Hujan disini Jatuh dan sendiri Kau gores hati Lalu pergi Seperti angin kini Kau datang dan pergi Tak perduli Hujan disini Cinta begini Ku tetap berdiri Hujan disini Hanya sendiri Waktu berlalu kini.. Aku masih sendiri Tetap berdiri Walau hujan disini
SURAT TANPA TINTA Karya: Dinda Oktanabila (X-2)
Ingin ku yakinkan kamu Kalau ini bukan puisi cinta Bukan juga puisi yang bermakna mengemis Bukan pula puisi pemberontakan Tapi ini aku sebut surat yang ku buat tepat menurutku Matamu indah seindah mata sang garuda membidik Ragamu gagah segagah ketika merah putih berkibar Parasmu elok seelok kibasan sayap rajawali Jadi apa yang aku dapatkan?? Hanya senyummu saja Cukup!!
UNTUK YANG TERCINTA Karya: Fareza Havid (X-3)
Layu hati Tak lagi disirami Rapuh hati Ketika cinta pergi Seperti malam tanpa bulan kini Cintamu pergi dari hati ini Seperti kobra tanpa bisanya lagi Bukan lagi petarung sejati Sandiwarakah semua ini? Dunia memang kejam sekali Merpati terbang kini Dengar dusta cintamu ini Berpikir dapat membalas cintaku Kau tak dapat melakukan itu Hanya bibirmu ucapkan itu Tapi tidak dengan hatimu
potret kehidupan karya: Hana Rifani (X-4)
potret kehidupan entah bagaimana harus bicara ketika matahari terbit, fajar tiba aku melihat anak-anak tanpa pendidikan menghadapi jalan panjang tanpa pilihan. tanpa pepohonan. tanpa persinggahan dan aku melihat sarjana-sarjana menganggur di jalan raya. wanita bunting antri uang pensiun. gedung-gedung menjulang kerlap kerlip lampu di pusat kota. dan aku melihat protes protes yang terpendam.terhimpit di bawah awan hitam sebab yang dipercaya telah kehilangan makna. yang di harapkan telah hilang. kekuatan adalah uang. kekuasaan menindas.keadilan
kegelapan aku datang karya: Dewi Hamdanah ( PBKM cugenang, ekstern)
langit biru yang kelu menatap pilu dihiasi semburat putih hatinya yang kelabu menampakan sinar matanya yang sayu. hingga burung burung enggan untuk berlalu.
matahari telah menyepi di balik peraduannya. dan senja meronta terbenam dalam ilalang merenggut senyuman yang terpendar di sudur bibirnya. lalu beranjak meniti malam yang kelam tanpa bintang
kegelapan, aku datang. ucapnya tertahan dalam kebisuan mendekati malam yang berbingkai impian menahan nafas malam yang menikam dalam dekapan suram yang kian mencekam
mata dan kaca Karya: Dewi Hamdanah. (ekstern)
sesaat mata berkaca-kaca maka terlahir air mata. sesaat mata berkaca-kaca maka terciptalah sebuah asa. sesaat jiwa terpaku rasa. angan melayang entah kemana sesaat hati terintimidasi mulut akan segera terkunci lalu salju merangkak menembus pilu. kemudian membeku menjadi benalu dalam rindu yang berbalut sembilu hingga teratai diterbangkan awan dan meregang dalam kehampaan menelan gumpalan keheningan yang tersudut di keremangan
BELAJAR DARI LINGKUNGAN Karya: Karina Fadhillah Ahmad Ichsan (X-2) MAN Insan Cendekia
suatu saat, terlintas di pikiranku bahwa akulah sang juara, aku yang selalu dielu-elukan banyak orang, aku yang selalu dibanggakan, aku yang selalu bisa diandalkan, tapi disini, aku belajar banyak hal, aku belajar bagaimana tuk menghargai karya orang lain, aku belajar bagaimana mencari kawan dalam lawan, aku belajar arti sebuah perjuangan dalam kebersamaan, dan,
aku belajar untuk kalah aku belajar untuk mengalah tapi, aku selalu berusaha untuk tidak terkalahkan
AKAN MENGHAMPIRI Karya : Yetti Aneu R (XI IA3)
Saat mata tak lagi terbuka Saat tangan tak bisa meraba Saat kaki tak mampu menopang Saat mulut tak lagi bicara
Tubuh dingin membeku Raga terpaku kaku Badan diam membisu Jiwa tak lagi bersatu
Ajal telah menjemput Kini ruh pergi menuju langit Terbang melayang dan menjauh Dari senyuman dan jerit tangis
Ingin kembali namun tak bisa Ingin perbaiki namun tak kuasa Tak ingin pergi tapi sudah suratan Tak bisa diubah tak bisa dipungkiri