Anda di halaman 1dari 3

Pandangan Sosial Terhadap Bayi Tabung

Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di
kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih
Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan
sperma donor sebagaimana diangkat oleh anji Masyarakat edisi nomor !1" tanggal 1
#eptember 198$. %embaga &i'ih Islam (rganisasi )on*erensi Islam +()I, dalam sidangnya
di -mman tahun 198$ mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau o.um, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan o.um dari isteri sendiri.
/atikan secara resmi tahun 1980 telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu
titipan dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan
dengan harkat manusia. Mantan )etua I1I, dr. )artono Muhammad juga pernah
melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia menghimbau masyarakat
Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan
o.umnya berasal dari suami-isteri sendiri.
#ecara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada
bayi tabung dilakukan dengan menggunakan dengan ca2an petri sehingga embrio yang
diperlukan yang dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya 3dibuang4. 5ak hidup
embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini
sebagai tindakan pembunuhan.
Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspekti* )risten adalah berhubungan
dengan embrio-embrio 3yang terbuang4 #ebagian besar metode-metode dalam teknologi
reproduksi memaksa untuk mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu embrio
yang lebih unggul dan dapat bertahan hidup.
#aat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. 5al ini
terjadi karena keinginan pasangan suami-istri yang tidak bias memiliki keturunan secara
alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. 1an juga menolong suami-istri yang
memiliki penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh
keturunan. Tetapi dalam hal ini menjadi suatu tantangan bagi norma agama.
enerapan T67 sesuai dengan kaidah al hajatu tanzilu manzilah al dharurat+hajat atau
kebutuhan yang mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat,. 1ilihat dari segi
teknologinya, " lembaga *at2a, 7ahtsul Masail 89, )omisi &at2a M9I, 1e2an 5isbah
:6#I#, dan M)#. )eempatnya menyepakati bolehnya inseminasi buatan dan bayi tabung.
#epanjang sperma berasal dari suami dan sel telur dari istrinya yang masih terikat dalam
pernikahan dan dihamilkan oleh 2anita pemilik oosit tersebut, dan mengharamkan inseminasi
buatan atau bayi tabung donor karena akan berakibat merancukan nasab +silsilah keturunan,.
1ari hal tersebut dapat diketahui bah2a padangan masyarakat terhadap bayi tabung
bermacam-macam, ada pihak yang setuju dengan program bayi tabung dengan alasan
menolong pasangan suami istri yang tidak bisa memiliki keturunan, sedangkan pihak yang
tidak setuju dengan alasan hak hidup dari embrio yang dibuang.
Pandangan Budaya Terhadap Bayi Tabung
rogram bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. 5al ini terjadi
karena keinginan pasangan suami-istri yang tidak bias memiliki keturunan secara alamiah
untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. 1an juga menolong suami-istri yang memiliki
penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh keturunan.
#ejak kelahiran %ouise 7ro2n, teknik bayi tabung atau In /itro &ertili;ation +I/&,
semakin populer saja di dunia. 1i Indonesia, teknik bayi tabung +I/&, ini pertama kali
diterapkan di 6umah #akit -nak-Ibu +6#-7, 5arapan )ita, <akarta, pada 1980. Teknik bayi
tabung yang kini disebut I/& kon.ensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama,
8ugroho )aryanto, pada = Mei 1988. #etelah itu lahir sekitar >00 ?adik? 8ugroho, di
antaranya dua kelahiran kembar empat.
1ibandingkan dengan negara tetangga, jumlah klinik bayi tabung di Indonesia memang
masih sedikit, yakni baru =$ klinik di 11 kota, terutama di kota-kota besar. 7andingkan
dengan <epang yang berpenduduk 110 juta orang dan memiliki $00 klinik kesuburan.
)esebelas kota besar yang dimaksud meliputi <akarta, 7andung, @ogyakarta, #olo, #emarang,
#urabaya, 1enpasar, Medan, 1epok, Magelang, dan adang. ?Tetapi, dari segi *asilitas dan
kemampuan, dokter kita sudah setara dengan negara tetangga. -ngka keberhasilannya pun
hampir sama, sekitar "0 persen,? kata dr 7udi Ai2engko, #p (B, sekjen erkumpulan
&ertilisasi In /itro Indonesia +er*itri,. 1i Indonesia, program bayi tabung membutuhkan
dana sekitar 6p >0-$0 juta. #ejak program bayi tabung dimulai di Indonesia sejak 1980, baru
sekitar >000 bayi tabung +I/&C In /itro &ertili;ation, lahir di Indonesia. 7iaya adalah alasan
mengapa banyak pasangan tidak mengikuti program ini.
1ari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bah2a bayi tabung di Idonesia sudah
membudaya di masyarakat untuk mengatasi masalah sulitnya mempunyai keturunan, hanya
saja program bayi tabung di Indonesia ini hanya terbentur oleh masalah biaya proses bayi
tabung yang mahal.
Pandangan Etika Terhadap Bayi Tabung
Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern
yang pada prinsipnya bersi*at netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi.
#ehingga meskipun memiliki daya guna tinggi, namun juga sangat rentan terhadap
penyalahgunaan dan kesalahan etika bila dilakukan oleh orang yang tidak beragama, beriman
dan beretika sehingga sangat potensial berdampak negati* dan *atal. (leh karena itu kaedah
dan ketentuan syariah merupakan pemandu etika dalam penggunaan teknologi ini sebab
penggunaan dan penerapan teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika dan hukum
yang berlaku di masyarakat.
#elanjutnya )eputusan Men)es 6I tersebut dibuat edoman elayanan 7ayi Tabung di
6umah #akit, oleh 1irektorat 6umah #akit )husus dan #2asta, 1ep)es 6I, yang
menyatakan bah2aC
1. elayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel sperma dan sel
telur pasangan suami-istri yang bersangkutan.
=. elayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan in*ertilitas, sehingga
sehinggan kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan in*ertilitas
secara keseluruhan.
>. :mbrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu 2aktu tidak lebih dari >, boleh
dipindahkan " embrio dalam keadaanC
D 6umah sakit memiliki > tingkat pera2atan intensi* bayi baru lahir.
D asangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-kurangnya dua kali
prosedur teknologi reproduksi yang gagal.
D Istri berumur lebih dari >! tahun.
". 1ilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun.
!. 1ilarang melakukan jual beli spermato;oa, o.a atau embrio.
$. 1ilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian, penelitian atau
sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dapat dilakukan apabila tujuannya telah
dirumuskan dengan sangat jelas.
0. 1ilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio manusia dengan usia lebih dari
1" hari setelah *ertilisasi
8. #el telur yang telah dibuahi oleh spermato;oa manusia tidak boleh dibiakkan in-.itro lebih
dari 1" hari +tidak termasuk 2aktu impan beku,
9. 1ilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau menggunakan sel o.a,
spermato;oa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel o.a atau spermato;oa itu berasal.
10. 1ilarang melakukan *ertilisasi trans-spesies, kecuali *ertilisasi tran-spesies tersebut
diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis in*ertilitas pada manusia. #etiap
hybrid yang terjadi akibat *retilisasi trans-spesies harus diakhiri pertumbuhannya pada
tahap = sel.
:tika Teknologi 6eproduksi 7uatan belum tercantum secara eksplisit dalam 7uku )ode
:tik )edokteran Indonesia. Tetapi dalam addendum 1, dalam buku tersebut di atas terdapat
penjelasan khusus dari beberapa pasal re.isi )odeki 5asil Mukernas :tik )edokteran III,
-pril =00=. ada )loning dijelaskan bah2a pada hakekatnyaC menolak kloning pada
manusia, karena menurunkan harkat, derajat dan serta martabat manusia sampai setingkat
bakteri, menghimbau ilmu2an khususnya kedokteran, untuk tidak mempromosikan kloning
pada manusia, dan mendorong agar ilmu2an tetap menggunakan teknologi kloning pada C
1. sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan misalnya untuk pembuatan
;at antigen monoclonal.
=. sel atau jaringan he2an untuk penelitian klonasi organ, ini untuk melihat kemungkinan
klonasi organ pada diri sendiri.
http://himakep-tms.blogspot.com/2011/11/etika-dan-hukum-teknik-bayi-
tabung.html
http://health.detik.com/read/2010/06/07/154232/1373335/764/raan-
pelanggaran-etika-klinik-bayi-tabung-harus-dibatasi
http://health.kompas.com/read/2013/03/26/1603275!/"rogram.#ayi.$abung.di.%n
donesia.$ak.&alah.

Anda mungkin juga menyukai