)ang )alan tidak memadai$ penumpang
bergelantungan$ berhenti semaunya$ dengan seribu satu pelanggaran setiap hari.
Undang<undang Nomer .8 tahun .??/ telah di &abut dengan Undang<undang
Nomer // tahun /CC? untuk di perbaiki namun kenyataannya masih tetap sama
prilaku masyarakatnya dan kegiatan transportasi masih tetap ber)alan terus.
+iapa yang akan di salahkan$ apakah undang<undangnya salah mengatur
terlalu ma)u= Apakah polisinya yang salah= *ungkin masyarakatnya yang salah=
Pertanyaan itu selalu mengemuka manakala kita membi&arakan tentang
tranportasi. *enurut +atipto ,ahard)o undang<undang memiliki dinamikanya
sendiri yang bisa dibayangkan dan diantisipasi pembuatnya sendiri. Ia men)adi
seperti itu karena se)ak 1Dilepaskan5 kemasyarakat$ yang bermain bukan lagi
pembuat undang<undang tetapi interaksi antara undang<undang dengan kondisi
nyata yang tersedia dan kekuatan<kekuatan dalam masyarakat. Hal ini hendaknya
11
men)adi perhatian komponen bagsa apabila menyusun bahan undang<undang harus
terlebih dahulu mengetahui kondisional masyarakatnya.
D. Bagaimana peran DP, dan Pemerintah selaku pembentuk ,UU dalam upaya
pembentukkan Undang<undang di Indonesia.
+ebagaimana diketahui bah-a )umlah program legislasi yang dia)ukan$ setiap
tahun terus bertambah$ padahal oleh Baleg dan Pemerintah telah ditetapkan
sebanyak /D8 ,UU dalam Program Legislasi Nasional /CC9</CC?. 2ernyata$
perkembangan hukum dan kebutuhan hukum masyarakat berubah sesuai dengan
perkembangan Baman itu sendiri. Pasal .; ayat "7# Undang<Undang Nomor .C 2ahun
/CC8 tentang Pembentukan Peraturan Perundang<undangan "UU P7# menentukan
bah-a 1Dalam keadaan tertentu$ De-an Per-akilan ,akyat atau Presiden dapat
menga)ukan ran&angan undang<undang di luar Program Legislasi Nasional
"Prolegnas#.5 Ketentuan ini kemudian digunakan oleh DP,<,I dan Pemerintah untuk
mengembangkan keinginannya mengatur sesuatu dalam undang<undang di luar
Prolegnas. Dari keinginan tersebut$ ternyata memba-a dampak yang sangat luas
terhadap pen&apaian atau target yang semula telah disepakati yang berakibat
terbengkalainya Prolegnas itu sendiri.
Departemen Hukum dan HA*$ yang me-akili Pemerintah dalam penyusunan
Prolegnas$ selalu menghadapi persoalan karena tidak dapat melarang atau membatasi
prakarsa departemen@LPND dalam menga)ukan usulan prolegnas baru$ apalagi )ika
program yang diusulkan tersebut benar<benar penting dan perlu untuk melaksanakan
penyelenggaraan negara dan kepemerintahan$ misalnya$ penyelenggaraan pemilu dan
12
parpol serta keinginan untuk mengubah pengaturan mengenai *ahkamah Konstitusi$
Komisi Eudisial$ dan *ahkamah Agung.
Posisi ta-ar terhadap penga)uan prolegnas baru merupakan salah satu
persoalan tersendiri karena ternyata DP,<,I$ melalui Balegnya$ )uga menga)ukan
usulan prolegnas baru di luar yang /D8 ,UU tersebut. Dengan demikian$ makna
Prolegnas /CC9</CC? sebagai a&uan instrumen peren&anaan yang terpadu dan
sistematis belum sepenuhnya mengikat. 0ika Pasal .; ayat "7# tersebut dibiarkan
berkembang dan tanpa kendali$ maka yang ter)adi adalah mun&ulnya inlasi )umlah
,UU yang berakibat 1lebih besar dari pasak5$ terkait dengan kemampuan DP,<,I
dan Pemerintah untuk menyelesaikan program tersebut. Pemerintah pada dasarnya
menunggu diundang untuk membahas suatu ,UU karena konsekuensi dari pergeseran
kekuasaan pembentukan undang<undang berdasarkan UUD .?89 dan UU P7. 0adi$
kemampuan DP,<,I lebih dipertaruhkan untuk menyelesaikan ,UU$ dibandingkan
dengan Pemerintah.
Peran legislati sebagai poros utama pembentukan undang<undang sering kali
terabaikan karena banyaknya peker)aan di luar pembentukan ,UU yang harus
diemban oleh anggota de-an$ misalnya$ peker)aan<peker)aan melakukan it and
proper test untuk )abatan pemerintahan tertentu dan raker<raker lain di luar
pembentukan ran&angan undang<undang.
13
BAB III
PENU2UP
A. Kesimpulan
Eang penting untuk dipahami oleh pembentuk peraturan perundang<undangan
adalah mengenai materi muatan peraturan. *ateri muatan terkait erat dengan )enis
peraturan perundang<undangan dan terkait dengan pendelegasian pengaturan. +elain
terkait dengan )enis dan delegasian$ materi muatan terkait dengan &ara
merumuskan norma. Perumusan norma peraturan harus ditu)ukan langsung kepada
pengaturan lingkup bidang tugas masing<masing yang berasal dari delegasian dari
peraturan perundang<undangan yang lebih tinggi tingkatannya dan tetap pula
memperhatikan peraturan perundang<undangan lainnya yang lebih tinggi
tingkatannya atau sedera)at.
+uatu undang<undang harus dibangun berdasarkan aBas<aBas sebagaimana
yang termuat dalam undang<undang dasar adanya aBas kekeluargaan. ABas tersebut
14
men)adi landasan orientasi dalam pembentukan undang<undang yang merupakan
suatu nutrisi atau 'itamin$ sehingga bagunan undang<undang merupakan bangunan
yang erat dengan nilai dan ilosoi. ABas<aBas itu harus bisa operasional
menggerakan akti'itas undang<undang dalam pelaksanaan gerak di masyarakat.
DA>2A, PU+2AKA
Atmasasmita$ ,omli$ *oral dan Etika Pembangunan Hukum Nasional6 ,eorientasi
Politik Perundang<undangan$ *akalah disampaikan dalam +eminar Pembangunan
Hukum Nasional FIII di Bali$ .8<.D 0uli /CC7
Kusumaatmad)a$ *o&htar$ Konsep<Konsep Hukum dalam Pembangunan$ Kumpulan
Karya 2ulis$ Alumni$ Bandung$ /CC/
*.D.$ *ahud$ Politik Hukum di Indonesia$ 0akarta6 P2. ,a)a 3raindo Persada$
/CC?.
,ahard)o$ +at)ipto$ *anaat 2elaah +osial 2erhadap Hukum$ Pidato Pengukuran
3uru Besar$ >H UNDIP$ .?DC.
,ahard)o$ +at)ipto$ +isi Lain Hukum Indonesia. Kompas$ 0akarta$ /CC:.
,ahard)o$ +at)ipto$ *embedah Hukum Progesi$ Kompas$ 0akarta$ /CCD.
,ahard)o$ +at)ipto$ +osiologi Hukum$ Perkembangan$ *etode dan Pilihan *asalah$
3enta Publising$ +emarang$ /C.C.
Bentham$ 0eremy$ 2heory o Legislation$ ter)emahan$ Bina Aksera$ .?;9.
Pound$ ,os&oe$ Pengantar >ilsaah Hukum$ Bina aksera$ 0akarta$ /CC/.
15
16

Anda mungkin juga menyukai