Anda di halaman 1dari 8

Nama: Mega Nur Purbo Sejati

NIM: 072011101066

ERCP

ERCP adalah singkatan Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography yang
merupakan satu cara untuk melihat, mengevaluasi, dan melakukan upaya-upaya pengobatan
bagi penyakit atau kelainan di saluran empedu dan saluran pankreas. Tindakan ini
menggunakan alat endoskopi (tepatnya duodenoskopi) yang fleksibel dan dilengkapi dengan
kamera serta sinar lampu.

Pada tindakan ini, alat duodenoskopi dimasukkan melalui mulut, menyusuri
kerongkongan, lambung, dan masuk ke duodenum di mana terdapat mulut saluran empedu.
Melalui mulut saluran empedu itu, dimasukkan alat-alat kecil yang harus dilihat dengan
sinar-X sehingga diperlukan pula alat sinar-X yang mampu bertahan lama sepanjang tindakan
ini dilakukan. Cholangio Pancreatography berarti gambar sinar-X dari saluran empedu dan
pankreas. Saluran empedu dan pankreas ini tidak dapat terlihat dengan alat sinar-X biasa.
Tetapi dengan dimasukkannya zat ERCP yang tidak tembus sinar-X (yang dimasukkan ke
saluran tersebut lewat selang kecil melalui alat duodenoskopi tersebut), maka saluran-saluran
ini dapat terlihat dengan baik karena kontras dengan sekelilingnya yang dapat ditembus oleh
sinar-X.
Biasanya, tindakan ERCP dilakukan untuk maksud pengobatan kelainan-kelainan di
saluran empedu dan pankreas, seperti adanya sumbatan di saluran tersebut baik oleh batu
maupun oleh penyempitan saluran empedu, adanya kanker atau tumor di saluran tersebut,
atau untuk mengatasi infeksi pada saluran tersebut. Apabila diperlukan, dapat pula dipasang
saluran dari metal untuk menjaga terbukanya saluran empedu.
Tindakan ini sangat bermanfaat untuk melakukan pengobatan seperti tersebut di atas
dan sedikit banyak mempunyai keunggulan dibandingkan apabila tindakan tersebut harus
Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066
dilakukan dengan cara operasi. Hal ini karena tindakan ERCP tidak terlalu invasif
dibandingkan dengan teknik operasi. Namun, seperti halnya semua tindakan-tindakan medis,
ERCP juga tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya beberapa komplikasi.

Persiapan
Risiko yang bisa terjadi adalah perdarahan, robekan pada usus akibat dilebarkannya saluran
empedu dalam upaya mengeluarkan batu saluran empedu, atau radang pada pankreas akibat
terangsangnya saluran pankreas yang ujungnya sering menyatu dengan saluran empedu.
Kemungkinan risiko ini dapat terjadi sekitar 35% yang lebih kecil dibandingkan dengan
risiko operasi. Mengingat kemungkinan terjadinya risiko tersebut, maka persiapan pasien
perlu dilakukan agar dapat memperkecil kemungkinan komplikasi. Pemeriksaan darah dan
fungsi pembekuan darah biasanya diperiksa sebelumnya sehingga dapat diatasi gangguan-
gangguan tersebut apabila ditemukan. Kadang-kadang, diperlukan pula pemeriksaan sinar-X
jantung dan paru-paru serta sadapan listrik jantung (EKG). Jika menggunakan obat-obat
pengencer darah, harus dilaporkan agar mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan.
Beberapa jam sebelum tindakan (68 jam), pasien harus dipuasakan agar saluran pencernaan
atas dapat terlihat dengan baik dan mengurangi kemungkinan tersedak jika pasien muntah
saat dilakukan tindakan.

Pasca-tindakan
Tindakan ini dapat saja hanya dilakukan pemberian obat kebal pada tenggorokan. Tetapi
karena posisi dan tindakannya yang relatif lama, maka sebaiknya diberikan obat tidur secara
umum sehingga lebih nyaman untuk pasien. Selama tindakan dilakukan, para tenaga medis
akan menjaga saluran napas dan mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi akibat
pasien yang tertidur. Lamanya tindakan bergantung dari tingkat kesulitan yang ditemukan
saat dilakukan tindakan ini dan jenis tindakan yang dilakukan sehingga dapat berlangsung
hanya beberapa puluh menit sampai 12 jam. Pasca-tindakan ERCP pasien biasanya kembali
ke ruang rawat untuk observasi. Selama 24 jam pasca ERCP, pasien harus dalam pengawasan
dan juga diberikan diet khusus yang bertujuan untuk mengurangi rangsangan pada pankreas
dan mengurangi kemungkinan perdarahan. Biasanya pasien merasakan rasa tidak nyaman
pada tenggorokan yang semakin lama semakin membaik dalam 1-2 hari. Kadang-kadang
pasien merasakan adanya nyeri ringan sampai sedang pada perut yang normalnya akan
berkurang. Apabila nyeri menetap beberapa jam setelah tindakan atau bahkan bertambah
berat, perlu dikaji kemungkinan adanya komplikasi. Kadang-kadang perdarahan saluran
Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066
cerna baru terjadi setelah tiga hari pasca dilakukannya tindakan. Tindakan ERCP mampu
memberikan pengobatan pada saluran empedu dan pankreas secara efektif dan dengan cara
yang kurang invasif dibandingkan operasi. Namun karena adanya risiko yang relatif kecil,
maka tindakan ini perlu dimengerti dan dijelaskan dengan baik dan dipertimbangkan
bijaksana.

Daftar Pustaka
1. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. 2005. ASGE Guideline: The Role
of ERCP in Diseases of the Biliary Tract and The Pancreas. Gastrointestinal
Endoscopy Volume 62, No. 1 : 2005. [online]
http://www.asge.org/assets/0/71542/71544/123465e3317a42b4a8e4c826ae1b213d.pdf
2. Hawes, Robert H. 2002. Diagnostic and Therapeutic Uses Of ERCP in Pancreatic and
Biliary Tract Malignancies. Gastrointestinal Endoscopy Volume 56, No. 6 (Suppl),
2002 Charleston, South Carolina. [online] http://www.giconsultants.com/wp-
content/uploads/2011/09/pancreato-biliary-cancers-ercp.pdf



















Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066

MRCP

PENGERTIAN
Magnetic Resonansi Cholangiopancreatografi (MRCP) merupakan pemeriksaan
untuk memperlihatkan sistem billiaris dan pankreas. Sebelum ada MRI untuk
memperlihatkan kelainan-kelainan yang terdapat dalam sistem billiaris dan pancreas tersebut
menggunakan USG, Radiografi konvensional (Pemeriksaan Cholecystografi) dan CT Scan.
Dengan adanya modalitas MRI 1,5 tesla maka modalitas inilah yang paling baik untuk
memperlihatkan sistem billiaris dan pancreas.
MRCP adalah Magnetic Resonance cholangiopancreatography (pemeriksaan
kandung empedu dan saluran-salurannya dengan menggunakan medan magnet). Radiologist
mengemukakan mengenai indikasi, metode, dan keunggulan MRCP dan MRI liver sebagai
alternatif pemeriksaan untuk penderita dengan kelainan di bidang gastroenterologi dan
hepatologi. Disebutkan bahwa indikasi pemeriksaan ini antara lain adalah lesi fokal dan
staging neoplasma, benign hepatic disease, hemangioma, hemocromatosis, kelainan gall
bladder dan pankreas.
Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu 2 D breath hold dan 3 D breath hold. Pemeriksaan
dengan metode 3 D breath hold mempunyai hasil yang lebih bagus. Pemeriksaan ini
memerlukan waktu yang agak lama (4 menit) dan perlu kerjasama yang baik dari penderita.
Hal ini disebabkan oleh karena kadang-kadang penderita harus di scan dalam beberapa posisi
penderita untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
Apabila dibandingkan dengan ERCP, pemeriksaan ini mempunyai keunggulan lebih
convinient untuk penderita (karena tidak invasif) serta tidak memerlukan kontras. Untuk
mendeteksi kelainan pada jaringan lunak pemeriksaan ini lebih baik daripada CT scan.
Batu gall bladder akan tampak sebagai defek hitam, dan cairan empedu tampak
berwarna putih karena cairan empedu relatif tidak bergerak, sedangkan cairan yang bergerak
(misalnya pembuluh darah) akan tampak berwarna hitam. Pemeriksaan ini dapat
membedakan arteri dan vena. Gambaran hemocromatosis, mirip dengan gambaran pada
cerebral bleeding, yakni berwarna putih (sekali) oleh karena hemocromatosis mengandung
logam.
Pada akhir presentasi disimpulkan bahwa MRCP merupakan pemeriksaan alternatif
yang lebih convinient untuk penderita.
Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066
MRCP dikerjakan dengan syarat pasien puasa 8 jam untuk mengahasilkan gambaran
kandung empedu yang baik.
ada 2 teknik :
1. Breath hold
2. Trigger

Breath hold
Tujuannya untuk menghindari gambaran kabur dari pergerakan organ.Nah kita tahu bahwa
manusia itu bernapas sehingga ada pergerakan rongga dada dan organ2 dalam cavum
abdomen.untuk itu teknik ini di gunakan, biasanya untuk pasien yang kooperatif.Pasien yang
kooperatif bisa mengatur inspirasi dan ekspirasi saat di instruksikan oleh radiografer, scaning
berlangsungsaat pasien tahan napas. Teknik ini menggunkan respiratory gatting yang di
letakkan di atas perut
Trigger
Trigger di gunakan pada pasien2 yang tidak kooperatif dan pasien anak2.Dalam teknik ini
scaning berlangsung saat fase antara inspirasi dan ekspirasi berlangsung ada jeda beberapa
detik, itulah saat scaning.
BFFE dibuat pada irisan axial dan coronal dengan teknik breath hold memberikan gambaran
kandung empedu dengan detail.Sedangkan untuk mengetahui gambaran fat ( lemak )
diperlukan teknik khusus yang disebut sebagai T2W_ FS baik axial maupun coronal.Protokol
ini memberikan gambaran yang jelas antara jaringan lunak, lemak dan cairan sehingga
berbatas tegas.Pemeilihan recon slice juga harus di perhatikan agar mendapatkan gambaran
yang bagus.Untuk kasus-kasus tertentu kita juga memerlukan protokol T1W_FS, batu
kandung empedu sangat jelas didapatkan pada teknik ini.
Pasien-pasien yang tidak kooperatif harus di konsulkan anastesi untuk di beri obat tidur atau
semacam injeksi selama proses pemeriksaan.
Khusus pasien dengan anatesi kita tidak bisa menggunakan teknik breath hold sehingga
teknik trigger lah yang berperan.Karena proses pernafasan pada pasien dengan anastesi
biasanya lebih stabil maka teknik trigger ini bisa mendapatkan hasil gambar yang sangat baik.

TUJUAN PEMERIKSAAN MRCP
Pada dasarnya MRCP adalah pencitraan kandung empedu dan ductus biliaris baik
intra maupun ektra hepatis serta ductus pancreaticus. Teknik yang digunakan yaitu teknik
heavy T2W (TR 4000, TE 801) untuk mendapatkan gambar traktus biliaris tanpa
Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066
memasukkan cairan kontras. Pada teknik ini cairan akan tampak lebih putih karena cairan
menghasilkan sinyal yang lebih tinggi dibandingkan jaringan lunak sekitar yang tampak lebih
gelap karena sinyal yang dihasilkan lebih rendah.
Untuk memperlihatkan organ-organ di abdomen atas juga dibuat sequence yang lain
yaitu Axial T1W, Axial T1 fat sat, Axial T2 fat sat, Coronal T2 fat sat Triphase 3D , Axial
T1 fat sat dan Coronal T1 fat sat post kontras.

PROSEDUR PEMERIKSAAN MRCP
Indikasi pemeriksaan
Kontra indikasi
Persiapan pasien
Teknik pemeriksaan


INDIKASI PEMERIKSAAN MRCP
Choledocholitiasis
Cholelithiasis
Pancreatitis
Tumor Pancreas
Cholangitis
Tumor CBD
Striktur CBD

KONTRA INDIKASI
Pasien dengan elektrik, magnetik, atau mekanik inplant aktif (seperti cardiac pace
maker) karena medan elektromagnet atau medan magnet akan mempengaruhi kerja
alat tersebut
Pasien dengan klip aneurysma intracranial

PERSIAPAN PASIEN
Puasa minimal 4 Jam sebelum pemeriksaan
Mengisi screning form
Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066
Menjelaskan kepada pasien kepada pasien tentang proses pemeriksaan dan hal-hal
yang harus dilakukan pasien pada saat pemeriksaan.

TEKNIK PEMERIKSAAN
Persiapan alat dan bahan
a) Spuit 50 CC, 20 CC, 10 CC
b) Tree way stoper
c) Extension tube
d) Abbocath 20
e) Na Cl 100 CC
f) Contrast Gadolinium

PEMILIHAN COIL
a) TORSO PA
b) BODY COIL

PEMILIHAN SEQUENCE
a) Pre Contrast
Coronal Localizer
Axial T1 SPGR
Axial T1 Fat Sat
Axial T2 FSE FS
Coronal T2 FSE FS
MRCP Thick Slice
b) POST CONTRAS
Triphase 3D
Axial T1 Fat Sat
Coronal T1 Fat Sat


PANDUAN MELIHAT GAMBAR PADA MRCP
T1 WEIGHTING
- Gambaran Tulang Hitam
Nama: Mega Nur Purbo Sejati
NIM: 072011101066
- Udara Hitam
- Fat Putih
- Air - Hitam
T2 WEIGHTING
- Gambaran Tulang Hitam
- Udara Hitam
- Fat Putih
- Air - Putih

PATHOLOGICAL PROCES
Kandungan air meningkat pada daerah patologis, dan akan tampak hiperintense pada
T2
Pemeriksaan dengan kontras media T1, akan memperjelas gambaran patologis, akan
tampak hiperintense pada gambaran post kontras

CORONAL LOCALIZER
Coronal localizer dibuat untuk menentukan batas pengambilan gambar untuk
sequence axial, batas atas puncak diafragma batas bawahnya sampai habis hepar.

Daftar Pustaka
1. Maccion, Martinelli, Al Ansari, Kagarmanova, De Marco, Zippi, Marini. 2010.
Magnetic Resonance Cholangiography: Past, Present and Future: A Review.
European Review for Medical and Pharmacological Sciences 2010; 14: 721-725. [on
line] http://www.europeanreview.org/wp/wp-content/uploads/808.pdf
2. Mandarano. G & Sim. J. 2008. The Diagnostic MRCP Examination: Overcoming
Technical Challenges to Ensure Clinical Success. Biomed Imaging Interv J 2008;
4(2):e28. http://www.biij.org/2008/4/e28/e28.pdf

Anda mungkin juga menyukai