Anda di halaman 1dari 36

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Diabetes Melitus
II.I.1. Definisi
a. Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar gula dalam darah atau
hiperglikemia (Brunner & Suddart, 2002 : 1220),
b. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Soegondo, 2009).
c. Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
( ADA, 2005).
d. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita
diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan
pada tes sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari
bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam.

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
diabetes melitus tipe II adalah suatu penyakit kronis yang
disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin
atau memproduksi insulin. Seseorang dikatakan menderita
diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan
pada tes sewaktu >200 mg/dL.


10

II.I.2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi
(2007 :70) antara lain :
a. Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen)
spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung
ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi
karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubh) yang kemudian
merusak pulau Langerhans di pankreas. Kelainan berdampak pada
penurunan fungsi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM
Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat
hiperglikemik selama stres.
c. Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
hiperglikemik terjadi karena penyakit lain : penyakit pankreas,
hormonal, alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor
insulin, sindrom genetik tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal
atau tetap tidak berubah.
e. Gestational Diabetes Melitus ( GDM )
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta
persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal.
Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin
11

sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi.
Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi
aktivitas insulin.

II.I.3. Etiologi
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes melitus tipe II menurut Guyton & Hall (2002),
yaitu:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga

II.I.4. Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe II

Menurut ehsa (2010) faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Riwayat keluarga diabetes
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus
orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus
mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit
tersebut.
b. Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes melitus tipe II lebih besar pada hispanik, kulit
hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia



12

c. Riwayat diabetes pada kehamilan
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi
lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko diabetes melitus
tipe II.

2. Faktor resiko yang dapat diubah
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun
b. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes
melitus tipe II, hal ini pankreas mempunyai kapasitas
disebabkan jumlah/kadar insulin oleh sel maksimum untuk
disekresikan. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan secara
berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam
jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah
meningkat dan menyebabkan diabetes melitus
c. Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olah raga tidak teratur merupakan salah
satu gaya hidup di jaman sekarang yang dapat memicu
terjadinya diabetes melitus tipe II
d. Obesitas
Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks massa tubuh
(BMI) lebih besar dari 25. HDL (baik kadar kolesterol) di
bawah 35 mg/dl dan / atau tingkat trigliserida lebih dari 250
mg/dL dapat meningkatkan resiko diabetes melitus tipe II
e. Hipertensi
Tekanan darah > 140/90 mmHg dapat menimbulkan resiko
diabetes melitus tipe II
f. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
g. Penyakit dan infeksi pada pankreas
13

h. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak
darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara
kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl)
sering didapat pada pasien diabetes.

II.I.5. Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan
sekresis insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambila glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi diabetes melitus tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekrsi
insulin yang merupakan ciri khas diabetes melitus tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu, ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II.



14


Glukosa
(Produksi Glukosa Meningkat)


Sekresi berkurang
Genetik

Resistensi Insulin Hipersulinemia
Resistensi Insulin Terkompensasi ( Normal atau TGT )
Di dapat Genetik Di dapat
-Toksisitas glukosa
- Asam lemak, dll
Kelelahan sel Beta
DM Tipe 2
- Resistensi insulin
- Produksi glukosa hati
- Sekresi insulin kurang
Skema 2.1 : Patofisiologi Diabetes Melitus






HATI SEL
PANKREAS
15

Gambar 2.1: anatomi pankreas




Gambar 2.2: pembentukkan insulin normal dan penurunan





16

II.I.6. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus
menurut Riyadi (2007 : 80 ) yaitu :
a. Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat
besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi
ke plasma yang hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.
d. Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit : gatal gatal , bisul
Kelaianan kulit berupa gatal gatal, biasanya terjadi didaerah
ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara.
Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
g. Kelaianan ginekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan
mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang
berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan
terutama perfifer mengalami kerusakan.
17

i. Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak
dapat berlangsung secara optimal.
j. Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari
protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes
melitus bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan
energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian
jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang
sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes melitus.
k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi hormon
seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang berperan.
l. Mata kabur
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada
korpus vitreum.

II.I.7. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetik
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias, terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin
absolut atau insulin relatif.
2) Hipoglikemi
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah. Biasanya
disebabkan peningkatan kadar insulin yang kurang tepat atau
asupan karbohidrat kurang.


18

3) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolik pada pasien diabetes
tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,
tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.

b. Komplikasi kronis
1) Mikroangiopati
a) Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan
pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati
diabetikum : lamanya menderita diabetes, umur penderita,
kontrol gula darah, faktor sistematik (hipertensi,
kehamilan).
b) Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya
kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan
adanya kerusakan pada glomerulus. Nefropati diabetikum
merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
c) Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya
reflex. Selain itu juga bisa terjadi poliradikulopati
diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang ditandai
dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf dan dapat
disertai dengan kelemahan motorik, biasanya dalam waktu
6-12 bulan.

2) Makroangiopati
a) Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai
bentuk dislipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan
kadar HDL. Pada DM sendiri tidak meningkatkan kadar
LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM tipe II sangat
bersifat atherogeni karena mudah mengalami glikalisasi dan
oksidasi.
b) Kaki Diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki
19

diabetes melitus :
(1) Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
(2) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
(3) Infeksi
(4) Perubahan biomekanika kaki

II.I.8. Penatalaksanaan

Tujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik
pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien.
Menurut Brunner dan Suddart (2002 : 1227 ), ada empat komponen
dalam pelaksanaan diabetes.

a. Diet dan pengendalian berat badan
merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan
nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut ini :

1) Memberikan semua insur makanan essensial (misalnya,
vitamin, mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

20

Standar yang dianjurkan makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi
baik sebagai berikut :
Karbohidrat : 60 70 %
Protein : 10 15 %
Lemak : 20 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan idaman.
Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu
mengendalikan kadar glukosa darah, upaya untuk mempertahankan
konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-
jam makan yang berbeda-beda merupakan hal penting. Disamping itu,
konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi
camilan (jika diperlukan), akan membantu mencegah reaksi
hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah. Bagi
pasien-pasien obesitas, khususnya pasien diabetes tipe II, penurunan
berat badan merupakan kunci dalam penanganan diabetes.

b. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi
resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
juga diperbaiki dengan berolahraga.
Penderita diabetes harus di ajarkan untuk selalu melakukan latihan
pada saat yang sama (sebaiknya ketika kadar glukosa darah
mencapai puncaknya) dan intensitas yang sama setiap harinya.
Latihan yang dilakukan setiap hari secara teratur lebih dianjurkan
daripada latihan sporadik.
21

c. Edukasi

Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan
partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat.
Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup. Keberhasilan
dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan edukasi,
pengembangan keterampilan (skill), dan motivasi yang berkenaan
dengan :
1) Makan makanan sehat
2) Kegiatan jasmani secara teratur
3) Menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada
waktu-waktu yang spesifik
4) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan
memanfaatkan berbagai informasi yang ada.
5) Melakukan perawatan kaki secara berkala
6) Mengelola diabetes dengan tepat
7) Mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan
keterampilan
8) Dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan
perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama
dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian,
perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.

d. Terapi Farmakologis (jika diperlukan)

Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet
dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
22

Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe II yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet/ dengan diet dan
obat kadang membutuhkan insulin secara temporer selama
mengalami sakit, infeksi, kehamilan pembedahan atau beberapa
kejadian stres lainnya.

II.2. Gula Darah
II.2.1. Definisi
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang
mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi
gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah di akses tanggal 20
maret 2011).
Menurut kamus kedokteran Dorland (2002) gula darah
adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama
organisme hidup yang kegunaannya dikontol oleh insulin.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70150 mg/dl). Tingkat
ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level
terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
Diabates melitus adalah penyakit yang paling menonjol
yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan kadar gula darah,
selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya,
seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya
tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.





23

Gambar 2.3 : Struktur & molekul glukosa




Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Glukosa diakses tanggal 20 Maret 2011)


II.2.2. Mekanisme Pengaturan Gula Darah

Tingkat Gula darah diatur melalui umpan balik negatif
untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level
glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan
glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever ( hati).
Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa
(proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke
dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.








24

Grafik : Fluktuasi gula darah (merah), dan penurunan gula hormon
insulin (biru) pada manusia sepanjang hari dengan makan tiga kali.



Sumber : (http://en.wikipedia.org/wiki/Blood_sugar diakses
tanggal 20 Maret 2011).

Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan
glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain
dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas.
Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih
banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis,
yang mengurangi level gula darah.
Diabetes melitus tipe I disebabkan oleh tidak cukup atau tidak
dihasilkannya insulin, sementara tipe II disebabkan oleh respon yang
tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan (resistensi insulin).
Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyak glukosa yang
terdapat di dalam darah.




25

Tabel 2.1 : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
metode enzimatik sebagai paatokan penyaring dan diagnosis DM

Kadar glukosa darah
(mg/dl)

Bukan DM

Belum pasti
DM

DM

Kadar glukosa darah
sewaktu :
Plasma vena
Darah kapiler



<110
<90



110 199
90 199



>200
>200

Kadar glukosa darah
puasa:
Plasma vena
Darah kapiler




<110
<90



110 125
90 109




>126
>126

Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus diakses
tanggal 20 Maret 2011)

Panduan Federasi Diabetes Internsional (IDF) tentang
pengelolaan gula darah sesudah makan merekomendasi pasien diabetes
untuk menjaga kadar gulanya tidak lebih dari 140 mg/dL pada dua jam
sesudah makan. Patokan ini dipublikasi pertama kali pada September
2007 di Amsterdam, Belanda. Panduan IDF ini menekankan pentingnya
menjaga gula darah sesudah makan agar terhindari dari resiko komplikasi
diabetes. Triyono,Heru.(2009).Tempo Interaktif
Kesehatan.http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/07/21/brk,
20090721188151,id.html diakses tanggal 20 Maret 2011).
Menurut Em Yunir ( 2007 : 117 ), kadar glukosa darah prepardial
90 130 mg/ dL, kadar glukosa darah postpradial : < 180 mg/ dL.

26

II.2.3. Pengaruh Langsung Dari Masalah Gula Darah

Bila level gula darah menurun terlalu rendah,
berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia.
Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu
makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia
dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan
diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.

II.2.4. Cara Mengontrol Kadar Gula Darah
Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara yakni
menjaga berat badan idela, diet makanan seimbang dan melakukan
olah raga/ latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga
cara tersebut sering kali kurang memadai lagi. Kadar gula darah
mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada keadaan yang seperti
inilah baru diperlukan obat anti diabetes (OAD). Jadi, pada
dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan olahraga
gula dara belum terkontrol dengan baik.

Tabel 2.2 : Kriteria Pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa ( mg/ dL )
Glukosa darah 2 jam ( mg/ dL )
Glukosa sewaktu
A1C
Kolesterol total ( mg/ dL )
Kolesterol LDL ( mg/dL )
Kolesterol HDL ( mg/dL )
Trigliserida ( mg/dL )
80 109
110 144
80 144
< 6,5
< 200
< 100
>45
< 150
110 125
145 179
145 179
6,5 8
200 239
100 129

150 199
126
180
180
>8
240
130

200
27

IMT ( kg / m2 )
Tekanan darah ( mmHg )
18,5 22,9
< 130/80

23 25
130 140/80 - 90
>25
>140/90
( Sumber : Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe II
Perkeni di Indonesia : 2006 )

II.3. Senam Diabetes

II.2.1. Pengertian
Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan rithmis
gerakan menyenangkan tidak membosankan dan dapat diikuti semua
kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-
klub diabetes. (Hans Tandra, 2007).
Pada waktu latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan
sirkulasi darah serta pernafasan diaktifkan. Oleh sebab itu
metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam
basa harus menyesuaikan diri. Otot otot akan menggunakan asam
lemak bebas dan glukosa yang berasal dari glikogen di otot otot
pada waktu latihan jasmani mulai dipakai sebagai sumber tenaga.
Apabila latihan jasmani terus ditingkatkan maka sumber tenaga dan
glikogen otot berkurang, selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa
darah dan asam lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi olahraga
makin meningkat pula pemakaian glukosa yang berasal dari cadangan
glikogen hepar. Apabila porsi latihan ditingkatkan lagi, maka sumber
tenaga terutama berasal dari asam lemak bebas dan lipolisis jaringan
lemak.
Pada saat latihan jasmani ringan, pemakaian asam lemak bebas
dan glukosa tidak tergantung insulin, apabila olahraga ditingkatkan
menjadi berintensitas sedang maka insulin akan menurun dan
adrenalin akan meningkat. Selanjutnya bila latihan jasmani dalam
intensitas yang lebih berat maka non adrenalin akan meningkat dan
28

menghambat sekresi insulin dan bersamaan dengan itu terjadi
peningkatan glukagon.
Perubahan perubahan metabolik dan system hormonal selama
latihan tersebut adalah reaksi fisiologis tubuh untuk penyediaan energi
yang dibutuhkan oleh otot otot, glukosa dan asam lemak bebas dan
penyesuaian sistem kardiovaskuler serta system respirasi.

II.2.2. Manfaat Olahraga Bagi Diabetes Melitus

Olahraga secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan DM, akan
tetapi tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan program
penatalaksanaan DM, yaitu diet, olahraga, obat obatan oral atau
insulin, penyuluhan. Apabila keempat prosedur terapi tersebut
dijalankan, maka hasil optimal regulasi DM akan tercapai. Adapun
manfaat olahraga pada DM adalah :
a. Mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe II yang mengikuti
olahraga teratur maka monitor gula darah HbA1C mengalami
perbaikan. Glukosa darah di bakar menjadi energi sehingga, sel
sel energi menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah
lebih baik dan resiko terjadinya diabetes tipe II akan turun sampai
50 % . keuntungan lain dari olahraga adalaha bertambahnya massa
otot. Biasanya 70 90 % glukosa darah diserap oleh otot, pada
orang yang kurang bergerak massa otot berkurang dan gula
darahpun akan meningkat.
b. Menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit
kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM, olah raga
dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, menurun
kolesterol total. LDL trigliserida dan menaikan HDL kolesterol
serta memperbaiki system hemostatik, sirkulasi dan tekanan darah.
Kondisi tersebut dapat menghambat terjadinya aterosklerosis dan
penyakit penyakit vaskuler yang berbahaya seperti penyakit
jantung koroner (PJK), stroke, penyakit pembuluh darah perifer.
29

Dengan olahraga yang teratur ternyata penderita DM yang telah
terserang penyakit jantung koroner tingkat kesegaran jasmaninya
dapat tetap terjaga dengan baik.
c. Menurunkan berat badan, pengaturan olahraga secara optimal dan
diet DM pada penderita kegemukan (obesitas) dapat menurunkan
berat badan. Penurunan berat badan menguntungkan dalam
regulasi DMTD obese, yaitu memperbaiki insulin resisten,
mengontrol gula darah dan memperbaiki resiko PJK.
d. Memperbaiki gejala gejala musculoskeletal otot, tulang, sendi
yaitu dengan gejala gejala neuropati perifer dan osteoartrosis,
seperti kesemutan, gatal gatal, linu linu.
e. Memberikan keuntungan psikologis, olahraga yang teratur juga
dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasmani, karena memperbaiki
sistem kardiovaskuler, respirasi, pendontrolan gula darah sehingga
penderita merasa fit. Mengurangi rasa cemas terhadap penyakitnya,
timbul rasa senang dan lebih percaya diri serta pada akhirya
kualitas hidupnya meningkat meskipun dia menderita penyakit
menahun.
f. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang orang
dengan riwayat keluarga DMTD dan diabetes kehamilan atau
predicable test.

Keadaan yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya hal
hal yang tidak diinginkan akibat olahraga. Ada beberapa hal yang
perlu dijelaskan kepada penderita dalam penyuluhan penyuluhan.
a. Berhubungan dengan metabolisme :
1) Gula darah malah meninggi dan adanya ketosis
2) Terjadinya hipoglikemia pada penderita yang mendapat
suntikan insulin atau minum obat oral anti diabetes atau
obat eriposlikemi koral ( OHO ) berdasarkan pengalaman di
klub olahraga PERSADIA, penderita dengan kadar gula
30

darah puasa 140 200 mg/dL sebelum olahraga kecil
kemungkinan terjadi hipoglikemia.
b. Berhubungan dengan microvaskuler :
1) Dapat terjadi perdarahan retina
2) Meningkatkan proterinuria
3) Perdarahan jaringan lunak setelah latihan
c. Berhubungan dengan sistem kardiovaskuler :
1) Dekompensasi jantung dan aritmia disebabkan oleh PJK
2) Tekanan darah meningkat dalam latihan
3) Hipotensi orthostatic setelah latihan
d. Berhubungan dengan sistem kardiovaskuler :
1) Ulkus pada kaki
2) Penyakit penyakit sendi terutama pada orang tua
3) Trauma tulang dan otot sehubungan dengan adanya
neuropati, osteoporosis dan ostreartrosis.

Untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan dari
olahraga tersebut maka perlu pemeriksaan penyaring lebih
dahulu. Pemeriksaan penyaring antara lain :
a. Riwayat DM dan komplikasi DM akut atau menahun
dan pemeriksaan fisik.
b. Berat atau ringannya status DM apakah terkontrol atau
tidak dengan OHO atau insulin, DM tipe I atau tipe II
c. Untuk mengetahui komplikasi akut atau kronik yang
terjadi diperlukan pemeriksaan laboratorium lengkap,
EKG, fotothorax dan pemeriksaan penunjang lain
apabila diperlukan misal foto sendi, USG dan lain
lain.
d. Untuk penderita diabetes 35 tahun sebaiknya dilakukan
stres test dengan treadmill atau master test.


31

II.2.3. Petunjuk Olahraga

Apabila tidak ada kontra indikasi, atau komplikasi komplikasi berat,
maka penderita dimasukkan dalam program olahraga. Olahraga yang
dianjurkan untuk penderita DM adalah aerobic low impact dan rithmis
misalnya berenang, jogging, naik sepeda, sedangkan latihan resisten
statis tidak dianjurkan (misalnya olahraga beban angkat besi dan lain
lain).
Latihan bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani atau latihan
aerobic optimal. Kesegaran jasmani terdiri atas beberapa hal, yaitu
kekuatan, kelenturan, daya tahan dan keseimbangan, kelincahan,tenaga
dan aktivitas penampilan, untuk meningkatkan kesegaran jasmani,
maka komponen komponen yang harus ditingkatkan adalah daya
tahan jantung dan sistem peredaran darah, sistem respirasi, daya tahan
otot otot dan sendi, kekuatan fisik dan kelenturan. Program latihan
CRIPE banyak dianajurkan untuk latihan jasmani penderita DM karena
dianggap memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan kesegaran
jasmani.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam latihan senam diabetes
adalah sebagai berikut :
a. Interval, artinya latihan dilaksanakan terselang seling kadang
kadang cepat, kadang kadang lambat kemudian makin cepat,
kadang kadang lambat tetapi kontinyu selama periode latihan.
Dimulai jalan lambat kemudian makincepat dan kemudian
melambat lagi dan seterusnya berselang selang.
b. Cripe adalah kepanjangan dari Continous, artinya latihan jasmani
terus menerus tidak berhenti dapat menurunkan intensitas,
kemudian aktif lagi dan seterusny.
c. Rhytnical, artinya latihan harus dilakukan berirama melakukan
latihan otot kontraksi dan relaksasi. Gerakan gerakan berirama
tersebut teratur dan terus menerus.
32

d. Progressif, artinya latihan harus dilakukan peningkatan secara
bertahap dan beban latihan juga ditingkatkan secara perlahan
lahan. Latihan harus dimulai dengan pemanasan selama 5 10
menit dan diakhiri dengan pendinginan (cooling down) 5 10
menit dari hari ke hari latihan ditingkatkan bertahap perlahan
lahan.
e. Endurance, artinya latihan untuk meningkatkan kesegaran dan
ketahanan system kardiovaskuler dan kebutuhan tubuh penderita
DM.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam latihan senam diabetes
menurut Ilyas (2004) adalah :
1) Pemanasan (Warming Up)
Dilakukan sebelum melakukan latihan yang bertujuan
umtuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum
memasuki latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga.
Lama pemanasan biasanya 5 10 menit.
2) Latihan ini (Conditioning)
Pada tahap ini Heart Rate (HR) diusahakan mencapai
target heart rate (THR).
3) Pendinginan (Cooling Down)
Pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
pada otot sesudah berolahraga atau pusing karena darah
masih terkumpul pada otot yang aktif. (lama pendinginan
kurang lebih 5 10 menit.
4) Peregangan (Streching)
Di lakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot
otot yang masih tegang dan lebih elastis.

33

II.2.4. Porsi Latihan

Porsi latihan harus ditentukan supaya maksud dan tujuan
olahraga oleh penderita DM memberikan manfaat yang baik.
Latihan yang berlebihan pakan merugikan kesehatan, sedangkan
latihan yang terlalu sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan
porsi latihan tersebut harus diperhatikan intensitas latihan, lama
latihan dan frekuensi latihan.
Untuk mencapai kesegaran kardiovaskuler yang optimal
maka idelanya latihan berada pada VO2 max, berkisar antara 50
85 % ternyata tidak memperburuk komplikasi DM dan tidak
menaikan tekanan darah sampai 180 mmHg.
Praktisnya dilapangan seperti yang dilakukan oleh klub
klub diabetes, intensitas latihan dinilai dengan :
a. Target nadi/ area latihan
Penderita dapat menghitung denyut nadi maksimal yang
diperbolehkan atau yang harus dicapai selama latihan. Meskipun
perhitungan ini agak kasar tapi tetap dipakai di lapangan. Rumus
denyut nadi maksimal = 220 umur penderita .
Area latihan adalah interval nadi yang ditargetkan dicapai
selama latihan atau segera latihan maksimum, yaitu antara 60
70 % dari denyut nadi maksimal. Sebagai contoh penderita
diabetes melituus tidak tergantung insulin umur 40 tahun
interval nadi yang diperbolehkan adalah 60 % kali (220 45)
dan 75 % kali (220 40) dan hasilnya interval nadi antara 108
permenit sampai dengan 142 permenit. Jadi area latihan antara
108 142 denyut nadi permenit.





34

Tabel 2.3 : Area Latihan
Umur Penderita Denyut Nadi Penderita
40 108 142
42 107 141
44 106 139
46 105 136
48 103 134
50 102 134
52 101 133
54 100 131
56 99 130
58 97 128
60 96 120

b. Kadar gula darah
Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140 180 mg/dL pada
usia lanjut dianggap cukup baik sedang usia muda sampai 140
mg/dL.
c. Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan
Sebelum latihan tekanan darah tidak melebihi 140 mmHg dan
setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg.

Untuk mencapai efek metabolik maka latihan inti berkisar antara
30-40 menit dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5
10 menit. Bila kurang maka efek metabolik sangat rendah
sebaliknya bila berlebihan menimbulkan efek buruk terhadap
sistem muskuloskeletaldan kardiovaskuler serta sitem respirasi.
Untuk senam masal dimana umur penderita sangat bervariasi
antara 30 70 tahun, maka latihan 45 menit merupakan pemanasan
dan pendinginan yang cukup memadai, baik dari petugas medis
dan instruktur terutama untuk penderita usia lanjut. Dianjurkan
35

untuk penderita muda melakukan gerakan gerakan senam
diabetes secara lebih aktif dari pada penderita DM usia lanjut.
Untuk mencapai hasil, yang cukup baik. Latihan dilakukan 35 kali
perminggu. Untuk penderita DM obese efek penurunan BB dan
gula darah akan tercapai maksimal bila latihan dilakukan lebih dari
5 kali seminggu. Ltihan dapat dilakukan bila tidak ada kontra
indikasi hubungan dengan komplikasi DM yang sudah ada.
Untuk mencegah atau menghambat dan memperbaiki dan
memperbaiki neuropati perifer pada umunya dan pada orang tua
yang sudah menderita osteoartritis dan neuropati maka latihan kaki
harus lebih intensif. Latihan kaki bertujuan untuk memperbaiki
sirkulasi darah tungkai bawah pergelangan kaki, telapak kaki dan
jari jari. Latihan kaki sebaiknya dilakukan sebelum latihan
jasmani sebenarnya (jalan, jogging dan sebagainya) atau diluar hari
hari latihan dan dapat dikerjakan dimana saja.
Untuk meningkatkan ketaatan dan kerajinan olahraga perlu
diperhatikan beberapa hal :
a. Pilihlah olahraga yang disenangi sesuai kebutuhan penderita
DM.
b. Dicari tempat, suasana dan waktu yang sesuai sehingga
penderita tidak merasa terburu-buru dan suasananya
menyenangkan.
c. Penderita tidak merasa dipaksa atau terpaksa mengikuti latihan.
Dapat dihindari unsur dipaksa oleh keluarga dan petugas
medis.
d. Harus diadakan evaluasi terhadap latihan tersebut oleh
instruktur atau petugas medis, mengenai manfaat dan hasil
hasil olahraga selama ini.



36

II.2.5. Gerakan-gerakan Senam Diabetes
a. Pemanasan
Latihan I
Gerakan : Jalan di tempatdan gerakkan kepala
Tujuan - Mempersiapkan diri untu gerakan selanjutnya
- Melatih kelenturan persendian dan otot leher
Latihan II
Gerakan : Mengangkat dan memutar bahu
Tujuan : melatih dan merilekskan otot dan persendian bahu
Latihan III
Gerakan : Dada dan Lengan
Tujuan : Melatih dan merilekskan otot dada lengan dan
punggung
Latihan IV
Gerakan : Dada, lengan dan punggung
Tujuan : Melatih dan merilekskan otot dada, lengan dan
punggung
Latihan V
Gerakan : Mengayun Lengan
Tujuan : Melatih dan merilekskan lengan
Latihan VI
Gerakan : Menyilang lengan
Tujuan : Melatih dan merilekskan otot lengan dan otot dada
Latihan VII
Gerakan : Tekuk siku dan dorong lengan
Tujuan : Melatih dan merilekskan otot dada, lengan dan
punggung
37

Latihan VIII
Gerakan : Menarik siku memutar lengan
Tujuan : Melatih dan merilekskan otot lengan dan
punggung
Latihan IX
Gerakan : Peregangan dinamis dan statis
Tujuan : Meregangkan otot lengan dan kaki
Latihan X
Gerakan : Peregangan statis
Tujuan : Meregangkan otot lengan dan kaki

b. Inti

Gerakan Peralihan I
Gerakan : Step touch, tepuk tangan, teriak HA
Tujuan : Untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian irama
yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti
dan pengaturan nafas
Latihan I
Gerakan : Kombinasi tangan dan kaki
Tujuan : - Melatih dan merilekskan otot lengan bagian
bawah dan persendian kaki
- Menguatkan tungkai atas dan bawah
- Melatih kordinasi gerakan tangan dan kaki





38

Gerakan Peralihan II (Sama dengan gerakan peralihan I)

Latihan II
Gerakan : Kombinasi tangan dan kaki
Tujuan : Sama dengan tujuan latihan I

Gerakan Peralihan III (Sama dengan gerakan peralihan I)

Latihan III
Gerakan : Kombinasi tangan dan kaki
Tujuan : Sama dengan tujuan latihan I

Gerakan Peralihan IV (Sama dengan gerakan peralihan I)

Latihan IV
Gerakan : Kombinasi tangan dan kaki
Tujuan : Sama dengan tujuan latihan I
Latihan IV
Gerakan : Kombinasi tangan dan kaki
Tujuan : Sama dengan tujuan latihan I

c. Transisi
Latihan I
Gerakan : Seperti gerakan kewer satu tangan pada tari betawi
Hitungan 2 x8
Latihan II
Gerakan : Seperti gerakan tari melayu Hitungan 2 x 8
39

Latihan III
Gerakan : Seperti gerakan tari tor-tor Hitungan 2 x8
Latihan IV
Gerakan : Seperti gerakan renang gaya dada Hitungan 2 x 8
Latihan V
Gerakan : Seperti gerakan selancar pada tari betawi Hitungan 2 x8
Latihan VI
Gerakan : Seperti gerakan kewer dua tangan pada tari betawi
Hitungan 2 x8
Latihan VII
Gerakan : Seperti gerakan cha-cha Hitungan 2 x8
Latihan VIII
Gerakan : Seperti gerakan goyang dangdut Hitungan 2 x 8
Latihan IX
Gerakan : Seperti gerakan mendayung Hitungan 2 x8
Latihan X
Gerakan : Seperti gerakan goyangan dangdut Hitungan 2 x8

d. Pendinginan

Latihan I
Gerakan : Tarik nafas
Tujuan : Untuk mengembalikan kondisi fisik kepada keadaan semula
dengan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya



40

Latihan II
Gerakan : Peregangan statis
Tujuan : Meregangkan Otot Lengan dan Leher
Latihan III
Gerakan : Dinamis dan Statis
Tujuan : Meregangkan otot lengan, sisi badan dan kaki
Latihan IV
Gerakan : Peregangan Dinamis dan Statis
Tujuan : Meregangkan otot lengan, sisi badan dan kaki
Latihan V
Gerakan : Peregangan Statis
Tujuan : Meregangkan otot lengan dan kaki
Latihan VI
Gerakan : Tarik nafas
Tujuan : Untuk mngembalikan kondisi fisik kepada keadaan
semula dengan menghirup oksigen sebanyak-
banyaknya.













41


II.2.6. Pengaruh Senam Diabetes terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah

Latihan jasmani pada diabetesi akan menimbulkan perubahan
metabolik, yang dipengaruhi selain oleh lama, berat latihan dan
tingkat kebugaran, juga oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa
darah, kadar benda keton, dan imbangan cairan tubuh. Pada saat
olahraga tubuh memerlukan energi , sehingga pada otot yang
tadinya tidak aktif menjadi aktif, karena terjadi peningkatan
kebutuhan glukosa. Kepekaan ini akan berlangsung lama, bahkan
hingga latihan telah berakhir. Pada latihan jasmani akan terjadi
peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih banyak tersedia
reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif sehingga terjadi
peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif maka terjadi
penurunan kadar gula darah sehingga akan terjadi perubahan pada
kadar gula darah.















42


Skema 2.2 : Patoflow senam diabetes terhadap perubahan kadar gula darah

Latihan ( senam diabetes )


Kebutuhan energi meningkat


Otot menjadi aktif dan lebih peka


Reseptor insulin lebih aktif


Peningkatan pemakaian glukosa di otot


Penurunan kadar gula darah


Kadar gula darah terjadi perubahan










43

II.4. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang diabetes melitus tipe 2
terutama pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah
antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Febrina Nugrahini dengan judul
Pengaruh Lama Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita DM Tipe II. Tahun 2010. Desain
penelitian yang dipakai yaitu Quasi Ekserimen metode pre and post
test two group design. Hasil analisis statistik parametrik dengan
Paired Sample T-Test menggunakan SPSS. 15.00 menunjukkan
bahwa ada pengaruh senam durasi 30 menit dan 60 menit terhadap
kadar glukosa darah dengan nilai p hitung masing-masing
(0,000<0,05). Dilanjutkan dengan Independent Sampel T-Test
dengan hasil tidak ada perbedaan pengaruh antara senam DM
durasi 30 menit dan 60 menit terhadap kadar glukosa darah dengan
p hitung (0,171>0,05) untuk kelompok DM dan (0,406>0,05)
untuk kelompok non DM.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriani, Heru Supriyatno dan
Agus Santoso dengan judul Pengaruh Latihan Fisik :Senam
Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita
DM Tipe II Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga tahun
2004. Penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas Bukateja
Purbalingga pada bulan September Oktober 2004 ini. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen tanpa
kelompok kontrol. Responden yang menjadi subyek penelitian
adalah 22 orang yang menderita DM tipe 2. Alat pengumpulan data
berupa kuesioner tentang karakteristik responden dan observasi
untuk mengetahui kadar gula darah sebelum dan sesudah
latihan.Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh latihan
fisik: senam aerobic terhadap penurunan kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga
(p=0.0001) dengan penurunan rata rata sebesar 30,14 mg%.
44

II.5. KERANGKA TEORI




















Nmmm ck.n .cnc cc cn c

Sumber : Brunner dan Suddart , 2002












Skema 2.3: Kerangka Teori
Sumber : Notoadmodjo, 2005
Sumber : Ehsa, 2010
Faktor resiko diabetes
melitus tipe II:
1. Faktor yang dapat
diubah:
Usia
Pola makan
Gaya hidup
Obesitas
Hipertensi
Bahan-bahan
kimia dan obat-
obatan
Penyakit dan
infeksi pada
pankreas
Dislipedimia
2. Faktor yang tidak
dapat diubah:
Riwayat keluarga
diabetes
Ras atau latar
belakang etnis
Riwayat diabetes
pada kehamilan

Kadar Gula
Darah
Kejadian
Diabetes
Melitus Tipe II
Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
2. Latihan
(Senam Diabetes)
3. Edukasi
4. Terapi
Farmakologi

Anda mungkin juga menyukai