Keparahan dari Penyakit Periodontal pada Pasien Dewasa
yang Menderita Diabetes Mellitus dengan Tipe Diabetesnya Alma Pranckeviciene a , Jolanta Siudikiene a ,Rytas Ostrauskas b , Vita Machiulskiene a
Latar Belakang: tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi asosiasi antara faktor-faktor diabetes dan parameter periodontal diantara pasien dewasa dengan diabetes mellitus dengan tipe diabetesnya. Metode: 179 pasien dipilih secara acak dengan rentang usia 18-62 tahun dengan diabetes tipe 1dan 87 pasien dipilih secara acak dengan rentang usia 32-70 tahun. Kontral metabolic Diabetes dievaluasi berdasarkan kadar HbA1c nya. Status periodontal dievaluasi dengan simplifying oral debris index (D1-S), probing pocket depths (PPD), Gingival recession (GR), Clinical Attachment level (CAL) dan Bleeding on Probing (BOP). Analisis data dilakukan berdasarkan usia pasien, lama menderita Diabetes, Level kontrol metabolik, dan tipe daripada diabetes. Regresi binary digunakan untuk mengetes hubungan berbagai parameter dengan CAL. Hasil: Semua estimasi periodontal lebih tinggi pada pasien dengan diabetes tipe 2. Penyakit periodontal lebih parah pada pasien berusia >45 tahun dan dengan DI- S>1. Pada pasien dengan diabetes tipe 1, durasi penyakit >12 tahun tidak berelasi dengan parameter periodontal. Tidak ada korelasi yang signifikan Antara estimasi periodontal dengan HbA1c yang diobservasi pada kedua grup. Prediktor yang signifikan pada penyakit periodontal yang parah adalah diabetes tipe 2 (OR=2,356),durasi penyakit (OR=1,827), BOP tinggi (OR= 3,343) dan DI-S (OR=2,958). Kesimpulan: Keparahan daripada penyakit periodontal memiliki hubungan dengan tipe dari diabetes, dengan lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes tipe 2 dibandingkan tipe 1. Plaq dental adalah faktor kontribusi terbesar pada semua pasien dengan periodontitis progresif. Kata Kunci: diabetes mellitus tipe 1, diabetes meliitus tipe 2, periodontitis. 8 a Department of Dental and Oral Pathology, Lithuainian University of Health Science, Eiveniu 2, 50009-Kaunas, Lithuania b Institute of Endocrinology, Lithuanian University of Health Science, Eiveniu 2,50009-Kaunas, Lithuania Corresponding author: Alma Pranckeviciane, email: alma_pranckeviciene@yahoo.com
PENDAHULUAN Periodontitis dan Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang mempengaruhi kesehatan pasien dan kualitas dari hidup. Periodontitis didefinisikan sebagai proses inflamasi bakteri kronis dengan gejala perdarahan gingiva, attachment loss secara klinis, pembentukan dari kantung periodontal dan resesi gingiva yang mencetuskan kerusakan dari tulang alveolar 1 .Walaupun bentuk yang ringan seperti gingivitis atau kehilangan awal dari periodontal attachment sering terjadi pada semua usia, periodontitis pada stage lanjut, hanya mempengaruhi proporsi yang kecil dari suatu populasi 1,2 . Sepertinya tidak ada korelasi langsung antara inflamasi gingivakronik dan preogresifitas lanjut dari periodontal breakdown dan kurangnya bukti dari indikator prognostik dari penyakit periodontal yang parah pada orang yang mengalami progresifitas yang cepat 2 . DM adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan hiperglikemia, menyebabkan gangguan metabolisme glukosa, lipid, dan protein 3 . Pada 2011DM mempengaruhi 6% dari populasi eropa dengan usia 20-79 tahun, artinya ada 52,6 juta penduduk dengan DM 4 . Berdasarkan International Diabetes Federation angka ini dapat meningkat hingga 7,1% atau 64 juta pada 2030 4 . Dua tipe DM berbeda berdasarkan patofisiologinya: DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan dari sel pancreas yang menyebabkan hilangnya sekresi insulin secara total; DM tipe 2 berhubungan dengan resistensi insulin 5 . Hiperglikemia kronik menyebabkan komplikasi jangka panjang pada mikro dan makrovaskular seperti retinopati, nefropati, neuropati, dan penyakit kardiovaskular, menyebabkan peningkatan dari morbiditas dan mortalitas premature 6 . Banyak penelitian epidemiologi menunjukkan periodontitis lebih 9 sering dan parah pada pasien dengan DM dibandingkan pasien yang tidak mengalami DM 7 . Apalagi DM telah disarankan untuk dimasukkan sebagai faktor resiko yang signifikan pada penyakit periodontal 8 . Mekanisme DM menyebabkan timbulnya patologi pada periodontal masih belum jelas,tetapi keparahan dari kedua penyakit telah menunjukkan tergantung dari berbagai faktor resiko seperti durasi dan kontrol metabolic dari DM, juga faktor lain seperti usia, gaya hidup, level oral hygiene, dan pencetus lain (seperti merokok) 6,7 . Kebanyakan penelitian berfokus pada hubungan periodontitis dan DM hanya pada 1 tipe (DM tipe 1 saja atau DM tipe 2 saja) Sedangkan kemungkinan perbedaan dari penyakit periodontal dengan patofisiologi DM yang berbeda belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi asosiasi antara faktor pencetus DM dan parameter periodontitis pada pasien dewasa dengan DM sesuai dengan tipe DM nya.
METODE Populasi Penelitian Populasi yang digunakan adalah pasien dengan rentang usia 18-70 tahun yang menderita diabetes meliitus dan tinggal di kota terbesar kedua di Lithuainia yakni Kaunas. Semua partisipan didiagnosa dengan diabetes mellitus minimal 1 tahun. Pasien yang tidak bergigi, hamil , atau menyusui dieksklusikan dari penelitian ini. Berdasarkan tipe dari Dm (DM tipe 1 dan DM tipe 2), 2 kelompok studi dibentuk. Perhitungan sampel penelitian pada pasien DM tipe 1 (T1DM) berdasarkan prevalensi 60% dari pasien DM dari penelitian sebelumnya. Dengan margin error 5% dan confidence level 95% 9 . Hanya 87 pasien dengan DM tipe 2 (T2DM) yang setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Tetapi dengan parameter hasil dengan clinical attachment level dan kedalaman kantong periodontal dievaluasi dan dibandingkan de antara 2 grup studi, dengan 95% confidence interval dan 5% margin of error, kekuatan studi didapatkan sama dengan 1, jadi dapat dianggap cukup. Identifikasi personal seperti tanggal lahir, diagnosis DM, durasi dan kebiasaan hidup, diambil dari data register ataupun medical record.
10 Konsiderasi Etik. Informed Consent dari semua subjek didapatkan, dan protokol penelitian disetujui oleh Ethical Committee of Biomedical Studies of Kaunas region Lithuania (protokol NrBE-2-14) Pemeriksaan Klinis Level dari kontrol metabolik DM dari partisipan, ditentukan dengan mengukur kadar HbA1C 5 . Sampel darah diambil dengan finger stick dan dianalisa dengan immunochemical technique dengan DCA-2000 analyser, Bayer Diagnostic, Germany. Pemeriksaan periodontal dari partisipan dilakukan dengan kondisi standar ( kursi dental biasa dilengkap dengan sumber cahaya dan semprotan udara) dengan pemeriksa perodontologist yang sama. Parameter periodontal berikut ini dicatat dengan kaca dental dan sebuah ball- pointes calibratedperiodontal probe Hu-Friedy diukur setiap milimeternya. 1. Kehadiran dari plak dental ditentukan dengan simplified oral debris index (DI-S) sesuai dengan Greene and Vermillion 10 . DI-S individu dihitung dengan menambahkan skor pada 6 permukaan gigi yang berbda dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Skala nominal untuk evaluasi DI-S adalah excellent -0; good-0,1-0,6; fair 0,7-1,8; poor-1,9-3.0.
2. Probing pocket depth (PPD). PPD diukur pada setiap gigi (diekslusi pada sisa akar), pada 6 posisi(3 buccal dan 3 lingual atau palatal) dari margin gingiva sampai ke dasar dari kantung atau crevice
3. Gingival Recession (GR) diukur dari cemento-enamel junction sampai ke mergin dari gingiva (pada 6 point dari setiap gigi)
4. Clinical Attachment Level (CAL). CAL dihitung dengan penjumlahan matematis dari PPD dan GR.
5. Bleeding on Probing (BOP) diestimasi sebagai titik dari darah pada dasar dari kantung atau crevice setelah 30 detik probing secara gentledengan probe periodontal dan dihitung sebagai persentase dari semua tempat perdarahan.
11 Sebuah sesi kalibrasi dilakukan sebelum penelitian untuk pemeriksa klinis, dengan memeriksa 30 subjek sebanyak 2 kali dalam interval 72 jam. Cohens Kappa untuk ada/tidaknya plak, perdarahan gingiva, kedalaman probe, clinical attachment loss dan resesi gingival dihitung. Hasil dari nilai kappa bervariasi dari 0,87 dan 0,93 menunjukkan pemeriksaan intra yang baik.
ANALISIS STATISTIK Data dianalisa dengan Statistical Package for Social Sciences program (SPSS 19,0, Chicago III USA). Untuk analisa, pasien dikelompokkan berdasarkan usia <45 tahun dan >45 tahun, dan durasi dari DM dibagi menjadi grup <12 tahun dan >12 tahun, nilai HbA1C dikotomisasidari 7% (good/fair metabolic control) dan >7% (poor metabolic control). Untuk estimasi dari parameter periodontal, nilai DI-S didefinisikan sebagai <1 dan >1 (>1 menandakan oral hygiene yang buruk). Diasumsikan nilai GR >1 untuk mengindikasikan adanya resesi gingiva; nilai CAL diasumsikan >5 mm, dengan nilai >5mm menandakan kerusakan periodontal yang parah, dan nila BOP diasumsikan sebagai 50% dengan nilai >50% menandakan gingivitis yang parah. Nilai mean dan standar deviasi dari parameter klinis dihitung. Perbedaan signifikan dari statistic dalam proporsi dites dengan tes Chi-Square .Data lanjutan dites untuk normalitas dengan tes Kolmogorov-Smirnov. Tes Statistik antar grup dilakukan dengan Students T test. Untuk data yang tidak didistribusikan dengan normal dilakukan tes Mann-Whitney U. Analisa regresi binary dilakukan untuk mengetes hubungan antar berbagai parameter dengan CAL. Probabilitas >20 tempat dengan CAL >5 mm dihitung dengan analisa regresi logistic, termasuk Odd Ratio (OR) dan Confidence Interval (95% CI).Untuk evaluasi kompleks untuk kemungkinan, model regresi logistic multivariat digunakan. Dua sisi tes nilai p<0,05 dianggap signifikan secara statistik.
12 HASIL Pasien dengan T2DM jauh lebih tua dari pasien dengan T1DM. Nilai mean dari durasi DM jauh lebih lama dan nilai mean dari HbA1C jauh lebih tinggi pada grup T1DM dibandingkan dengan grup T2DM. Merokok lebih sering secara signifikan pada pasien dengan T1DM dibandingkan pasien dengan T2DM. (Tabel 1). Seperti ditunjukkan pada table 2, nilai mean dan nilai relatif dari semua estimasi parameter periodontal berhubungan dengan usia pasien dan level oral hygiene pada kedua T1DM dan T2DM, untuk yang berusia >45 tahun dan dengan DI-S>1 penyakit periodontal lebih severe. Pada grup T1DM, durasi DM >12 tahun juga mempunyai impak yang negatf padakebanyakan estimasi parameter periodontal. Tidak ada korelasi yang signifikan antara estimasi periodontal dan level HbA1C yang diobservasi pada kedua grup DM. Perokok pada T2DM memiliki hasil yang lebih rendah secara signifikan pada nilai mean BOP dan CAL dibandingkan dngan bukan perokok. Sesuai dengan yang ditunjukkan pada table 5, prediktor yang signifikan padapenyakit periodontal yang parah adalah tipe DM, durasi Dm, dan juga adanya perdarahan pada probing dan level oral hygiene yang diekspresikan dengan index DI-S. Jadi, untuk pasien T2DM,resiko memiliki periodontitis yang parah adalah dua kali lipat dibandingkan dengan T1DM. Lama durasi DM memiliki resiko hanpir dua kali lipat, sedangkan parameter periodontal DI-S>1 dan BOP ekstensif (>50%) memiliki resiko dua kali lipat untuk membentuk penyakit periodontal yang parah. Tetapi peningkatan HbA1C di atas 7% tidak mempengaruhi perjalanan periodontitis. Tabel 1. Deskripsi dari grup studi berdasarkan parameter diabetes mellitus dan kebiasaan merokok Grup T1DM Grup T2DM P Usia (tahun) MeanSD 38,411,3 55,16,2 <0,001 Durasi DM (tahun) MeanSD 16,429,3 9,46,2 <0,001 Level HbA1C (%) MeanSD 8,31,6 7,21,2 <0,001 13 Merokok n (%) 58 (32,4) 11 (12,6) <0,001 T1DM diabetes mellitus tipe 1; T2DM diabetes mellitus tipe 2; SD- Standar Deviasi
Tabel 2 Deskripsi parameter periodontal pada grup studi T1DM T2DM P DI-S MeanSD 1,10,6 1,2(O,7) * <0,05 BOP (%) MeanSD 46,729,3 54,529,3 <0,05 PPD>5mm n (%) 127 (70,9) 77 *88,5) <0,001 CAL>5mm n (%) 137 (76,5) 83 (95,4) <0,001 GR n (%) 134 (74,9) 79 (90,8) <0,001 No of missing teeth MeanSD 7,56,4 11,95,9 <0,001 T1DM diabetes mellitus tipe 1; T2DM diabetes mellitus tipe 2; DI-S- Debris Index; BOP-Bleeding on Probing; PPD-Probing Pocket Depth; CAL- Clinical attachment level; GR-Gingival Recession
Tabel 3. Relasi dari parameter periodontal dengan usia pasien diabetes tipe 1,durasi diabetes, metabolic control, merokok, dan oral hygiene PPD>5mm n (%) CAL>5mm n (%) BOP MeanSD GR n (%) Tooth Loss MeanSD Usia Pasien
14 Tabel 4. Relasi dari parameter periodontal dengan usia pasien diabetes tipe 2,durasi diabetes, metabolic control, merokok, dan oral hygiene PPD>5mm n (%) CAL>5mm n (%) BOP MeanSD GR n (%) Tooth Loss MeanSD Usia Pasien
Tabel 5 Model Regresi Logistik untuk prediksi penyakit periodontal berat (20 tempat dengan clinical attachment (CAL) level >5mm. Kovariat Odds ratio 95% CI P T2DM 2,356 1,208-4,594 0,01 BOP (>50%) 3,343 1,832-6,100 <0,001 HbA1C (>7%) 0,658 0,363-1,190 0,166 Durasi Penyakit (>12 tahun) 1,827 1,009-3,310 0,047 DI-S (>1) 2,958 1,625-5,382 0,001 T2DM-Diabetes mellitus tipe 2; BOP-Bleeding on probe; DI-S- Debris Index
DISKUSI Hubungan antara DM dan penyakit periodontal kompleks dan sulit untuk dijelaskan secara terperinci. Mealey dan Oates 2006, evaluasi dari berbagai penelitian harus dilakukan denga hati-hati, dengan pertimbangan dengan populasi yang divergen, defenisi yang bervariasi dari berbagai parameter dalam penelitian ; 15 sejumlah kecil dari subjek penelitian mungkin memainkan peran dalam interpretasi hasil. Mekanisme dimana DM mempengaruhi periodontium disebutkan mirip dengan pathogenesis daripada komplikasi mikro dan makrovaskuler dari DM sepeeti kardiopati, nefropati, dan retinopati. DM mempengaruhi adherasi neutrophil, kemotaksis, dan fagositotis dimana itu mengfasilitasi persistensi bakteri dan peningkatan kerusakan periodontal. Disisi lain, monosit dan makrofag menjadi hiperresponsif dan meningkatkan produksi daripada sitokin proinflamasi dan mediator yang muncul pada kubah gingival. Pembentukan dari advanced glycosylation end-products memiliki hubungan degan banyak komplikasi dari DM dan efek kerusakan juga muncul pada jaringan periodontal. Kami memeriksa pasien pada kedua tipe DM dan menganalisa kemungkinan asosiasi antara parameter dari periodontal dengan tipe DM. hasilnya menunjukkan penyakit periodontal lebih berat pada pasien T2DM dengan pertimbangan estimasi semua parameter periodontal (DI-S, BOP, PPD, CAL, GR dan kehilangan gigi). Penemuan ini sesuai dengan data yang dimetaanalisis dari penelitian sebelumnya. Penjekasan pertama dari penemuan-penemuan ini mungkin umur dari pasien T2DM jauh lebih tua daripada pasien T1DM. tetapi , pasien dengan T1DM yang diobservasi lebih memiliki durasi DM yang lebih lama dan lebih tinggi kadar rata-rata dari HbA1c yang tidak sesuai dengan banyaknya penelitian lain mengenai faktor-faktor yang meningkatkan resiko dari penyakit periodontal. Usia dari pasien seperti merupakan parameter yang signifikan pada penelitian kami, saat kedua grup dari pasien (T1DM dan T2DM) diperiksa. Semua diatas usia 45 tahun memiliki nilai yang lebih rendah pada parameter periodontal, tidak peduli pada tipe DM nya. Saat usia dimasukkan ke dalam model regresi logistic binary, sepertinya merupakan faktor resiko yang signifikan untuk perkembangan dari penyakit periodontal yang berat. Penelitian sebelumnya dari pasien dengan DM menunjukkan korelasi yang negative pada hubungan status periodontal dengan usia. Mereka mengestimasi adanya kehilangan pada tulang yang lebih besar pada pasien dengan usia diatas 55 16 tahun dan ditemukan usia tua merupakan faktor yang berhubungan dengan derajat keberatan dari penyakit peridontal. Beberapa penelitian menunjukkan umur pasien mungkin memiliki pengaruh terhadap perkembangan periodontitis daripada derajat DM. Kebalikannya, Abdellatif dan Burt, 1987 menyimpulkan umur lebih sedikit merupakan faktor yang berpengaruh dalam penyakit peridontal ketika status oral hygiene diperhitungkan. Beberapa ahli menyarankan penjelasan potensial lainnya untuk meningkatkan keparahan dari penyakit peridontal pada pasien dengan T2DM. Ini dilaporkan bahwa pasien dengan hiperlipidemia mengalami periodontitis yang lebih berat, dimana kerusakan periodontal berhubungan secara positif dengan level plasma lipid. Adiposit memiliki aktivitas metabolik dan menghasilkan sitokin proinflamasi seperti TNF dan IL 6. Penatalaksanaan efektif pada hiperglikemia memungkinkan perhitungan ketidakseimbangan serum lipid pada pasien dengan T1DM tetapi pada pasien dengan hiperlipidemia pada T2DM harus mengontrol glikemik. Memperhitungkan pentingnya durasi dari DM untuk perjalanan patologi dari periodontal pada pasien DM, menemukan beberapa penelitian adalah kontroversi. Beberapa penelitian menunjukkan waktu sejak mendiagnosis dari DM adalah faktor signifikan yang berhubungan dengan parameter periodontal seperti PPD, GR dan CAL. Data ini memperoleh dukungan dari beberapa penelitim dimana yang lain menunjukkan tidak ada hubungan antara DM dan periodontal. Pada satu penelitian menunjukkan kehilangan gigi memiliki hubungan dengan adanya penyakit periodontal yang berhubungan dengan durasi dari DM. Pada penelitian ini, durasi dari DM merupakan faktor prediktif untuk perkembangan dari periodontitis yang berat. Betatapun, signifikan dari prediksi ini adalah marginal, walaupun ada korelasi yang signifikan antara PPD yang tinggi, nilai CAL dan rata-rata dari kehilangan gigi pada pasien T1DM (tabel 3). Selain itu, diantara pasien T2DM pengaruh dari durasi DM terhadap parameter periodontal tidak signifikan, mungkin karena fakta bahwa rata-rata durasi dari penyakit yang lebih pendek dari pasien T1DM dan kurang dari 10 tahun. Kontrol metabolik yang ditentukan dari nilai HbA1c ditemukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap periodontal antara pasien T1DM dan 17 T2DM pada penelitian ini. Betapapun, pada pasien T1DM, nilai HbA1c > 7 % meningkatkan CAL dan nilai BOP, sedangkan pada pasien T2DM, nilai HbA1c yang sama meningkatkan BOP dan kehilangan gigi. Derajat dari kontrol glikemik merupakan satu faktor penting dalam hubungan antara DM dan penyakit peridontal, dengan kondisi lebih berat pada pasien dengan kontrol yang jelek. Walaupun , ini bukan merupakan peraturan umum. Data dari beberapa penelitian bertentangan dengan uraian ini. Berdasarkan penelitian lain, manusia dengan peningkatan rata-rata dari PPD memiliki nilai HbA1c yang tinggi. Walaupun, tidak ada hubungan antara HbA1c dengan nilai CAL , GR dan BOP. Pada penelitian lain, nilai HbA1c berhubungan dengan CAL, tapi tidak dengan parameter periodontal lainnya. Kelemahan dari penelitian ini adalah kami mengambil nilai HbA1c dari 2 bulan yang lalu. Berdasarkan penelitian yang menunjukkan adanyya pengaruh kontrol metabolik, kadar gula darah yang tinggi menyebabkan peningkatan sekresi mediator inflamasi kronis dan menyebabkan peningkatan respons periodontal. Ada individiual pasien dimana kontrol glikemik berpengaruh terhadap status peridontal, oleh karena itu pasien dengan DM yang terkontrol dapat mengalami penyakit periodontal dan DM yang tidak terkontrol dapat memiliki periodontium yang sehat. Peneliti menemukan rokok merupakan faktor resiko dari penyakit periodontal ; perokok mengalami periodontitis yang lebih berat dan menunjukkan resistensi terhadap terapi periodontal. Pada penelitian ini, efek dari rokok terhadap kerusakan dari periodontal tidak menunjukkan respon signifikan terhadap kelompok T1DM, sedangkan pada kelompok T2DM , perokok memiliki rata-rata yang rendah dari BOP dan persentase CAL > 5 mm. Level yang rendah dari pendarahan gusi dapat disebabkan oleh pengaruh nikon sebagai vasokontriktor. Kebalikannya, ada 11 perokok (12,6 %) pada pasien T2DM pada penelitian ini dan sejumlah kecil pasien menunjukkan hasil yang ambigu. Pengaruh dari plak mikroba sebagai etiologi dari penyakit periodontal tidak diketahui secara pasti. Bukti menunjukkan adanya hubungan yang erat antara plak 18 dental dan gingivitis telah dikumpulkan sejak 1965 ketika laporan pertama diterbitkan. Tetapi , sedikit menunjukkan adanya hubungan antara plak dental dengan periodontitis yang berat. Ini disimpulkan plak dental merupakan prediktor yang lemah dalam periodontitis, dimana tambahan faktor resiko lainnya berperan dalam patogenesis. Pada penelitian ini, nilai yang tinggi dari Oral debris indeks (DI-S) dinilai memiliki resiko yang besar untuk perkembangan dari penyakit periodontal yang berat. Peningkatan nilai dari DI-S berhubungan dengan semua parameter periodontal pada pasien T1DM dan T2DM., kecuali pembentukan resesi gingival. Perdarahan dari probing dari semua pasien DM dinilai, merupakann faktor presdiposisi kerusakan periodontal yang berat. Tetapi perdarahan dari probing menyebabkan inflamasi gingival dan merupakan terjadinya respon terhadap akumulasi plak mikroba. Walaupun kita memperhatikan faktor multifaktorial dari penyakit periodontal dan mekanisme sistemik DM dari patogenesis periodontitis, peran yang sangat penting dari oral hygiene merupakan faktor resiko dari kerusakan periodontal yang berat. Mealey 2006, kondisi sistemik berperan daripada penyebab kausatif.
KESIMPULAN
Hasil menunjukkan derajat penyakit periodontal yang berat lebih pada pasien dengan DM tipe 2. Tetapi, sehubungan dengan potensial sistemik atau faktor waktu seperti umur pasien dan durasi sistemik, plak dental merupakan faktor yang besar pada pasien dengan penyakit periodontal yang progresif.
SEPENGETAHUAN Studi didukung oleh Fondasi Penelitian Universitas Lithuanian dari Pengetahuan Kesehatan.
KONFLIKS STATEMENT Peneliti menyatakan bahwa tidak ada konflik dalam publikasi dari artikel ini. 19
DAFTAR PUSTAKA
1.Bascones-Martinez A, Matesanz-Perez P, Escribano-Bermejo M Gonzlez- Moles M, Bascones-Ilundain J, Meurman JH. Periodontal disease and diabetes- Review of the Literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2011;16(6):e722-9. 2. Sheiham A, Netuveli GS. Periodontal disease in Europe. Periodontology 2000 2002;29:104-21. 3. Mealey BL, Ocampo GL. Diabetes mellitus and periodontal disease. Periodontology 2000 2007; 44:127-53. 4. Whiting DR, Guariguata L, Weil C, Shaw J. IDF diabetes atlas: global estimates of the prevalence of diabetes for 2011 and 2030. Diabetes Res Clin Pract 2011;94(3):311-21. 5. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes- 2007. Diabetes Care 2007;30(Suppl 1):S4-S41. 6. Lalla E, Papapanou PN. Diabetes mellitus and periodontitis: a tale of two common interrelated diseases. Nat Rev Endocrinol 2011;7(12):738-48. 7. Khader YS, Dauod AS, El-Qaderi SS, Alkafajei A, Batayha WQ. Periodontal status of diabetics compared with nondiabetics: a metaanalysis. J Diabetes Complications 2006;20(1):59-68. 8. Le H. Periodontal disease. The sixth complication of diabetes mellitus. Diabetes Care 1993;16(1):329-34. 9. Mealey B, Oates TW. Diabetes mellitus and periodontal disease. J Periodontol 2006; 77(8):1289-303. 10. Greene JC, Vermillion JR. The simplified oral hygiene index. J Am Dent Assoc 1964;68:7-13. 11. Theule-Grant DA. Periodontal disease, diabetes, and immune response: a review of current concepts. J West Soc Periodontol Periodontal Abstr 1996;44(3):69-77. 20 12. Salvi GE, Collins JG, Yalda B, Arnold RR, Lang NP, Offenbacher S. Monocytic TNF alpha secretion patterns in IDDM patients with periodontal diseases. J Clin Periodontol 1997;24(1):8-16. 13. Schmidt AM, Weidman E, Lalla E, Yan SD, Hori O, Cao R, Brett JG, Lamster IB. Advanced glycation endproducts (AGEs) induce oxidant stress in the gingiva: a potential mechanism underlying accelerated periodontal disease associated with diabetes. J Periodontal Res 1996;31(7):508-15. 14. Chvarry NG, Vettore MV, Sansone C, Sheiham A. The relationship between diabetes mellitus and destructive periodontal disease: a meta-analysis. Oral Health Prev Dent 2009;7(2):107-27. 15. Cerda J, Vzquez de la Torre C, Malacara JM, Nava LE. Periodontal disease in non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). The effect of age and time since diagnosis. J Periodontol 1994;65(11):991-5. 16. Moore PA, Weyant RJ, Mongelluzzo MB, Myers DE, Rossie K, Guggenheimer J, Block HM, Huber H, Orchard T. Type 1 diabetes mellitus and oral health: assessment of periodontal disease. J Periodontol 1999;70(4):409-17. 17. Choi YH, McKeown RE, Mayer-Davis EJ, Liese AD, Song KB, Merchant AT. Association between periodontitis and impaired fasting glucose and diabetes. Diabetes Care 2011;34(2):381-6. 18. Yalda B, Offenbacher S, Collins G. Diabetes as a modifier of periodontal disease expression. Periodontol 2000 1994;6:37-49. 19. Abdellatif HM, Burt BA. An epidemiological investigation into the relative importance of age and oral hygiene status as determinants of periodontitis. J Dent Res 1987;66(1):13-8. 20. Penumarthy S, Penmetsa GS, Mannem S. Assessment of serum levels of triglycerides, total cholesterol, high-density lipoprotein cholesterol, and low- density lipoprotein cholesterol in periodontitis patients. J Indian Soc Periodontol 2013;17(1):30-5. 21. Festa A, D'Agostino RJr, Howard G, Mykknen L, Tracy RP, Haffner SM. Chronic subclinical inflammation as part of the insulin resistance syndrome: the Insulin Resistance Atherosclerosis Study (IRAS). Circulation 2000;102(1):42-7. 21 22. Howard BV, Schneiderman N, Falkner B, Haffner SM, Laws A. Insulin, health behaviors, and lipid metabolism. Metabolism 1993;42(Suppl 1):25-35. 23. Silvestre FJ, Miralles L, Llambes F, Bautista D, Sol-Izquierdo E, Hernndez- Mijares A. Type 1 diabetes mellitus and periodontal disease: relationship to different clinical variables. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009;14(4):E175-9. 24. Bridges RB, Anderson JW, Saxe SR, Gregory K, Bridges SR. Periodontal status of diabetic and non-diabetic men: effects of smoking, glycemic control, and socioeconomic factors. J Periodontol 1996;67(11):1185-92. 25. Dakovic D, Pavlovic MD. Periodontal disease in children and adolescents with type 1 diabetes in Serbia. J Periodontol 2008; 79(6):987- 92. 26. Campus G, Salem A, Uzzau S, Baldoni E, Tonolo G. Diabetes and periodontal disease: a case-control study. J Periodontol 2005;76(3):418- 25. 27. Noack B, Jachmann I, Roscher S, Sieber L, Kopprasch S, Lck C, Hanefeld M, Hoffmann T. Metabolic diseases and their possible link to risk indicators of periodontitis. J Periodontol 2000;71(6):898-903. 28. Saito T, Shimazaki Y, Kiyohara Y, Kato I, Kubo M, Iida M, Yamashita Y. Relationship between obesity, glucose tolerance, and periodontal disease in Japanese women: the Hisayama study. J Periodontal Res 2005;40(4):346-53. 29. Chen L, Wei B, Li J, Liu F, Xuan D, Xie B, Zhang J. Association of periodontal parameters with metabolic level and systemic inflammatory markers in patients with type 2 diabetes. J Periodontol 2010;81(3):364-71. 30. Mealey BL. Periodontal disease and diabetes. A two-way street. J Am Dent Assoc 2006;137(Suppl):26S-31S. 31. Grossi SG, Zambon JJ, Ho AW, Koch G, Dunford RG, Machtei EE, Norderyd OM, Genco RJ. Assessment of risk for periodontal disease. I. Risk indicators for attachment loss. J Periodontol 1994;65:260-7. 32. Morozumi T, Kubota T, Sato T, Okuda K, Yoshie H. Smoking cessation increases gingival blood flow and gingival crevicular fluid. J Clin Periodontol 2004;31(4):267-72. 33. Le H, Theilade E, Jensen SB. Experimental gingivitis in man. J Periodontol 1965;36:177-87. 22 34. Albandar JM. Global risk factors and risk indicators for periodontal diseases. Periodontol 2000 2002;29:177-206. 35. Mariotti A. Dental plaque- induced gingival diseases. Ann Periodontol 1999;4(1):7-17.