Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi 1
PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI BENIH PADA PERKECAMBAHAN KOPI
Oleh : DIAN INDRA SARI, SP. Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya
Kopi adalah salah satu komoditas unggulan dalam salah satu sub sektor perkebunan. Kopi memiliki peluang pasar yang baik di dalam maupun luar negeri. Kopi indonesia merupakan komoditas perkebunan yang di ekspor ke pasar dunia. Peranan komoditas kopi diharapkan sebagai sumber devisa melalui sumbangannya terhadap nilai ekspor yang terus meningkat. Biji kopi bemutu dihasilkan dari tanaman kopi yang baik kualitasnya. Aspek budidaya tanaman kopi yang cukup penting untuk dipelajari ialah proses pembibitan atau perbanyakan. Pembibitan dianggap penting karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktifitas tanaman kopi setelah dewasa. Penggunaan benih unggul, pembuatan dan pemeliharaan bibit harus diperhatikan agar didapatkan tanaman yang sehat dan produktif. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi. Untuk memaksimalkan perkecambahan benih kopi perlu adanya perlakuan sebelum penanaman. Perlakuan pada benih dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan cara mekanis, fisik maupun kimia. Ada beberapa cara pemecahan dormansi benih pada perkecambahan kopi antara lain sebagai berikut : 1. Perendaman dengan air Tujuan perendaman adalah untuk memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih yang menghalangi penyerapan air menjadi melemah. Selain itu juga digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Menurut Schmidth (2002), air panas mematahkan dormansi fisik pada Leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid atau merusak tutup strophiolar. Metode ini paling efektif apabila benih direndam dalam air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik dilakukan untuk mencegah kerusakan embrio. Cara yang umum dilakukan adalah dengan menuangkan benih dalam air yang mendidih dan membiarkannya untuk mendingin dan menyerap air selama 12-24 jam. Metode stratifikasi dapat dikatakan metode yang paling praktis karena hanya merendam benih kopi dengan air bersuhu tinggi pada waktu tertentu. Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan memicu pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah (Raharjo, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desmawan. et al, 2011 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih kopi dengan suhu air awal 90C dan waktu perendaman 30 menit yang dilakukan setiap hari selama 7 hari mampu meningkatkan indeks vigor dan daya tumbuh benih kopi sebesar 77,71%.
2. Perendaman dalam larutan GA3 Giberelin (GA3) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang melalui regulasi fisiologis Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi 2
berkaitan dengan mekanisme biosintesis GA. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti, 2009 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih kopi dalam larutan GA3 500 ppm selama 24 jam berpengaruh terhadap panjang akar tunggang, jumlah akar sekunder, tinggi hipokotil, kecambah serta bobot basah dan bobot kering kecambah. Hal ini dapat terjadi karena GA3 atau yang juga disebut dengan hormon Giberelin berfungsi untuk menstimulasi panjang batang dengan cara menstimulasi pembelahan dan pemanjangan sel (Bewley dan Black, 1978 dalam Cahyanti, 2009). Perkecambahan pada biji diatur oleh sejumlah hormon yang kerjanya bertahap. Pertama kali absorbsi air dari tanah menyebabkan embrio memproduksi sejumlah kecil Giberelin. Giberelin menggiatkan enzim hidrolitik dalam pencernaan cadangan makanan dalam benih setelah benih menyerap air. Giberelin membantu mempercepat hidrolisis amilase menjadi gula maltosa dan glukosa. Semakin banyak ketersediaan giberelin, proses hidrolisis amilase juga juga semakin cepat dan gula-gula sederhana yang dihasilkan juga semakin banyak. Adanya cadangan energi yang tinggi dapat memacu pembelahan dan pemanjangan sel sehingga pertumbuhan kecambah meningkat. Akibatnya, kualitas kecambah yang dihasilkan menjadi lebih baik. Giberelin dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Namun pada kosentrasi yang tinggi tidak akan membawa pengaruh atau menyebabkan respon negatif pada tanaman.
3. Penyimpanan benih kopi pada suhu rendah Suhu ruang penyimpanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpan benih. Makin rendah suhu ruang penyimpan maka umur simpan benih akan semakin panjang. Dengan penurunan suhu ruang simpan sebesar 5C maka daya simpan benih akan meningkat 2 kali lipat. Hal ini berlaku pada suhu ruang simpan antara 0-50C (Sutopo, 2004). Suhu yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih karena akan memperbesar terjadinya penguapan air dari dalam benih. Hal ini dapat mengakibatkan benih kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah sehingga berakibat pada matinya embrio. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti, 2009 menyatakan bahwa parameter penyimpanan benih pada suhu 10C selama 24 jam menghasilkan laju perkecambahan tercepat. Hal ini disebabkan karena perlakuan suhu rendah berpengaruh pada respirasi dan perkecambahan. Suhu rendah dapat menurunkan reaksi enzim dalam benih dan proses metabolisme benih dapat diperlambat sehingga energi yang digunakan untuk merombak cadangan makanan tidak cepat habis (Bewley dan Black, 1985 dalam Cahyanti, 2009).
4. Pengupasan kulit benih Kopi Tujuan pengupasan kulit benih adalah untuk memudahkan permeabel terhadap air atau gas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyati 2009,menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan nilai tertinggi ialah perlakuan pengupasan kulit benih yaitu sebesar 89,33%. Hal ini terjadi karena air dan gas-gas yang dibutuhkan untuk proses perkecambahan tidak terhalang oleh kulit tanduk benih yang tebal sehingga air Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi 3
dan gas-gas tersebut mudah diserap dan bisa langsung dimanfaatkan oleh benih. Selama proses perkecambahan, air dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan endosperm sedangkan gas-gas seperti oksigen dibutuhkan untuk respirasi embrio (Kamil, 1979).
REFERENSI
Bewley, J.D dan M. Black. 1978. Physiology and biochemistry of seeds in relation togerminate. Berlin Heidelberg. New York.
Cahyanti, Eka. 2009. Pengaruh Perlakuan Pemecahan Dormansi Benih Pada Perkecambahan Kopi Arabika Klon USDA (Coffea arabica L.). Universitas Brawijaya. Malang
Desmawan P, Rohmanti R, Nasrullah. 2011. Pengaruh Suhu dan Lama Perendaman Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica (LENN)). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Kamil, J. 1979. Teknologi benih. Angkasa Raya. Padang.
Rahardjo.2002, Beberapa Cara yang Perlu Dalam Perkecambahan Kopi, Sub Penelitian Budidaya Perkebunan Kopi, Bogor.
Salim, MS. 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Berbagai Lama Ekstraksi Buah. Agrosains. Vol. 6(2)
Sutopo,Lita. 2004. Teknologi Benih. Fakultas pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Schmidth L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Jakarta: Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan