Anda di halaman 1dari 94

KATA PENGANTAR

Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dapat menyelesaikan tugas akhir

saya yang berjudul “Analisa Struktur Kalimat Bahasa Indonesia dengan

Menggunakan Pengurai Kalimat Berbasis Linguistic String Analysis”. Segala pujian

dan syukur saya panjatkan kepada-Nya.

Kemudian saya hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Papa dan Mama yang telah membesarkan dan mendidik saya serta selalu

berdoa kepada-Nya agar dapat memberikan pilihan yang terbaik bagi diri

saya.

2. Bpk. Bobby A. A. Nazief, Ph.D., sebagai pembimbing tugas akhir saya

yang terus-menerus membimbing dan memberikan arahan dalam tugas

akhir ini.

3. Bapak Zainal A. Hasibuan, Ph.D., selaku pembimbing akademis yang

terus-menerus membimbing saya selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu

Komputer UI.

4. Kakak-kakak dan adik-adik saya yang telah membantu dan berdoa atas

kelancaran studi saya.

5. Semua dosen, staf, karyawan dan teman mahasiswa di Fakultas Ilmu

Komputer UI atas segala bantuan, perhatian dan dukungannya.

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kampus kita tercinta.

Penulis, 1999

i
ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisa struktur kalimat bahasa

Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string analysis.

Struktur sintaks kalimat ini sangat diperlukan bagi pengembangan suatu sistem

pemrosesan bahasa alami khususnya untuk pemrosesan bahasa Indonesia.

Struktur sintaks yang dibangun pada penelitian ini mengacu pada aturan-

aturan sintaks yang terdapat di dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia.Untuk

menguji kebenaran aturan-aturan sintaks yang telah dibuat, dibuat juga pengurai

sintaks yang memuat aturan-aturan sintaks tersebut. Pembuatan pengurai sintaks

kalimat bahasa Indonesia ini menggunakan alat bantu Lex-Yacc.

Jenis-jenis kalimat masukan yang dapat diuraikan oleh pengurai adalah

kalimat deklaratif berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat–

kalimat ini banyak digunakan pada makalah-makalah ilmiah dan juga dapat

digunakan pada sistem interaktif yang memakai pemrosesan bahasa alami dalam

proses kerjanya.

Hasil uji coba yang dilakukan terhadap kumpulan abstrak ilmiah bidang ilmu

komputer cukup baik. Sebanyak 68,04% dari 194 kalimat input dapat diuraikan

dengan benar oleh pengurai dan berhasil menolak 26,28% kalimat input yang salah;

sedangkan 4,12% dari 194 kalimat masukan ini tidak berhasil diuraikan walaupun

struktur kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku dan juga terdapat sebanyak

1,55% kalimat masukan yang berhasil diuraikan struktur kalimat hasil penguraiannya

salah.

vi + 88 hlm.; 6 tbl.; 3 gbr.; 4 lmp.


Referensi: 7 (1981-1997)
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR_________________________________________________________i

ABSTRAK________________________________________________________________ii

DAFTAR ISI_____________________________________________________________iii

DAFTAR GAMBAR________________________________________________________v

DAFTAR TABEL__________________________________________________________vi

BAB I PENDAHULUAN____________________________________________________1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH_______________________________________________1
1.2 TUJUAN PENELITIAN________________________________________________________3
1.3 PEMBATASAN MASALAH____________________________________________________4
1.4 METODOLOGI PENELITIAN__________________________________________________5
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN___________________________________________________6

BAB II STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA__________________________8


2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA__________________________________________8
2.1.1 Ciri-Ciri Subjek_____________________________________________________________9
2.1.2 Ciri-Ciri Predikat__________________________________________________________11
2.1.3 Ciri-Ciri Objek____________________________________________________________12
2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap_________________________________________________________13
2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan________________________________________________________14
2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA_________________________________17
2.2.1 Kalimat Dasar_____________________________________________________________17
2.2.2 Pola Kalimat Dasar_________________________________________________________17
2.2.3 Kalimat Aktif______________________________________________________________19
2.2.4 Kalimat Pasif______________________________________________________________20
2.2.5 Perluasan Unsur___________________________________________________________21
2.3 KALIMAT MAJEMUK_______________________________________________________23
2.3.1 Kalimat Majemuk Setara____________________________________________________24
2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat_________________________________________________24

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN____________________________________26


3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA__________________________________________26
3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT______________________________30
3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif____________________________________________________31
3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat_________________________________________________32
3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat________________________________________________35
3.2.4 Aturan String Objek Kalimat__________________________________________________39
3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat_________________________________40
3.2.6 Aturan Sentence Adjunct_____________________________________________________41
3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA_________________________________________43
3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA_____________________________________________44

BAB IV IMPELEMENTASI DAN UJI COBA__________________________________46


4.1 IMPLEMENTASI____________________________________________________________46
4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal_____________________________________________46

iii
4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata_____________________________________47
4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks______________________________________________48
4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks____________________________________49
4.2 UJI COBA__________________________________________________________________51
4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama_____________________________________________________51
4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua______________________________________________________54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN_________________________________________67


5.1 KESIMPULAN______________________________________________________________67
5.2 SARAN____________________________________________________________________69

REFERENSI_____________________________________________________________72

LAMPIRAN 1 ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA______________________73

LAMPIRAN 2 KELAS KATA_______________________________________________77

LAMPIRAN 3 KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL DIURAIKAN_____________78

LAMPIRAN 4 KALIMAT-KALIMAT YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN_________85

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata.________44
Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak.__________________45
Gambar IV-1: Pengelompokkan hasil penguraian terhadap 194 kalimat masukan.________66

v
DAFTAR TABEL

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian._______________________28


Tabel IV-1: Contoh kata-kata pada array kata dan array kelas kata.___________________47
Tabel IV-2: Pengelompokkan kalimat masukan ke dalam pola dasar dan pola
kalimat pasif.____________________________________________________58
Tabel IV-3 : Pengelompokkan kalimat pasif masukan berdasarkan pola dasar kalimat asal.
______________________________________________________________59
Tabel IV-4: Perbandingan kalimat masukan yang memakai keterangan berupa
anak kalimat dan keterangan berupa kata/frasa.________________________60
Tabel IV-5: Jumlah anak kalimat yang memperluas nomina elemen-elemen
kalimat._________________________________________________________61

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa adalah salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan

manusia. Dalam bentuk tulisan, bahasa menyimpan pengetahuan dari satu generasi ke

generasi lain. Sedangkan dalam bentuk lisan, bahasa berperan dalam mengarahkan

tingkah laku manusia sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain.

Salah satu motivasi dalam penelitian bahasa alami adalah bahwa kemampuan

pemrosesan bahasa alami akan mengubah cara penggunaan komputer [Alle94].

Karena kebanyakan pengetahuan manusia tersimpan dalam bentuk bahasa, komputer

yang dapat mengerti bahasa alami dapat mengakses informasi ini. Selain itu, antar

muka sistem komputer yang kompleks yang menggunakan bahasa alami dapat diakses

oleh setiap orang. Sistem yang seperti ini akan lebih fleksibel dan intelligent dan

sangat mungkin diterapkan pada teknologi komputer sekarang ini.

Penelitian dalam bidang pemrosesan bahasa alami sudah banyak dilakukan.

Namun kebanyakan penelitian tersebut dilakukan terhadap bahasa Inggris. Penelitian

bahasa alami yang dilakukan terhadap bahasa Indonesia masih sedikit dilakukan.

Tentunya penelitian ini selayaknya dilakukan oleh orang Indonesia sendiri.

Salah satu komponen terpenting dalam pemrosesan bahasa alami adalah

pengurai (parser) struktur kalimat. Pengurai sintaks kalimat ini memberi indikasi

bagaimana hubungan antar kata dalam satu kalimat. Struktur ini juga

mengidentifikasikan bagaimana kata-kata bersatu membentuk frase, kata-kata yang


mana yang melakukan modifikasi kata yang lain dan kata-kata yang mana yang

merupakan kata-kata inti dalam satu kalimat. Dengan informasi ini, komputer dapat

menginterpretasikan kalimat sehingga seolah-olah komputer dapat mengerti kalimat

tersebut.

Proses penguraian kalimat pada bahasa manusia mirip dengan proses

penguraian tata bahasa pemrograman dalam dunia komputer. Perbedaan yang

mendasar pada keduanya adalah tata bahasa dalam dunia komputer merupakan tata

bahasa yang bebas konteks (context free grammar), sedangkan tata bahasa pada

bahasa Indonesia merupakan tata bahasa alami yang peka terhadap konteks (context

sensitive). Pendefinisian tata bahasa yang peka terhadap konteks untuk diproses oleh

komputer merupakan hal yang sangat kompleks. Oleh karena itu, salah satu alternatif

penyelesaian masalah ini adalah analisa konteks terhadap suatu kalimat dalam bahasa

alami dipisahkan dengan analisa sintaks [Alle94]. Walaupun analisa semantik

dipisahkan dari analisa sintaks, penguraian struktur kalimat dalam bahasa alami tetap

tidak sederhana. Oleh karena itu, setelah dilakukan penguraian struktur kalimat

dalam bahasa alami, pengurai perlu melakukan validasi terhadap struktur hasil

penguraian tersebut.

Penelitian dan pembuatan pengurai sintaks kalimat untuk bahasa Indonesia

sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Namun penelitian ini hanya terbatas pada

kalimat-kalimat tunggal sederhana karena fokus penelitiannya lebih mengarah

kepada pengujian penggunaan suatu metode penguraian kalimat yaitu metode

linguistic string analysis terhadap kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis

mencoba melakukan penelitian yang cukup mendalam dengan memfokuskan

penelitian pada pembuatan aturan sintaks kalimat bahasa Indonesia sesuai dengan

aturan tata bahasa baku. Setelah itu, penulis mencoba membuat suatu pengurai sintaks
kalimat untuk bahasa Indonesia untuk menguji aturan-aturan sintaks yang sudah

dibuat sebelumnya.

Beberapa masalah dalam penguraian bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

 Representasi kalimat.

Masalah ini bertumpu pada formalisasi yang akan digunakan untuk

menspesifikasikan kalimat-kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia.

Harus ada suatu mekanisme bagaimana suatu kalimat direpresentasikan,

sehingga komputer mendapatkan informasi untuk menginterpretasikan

kalimat tersebut.

 Pendefinisian aturan sintaks.

Untuk mendapatkan struktur penguraian suatu kalimat, pengurai

memerlukan informasi aturan-aturan sintaks kalimat dalam bahasa

Indonesia. Aturan-aturan sintaks ini didefinisikan dalam suatu format

tertentu yang mudah dimengerti oleh manusia. Agar dapat dipakai oleh

komputer untuk melakukan penguraian kalimat-kalimat bahasa Indonesia,

diperlukan alat bantu yang dapat menerjemahkan aturan-aturan sintaks

tersebut ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti olehnya.

 Kamus kata.

Kamus kata ini diperlukan untuk informasi kelas kata dari kata yang akan

diuraikan.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah menganalisa struktur kalimat

bahasa Indonesia dengan menggunakan pengurai kalimat berbasis linguistic string


analysis. Sebagai sampel penelitian, digunakan kalimat-kalimat yang terdapat pada

abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan di Fakutas ilmu komputer UI.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Struktur sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dibuat dalam penelitian ini

adalah struktur sintaks kalimat yang sesuai dengan aturan sintaks tata bahasa baku

bahasa Indonesia. Struktur ini mengindikasikan bagaimana kata-kata dalam suatu

kalimat bahasa Indonesia saling berkaitan. Struktur ini juga mengindikasikan

bagaimana kata-kata tersebut membentuk suatu frase, bagaimana suatu kata

melakukan modifikasi terhadap kata-kata yang lain dan juga merepresentasikan kata-

kata apa yang menjadi inti dari suatu kalimat.

Representasi sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dilakukan pengurai ini

berdasarkan tata bahasa yang bebas konteks. Dengan kata lain, representasi struktur

kata suatu kalimat tidak tergantung pada makna atau konteks kata lain penyusun

kalimat tersebut. Oleh karena itu, penguraian kalimat berdasarkan aturan sintaks

bahasa Indonesia ini juga memberi arti bahwa tugas akhir ini tidak melakukan

penguraian kalimat secara semantik.

Kalimat-kalimat yang dapat diuraikan berdasarkan bentuk sintaksisnya

terbatas pada kalimat deklaratif (kalimat berita). Berdasarkan kelengkapannya,

kalimat yang diuraikan terbatas pada kalimat lengkap tunggal dan kalimat tunggal

yang mengalami perluasan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap,

atau keterangan atau kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang mengalami

peniadaan unsur-unsurnya tidak diuraikan. Kalimat yang dapat diuraikan adalah

kalimat yang digunakan dalam bahasa tulisan sebab kalimat yang sering mengalami

peniadaan unsur adalah kalimat yang digunakan dalam bahasa lisan.


Hasil keluaran dari pengurai ini adalah struktur pohon pengurai (parse tree)

dari struktur kalimat jika kalimat masukan sesuai dengan tata bahasa baku bahasa

Indonesia. Jika kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku, maka struktur

pohon tidak akan terbentuk. Pengecekan validasi atau analisa kesalahan struktur

pohon urai secara lebih detil tidak dilakukan dalam tugas akhir ini. Analisa kesalahan

kalimat masukan yang tidak dapat dibuat struktur pohon urainya juga tidak dilakukan.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN

Strategi penguraian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penguraian

yang bebas konteks (context free). Hal ini dilakukan karena strategi ini sesuai dengan

komputasi komputer dan sudah sangat dikenal dalam bidang ilmu komputer untuk

menguraikan kalimat berdasarkan sintaks kalimat tersebut [Sage81].

Pada penelitian ini, juga dipelajari metoda penguraian linguistic string

analysis yang telah digunakan oleh Iskak Hendrawan di dalam penelitiannya.

Linguistic string adalah urutan simbol-simbol yang merepresentasikan kelas-kelas

kata dalam suatu kalimat [Sage81]. Tiap-tiap kalimat memiliki inti kalimat dengan

urutan simbol-simbol yang sangat sederhana yang dinamakan elementary center

string. Kalimat-kalimat kompleks dapat dibentuk dari kalimat inti dengan cara

menambahkan kata-kata tertentu yang dikenal dengan nama adjunct string pada

beberapa bagian tertentu dalam kalimat inti tersebut.

Setelah itu, penulis melakukan penelitian terhadap struktur kalimat bahasa

Indonesia yang baku. Penelitian terhadap struktur kalimat bahasa Indonesia ini

meliputi kalimat-kalimat dasar yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kemudian

penulis juga mempelajari perluasan dari kalimat dasar bahasa Indonesia yaitu kalimat

yang beberapa unsur kalimatnya diperluas dengan menggunakan pola-pola tertentu.


Setelah mempelajari sintaks bahasa Indonesia, penulis mencoba membuat

aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana dengan menggunakan definisi BNF.

Aturan-aturan sintaks untuk kalimat sederhana itu kemudian sedikit demi sedikit

dimodifikasi agar dapat menguraikan kalimat yang lebih kompleks. Modifikasi

dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan linguistic string analysis, dengan

mengacu pada pola kalimat bahasa Indonesia yang sudah dipelajari sebelumnya.

Berdasarkan struktur kalimat tersebut, dibuat suatu pengurai kalimat bahasa

Indonesia. Proses uji coba kemudian dilakukan terhadap pengurai kalimat untuk

mengecek kebenaran aturan-aturan sintaks yang sudah dibuat dan juga untuk

melakukan analisa struktur kalimat bahasa Indonesia yang juga merupakan tujuan

penelitian ini.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Bab pertama memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, tujuan

penelitian, ruang lingkup permasalahan dan metode penelitian.

Bab 2 membahas struktur kalimat bahasa Indonesia. Struktur kalimat ini akan

digunakan dalam pembuatan aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia.

Bab 3 membahas tentang analisa dan perancangan pengurai yang dibuat dalam

penelitian ini. Bab ini dimulai dengan penentuan kelas-kelas kata yang digunakan,

kemudian perancangan pengurai sintaks, dan perancangan struktur data yang

digunakan.

Bab 4 membahas implementasi dan uji coba terhadap pengurai sintaks kalimat

bahasa Indonesia. Implementasi dibuat berdasarkan analisa dan perancangan yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Sub bab uji coba membahas hasil uji coba yang

dilakukan terhadap pengurai dengan input kalimat-kalimat yang terdapat pada buku-

buku tentang tata bahasa baku bahasa Indonesia dan juga kalimat-kalimat yang
terdapat pada abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer UI. Pada

bab ini juga dijelaskan analisa terhadap hasil uji coba yang dilakukan pada sampel

kalimat bahasa Indonesia yaitu abstrak penelitian yang dilakukan di Fakultas Ilmu

Komputer UI.

Bab terakhir membahas tentang kesimpulan dan saran yang merupakan hasil

dari penelitian yang telah dilakukan.


BAB II

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang

mengungkapkan suatu pikiran yang utuh [Alwi98]. Karena itu, kalimat dapat dilihat

sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk

jika ada minimal dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-

aturan wacana.

2.1 KALIMAT DAN UNSUR-UNSURNYA

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-

kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau

keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut.

Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan

predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja)

dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula

berupa adjektiva dan nomina.

Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang

ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi

predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat.

Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—

tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 8

yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek,

predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata

yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai

berikut.

a) Anak kecil itu // pandai sekali.

Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam

unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek.

Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat

ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan

kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian

kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur

predikat.

Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan

tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali

dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru,

atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.

Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata

bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.

Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan

ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-

unsurnya.

2.1.1 Ciri-Ciri Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping

unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat

yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 9

 Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas

pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk

subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.

 Disertai Kata Itu

Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).

Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah

takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan

juga pronomina tidak disertai kata itu.

 Didahului Kata Bahwa

Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang

menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu,

kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat

pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

 Mempunyai Keterangan Pewatas Yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih

lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan

keterangan pewatas.

 Tidak Didahului Preposisi

Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.

Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu

sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 10

 Berupa Nomina atau Frasa Nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping

nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata

penunjuk itu.

2.1.2 Ciri-Ciri Predikat

Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian

ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.

 Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas

pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan

sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat

yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat

digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata

bilangan) atau frasa numeralia.

 Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama

digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas

antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

 Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang

diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan

untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai

penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang

berupa nomina atau predikat kata merupakan.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 11

 Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata

aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak

di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina

bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap

pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

 Unsur Pengisi Predikat

Predikat suatu kalimat dapat berupa:

1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.

2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa

numeralia (bilangan).

2.1.3 Ciri-Ciri Objek

Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu

kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak

memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan

berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.

 Langsung di Belakang Predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah

mendahului predikat.

 Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek

dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 12

perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat

pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

 Tidak Didahului Preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului

preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat

disisipkan preposisi.

 Didahului Kata Bahwa

Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak

kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

2.1.4 Ciri-Ciri Pelengkap

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur

kalimat ini :

1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.

2. Menempati posisi di belakang predikat.

3. Tidak didahului preposisi.

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek

dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah

yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

 Di Belakang Predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang

predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.

Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

a) Diah mengirimi saya buku baru.

b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 13

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap

dan tidak mendahului predikat.

 Tidak Didahului Preposisi

Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang

didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan

dijelaskan setelah bagian ini.

2.1.5 Ciri-Ciri Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut

tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang

tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau

anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke,

dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang

berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena,

meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.

 Bukan Unsur Utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan

merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar

kebanyakan tidak bersifat wajib.

 Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki

kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir

kalimat, atau di antara subjek dan predikat.

 Jenis Keterangan
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 14

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.

1. Keterangan Waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan

waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.

Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang

menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan

minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai

oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,

sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

2. Keterangan Tempat

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang

ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

3. Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang

menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan

perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh

kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak

kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.

4. Keterangan Sebab

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab

yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti

oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak

kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

5. Keterangan Tujuan
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 15

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang

berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan

tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,

agar, atau untuk.

6. Keterangan Aposisi

Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau

objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--),

atau tanda kurang.

Perhatikan contoh berikut.

 Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

7. Keterangan Tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun

objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi

dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan

tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti

contoh berikut.

 Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan

unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.

8. Keterangan Pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,

predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan

dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.

Contohnya sebagai berikut.

 Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 16

Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang

mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP

tiga lebih.

2.2 KALIMAT TUNGGAL DAN PERUBAHANNYA

Dilihat dari unsur pembentuknya, kalimat itu dapat dibedakan atas kalimat

tunggal dan kalimat majemuk. Bagian ini akan membahas kalimat tunggal beserta

perubahannya.

2.2.1 Kalimat Dasar

Jumlah kalimat yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak terhitung

banyaknya. Namun kalimat yang tidak terbatas jumlahnya itu sebenarnya dapat

dikembalikan kepada struktur dasar yang jumlahnya terbatas.

Dengan peniadaan unsur keterangan—baik keterangan kalimat maupun

keterangan subjek, predikat, ataupun objek—akan ditemukan kalimat dasar yang

merupakan struktur yang paling pokok [Sugo97].Peniadaan itu tidak berlaku untuk

unsur yang pokok. Dengan kata lain, unsur subjek, predikat, objek, serta pelengkap

tetap harus ada dalam struktur dasar.

2.2.2 Pola Kalimat Dasar

Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat

dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum

mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti

penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 17

pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke

dalam delapan tipe [Sugo97].

1. Kalimat dasar berpola SPOK

Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan

keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa

verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan

keterangan berupa frasa berpreposisi.

2. Kalimat dasar berpola SPOPel

Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat,

objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat

berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan

pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.

3. Kalimat dasar berpola SPO

Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa

nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek

berupa nomina atau frasa nominal.

4. Kalimat dasar berpola SPPel

Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek

berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata

sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.

5. Kalimat dasar berpola SPK

Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki

unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina

atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan

berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 18

 Saya berasal dari Palembang.

6. Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)

Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan

predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa

verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang

wajib.

7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)

Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek

berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau

frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas

daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).

8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)

Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina

atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat

itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.

2.2.3 Kalimat Aktif

Jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada

predikat, kalimat itu disebut kalimat aktif. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya

terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat dasar yang

termasuk kalimat aktif adalah kalimat dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 6. Kalimat

aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek

yang dinamakan transitif dan kalimat aktif yang tidak berobjek yang disebut

intransitif.
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 19

Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan verba aktif. Verba aktif

umumnya ditandai oleh awalan me-, seperti menulis, membaca, membawa, mencatat,

menyeberangi, dan melintasi.

2.2.4 Kalimat Pasif

Jika subjek suatu kalimat tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran

perbuatan yang dinyatakan predikat, kalimat itu disebut kalimat pasif. Kalimat

semacam ini merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan dengan

pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Pengubahan ini

menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi

verba pasif. Dengan demikian, kalimat pasif ini hanya terdapat dalam kalimat tipe 1

dan 2 serta tipe 3. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan

kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif.

Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu

ditandai pula oleh bentuk verba pengisi predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada

dua macam bentuk verba pasif, yaitu verba pasif berawalan di- dan verba pasif tanpa

awalan di- plus pelaku.

Kalimat-kalimat aktif dapat dijadikan kalimat pasif dengan mengubah unsur

objek dijadikan subjek, dan hal itu akan mengakibatkan perubahan bentuk verba

predikat berawalan me- menjadi berawalan di-. Contohnya terdapat pada kalimat

berikut.

Pengusaha itu meminjami ayah uang.

Kalimat aktif di atas kemudian diubah menjadi kalimat pasif :

Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu

Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pronomina

persona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga dapat juga memiliki bentuk
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 20

yang berbeda dengan kalimat pasif di atas. Perbedaan ini terdapat pada predikat yang

tidak berawalan di-. Verba pengisi predikat kalimat pasif ini adalah verba yang

diperoleh dari verba aktif dengan menanggalkan awalan me-. Sebagai pengganti

awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona atau nomina pelaku

pada kalimat asal (kalimat aktifnya) seperti contoh ini.

Saya sudah mengirimkan lamaran ke kantor.

Kalimat aktif diatas kemudian diubah menjadi kalimat pasif dengan predikat tanpa

awalan di- :

Lamaran sudah saya kirimkan ke kantor.

Bagian yang dicetak tebal di atas merupakan predikat kalimat. Pada kalimat pasif

jenis ini, verba pasif tidak berupa sebuah kata, tetapi berupa gabungan dua kata, yaitu

verba transitif tanpa awalan di- atau me- dan unsur pelaku yang dalam kalimat aktif

berfungsi sebagai subjek.

Kalimat pasif juga dapat ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan

ter-. Kalimat yang berpredikat veba berawalan ter- memperlihatkan bahwa subjek

dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat dan mempunyai makna tidak

disengaja. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

Kaki saya terinjak orang.

Di samping itu, kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja dapat juga

ditandai oleh kata kena. Seperti dalam contoh berikut.

Mereka kena tipu orang .

Selain berciri verba berawalan di-, ter, dan kata kena, kalimat pasif ditandai

oleh verba berimbuhan ke- -an. Verba jenis ini amat terbatas jumlahnya dan biasanya

berhubungan dengan peristiwa alam, seperti kalimat berikut.

Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 21

2.2.5 Perluasan Unsur

Unsur kalimat, seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan

dapat diperluas sehingga informasi tentang unsur-unsur itu menjadi lebih lengkap.

Perluasan ini diartikan sebagai pengubahan unsur dasar dengan penambahan,

pemindahan, ataupun peniadaan. Pada penelitian yang dilakukan, penulis hanya

melakukan perluasan unsur dengan melakukan penambahan unsur-unsur kalimat.

Struktur pola kalimat masih tetap sama dengan pola kalimat dasar. Sedangkan

peniadaan unsur kalimat tidak dilakukan karena kalimat yang diteliti adalah kalimat

tertulis dan peniadaan unsur kalimat banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa

bentuk dialog (lisan).

 Perluasan Nomina

Nomina, baik yang berfungsi sebagai predikat, subjek maupun objek dapat

diperluas dengan penambahan kata, frasa, atau anak kalimat. Penambahan ini dapat

dilakukan dengan keterangan yang memiliki konjungtor yang atau tanpa konjungtor.

Contoh perluasan nomina dengan konjungtor yang terdapat pada kalimat-kalimat

berikut.

a) Mahasiswa yang pandai mendapat beasiswa

b) Perusahaan yang lemah sekali akan mendapat subsidi

c) Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat lukis.

Perluasan dengan yang tersebut menunjukkan keterangan yang menjelaskan

nomina yang menjadi subjek. Kadang-kadang konjungtor yang itu ditiadakan.

Nomina subjek atau objek dapat diperluas dengan keterangan penjelas tetapi

tidak memakai konjungtor yang. Penambahan keterangan ini dapat dilakukan dengan

menjajarkan saja unsur keterangan dibelakang subjek atau objek itu. Contohnya

adalah sebagai berikut.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 22

a) Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.

b) Buku petunjuk penulisan karangan ilmiah telah beredar.

 Perluasan Verba

Verba pengisi predikat kalimat dapat diperluas dengan penambahan kata atau

frasa. Kata atau frasa ini memberi keterangan pada predikat. Misalnya keterangan

aspek atau modalitas.

Keterangan aspek ditandai oleh kata seperti telah, sedang, akan, sudah, masih,

belum yang menerangkan perbuatan yang terjadi pada predikat. Contohnya terdapat

pada kalimat-kalimat berikut:

a) Pertandingan itu telah usai beberapa saat yang lalu.

b) Bintang bulutangkis masih belum berpindah dari Indonesia.

Keterangan modalitas menyatakan sikap pembicara, antara lain menyatakan

kemungkinan, keharusan, atau kenyataan. Keterangan ini ditandai oleh kata ingin,

hendak, mau, barangkali, harus, dan pasti. Kalimat contohnya terdapat di bawah ini.

a) Saya ingin belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

b) Saya harus benar-benar belajar.

2.3 KALIMAT MAJEMUK

Demi keefisienan, orang sering menggabungkan beberapa pernyataan ke

dalam satu kalimat. Akibat penggabungan itu lahirlah struktur kalimat yang di

dalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang di dalamnya

terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk. Berdasarkan

hubungan antarkalimat dasar itu, kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua

macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.


BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 23

2.3.1 Kalimat Majemuk Setara

Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat

dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat

majemuk setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar.

Saya datang, dia pergi.

Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika

kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai

kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang

sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat majemuk setara.

2.3.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama)

dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur

kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat

majemuk bertingkat jika diantara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor

inilah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk

setara.

Pernyataan berikut menjadi kalimat majemuk bertingkat jika disisipi

konjungtor misalnya ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau sehingga.

Saya masuk, mereka diam.

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk setara. Tetapi, kalimat itu berubah

menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan penempatan konjungtor ketika.

Saya masuk ketika mereka diam.

Pada kalimat majemuk setara, masing-masing kalimat penyusunnya dapat

berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Sebaliknya pada kalimat majemuk bertingkat,

kalimat penyusun yang didahului konjungtor seperti kalimat ketika mereka diam tidak
BAB II. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA 24

dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki konjungtor semacam ini

berfungsi sebagai anak kalimat pengisi salah satu unsur kalimat inti.

Anak kalimat pengisi unsur subjek atau objek kalimat transitif ditandai oleh

kata bahwa. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

Bahwa pengurus inti harus segera dibentuk sudah dibahas pada rapat

kemarin.

Kalimat majemuk bertingkat juga dapat berupa kalimat tunggal yang

mengalami perluasan sekurang-kurangnya pada salah satu unsurnya misalnya pada

unsur keterangan, subjek atau objek. Elemen yang berperan memperluas salah satu

unsur kalimat ini merupakan anak kalimat dan diawali oleh konjungtor yang atau kata

penunjuk itu. Contohnya adalah anak kalimat yang menyertai nomina dan berfungsi

sebagai keterangan nomina tersebut. Nomina yang dapat diberi keterangan dapat

berupa nomina yang berfungsi sebagai subjek, predikat atau objek. Perhatikan contoh

kalimat berikut.

Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan.

Anak kalimat yang ingin mengajukan kredit merupakan anak kalimat yang memberi

keterangan nomina perusahaan yang berfungsi sebagai subjek kalimat di atas.


BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN

3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA

Ketika menguraikan struktur sintaks dari suatu kalimat, kita memerlukan

definisi aturan-aturan kalimat berdasarkan urutan-urutan unsur terkecil pada struktur

sintaks bahasa Indonesia. Pada suatu bahasa kata adalah unsur terkecil dalam struktur

sintaks, sedangkan unsur terbesarnya adalah kalimat. Oleh karena itu, dalam

pendefinisian aturan-aturan sintaks, jenis kelas kata akan menjadi simbol terminal

atau token. Dalam proses penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal akan

mengembalikan jenis kelas kata ini dalam bentuk token berdasarkan string input yang

sesuai dengan ekspresi regular yang dimilikinya.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas-kelas kata terbagi atas tujuh

kategori [Alwi98]. Kelas-kelas kata tersebut adalah sebagai berikut:

1. Verba (kata kerja)

2. Adjektiva (kata sifat)

3. Adverbia (kata keterangan)

4. Nomina (kata benda)

5. Pronomina

6. Numeralia

7. Kata Tugas

Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi

menjadi lima kelompok:


1) Preposisi

2) Konjungtor

3) Interjeksi

4) Artikula

5) Partikel

Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada jenis kelas

kata tersebut dan juga mengacu pada jenis kelas kata yang digunakan oleh Iskak

Hendrawan [Iska99] pada penelitiannya yang meneliti kemampuan metode Linguistic

String Analysis dalam menguraikan sintaks bahasa Indonesia. Kelas-kelas kata yang

digunakan pada penelitian dapat dilihat pada tabel III-1.

Pada tabel III-1 terlihat bahwa kelas-kelas kata yang digunakan dalam

penelitian mengalami penambahan jika dibandingkan dengan kelas-kelas kata yang

terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya dan juga jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Iskak Hendrawan. Penambahan ini meliputi kelas kata modal, nomina persona,

nomina penggolong yang terbagi menjadi dua bagian, auxiliary, aspek, kelas kata

bukan yang berfungsi sebagai kata ingkar untuk predikat nominal, verba yang terbagi

menjadi empat macam, dan juga kelas kata adverbia yang dipecah menjadi dua

bagian.

Kelas kata modal (M), aspek (ASP), auxiliary (AUX) dan bukan (BUKAN)

digunakan dalam penelitian karena kelas kata ini dapat digunakan untuk membentuk

frasa verbal [Sugo97]. Dua kelas kata terakhir yaitu aspek dan auxiliary tidak

digunakan dalam penelitian Iskak Hendrawan. Kata-kata yang termasuk ke dalam

kelas kata ini biasanya dianggap sebagai adverbia. Dalam penelitian ini kata-kata
modal, aspek, bukan, dan auxiliary dipisahkan dari adverbia karena secara sintaksis

kata-kata tersebut tidak dapat diperlakukan sama dengan adverbia.

Simbol Kelas Kata Keterangan Contoh


ADJ Adjektiva Kata sifat Cantik
ADV Adverbia Kata keterangan di depan kata lain Sangat
ADVB Adverbia Kata keterangan di belakang kata lain Sekali
ART Artikula Si, sang
CC Konjungtor Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu
Koordinatif klausa pada kalimat majemuk setara.
CS Konjungtor Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika,
Subordinatif bertingkat walaupun
M Modal Kira, rasa
PRO Pronomina Saya, itu
N Nomina Kata benda Buku
NPERS Nomina Persona Kata benda persona Bos
NP Nomina Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir
Penggolong numeralia
NPS Nomina Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah,
Penggolong numeralia seekor
NUM Numeralia Kata bilangan Seribu
P Preposisi Kata depan Di, ke, dari
PAR Partikel Kah, pun
TRANS Verba Transitif Kata kerja transitif Mencoba
INTRANS Verba Intransitif Kata kerja intransitif Pergi, lari
PASIF Verba Pasif Kata kerja pasif Dicoba
PASIF2 Verba Pasif Kata kerja pasif Rasakan
NAMA Nomina Nama seseorang Shelly
BUKAN Adverbia Kata Ingkar untuk predikat nominal Bukan
AUX Auxiliary Boleh
ASP Aspek Telah

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.

Kelas kata adverbia dibagi menjadi dua berdasarkan posisi kata yang

diterangkan, yaitu ADV dan ADVB. ADVB adalah kelas kata adverbia yang

posisinya dibelakang kata yang diterangkan. Pemisahan ini dilakukan karena terjadi
konflik pada saat pendefinisian aturan-aturan sintaks dan juga karena masing-masing

kategori adverbia ini memiliki ciri pemakaian tertentu.

Kelas kata verba yang juga dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam

penelitiannya dibagi menjadi empat macam yaitu transitif, intransitif, pasif, dan

pasif2. Hal ini disebabkan masing-masing verba memiliki aturan-aturan sintaks

tersendiri ketika pemakaiannya di dalam kalimat. Sebagai contoh verba transitif hanya

dipakai pada kalimat yang memiliki objek dan bertolak belakang dengan verba

intransitif. Sedangkan untuk verba pasif berawalan di-, pemakaiannya di dalam

kalimat berbeda dengan verba pasif2 yang tidak berawalan di-. Verba pasif2 ini

berperan sebagai predikat bersama-sama dengan pronomina persona yang bertindak

sebagai subjek pada kalimat aktif sebelumnya.

Kelas kata nomina persona dibedakan dengan kelas kata nomina yang lain

sebab timbul konflik di dalam pendefinisian aturan sintaks. Misalkan kesulitan yang

terjadi pada kalimat berikut.

Ibu // membelikan // adik // baju baru.

( Subjek // Predikat // Objek // Pelengkap)

Konflik terjadi karena objek dan pelengkap tidak memiliki perbedaan kelas kata jika

nomina persona disamakan dengan nomina biasa. Kalimat ini menjadi ambigu dan

tidak akan menghasilkan pola yang benar seperti di atas. Kemungkina pola yang akan

dihasilkan adalah “( Subjek // Predikat // Objek)” karena baju baru dianggap

perluasan dari kata adik. Oleh karena itu, nomina persona (NPERS) dijadikan kelas

kata tersendiri dalam penelitian ini.

Kelas kata nomina penggolong (NP) adalah kelas kata nomina yang mengikuti

kelas kata numeralia. Kelas kata ini sudah dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam

penelitiannya. Kata ini berfungsi sebagai penggolong dari kata-kata numeralia


tersebut. Setiap kata benda atau nomina yang terdapat antara numeralia dan nomina

lain termasuk ke dalam kelas kata nomina penggolong. Namun, jika nomina

penggolong yang dipakai menyatakan penggolongan suatu nomina dengan jumlah

tunggal, nomina penggolong ini dinamakan sebagai nomina penggolong spesial

(NPS). Contoh NPS ini adalah sebuah, seekor, dan selembar. Nomina penggolong ini

dibedakan karena dalam pemakaiannya tidak lagi mengikuti numeralia seperti nomina

penggolong biasa. Hal ini disebabkan numeralia sudah disebutkan secara implisit oleh

dirinya sendiri. Jadi sebuah buku itu sudah menggambarkan satu buah buku ,seekor

cecak menggambarkan satu ekor cecak dan seterusnya.

Kelas kata lain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kelas

kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia. Semua kelas kata yang

digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup

penelitian. Jadi jenis kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21

jenis .

3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT

Proses penguraian struktur kalimat memiliki dua sub proses, yaitu proses

analisa leksikal dan proses analisa sintaks. Proses analisa leksikal ini dilakukan oleh

penganalisa leksikal yang dihasilkan oleh alat bantu Lex, sedangkan proses analisa

sintaks dilakukan oleh alat bantu YACC.

Dalam penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal menganalisa setiap

kata dalam kalimat, kemudian menentukan jenis kelas katanya. Hasil dari penganalisa

leksikal ini digunakan oleh penganalisa sintaks yang akan memeriksa urutan simbol-

simbol kelas kata tersebut dalam kalimat. Analisa kata dalam kalimat ini dilakukan

oleh penganalisa leksikal berdasarkan kecocokan kata dengan aturan-aturan leksikal


berupa ekspresi regular yang sudah didefinisikan. Bentuk aturan-aturan leksikal ini

sudah didefinisikan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya.

Rancangan aturan-aturan sintaks menggunakan bentuk backus naur form

(BNF) yang sangat cocok digunakan untuk algoritma pengurai yang memiliki sifat

context free [Sage81]. String tata bahasa yang didefinisikan BNF adalah kelas-kelas

string yang merefleksikan kategori dari string analysis [Sage81]. Oleh karena itu,

string inti (center string), adjunct string, atau adjunct set hasil analisa linguistic string

terhadap bahasa Indonesia didefinisikan dalam BNF. Linguistic string dalam bahasa

Indonesia dapat berupa rangkaian satu atau lebih kata misalnya frasa nominal, kelas-

kelas kata misalnya kata benda, nama unsur gramatikal misalnya subjek atau objek.

Berikut ini contoh penulisan dengan menggunakan BNF.

<SENTENCE> ::= <SUBJECT><*VERB>.

<SUBJECT> ::= <*N>|<*PRO>.

Definisi di atas adalah aturan sintaks suatu kalimat dan elemen subjeknya.

Penulisan aturan sintaks terdiri dari suatu konstituen yang ditulis dalam kurung siku

(<X>) diikuti oleh simbol “::=” yang melambangkan produksi, diikuti oleh definisi,

dan diakhiri titik. Tanda “*” menandakan simbol tersebut merupakan suatu token

terminal , sedangkan tanda “|” menandakan pilihan aturan sintaks.

3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif

<SENTENCE> ::= <CENTER><*ENDMARK>.

<CENTER> ::= <ASSERTION>.

<ASSERTION>::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE2><PREDICATE0>.

Definisi di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif terdiri dari rangkaian

tipe sintaks CENTER diikuti oleh ENDMARK. CENTER berupa ASSERTION karena

kalimat yang didefinisikan dalam penelitian ini hanya kalimat deklaratif. Elemen

utama kalimat adalah subjek dan predikat. Hal ini dapat dilihat dari urutan
ASSERTION di atas. Elemen-elemen kalimat lain yaitu objek dan pelengkap akan

ada tergantung pada jenis predikat yang digunakan. Dengan kata lain, elemen-elemen

ini akan muncul sesuai dengan pola kalimat dasar yang dipakai dalam kalimat.

Elemen kalimat yang terakhir adalah keterangan yang dapat muncul di awal kalimat,

di antara subjek dan predikat ataupun di akhir kalimat. Hal ini dapat dilihat dari

adanya unsur SAF dan KETCHOICE2 yang terdapat pada definisi ASSERTION.

Contoh kalimat ini adalah Ketika saya masuk, mereka diam. Karena urutan

keterangan dapat berpindah-pindah, kalimat ini juga dapat diubah menjadi Mereka

diam, ketika saya masuk ataupun Mereka , ketika saya masuk, diam. Kalimat contoh

terakhir ini memang jarang digunakan, tetapi tetap merupakan urutan kalimat bahasa

Indonesia baku. Definisi lengkap SAF dapat dilihat pada bagian sentence adjunct.

Definisi ASSERTION ini sering dipakai dalam mendefinisikan elemen-elemen

kalimat lainnya karena ASSERTION dapat muncul sebagai bagian dari string lainnya

seperti definisi elemen keterangan pada contoh kalimat di atas.

3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat

<SUBJECT> ::= <NOUN_PHRS><PARTIKEL>|<*BAHWA><ASSERTION>.

<PARTIKEL> ::= NULL|<*PAR>.

Definisi SUBJECT di atas menggambarkan pilihan-pilihan string yang dapat

menempati posisi subjek. Seperti ciri-ciri subjek yang diberikan pada bab II, subjek

dapat berupa string nomina NOUN_PHRS dan kemudian dapat diikuti juga oleh

partikel seperti ibu pun dalam kalimat Ibu pun memberi hadiah atau berupa kata

bahwa yang diikuti oleh ASSERTION seperti string Bahwa dia tidak bersalah pada

kalimat Bahwa dia tidak bersalah telah dibuktikan. Berikut ini definisi dari string

nomina NOUN_PHRS.

<NOUN_PHRS> ::= <NOUN_PHR><NEXT_NOUN_PHRS>.


<NEXT_NOUN_PHRS> ::= NULL|<*COMMA><NOUN_PHRS>|<*CC>

<NOUN_PHRS>.

<NOUN_PHR> ::= <*ART><LNRORLADJR>|<LNR>|<LPROR>.

<LNRORLADJR> ::= <LNR>|<LADJR>.

<LNR> ::= <LN><NOUNS_RN>|<NOUNS_RN>.

<LADJR> ::= <LADJ><*ADJ><RADJ>|<*ADJ><RADJ>.

<LPROR> ::= <*PRO><RPRO>.

Simbol NOUN_PHRS digunakan untuk menyatakan bahwa subjek bisa

berbentuk jamak. Subjek tunggal dinyatakan dengan NOUN_PHR. Subjek jamak ini

dapat dihubungkan dengan “,” (koma) atau kata ”dan” atau “atau” yang memiliki

kelas kata konjungtor koordinatif seperti kata ibu dan saya pada kalimat ibu dan saya

pergi ke pasar. Definisi subjek jamak dapat dilihat pada NEXT_NOUN_PHRS. Jika

NEXT_NOUN_PHRS bernilai NULL maka subjek kalimat adalah subjek tunggal.

Elemen subjek pada kalimat dapat berupa frase nominal yang dilambangkan

dengan LNR atau frase adjektival yang dilambangkan dengan LADJR. Kedua bentuk

ini sebelumnya dapat didahului oleh suatu artikula ART. Contoh frasa nominal adalah

Sang raja dan frasa adjektival adalah Si pandai. Pilihan antara frasa LNR atau LADJR

ini merupakan definisi dari LNRORLADJR.

Simbol LN di atas adalah left adjunct dari nomina. Adjunction ini adalah string

yang dapat diselipkan di sebelah kiri nomina sehingga dapat membentuk frasa

nominal. Adjunction dapat berupa numeral NUMS yang diiringi dengan right adjunct

RNUM dari numeral tersebut. Right adjunct RNUM berupa nomina penggolong seperti

kata buah pada frase nomina satu buah buku. Simbol NUMS yang dipakai pada LN

dapat juga berupa nomina penggolong spesial NPS seperti kata sebuah pada frasa

sebuah buku tulis. Sedangkan simbol RPRO adalah adjunction di sebelah kanan
pronomina. Simbol ini berupa pilihan antara pronomina atau tidak sama sekali.

Contoh frase pronomina ini adalah mereka itu pada kalimat mereka itu teman saya.

Sebaliknya RPRO akan bernilai NULL seperti kata mereka pada kalimat mereka teman

saya. Berikut ini definisi dari LN dan RPRO.

<LN> ::= <NUMS>.

<NUMS> ::= <*NUM><NEXT_NUMS><RNUM>|<*NPS>.

<NEXT_NUMS> ::= <*NUM><NEXT_NUMS>.

<RNUM> ::= NULL|<*NP>.

<RPRO> ::= NULL|<*PRO>.

Bentuk dari NOUNS_RN sendiri adalah urutan dari nomina diikuti oleh right

adjunct nomina seperti kata buku itu pada kalimat buku itu baru. Oleh karena itu right

adjunct nomina dapat berupa pronomina dan juga sentence adjunct YANGSTG yang

didahului oleh kata yang seperti string buku yang baru saya beli itu pada kalimat

Buku yang baru saya beli itu dipakai oleh kakak. Berikut ini definisi dari NOUNS_RN.

<NOUNS_RN> ::= <RN>|<NOUNS><RN_OPT>.

<RN> ::= <*PRO><YANGSTG>.

<RN_OPT> ::= <*PRO><YANGSTG>|<YANGSTG_FULL>.

<NOUNS> ::= <*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>|<NPERS>

<NEXT_PERSONA>|<*NAMA><NEXT_NAMA>.

<IS_ADJ> ::= NULL|<*ADJ>.

Pilihan IS_ADJ merupakan kata adjektif yang bisa muncul setelah nomina.

Contohnya adalah kata ilmiah pada frase nomina karya tulis ilmiah remaja. Definisi

dari YANGSTG yang merupakan sentence adjunct ini akan dijelaskan pada sub bagian

sentence adjunct kemudian. Pilihan nomina sendiri dapat berupa kata benda biasa

ataupun nomina persona seperti ibu atau bos saya dan juga dapat berupa nama

seseorang. Masing-masing kata benda tersebut dapat diiringi oleh kata benda sejenis
sehingga definisi masing-masing kata benda tersebut diikuti oleh simbol

NEXT_NOUNS, NEXT_PERSONA, ataupun NEXT_NAMA.

3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat

<PREDICATE0> ::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>|

<*DEFINISI><PELENGKAPINT>|

<LTIPE7><TIPE7><KETCHOICE>.

<LPREDICATE> ::= <CHOICE><PRECHOICE>.

<RPREDICATE> ::= <ADVORNOT>.

<PRECHOICE> ::= NULL|<*P><LADJR>.

<LTIPE7> ::= <BKORNOT><ARTORNOT>.

<CHOICE> ::= <ADVORNOT><*AUX>|<*ASP><ADVORNOT>|

<ADVORNOT><MORNOT>.

Predikat kalimat dapat berupa frasa yang dibentuk dengan cara menambahkan

adjunction di sebelah kiri ataupun di sebelah kanannya. Adjunction ini dapat berupa

auxiliary yang dapat didahului oleh adverbia ataupun aspek yang dapat diikuti oleh

adverbia, ataupun unsur modal yang di sebelah kirinya juga dapat disisipi oleh

adjunction adverbia. Predikat juga dapat berupa kata definisi yaitu adalah atau ialah

yang kemudian akan diiringi oleh elemen pelengkap <PELENGKAPINT>. Simbol

CHOICE pada definisi <LPREDICATE> di atas memperlihatkan adjunction tersebut.

Simbol ADVORNOT pada CHOICE di atas memberikan pilihan bahwa adverbia dapat

muncul ataupun tidak pada posisi tersebut. Demikian pula simbol MORNOT

memberikan pilihan kemunculan unsur modal. Oleh karena itu, jika kedua simbol

tersebut tidak muncul, left adjunct yang dilambangkan dengan CHOICE tidak akan

ada di dalam kalimat.

Setelah CHOICE, pilihan PRECHOICE juga dapat muncul pada kalimat.

Pilihan PRECHOICE ini merupakan keterangan adjektival seperti frasa dengan hati-
hati pada kalimat Dia harus dengan hati-hati berdiri. Frasa ini bisa tidak muncul

dalam kalimat karena merupakan unsur keterangan. Oleh karena itu simbol NULL

terdapat pada definisi PRECHOICE.

Selain 2 jenis PREDICATE0 yang telah disebutkan sebelumnya, simbol ini

juga dapat berupa predikat nominal yang merupakan predikat pola dasar tipe 7.

Predikat ini dapat didahului oleh adjunction berupa kata pengingkaran bukan dan juga

oleh sebuah artikula. Selain itu, predikat yang mengisi kalimat nominal ini dapat

diikuti oleh elemen keterangan <KETCHOICE>. Berikut ini definisi predikat kalimat

pola dasar tipe 7.

<TIPE7> ::= <NOUN_PHRS><RNOUN_PHRS>.

Karena kalimat tipe 7 adalah kalimat nominal, kalimat ini memiliki predikat frasa

nominal yang digambarkan dengan NOUN_PHRS dan right adjunctionnya dapat

berupa ADVB yang didefiniskan oleh RNOUN_PHRS.

<PREDICATE> ::= <ACTIVE_PREDICATE>|<PASSIVE_PREDICATE>.

<ACTIVE_PREDICATE> ::= <VERBA>| <LTIPE8>

<TIPE8><PELENGKAPINTORNOT><KETCHOICE>.

<VERBA> ::= <TIPE123>|<TIPE456>.

<PASSIVE_PREDICATE>::= <PASIF_TIPE123><PELENGKAPINTORNOT>

<KETCHOICE>.

Predikat kalimat didefinisikan oleh ACTIVE_PREDICATE atau

PASSIVE_PREDICATE. Simbol ACTIVE_PREDICATE ini dapat terdiri dari

VERBA yaitu verba transitif dan intransitif ataupun frasa adjektival yang dimiliki oleh

kalimat dasar tipe 8. Kalimat tipe 8 dapat memiliki elemen keterangan yang letaknya

di akhir kalimat. Kalimat tipe 8 dapat juga memiliki pelengkap yang didefinisikan

dengan PELENGKAPINTORNOT. Pelengkap selalu terletak dibelakang predikat jika

ada. Oleh karena itu, pelengkap ini mendahului elemen keterangan pada definisi
kalimat dasar tipe 8. VERBA sendiri merupakan verba kalimat dasar tipe 1 sampai

dengan tipe 6 yang definisinya dibedakan antara TIPE123 dan TIPE456.

Predikat Pasif terdiri dari tiga tipe yang didefinisikan dengan

PASIF_TIPE123. Predikat pasif dapat juga diiringi oleh unsur pelengkap dan unsur

keterangan. Kedua elemen terakhir ini merupakan optional untuk predikat pasif.

Jenis-jenis dari predikat aktif dan predikat pasif sendiri dapat dilihat pada definisi

aturan-aturan sintaks berikut.

<TIPE123> ::= <TIPE_AKTIF_TRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.

<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS><OBJECT>.

<NEXT_TRANS> ::= NULL|<SEPARATOR><TRANS_OPT>.

<TRANS_OPT> ::= <LTRANS><TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS>.

<LTRANS> ::= <LPREDICATE>.

Kalimat yang memakai verba aktif dapat memiliki pola kalimat dasar tipe 1

sampai dengan tipe 6. Kalimat dasar tipe 1 sampai tipe 3 adalah kalimat aktif transitif

dimana simbol verba aktif transitifnya dilambangkan dengan TIPE_AKTIF_TRANS.

Perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya apakah memiliki

keterangan, pelengkap, atau tidak sama sekali. Pilihan ini digambarkan dengan simbol

PELORNOT dan KETCHOICE. Kalimat dasar tipe 1 akan memiliki unsur keterangan,

sedangkan kalimat dasar tipe 2 memiliki unsur pelengkap, dan kalimat dasar tipe 3

sama sekali tidak memiliki kedua unsur tersebut. Elemen keterangan adalah elemen

yang dapat muncul pada beberapa tempat dalam kalimat dan elemen ini juga tidak

mempengaruhi makna kalimat. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki elemen

pelengkap juga dapat memiliki elemen keterangan seperti frasa preposisi di pasar

pada kalimat Ibu membelikan adik buku tulis di pasar. Kata buku tulis pada kalimat

ini berfungsi sebagai pelengkap. Selain itu, kalimat masih tetap memiliki unsur

keterangan.
Verba transitif dapat berbentuk jamak seperti kata mencoba dan merasakan

sehingga simbol NEXT_TRANS termasuk dalam definisi verba aktif transitif. Tentu

saja NEXT_TRANS ini bisa saja berbentuk NULL jika predikat berbentuk verba aktif

transitif tunggal. Simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kiri dari verba transitif

sama seperti definisi adjunction sebelah kiri LPREDICATE. Sedangkan simbol

LTRANS sebagai adjunction sebelah kanan berupa adverbia yang terletak dibelakang

predikat yaitu ADVBS. Kelebihan dari kalimat yang memiliki verba transitif ini adalah

terdapatnya elemen objek.

Verba intransitif dipakai oleh kalimat dasar tipe 4 sampai dengan tipe 6. Sama

seperti kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 3, perbedaan dari ketiga tipe ini adalah

elemen kalimat terakhirnya yaitu apakah mengandung keterangan, pelengkap untuk

kalimat aktif intransitif atau tidak memiliki keduanya sama sekali. Pilihan ini

digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KET_CHOICE. Jika kedua elemen

terakhir ini tidak terdapat dalam kalimat, maka nilai kedua simbol tersebut adalah

NULL. Kalimat ini disebut sebagai kalimat dasar tipe 6. Kalimat intransitif yang

memiliki pelengkap adalah kalimat dasar tipe 4, sedangkan kalimat yang hanya

memiliki unsur keterangan adalah kalimat dasar tipe 5 seperti kalimat Patung ini

terbuat dari perunggu. Berikut ini definisi predikat tipe 4 sampai dengan tipe 6 dalam

BNF.

<TIPE456> ::= <TIPE_AKTIF_INTRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.

<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= <INTRANS><RINTRANS>.

Simbol <ACTIVE_PREDICATE> juga dapat berbentuk adjektif. Kalimat ini

adalah kalimat dasar tipe 8. Berikut ini definisi kalimat dasar tipe 8.

<LTIPE8> ::= <ARTORNOT>

<TIPE8> ::= <LADJR><NEXT_ADJ>.


Seperti subjek yang berbentuk frasa adjektival, kalimat dasar tipe tipe 8 ini

dapat memiliki left adjunction artikula yang digambarkan oleh LTIPE8. Kalimat

dasar tipe 8 memiliki predikat adjektival yang didefinisikan dengan LADJR. Karena

predikat ini tidak hanya berupa predikat tunggal, predikat adjektival ini dapat terus

berlanjut dan didefinisikan dengan NEXT_ADJ. Contohnya adalah kata senang dan

bahagia pada kalimat Dia senang dan bahagia.

<PASIF_TIPE123> ::= <K_PASIF><RPASIF>.

<KPASIF> ::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS><PASIF2*>|

<*KENA><PASIF2>

Predikat pasif juga dapat berbentuk frase yang dibentuk dengan menambahkan

adjunction di sebelah kanan predikat. Adjunction ini didefinisikan oleh RPASIF di

atas berupa adverbia ADVB. Kalimat pasif terdiri dari tiga tipe. Tipe pertama adalah

kalimat pasif yang predikatnya diawali oleh awalan di- atau imbuhan ke-an seperti

kata kehujanan. Kelas kata pengisi predikat ini disebut kata PASIF. Tipe kedua

adalah predikat yang tidak diawali dengan awalan di-, tetapi gabungan antara

pronomina atau nomina persona lainnya ditambah dengan kelas kata PASIF2. Tipe

terakhir adalah predikat yang diawali oleh kata kena seperti kata kena pukul pada

kalimat dia kena pukul kemarin.

3.2.4 Aturan String Objek Kalimat

<OBJECT> ::= <NOUN_PHRS>|<*BAHWA><ASSERTION>|

<TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.

Objek kalimat terdapat tepat di belakang predikat kalimat aktif transitif. Objek

ini dapat berupa frasa nominal dan berbentuk jamak seperti kata cerpen, sajak dan

novel baru pada kalimat Saya menulis cerpen, sajak dan novel baru. Objek dapat

berbentuk anak kalimat berpola ASSERTION yang didahului kata bahwa.


Objek juga dapat berupa predikat aktif transitif seperti mempertahankan

negaranya pada kalimat Dia mencoba mempertahankan negarannya atau predikat

aktif intransitif seperti bersabar pada kalimat Dia mencoba bersabar atas kejadian

ini.

3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat

<PELENGKAPINTORNOT> ::= NULL|<PELENGKAPINT>.

<PELORNOT> ::= NULL|<PELENGKAP>.

<PELENGKAPINT> ::= <PELENGKAP>|<PREDICATE>.

<PELENGKAP> ::= <NOUN_PHRS>.

Pelengkap yang dapat mengikuti predikat adjektival dan predikat pasif ditulis

dengan simbol PELENGKAPINT. Pelengkap ini dapat berupa pelengkap yang sama

seperti pelengkap kalimat aktif transitif yaitu frasa nominal yang diperlihatkan oleh

simbol NOUN_PHRS ataupun dapat juga berupa frasa verbal dan frasa adjektival yang

didefinisikan oleh PREDICATE.

Berikut ini definisi elemen keterangan.

<KETCHOICE> ::= NULL|<KET>.

<KETCHOICE2> ::= NULL|<*COMMA><KET1><*COMMA>|<KET2>.

<KET> ::= <KET1>|<KET2>.

<KET1> ::= <CSS><PRDORASSERT><ADVORNOT>.

<KET2> ::= <PSS><KETOP><ADVORNOT>.

<PRDORASSERT> ::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>.

<PREDICATE1> ::= <LPREDICATE><PREDICATEMIN><RPREDICATE>.

<KETOP> ::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.

<CSS> ::= <*CS>.

<PSS> ::= <*P><NEXT_PS>.

<NEXT_PS> ::= NULL|<*P>.


Elemen keterangan memiliki dua pilihan definisi. Elemen ini ditandai oleh

unsur-unsur konjungtor subkoordinatif CSS pada KET1 atau preposisi PSS pada

KET2. Preposisi dapat muncul lebih dari sekali. Hal ini dapat dilihat dari definisi PSS

yang memberikan definisi NEXT_PS. Definisi ini dapat berupa NULL atau sebuah

preposisi lagi. Contoh kata-kata ini adalah dari dalam hati dimana kata dari dan kata

dalam merupakan preposisi.

Setelah konjungtor, definisi keterangan pertama kemudian dilanjutkan oleh

anak kalimat yang ditandai dengan adanya ASSERTION seperti anak kalimat ketika

saya masuk pada kalimat Mereka diam ketika saya masuk atau dilanjutkan oleh frasa

verbal PREDICATE1 bila subjek sudah jelas seperti frasa ketika mencoba mengejar

kami pada kalimat Dia jatuh ketika mencoba mengejar kami. Simbol PREDICATE1

ini hampir sama seperti simbol PREDICATE0 yang sudah dijelaskan pada aturan

string predikat sebelumnya. Perbedaannya adalah PREDICATE1 tidak menggunakan

definisi NOUN_PHRS dalam pendefinisiannya sebab kata-kata yang digunakan setelah

konjungtor berupa anak kalimat.

Keterangan yang didahului oleh preposisi yaitu KET2 biasanya disertai frasa

nominal, frasa adjektival atau adverbia. Elemen keterangan ini juga bisa hanya berupa

preposisi jika predikat nominal yang akan dijelaskan sudah dijelaskan pada kalimat-

kalimat sebelumnya seperti kata di atas pada kalimat Saya ada di atas. Hal ini

ditandai dari pilihan NULL pada definisi KETOP yang menyertai preposisi.

3.2.6 Aturan Sentence Adjunct

Sentence adjunct adalah kumpulan string simbol yang terdapat di antara

elemen-elemen dalam suatu kalimat yang berfungsi memperluas kalimat tunggal.

Kumpulan string ini di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai anak kalimat pada
kalimat majemuk bertingkat. Pada penelitian ini, parser yang dibangun memiliki 4

macam sentence adjunct. Sentence ajunct yang pertama dapat dilihat pada aturan

sintaks berikut :

<ASSERTION> ::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE><PREDICATE0>.

Simbol non terminal SAF di atas terdiri dari sebuah sentence adjunct yang

juga dapat berfungsi sebagai klausa subordinatif yang letaknya di awal kalimat dan

juga dapat berupa frasa preposisional.. Anak kalimat dan frasa preposisional seperti

ini juga merupakan elemen keterangan dalam kalimat utama seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, aturan sintaks SAF ini adalah sebagai

berikut.

<SAF> ::= <ADVORNOT>|<ADVORNOT><KET1><COMMA>|

<ADVORNOT><KET2>.

Jika keterangan tersebut berupa anak kalimat, kalimat harus memiliki tanda

baca “,” di antara elemen keterangan dan subjek. Elemen keterangan yang

menggambarkan anak kalimat ini adalah KET1, sedangkan elemen keterangan yang

terdiri dari frasa preposisional adalah KET2.

Sentence Adjunct yang kedua adalah simbol YANGSTG yang merupakan

konjungtor yang dan diikuti oleh string-string yang dapat menyertainya. String yang

dapat menyertai kata ini berupa kalimat dan juga berupa predikat jika subjek yang

dimaksud sudah jelas. Karena string yang mengikuti YANGSTG ini berupa kalimat,

maka string ini dapat disebut sebagai sentence adjunct. Aturan sintaks dari YANGSTG

ini dapat dilihat pada definisi berikut.

<YANGSTG> ::= NULL|<*YANG><ASSORSTG>.

<ASSORSTG> ::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>

<YANGSTG_FULL> ::= <*YANG><ASSORSTG>.


Simbol non terminal KET yang menyatakan elemen keterangan merupakan

sentence adjunct yang ketiga. Aturan sintaks string keterangan dapat dilihat pada sub

bab Aturan String Pelengkap Dan Keterangan Kalimat. Sentence adjunct terakhir

merupakan anak kalimat pengganti nomina yang diawali oleh konjungtor bahwa.

Aturan sintaks anak kalimat ini sudah dijelaskan pada bagian subjek.

3.3 RANCANGAN KAMUS KELAS KATA

Untuk melakukan analisa leksikal, pengurai memerlukan sebuah kamus kelas

kata. Penganalisa leksikal akan mengembalikan (return) sebuah kelas kata untuk

setiap kata yang cocok dengan satu bentuk aturan leksikal atau cocok dengan sebuah

ekspresi regular. Informasi jenis kelas kata yang dimiliki oleh sebuah kata input ini

didapat dari sebuah kamus leksikal.

Pemeriksaan kelas kata ini dilakukan dengan pemanggilan sebuah fungsi

pemeriksa kelas kata yang mengambil kata masukan sebagai argumen dan memeriksa

kelas katanya. Fungsi tersebut akan mencari kata tersebut di dalam kamus dan

menentukan kelas katanya. Dengan demikian rancangan kamus leksikal terdiri dari

kata-kata dalam bahasa Indonesia diiringi dengan informasi mengenai jenis kelas kata

dari masing-masing kata tersebut. Agar lebih jelas, hubungan antara penganalisa

leksikal dengan kamus kelas kata tersebut digambarkan pada gambar III-1.

Rancangan kamus leksikal yang lengkap dan efisien tidak termasuk dalam ruang

lingkup penelitian ini. Kata-kata pada kamus kelas kata diambil dari Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Secara umum, rancangan ini tidak berbeda dengan rancangan Iskak

Hendrawan.
Kamus kata
dan kelasnya

Kata Kelas Kata

Kata
Penganalisa Fungsi Pemeriksa
Leksikal Kamus
Token
Kelas Kata

Gambar III-1: Diagram hubungan penganalisa leksikal dengan kamus kelas kata.

3.4 RANCANGAN STRUKTUR DATA

Hasil penguraian struktur kalimat dalam bahasa Indonesia ini dapat disusun

menjadi sebuah pohon urai. Tiap-tiap simpul dari pohon urai tersebut

menggambarkan simbol-simbol non terminal yang dapat diuraikan menjadi anak-

anaknya. Daun-daun atau ujung dari setiap cabang pohon urai ini menyatakan bahwa

simpul tersebut tidak dapat diuraikan lagi. Dengan kata lain, simpul tersebut sudah

mencapai string terakhir yang merupakan terminal simbol atau token. Rancangan

struktur pohon urai ini sama seperti rancangan yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan

pada penelitiannya. Setiap simpul perlu menyimpan pointer dari simpul-simpul lain

yang satu tingkat dengan dirinya yaitu simpul yang terdapat di sebelah kanan dan di

sebelah kirinya. Kemudian simpul juga perlu menyimpan simpul anak yang berada
paling kiri dan simpul anak yang berada paling kanan. Struktur pohon seperti ini dapat

dilihat pada diagram berikut.

Parent

Child 1 Child 2 Child n


Gambar III-2: Diagram simpul pohon urai dengan dua pointer anak.

Oleh karena itu, tiap-tiap simpul akan memiliki empat buah pointer. Jika

simpul memiliki pointer yang tidak digunakan, pointer tersebut diset ke nilai NULL.

Struktur data ini mampu menyimpan informasi dari struktur kalimat secara hirarkis

dan proses penyimpanan ini juga cukup mudah.


BAB IV

IMPELEMENTASI DAN UJI COBA

4.1 IMPLEMENTASI

Pengurai sintaks kalimat bahasa Indonesia yang dikembangkan pada penelitian

ini menggunakan Lex dan YACC sebagai alat bantu untuk menghasilkan penganalisa

leksikal dan penganalisa sintaks seperti yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan pada

penelitiannya. Program yang dihasilkan oleh Lex dan YACC ini dapat secara

langsung dikompilasi dengan menggunakan kompilator C. Pada penelitian ini

kompilator yang digunakan adalah Visual C++ 6.0.

4.1.1 Implementasi Penganalisa Leksikal

Penganalisa leksikal yang dibuat dengan Lex ini dikenal dengan nama lexer.

Peranan penganalisa leksikal ini adalah menentukan token-token kelas kata dari setiap

kata dalam kalimat masukan. Secara umum, penganalisa leksikal yang dibuat pada

penelitian ini melengkapi penganalisa leksikal yang telah dibuat oleh Iskak

Hendrawan.

Penganalisa leksikal mengidentifikasikan kata-kata dari kumpulan stream

input. Untuk melakukan ini, penganalisa leksikal akan mencocokkan string pada

stream input dengan ekspresi regular yang telah didefinisikan sebelumnya [Lesk].

Ekspresi regular yang digunakan untuk mendefinisikan kata-kata baik berupa deretan

huruf ataupun deretan angka sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan.

Beberapa kata tidak perlu diperiksa ke dalam kamus. Kata-kata tersebut adalah

yang, bahwa, kena, dan kata-kata yang menyatakan definisi yaitu ialah dan adalah.

Kata-kata ini memberikan identifikasi tertentu pada aturan-aturan sintaks


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 46

yang didefinisikan dan juga jumlahnya berhingga sehingga langsung didefinisikan di

dalam Lex. Sebagai contoh, kata bahwa merupakan konjungtor yang dapat menempati

posisi nomina jika diikuti oleh kalimat bahasa Indonesia dan kata yang diikuti oleh

kata kena merupakan sebuah predikat untuk kalimat pasif. Demikian juga pada kata-

kata yang menyatakan definisi. Kata-kata yang mengikutinya berperan sebagai

pelengkap di dalam kalimat. Sedangkan kata yang adalah konjungtor yang dapat

digunakan untuk memperluas nomina.

4.1.2 Implementasi Pemeriksa Kamus Kelas Kata

Di dalam penelitian ini, penganalisa leksikal hanya menjalankan suatu fungsi

untuk memeriksa kelas kata dari kata masukan. Implementasi dari pemeriksa kamus

leksikal ini sama seperti implementasi yang sudah dilakukan oleh Iskak Hendrawan.

Kata-kata yang terdapat pada kamus kelas kata terlebih dahulu dibaca dan

disimpan ke dalam dua buah array ketika pengurai pertama kali dijalankan. Array

pertama menyimpan kata-kata yang didapat dari kamus, sedangkan array yang kedua

menyimpan kelas kata dari kata-kata tersebut. Berikut ini contoh dari array kata dan

array kelas kata.

Array Kata Array Kelas Kata


Buku N
Hampa ADJ
Halus ADJ
Mencoba TRANS

Tabel IV-1: Contoh kata-kata pada array kata dan array kelas kata.
Suatu kamus frase juga diimplementasikan untuk frase nomina yang terdiri

dari nomina dan diikuti oleh kelas kata lain. Contoh frase nomina seperti ini adalah

rumah makan, rumah sakit, meja tulis dan papan tulis. Frase nomina ini tidak dapat

dibuat aturan sintaksnya sebab akan menimbulkan konflik dengan aturan sintaks

lainnya karena keterbatasan YACC yang digunakan.


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 47

Implementasi kamus Frase yang digunakan sama seperti implementasi kamus

kelas kata. Array pertama menyimpan frase nomina, sedangkan array kedua

menyimpan kelas kata frase nomina tersebut. Impementasi kamus kelas kata dan kelas

kata frase yang efisien di luar ruang lingkup penelitian ini.

Konjungtor yang yang dapat dipakai untuk memperluas nomina dapat

dihilangkan dan digantikan dengan kata penunjuk itu seperti yang telah dijelaskan

pada bab II. Contohnya adalah kalimat berikut ini.

Anak yang berbakat melukis mendapat bantuan berupa alat-alat tulis.

Kalimat di atas akan menjadi,

Anak berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat tulis.

Aturan sintaks peniadaan konjungtor ini tidak dapat dibuat karena konflik yang dapat

terjadi dengan aturan sintaks lainnya. Hal ini sama seperti yang terjadi dengan nomina

yang diperluas dengan memakai verba.

4.1.3 Implementasi Penganalisa Sintaks

Penganalisa sintaks ini dibangun dengan menggunakan alat bantu YACC.

YACC menerima aturan sintaks yang sesuai dengan tata bahasa penguraian LALR(1)

tanpa ambiguitas yang umum digunakan dalam proses penguraian (parsing) [John].

Program yang dihasilkan oleh alat bantu YACC ini dikenal dengan nama parser.

Parser berperan dalam memeriksa urutan token-token kelas kata yang membentuk

struktur sintaks kalimat-kalimat dari bahasa Indonesia. Pendefinisian aturan-aturan

sintaks ini mengacu pada tata bahasa baku bahasa Indonesia dengan menggunakan

metode-metode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Definisi aturan-aturan sintaks bahasa Indonesia yang telah dirancang pada bab

III dengan menggunakan notasi BNF dapat langsung dipakai pada bagian
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 48

implementasi. Hal ini disebabkan alat bantu Yacc yang digunakan dapat menerima

aturan-aturan produksi yang bebas konteks, sedangkan aturan-aturan produksi seperti

ini ekivalen dengan definisi BNF [Sage81].

4.1.4 Implementasi Struktur Data Pengurai Sintaks

Hasil penguraian struktur sintaks kalimat yang dilakukan dalam penelitian ini

direpresentasikan sebagai suatu struktur yang berbentuk pohon biner (binary tree).

Struktur data pada penelitian ini sama struktur data yang telah digunakan oleh Iskak

Hendrawan yaitu terdiri dari satu jenis objek yang merepresentasikan sebuah simpul

pada struktur pohon. Setiap simpul memiliki pointer ke anaknya yang berada di

sebelah kiri dan yang berada paling kanan. Simpul ini juga memiliki pointer ke

parentnya dan juga pointer ke simpul-simpul yang berada di sebelah kiri dan sebelah

kanannya untuk tingkat yang sama.

Hasil penguraian sintaks akan disimpan oleh objek-objek struktur pohon. Hasil

penguraian sementara akan disimpan ke dalam buffer. Setiap kali penganalisa leksikal

memberikan informasi token kelas kata yang sesuai dengan urutan aturan sintaks,

informasi ini kemudian disimpan ke dalam buffer beserta kata yang bersangkutan. Hal

ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu aksi pada setiap akhir definisi dari

simbol non terminal langsung menjadi suatu simbol terminal seperti contoh berikut

ini.

trans : TRANS {pw($1)}


;

intrans : INTRANS {pw($1)}


;

Pada contoh diatas, bagian akhir aturan sintaksnya ditambahkan pemanggilan

fungsi pw. Parameter $1 mengacu pada pointer elemen yang terdapat pada bagian
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 49

definisi aturan sintaks tersebut, yaitu TRANS. Fungsi ini akan menyimpan kata

beserta token kelas katanya ke dalam buffer.

Informasi tentang simpul-simpul non terminal terutama yang berfungsi

sebagai elemen dari kalimat akan disimpan ke dalam buffer ketika penganalisa sintaks

telah mendapatkan aturan sintaks yang match. Hal ini dapat dilakukan dengan

menambahkan suatu aksi pada setiap definisi aturan sintaks, dimana aksi ini akan

memberikan informasi kepada buffer tentang simbol non terminal yang bersangkutan

dan menjadikan setiap elemen dalam definisi aturan sintaks tersebut sebagai anak dari

simpul non terminal yang dibuat sampai ditemukan aksi yang mengakhiri definisi

elemen yang bersangkutan. Berikut ini contoh definisi aturan sintaks yang telah

disisipi aksi.

ketChoice : {p("<KET> ")} ket {p("<END> ")}


|
;
trans : TRANS {pw($1)}
;

Pada contoh aturan sintaks dalam YACC di atas, terdapat pemanggilan fungsi

p. Fungsi dengan parameter string “<KET>” menyatakan dimulainya definisi simpul

non terminal <KET>. Sebaliknya fungsi dengan parameter string “<END>” menyatakan

bahwa definisi simpul non terminal <KET> yang sebelumnya didefinisikan sudah

berakhir. Dengan kata lain, semua simpul anak-anaknya dan simpul yang berada di

sebelah kiri dan kanannya sudah didefinisikan.

Setelah proses penguraian sintaks selesai dan dinyatakan berhasil, proses

pembuatan struktur pohon dapat dimulai berdasarkan informasi yang didapat dari

buffer. Buffer ini akan memberikan informasi tentang simpul-simpul terminal atau

non terminal yang dapat dibuat beserta hubungan masing-masing simpul. Hal ini

dapat dilakukan karena aksi-aksi yang telah diselipkan pada saat pendefinisian aturan

sintaks.
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 50

Dengan demikian, setelah menjalankan fungsi pembuatan pohon sintaks ini,

akan terbentuk satu pohon urai dari kalimat yang diuraikan, yang menyimpan

informasi struktur sintaks kalimat tersebut. Informasi yang tersimpan dalam struktur

data pohon ini dapat digunakan untuk pemrosesan bahasa alami yang akan

menggunakan pengurai kalimat yang dikembangkan dalam penelitian ini.

4.2 UJI COBA

Uji coba terhadap pengurai sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini

dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah uji coba dengan memakai input

kalimat-kalimat yang berasal dari buku tata bahasa baku bahasa Indonesia dan buku

Berbahasa Indonesia dengan Benar yang ditulis oleh Dendy Sugono. Hal ini dilakukan

untuk menganalisa kebenaran proses penguraian dengan aturan-aturan sintaks yang

telah dibuat sebab sumber aturan-aturan sintaks yang dibuat dalam penelitian ini

adalah buku tata bahasa baku. Tahap kedua adalah uji coba dengan menggunakan

kalimat-kalimat yang terdapat dalam abstrak-abstrak makalah ilmu komputer. Tahap

ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana pengurai sintaks kalimat yang dibuat

dalam penelitian ini dapat diaplikasikan dalam lingkungan yang tidak terlalu

terkontrol kalimat-kalimatnya jika dibandingkan dengan kalimat dalam buku tata

bahasa baku bahasa Indonesia dan juga menganalisa apa saja kekurangannya.

4.2.1. Uji Coba Tahap Pertama

Uji coba tahap pertama memakai contoh-contoh kalimat yang sesuai dengan

aturan-aturan sintaks yang telah dibuat dalam penelitian ini. Beberapa contoh kalimat

diambil dari buku Berbahasa Indonesia dengan Benar yang ditulis oleh Dendy

Sugono selain berasal dari buku tata bahasa baku bahasa Indonesia.
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 51

Tujuan uji coba tahap ini adalah melakukan pengecekan kebenaran terhadap

proses penguraian kalimat dengan aturan-aturan sintaks yang telah dirancang dan

didefinisikan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, contoh-contoh kalimat yang

digunakan adalah kalimat tunggal yang strukturnya telah didefinisikan oleh aturan-

aturan sintaks dalam penelitian ini. Kalimat-kalimat yang dipakai pada uji coba tahap

pertama ini lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kalimat yang dipakai oleh

Iskak Hendrawan. Hal ini disebabkan pola-pola kalimat yang dibuat oleh Iskak

Hendarawan masih sederhana tanpa adanya perluasan elemen-elemen kalimat dan

tujuan utama inti penelitian yang dilakukannya adalah mengetahui kemungkinan

penerapan LSA untuk kalimat bahasa Indonesia.

Kalimat-kalimat yang dipakai pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang

memiliki pola dasar seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori. Jadi kalimat-

kalimat tersebut akan masuk ke salah satu dari 8 pola dasar kalimat. Selain itu,

kalimat yang dipakai dapat juga merupakan kalimat yang telah mengalami perluasan

pada elemen-elemen pendukungnya seperti subjek, predikat, objek ataupun

pelengkapnya. Pola-pola kalimat ini sudah dibuat strukturnya dalam bentuk BNF dan

akan diuji kebenaran strukturnya dalam uji coba tahap ini.Beberapa contoh kalimat

yang digunakan dalam uji coba adalah sebagai berikut.

 Tipe 1 Kalimat dasar berpola SPOK

Kita memasukkan prestasinya ke dalam buku catatan.

 Tipe 2 Kalimat dasar berpola SPOPel

Semua itu memberi kita semangat.

 Tipe 3 Kalimat dasar berpola SPO

Dia mewakili wanita Indonesia.


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 52

 Tipe 4 Kalimat dasar berpola SPPel

Wanita Indonesia menjadi Dr. Pratiwi.

 Tipe 5 Kalimat dasar berpola SPK

Dia tergolong ke dalam cendekiawan muda.

 Tipe 6 Kalimat dasar berpola SP (P:Verba)

Bumi berputar.

 Tipe 7 Kalimat dasar berpola SP (P:Nomina)

Dia ilmuwan wanita.

 Tipe 8 Kalimat dasar berpola SP (P:Adjektiva)

Dia hebat.

 Kalimat-kalimat yang sudah diperluas.elemen-elemennya atau ditambah

dengan elemen keterangan.

a. Ayah membawakan saya hadiah dan buah tangan setelah pulang.

Kalimat ini akan diuraikan menjadi kalimat dasar tipe 2 dengan

penambahan unsur keterangan:

Subjek : Ayah(NPers)

Predikat : membawakan(Trans)

Objek : Saya(Pro)

Pelengkap : hadiah(N) dan(CC) buah(N) tangan(N)

b. Ayah dipinjami uang oleh pengusaha itu.

Kalimat ini akan diuraikan menjadi kalimat pasif dengan penambahan

elemen keterangan oleh pengusaha itu dan elemen pelengkap uang.

c. Karya tulis ilmiah remaja diperlombakan setiap tahun.

Pada kalimat di atas, frase nominal Karya tulis ilmiah remaja

merupakan perluasan nomina karya tulis yang menjadi subjek. Kalimat


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 53

ini merupakan kalimat pasif yang mendapatkan elemen keterangan

waktu setiap tahun.

d. Lamaran saya kirimkan ke kantor.

Kalimat ini adalah kalimat pasif tanpa awalan di- yang mendapatkan

tambahan elemen keterangan ke kantor.

e. Anak yang berbakat melukis itu mendapat bantuan berupa alat-alat

tulis.

Subjek Anak mendapatkan perluasan nomina yang diawali oleh kata

yang. Demikian juga objek bantuan.

f. Ketika saya masuk, mereka diam.

Kalimat ini mendapatkan unsur keterangan waktu Ketika saya masuk

yang merupakan sentence adjunct.

Contoh-contoh kalimat di atas dapat memperlihatkan bentuk-bentuk kalimat yang

digunakan dalam uji coba tahap pertama.

Hasil uji coba ini cukup memuaskan. Kalimat-kalimat input dapat diuraikan

berdasarkan elemen-elemennya disertai penjelasan kelas kata masukan. Masalah yang

timbul pada uji coba ini adalah tidak lengkapnya kamus leksikal atau kamus kelas

kata yang digunakan. Banyak kata-kata yang digunakan tidak dapat ditentukan kelas

katanya karena tidak terdapat di dalam kamus. Setelah kamus leksikal dilengkapi,

masalah dapat diatasi.

4.2.2 Uji Coba Tahap Kedua

Uji coba tahap kedua ini menggunakan kalimat-kalimat masukan yang berasal

dari kumpulan abstrak makalah ilmu komputer. Kalimat-kalimat ini dipilih terlebih

dahulu, sebab hanya kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat yang dapat

digunakan pada penelitian ini sesuai dengan pengurai yang hanya memuat aturan-
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 54

aturan sintaks untuk kalimat tunggal dan kalimat majemuk bertingkat. Tujuan uji coba

tahap kedua ini adalah untuk menganalisa sejauh mana aturan-aturan sintaks yang

telah dibuat dalam penelitian ini dapat diaplikasikan ke dalam kalimat-kalimat yang

digunakan di dalam lingkungan yang tidak terlalu dikontol.

Sumber kalimat-kalimat yang digunakan dalam uji coba tahap kedua ini sama

seperti yang digunakan dalam uji coba tahap kedua yang dilakukan oleh Iskak

Hendrawan. Kalimat ini berasal dari 20 abstrak yang dipilih dari 140 abstrak. Kalimat

yang terpilih adalah kalimat tunggal sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Dalam

pemilihan abstrak ini, panjang kalimat terkecil adalah 3 kata, sedangkan yang terbesar

adalah 28 kata. Rata-rata panjang kalimat secara keseluruhan adalah 17,8 kata. Jumlah

total kalimat dari 20 abstrak tersebut adalah 245 kalimat, kemudian dipilih 194

kalimat untuk dijadikan kalimat masukan. Jumlah kalimat yang dipakai pada uji coba

tahap kedua ini kurang dari jumlah kalimat yang dipakai oleh Iskak Hendrawan. Pada

penelitian yang dilakukannya, jumlah kalimat yang dipakai adalah 200 kalimat. Enam

buah kalimat yang tidak dipakai pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat majemuk

setara. Pola kalimat majemuk setara ini tidak termasuk ke dalam ruang lingkup

penelitian sehingga tidak dipakai dalam uji coba tahap kedua.

Kesalahan penulisan kalimat yang terdapat pada abstrak sampel ini seringkali

terjadi. Kesalahan penulisan ini kemudian diperbaiki secara manual. Selain itu,

struktur kalimat-kalimat masukan banyak yang tidak baku. Hal ini akan lebih jelas

setelah melihat hasil penguraian. Sebagian besar kegagalan penguraian yang

dilakukan disebabkan struktur kalimat masukan tidak sesuai dengan tata bahasa baku

bahasa Indonesia.

Untuk mengatasi masalah yang sama seperti masalah pada uji coba pertama,

kata-kata yang tidak terdapat pada kamus kelas kata akan dianggap sebagai kata
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 55

benda (nomina). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kata-kata yang tidak dikenali

kemungkinan besar adalah nama dari sesuatu. Dengan solusi ini kalimat-kalimat yang

tidak bisa diuraikan dengan alasan kata-kata yang membentuknya tidak terdapat di

dalam kamus sebagian besar dapat diatasi. Selain itu, banyak kata-kata kerja dalam

bentuk pasif tidak terdapat di dalam kamus. Untuk mengatasinya, kata-kata yang tidak

dikenali ini akan diperiksa apakah kata tersebut berawalan “di-“. Karena kata-kata

berawalan “di-“ berpotensi menjadi kata kerja pasif, kata-kata yang tidak dikenali dan

berawalan “di-“ ini dianggap sebagai kata kerja pasif.

Kalimat-kalimat yang akan dijadikan masukan parser sebelumnya telah

dianalisa secara manual kebenaran struktur kalimatnya. Proses penguraian kalimat

input kemudian dilakukan setelah persiapan diatas dilakukan. Pada penguraian ini

parser berhasil menguraikan 132 kalimat dari 194 (68,04%) kalimat masukan.

Kalimat-kalimat yang berhasil diuraikan dapat dilihat pada lampiran 4.

Jumlah kalimat yang berhasil diuraikan pada tahap ini jauh lebih besar

dibandingkan jumlah kalimat yang berhasil diuraikan oleh parser yang dibuat oleh

Iskak Hendrawan yaitu 27% dari 200 kalimat. Hal ini disebabkan parser yang dibuat

oleh Iskak Hendrawan tidak dapat mengatasi masukan-masukan berupa kalimat

nominal. Selain itu, kalimat-kalimat input ini juga banyak berupa kalimat yang

elemen-elemen penyusunnya telah mengalami perluasan termasuk oleh anak kalimat

majemuk bertingkat. Misalnya subjek kalimat yang berupa nomina dapat diperluas

oleh kalimat yang sebelumnya didahului oleh kata yang. Demikian juga elemen-

elemen kalimat yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Iskak Hendrawan tidak

menggunakan pola-pola kalimat seperti ini. Pola-pola yang dibuat berupa pola-pola

kalimat sederhana bahkan elemen pelengkap kalimat tidak digunakan sehingga


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 56

kalimat masukan yang memiliki elemen ini akan mengalami kesalahan pada proses

penguraiannya.

Tiga buah kalimat lain (1,55% dari 194 kalimat) juga berhasil diuraikan, tetapi

struktur hasil penguraiannya salah. Contoh:

 Metode yang digunakan ini cukup efektif dalam pembuatan sistem ini.

Kesalahan ini diakibatkan oleh ambiguitas kelas kata. Kata “cukup” bisa berfungsi

sebagai adjektiva atau adverbia. Dalam kamus kelas kata yang digunakan dalam

penelitian ini kata “cukup” termasuk ke dalam kelas kata adjektiva. Oleh karena itu,

kata “cukup” pada kalimat di atas kemudian berfungsi sebagai elemen predikat

sesuai dengan kalimat dasar tipe adjektival dan kata “efektif” berfungsi sebagai

elemen pelengkap. Sehingga hasil penguraian struktur kalimat di atas menjadi:

Subjek : Metode(N) yang(YANG) digunakan(Pasif) ini(Pro)

Predikat : cukup(Adj)

Pelengkap : efektif(Adj)

Keterangan : dalam(P) pembuatan(N) sistem(N) ini(Pro).

Padahal kata “cukup” di atas seharusnya berfungsi sebagai adverbia yang

menerangkan kata “efektif” yang berfungsi sebagai elemen predikat pada kalimat di

atas. Bandingkan dengan kalimat berikut.

 Uang yang digunakan sudah cukup.

Sebanyak 135 kalimat masukan (69,59% dari 194 kalimat) yang berhasil

diuraikan di atas kecuali kalimat pasif kemudian dikelompokkan berdasarkan pola

dasar kalimat yang dipakai yaitu salah satu dari 8 tipe pola kalimat dasar. Hasil

penguraian tersebut memperlihatkan pola kalimat yang sering dipakai pada abstrak

makalah ilmu komputer. Kalimat yang paling sering dipakai adalah kalimat aktif.

Kalimat yang termasuk ke dalam kalimat aktif adalah kalimat berpola dasar tipe 1,
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 57

tipe 2, tipe 3 dan tipe 6 [Sugo97]. Jumlah kalimat aktif pada kalimat masukan adalah

97 buah, sedangkan kalimat pasif berjumlah 38 buah. Pengelompokkan kalimat

masukan dapat dilihat pada tabel IV-2.

Kalimat pasif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal ini dilakukan

dengan pengubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif.

Pengubahan ini menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba

aktif menjadi verba pasif. Dengan demikian kalimat pasif hanya terdapat dalam

kalimat dasar tipe 1, tipe 2 dan tipe 3.

Pola Dasar Jumlah Persentase


Kalimat (dari 194 Kalimat)
Tipe 1: SPOK 33 17,01%
Tipe 2: SPOPel 13 6,7%
Tipe 3: SPO 23 11,86%
Tipe 4: SPPel 9 4,64%
Tipe 5: SPK 3 1,55%
Tipe 6: SP(Verba) 5 2,58%
Tipe 7: SP(Nomina) 4 2,06%
Tipe 7 3,6%
8:SP(Adjektiva)
Kalimat Pasif 38 19,59%
Total 135 69,59%

Tabel IV-2: Pengelompokkan kalimat masukan ke dalam pola dasar dan pola kalimat pasif.

Pengelompokkan kalimat pasif berdasarkan pola dasar kalimat asal yaitu pola dasar

tipe 1, tipe 2 dan tipe 3 dapat dilihat pada tabel IV-3.

Pola Dasar Kalimat Jumlah Kalimat Persentase


Asal (dari 194 Kalimat)
Tipe 1: SPOK 34 17,53%
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 58

Tipe 2: SPOPel 3 1,54%


Tipe 3: SPO 1 0,52%
Total 38 19,59%

Tabel IV-3 : Pengelompokkan kalimat pasif masukan berdasarkan pola dasar kalimat asal.

Kedua tabel sebelumnya memperlihatkan bahwa pola kalimat yang sering digunakan

adalah pola dasar tipe 1 (SPOK) dengan perincian jumlahnya yaitu sebanyak 17,01%

berupa kalimat aktif dan 17,53 % berupa kalimat pasif.

Pengurai sintaks yang dibuat pada penelitian ini juga dapat menguraikan

kalimat masukan berupa kalimat majemuk bertingkat seperti yang telah dijelaskan

pada saat membedakan parser yang dibuat oleh Iskak Hendrawan dengan parser yang

sedang diuji coba ini. Kalimat masukan seperti ini ditandai oleh adanya anak kalimat

yang didahului oleh konjungtor bahwa yang mengisi unsur-unsur kalimat seperti

subjek, objek atau pelengkap dan juga adanya anak kalimat yang memperluas nomina

yang didahului oleh konjungtor yang atau diakhiri kata penunjuk itu.

Semua pola dasar kalimat dapat memiliki keterangan yang merupakan anak

kalimat, tetapi pada 135 buah kalimat masukan ini hanya kalimat berpola dasar tipe 1

(SPOK) dan tipe 5 (SPK) yang memiliki keterangan berupa anak kalimat. Kalimat

pasif yang berpola dasar tipe 1 (SPOK) juga dapat memiliki keterangan berupa anak

kalimat. Contohnya adalah kalimat berikut.

Aktif Pola1 : Bentuk dokumen cetakan pada kertas kurang dapat memenuhi

kebutuhan ini karena proses pembuatannya kurang efisien.

Pasif Pola 1: Metode heuristik digunakan untuk mengekstrasi (kerangka) huruf.

Pola 5 : Bakuan dokumen berperan dalam menjembatani sistem aplikasi

bisnis yang beragam


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 59

Tabel IV-4 memperlihatkan perbedaan jumlah kalimat yang memiliki unsur

keterangan berupa anak kalimat atau unsur keterangan berupa kata dan frasa. Secara

keseluruhan jumlah kalimat masukan yang memiliki unsur keterangan berupa anak

kalimat adalah 30 buah. Jumlah kalimat yang memiliki unsur keterangan berupa kata

atau frasa lebih banyak dari jumlah kalimat masukan yang memiliki unsur keterangan

berupa anak kalimat yaitu 41 buah.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, anak kalimat pengganti nomina yang

ditandai oleh kata bahwa dapat mengisi unsur-unsur kalimat yang berupa nomina.

Oleh karena itu, unsur-unsur kalimat yang dapat digantikan oleh anak kalimat ini

dapat berupa subjek, objek ataupun pelengkap. Pada kalimat masukan hanya terdapat

2 buah kalimat yang memiliki anak kalimat seperti ini. Anak kalimat yang diawali

kata bahwa pada sampel ini mengisi posisi objek pada kalimat aktif transitif.

Pola Dasar Kalimat Jumlah Persentase Persentase (dari 194


Kalimat (dari Pola dasar) kalimat masukan)
Aktif Pola 1: SPOK 17 51,52% 8,76%
16 48,48% 8,25%
Pasif Pola 1: SPOK 12 35,29% 6,19%
22 64,71% 11,34%
Pola 5 : SPK 1 33,33% 0,52%
2 66,67% 1,03%

Anak Kalimat Kata/Frasa


Tabel IV-4: Perbandingan kalimat masukan yang memakai keterangan berupa anak kalimat dan
keterangan berupa kata/frasa.
Pada kalimat masukan yang benar struktur tata bahasanya terdapat 44 buah

kalimat yang memiliki anak kalimat yang diawali oleh konjungtor yang. Dengan kata

lain, terdapat 44 buah kalimat yang nominanya diperluas oleh anak kalimat ini. Tabel

IV-5 memberikan gambaran anak kalimat yang memperluas nomina elemen kalimat.
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 60

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat predikat berupa nomina

yang diperluas oleh anak kalimat ini. Anak kalimat yang memperluas nomina subjek

15 buah. Anak kalimat yang memperluas pelengkap dan nomina yang terdapat pada

elemen keterangan masing-masing berjumlah 5 dan 15 buah.

Unsur Kalimat Jumlah Kalimat Persentase


(dari 194 Kalimat)
Subjek 15 7,73%
Predikat 0 0%
Objek 9 4,64%
Pelengkap 5 2,58%
Keterangan 15 7,73%
Total 44 22,68%

Tabel IV-5: Jumlah anak kalimat yang memperluas nomina elemen-elemen kalimat.

Pada kalimat masukan yang benar struktur bahasannya tidak terdapat nomina

yang diperluas oleh anak kalimat yang diakhiri kata penunjuk itu, tetapi terdapat 4

buah buah kalimat yang memiliki nomina yang diperluas oleh anak kalimat tanpa kata

penunjuk itu. Hal ini disebabkan nomina yang dimaksud bersifat umum tanpa

mengacu langsung pada sebuah nomina. Dengan kata lain nomina ini tidak terbatas

jumlahnya (indefinite). Jadi walaupun nomina yang dipakai dalam bahasa Indonesia

kebanyakan bersifat takrif (definite), nomina yang bersifat umum ini tetap bernilai

benar [Sugo97]. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan suatu alat bantu yang dapat

menghasilkan dokumen-dokumen hasil kegiatan analisis berorientasi objek

dalam bentuk hiperteks.

Anak kalimat yang langsung menyertai nomina ini selalu sama yaitu berupa kata

berorientasi objek. Jadi hanya nomina yang diiringi oleh anak kalimat ini yang
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 61

berbeda. Nomina-nomina lain yang terdapat pada kalimat masukan adalah metodologi

berorientasi objek, perangkat lunak berorientasi objek.

Kalimat masukan juga memiliki kalimat yang benar struktur kalimatnya, tetapi

tidak bisa diuraikan oleh parser yaitu sebanyak 8 buah kalimat dari 194 kalimat (4,12

%). Delapan buah kalimat ini adalah kalimat yang memiliki variasi urutan elemen-

elemennya. Dengan kata lain, kalimat ini adalah kalimat yang pola elemen

penyusunnya bukan merupakan pola dasar. Contoh:

 Dengan menerapkan konsep tersebut, diharapkan pertukaran dokumen

bisnis menjadi lebih aman, akurat, dan ekonomis.

Seharusnya, kalimat di atas diuraikan menjadi:

Subjek : pertukaran(N) dokumen(N) bisnis(N)

Predikat : diharapkan(Pasif)

Pelengkap : menjadi(Trans) lebih(Adv) aman(Adj), akurat(Adj), dan(CC)

ekonomis(Adj)

Keterangan : Dengan(CS) menerapkan(Trans) konsep(N) tersebut(Pro)

Kata diharapkan merupakan elemen predikat pada kalimat di atas. Posisi kata ini

mendahului elemen subjek kalimat yaitu pertukaran dokumen bisnis. Pada pola dasar

kalimat, elemen predikat selalu mengikuti elemen subjek. Implementasi yang

dilakukan pada penelitian ini hanya menerapkan aturan sintaks untuk kalimat-kalimat

yang memiliki pola dasar dan belum mengalami variasi urutan elemen pembentuknya.

Jika pola variasi ini diimplementasikan dengan menggunakan YACC seperti yang

dilakukan pada penelitian ini, alat bantu ini akan menolak aturan pola variasi. Hal ini

terjadi disebabkan aturan sintaks pola variasi ini menimbulkan konflik ambigu dengan

definisi aturan sintaks lainnya.


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 62

Lima puluh satu dari 194 kalimat input yang tersisa (26,28%) juga tidak dapat

diuraikan oleh parser. Setelah dilakukan analisa, kalimat input ini memiliki struktur

sintaks yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Contoh-contoh

kalimat yang struktur sintaksnya tidak sesuai ini adalah sebagai berikut:

 Untuk masa yang akan datang penelitian yang hanya bersifat percobaan.

 Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang

kritis yang sering terlupakan.

 Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem

pengamanan yang dapat menjamin hanya orang yang dapat membaca

kandungan informasi dari pesan yang dikirim untuknya.

 Teknik penyandian kriptografi tradisional dengan algoritma asimetris,

digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Kesalahan-kesalahan sintaks penulisan kalimat seperti di atas dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kesalahan yaitu:

1. Kesalahan sintaks yang terbanyak adalah kesalahan penempatan tanda

baca ‘,’ (koma) dalam kalimat. Contoh:

 Pesan elektronis pada jaringan komputer berbasis Unix, memiliki

beberapa keuntungan.

Seharusnya diantara kata Unix dan kata memiliki pada kalimat di atas

tidak dipisahkan dengan tanda ‘,’ (koma).

2. Kesalahan sintaks kedua adalah penempatan kata-kata konjungtor

koordinatif seperti “dan”, “atau”, tetapi” di awal kalimat.

 Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan

yang kritis yang sering terlupakan.


BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 63

3. Kesalahan berikutnya adalah kalimat masukan yang tidak lengkap elemen

kalimat penyusunnya. Contoh:

 Menggunakan metode pembuatan sebuah kompilator: analisa leksikal,

analisa sintaks, pengaturan tabel simbol dan pembentuk instruksi

(code generator).

kalimat di atas tidak memiliki elemen subjek yang merupakan elemen

wajib pada kalimat bahasa Indonesia seperti yang telah dijelaskan pada

bab II sehingga menyalahi aturan tata bahasa baku bahasa Indonesia.

4. Kesalahan yang lain adalah kalimat masukan yang menggunakan preposisi

sebagai penghubung untuk perluasan nomina. Contohnya adalah sebagai

berikut.

 Inti dari penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.

Frase preposisi ‘dari penerapan EDI’ adalah keterangan dari kata ‘inti’

pada kalimat di atas. Pola seperti ini tidak benar menurut aturan kalimat

baku bahasa Indonesia sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

pada struktur bahasa Indonesia, perluasan dari nomina hanya dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Perluasan dengan yang.

2. Perluasan dengan penjajaran unsur nomina tanpa menggunakan

konjungtor.

Oleh karena itu, contoh kalimat itu seharusnya memiliki struktur sebagai

berikut:

 Inti penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.

5. Kesalahan selanjutnya adalah pemakaian kalimat majemuk bertingkat

yang tidak jelas unsur-unsurnya yaitu bagian mana yang merupakan induk
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 64

kalimat dan bagian mana yang merupakan anak kalimat. Contohnya adalah

kalimat berikut ini.

 Ketika pengujian mendeteksi kesalahan pada program uji, maka

dilakukan langkah perbaikan terhadap kesalahan program tersebut.

Dalam contoh ini kedua unsur kalimat majemuk bertingkat didahului

konjungtor sehingga tidak diketahui unsur mana yang merupakan induk

kalimat. Seperti telah dibicarakan pada bab II, anak kalimat didahului oleh

konjungtor dan induk kalimat tidak didahului oleh konjungtor. Dengan

demikian, kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat di atas

tidak mempunyai induk kalimat. Padahal, di dalam sebuah kalimat

majemuk bertingkat harus ada induk kalimat. Salah satu konjungtor harus

dihilangkan agar satu dari dua unsur tersebut menjadi induk kalimat.

Hasil analisa penguraian di atas kemudian dikelompokkan berdasarkan

pengecekan kebenaran struktur kalimat secara manual dan hasil penguraian itu

sendiri. Pengelompokkan hasil penguraian itu sendiri dapat dilihat dalam diagram

gambar IV-1.

Parser berhasil dan struktur kalimat hasil Parser berhasil, tapi struktur kalimat hasil
penguraian benar . penguraian salah .

68,04% 1,55%

Parser tidak berhasil menguraikan Parser tidak berhasil dan struktur kalimat
walaupun struktur kalimat masukan masukan salah.
benar.
26,28%
4,12%
BAB IV. IMPELEMENTASI DAN UJI COBA 65

Gambar IV-1: Pengelompokkan hasil penguraian terhadap 194 kalimat masukan.

Demikian hasil uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini. Parser berhasil

menguraikan 68,04% struktur kalimat masukan dengan benar dan juga berhasil

menolak 26,28% kalimat masukan yang salah struktur tata bahasanya. Hanya sekitar

5,67% kalimat masukan yang tidak berhasil diuraikan oleh parser dengan baik Hal ini

disebabkan oleh parser sendiri yang tidak dapat membedakan kelas kata ambigu

(1,55%) dan tidak dapat menguraikan struktur kalimat yang memiliki pola variasi

(4,12%). Ketidakmampuan ini berhubungan dengan keterbatasan Lex-YACC yang

tidak dapat membedakan kata yang memiliki kelas kata ambigu dan tidak dapat

membedakan struktur kalimat yang ambigu. Kesimpulan dan saran pengembangan

lebih lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa-analisa dan

uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil implementasi pengurai yang memuat struktur kalimat tunggal dan

kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia dengan menggunakan

definisi BNF cukup baik. Parser berhasil menguraikan 68,04% struktur

kalimat masukan dengan benar dan juga berhasil menolak 26,28% kalimat

masukan yang salah struktur tata bahasanya. Hanya sekitar 5,67% kalimat

masukan yang tidak berhasil diuraikan oleh parser dengan baik

2. Hasil analisa struktur kalimat bahasa Indonesia terhadap kalimat sampel

dengan menggunakan pengurai berbasis LSA adalah sebagai berikut.

 Kalimat aktif yaitu kalimat berpola dasar tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe

6 sebanyak 74 buah (38,14%).

 Kalimat pasif sebanyak 38 buah (19,59%).

 Kalimat berpredikat nomina (tipe 7) sebanyak 4 buah (2,06%).

 Kalimat berpredikat adjektiva (tipe 8) sebanyak 7 buah (3,6%).

 Kalimat tipe 4 sebanyak 9 buah (4,64%).

 Kalimat tipe 5 sebanyak 3 buah (1,55%).

3. Pola dasar kalimat yang paling sering digunakan adalah pola dasar tipe 1

(SPOK) dengan perincian jumlahnya yaitu sebanyak 17,01% dari kalimat

sampel berupa kalimat aktif dan 17,53% berupa kalimat pasif.


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 67

4. Penggunaan kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa

Indonesia pada penulisan abstrak ilmiah di bidang ilmu komputer sering

terjadi. Kesalahan-kesalahan ini meliputi:

 Kesalahan penempatan tanda baca ‘,’ (koma) dalam kalimat.

 Kesalahan penempatan kata-kata konjungtor koordinatif seperti

“dan”, “atau”, tetapi” di awal kalimat.

 Kesalahan pada kalimat yang tidak lengkap elemen penyusunnya.

 Kesalahan pada kalimat yang menggunakan preposisi sebagai

penghubung untuk perluasan nomina.

 Kesalahan pemakaian kalimat majemuk bertingkat yang tidak jelas

unsur-unsurnya yaitu bagian mana yang merupakan induk kalimat dan

bagian mana yang merupakan anak kalimat.

5. Kesulitan pembuatan aturan sintaks disebabkan keterbatasan kemampuan

alat bantu yang dipakai yaitu meliputi:

 Ketidakmampuan mengatasi masalah ambiguitas kelas kata.

Contohnya kelas kata “cukup” dapat berupa adverbia atau adjektiva.

Alat bantu ini hanya memilih satu solusi tanpa melihat alternatif lain

jika mengalami kegagalan.

 Ketidakmampuan mengatasi konflik antar aturan sintaks (aturan

sintaks yang ambigu). Jika parser menemukan dua atau lebih aturan

sintaks yang dapat dipilih berdasarkan token kelas kata yang sedang

diproses untuk mereduksi kalimat masukan pada satu waktu, parser

akan memilih aturan yang terlebih dahulu didefinisikan. Contohnya

adalah aturan kalimat yang elemen kalimat penyusunnya bervariasi

sehingga menimbulkan konflik dengan aturan sintaks lainnya.


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 68

5.2 SARAN

Saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut dari apa yang sudah dilakukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengurai sintaks kalimat yang dibuat dalam penelitian ini masih dapat

menghasilkan struktur pohon yang salah. Oleh karena itu untuk

pengecekan tata bahasa dari suatu kalimat perlu ditambahkan proses

validasi terhadap struktur pohon yang dibangun pengurai kalimat dari

kalimat tersebut.

2. Kalimat yang berhasil diuraikan oleh pengurai ini adalah kalimat tunggal

dan kalimat majemuk bertingkat. Aturan-aturan sintaks ini dapat diperluas

lagi dan juga alat bantu yang dipakai adalah alat bantu yang harus dapat

mengatasi aturan sintaks yang ambigu jika ingin menguraikan kalimat lain

seperti kalimat majemuk setara. Perbedaan antara kalimat majemuk

bertingkat dan kalimat majemuk setara sehingga kalimat majemuk

bertingkat dapat diuraikan oleh pengurai ini adalah sebagai berikut.

 Kalimat majemuk bertingkat dapat dibangun dengan menggunakan

pengurai ini karena kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh adanya

anak kalimat yang didahului oleh konjungtor bahwa yang mengisi

unsur-unsur kalimat seperti subjek, objek atau keterangan dan juga

adanya anak kalimat yang memperluas nomina yang didahului oleh

konjungtor yang atau diakhiri kata penunjuk itu. Aturan sintaks anak

kalimat yang didahului oleh konjungtor-konjungtor ini tidak

menimbulkan konflik dengan aturan sintaks yang lainnya.

 Kalimat majemuk setara ditandai oleh adanya konjungtor dan, lalu,

atau atau tetapi ataupun tanda baca “,” (koma) yang menghubungkan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 69

kalimat-kalimat penyusunnya. Konjungtor dan tanda baca ini

menimbulkan konflik terhadap aturan sintaks frase nomina. Perhatikan

kalimat berikut ini.

Ibu membelikan coklat dan pensil warna dan ayah membelikan

sepeda.

Konjungtor “dan” yang pertama menandakan frase nomina dan

konjungtor kedua menandakan adanya kalimat majemuk setara.

Pengurai akan mendapatkan dua buah aturan sintaks yang dapat dipilih

ketika memproses “dan” yang pertama. Karena adanya konflik ini,

pengurai akan memilih aturan yang terlebih dahulu didefinisikan. Jika

frase nomina yang dipilih, kata-kata pensil warna dan ayah akan

dianggap bagian objek kalimat pertama. Ketika memproses kata

membelikan, pengurai akan mengalami kegagalan karena pelengkap

kalimat transitif hanya dapat berupa nomina. Aturan sintaks yang

kedua tidak akan dipilih karena hanya satu solusi yang dapat

dijalankan.

3. Beberapa hal yang tidak dapat diimplementasikan oleh pengurai ini adalah

sebagai berikut.

 Elemen subjek kalimat berupa kata kerja berakhiran pronomina

penunjuk. Contohnya adalah kalimat berikut.

Menangis itu kadang-kadang perlu.

 Kalimat-kalimat yang memiliki variasi urutan elemen-elemen

penyusunnya.

 Kelas kata ambigu yang dapat terjadi karena sebuah kata dapat

memiliki lebih dari satu kelas kata.


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 70

Kalimat-kalimat ini tidak dapat diimplementasi dengan menggunakan alat

bantu yang digunakan dalam penelitian ini karena menimbulkan konflik

ambiguitas dengan aturan sintaks kalimat lainnya. Oleh karena itu, hal-hal

tersebut bisa diimplementasi dengan menggunakan alat bantu lain yang

memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah ambiguitas tersebut.

Contohnya adalah alat bantu yang memiliki kemampuan mencatat semua

langkah yang telah dilakukan yang biasanya dimiliki oleh alat bantu yang

mempunyai kemampuan backtracking. Jika pengurai yang memiliki

kemampuan seperti ini menjumpai aturan sintaks ambigu, pengurai dapat

mengambil pilihan yang pertama dan mencatat tempat ambigu tersebut

agar dapat kembali ke tempat itu jika menemui kegagalan pada pilihan

sebelumnya. Hal ini berbeda dengan Lex-YACC yang sekarang dipakai

yang hanya akan menjalankan pilihan pertama jika menemui aturan sintaks

yang ambigu. Kata yang memiliki lebih dari satu kelas kata juga dapat

mencoba aturan sintaks yang sesuai dengan masing-masing kelas kata itu.

4. Kamus leksikal yang sudah ada perlu dikembangkan dan dilengkapi.

5. Penelitian terhadap sintaks kalimat baku bahasa Indonesia harus terus

dilakukan baik dari bidang ilmu sastra maupun ilmu komputer untuk

meningkatkan penggunaan teknologi terhadap pemrosesan bahasa alami

bagi bahasa Indonesia.


REFERENSI

[Alwi98] Alwi, H., Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M.

Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta 1998

[Alle94] Allen, J., Natural Language Understanding; The Benjamin/Cumming

Publishing Company, Inc., Redwood City, CA 1994

[Iska99] Iskak Hendrawan, Pengurai Sintaks Kalimat untuk Bahasa Indonesia

dengan Metode Linguistic String Analysis; Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Indonesia, Depok 1999

[John] Johnson, S. C., YACC: Yet Another Compiler-Compiler; AT&T Bell

Laboratories, New Jersey.

http://www.csc. calpoly.edu/~gfischer/450/doc/yacc/paper.txt

[Lesk] Lesk, M. E. dan Schmidt, E., Lex – A Lexical Analyzer Generator.

http://www.cs. ucsb.edu/~cs160/machines/lex-docs.txt

[Sage81] Sager, N. Natural Language Information Processing: A Computer

Grammar of English and Its Aplications; Addison-Wesley Publishing

Company, Massachusetts 1981

[Sugo97] Sugono, D., Berbahasa Indonesia dengan Benar; Penerbit Puspa

Swara, Jakarta 1997

71
LAMPIRAN 1

ATURAN SINTAKS BAHASA INDONESIA

Kalimat Deklaratif

<SENTENCE> ::= <CENTER><*ENDMARK>.

<CENTER> ::= <ASSERTION>.

<ASSERTION> ::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE2><PREDICATE0>.

String Subjek Kalimat

<SUBJECT> ::= <NOUN_PHRS><PARTIKEL>|<*BAHWA><ASSERTION>.

<PARTIKEL> ::= NULL|<PAR>.

String Nomina

<NOUN_PHRS> ::= <NSTG><NEXT_NOUN_PHRS>.

<NEXT_NOUN_PHRS> ::= NULL|<*COMMA><NOUN_PHRS>|

<*CC><NOUN_PHRS>.

<NSTG> ::= <*ART><LNRORLADJR>|<LNR>|<LPROR>.

<LNRORLADJR> ::= <LNR>|<LADJR>.

<LNR> ::= <LN><NOUNS_RN>|<NOUNS_RN>.

<LADJR> ::= <LADJ><*ADJ><RADJ>|<*ADJ><RADJ>.

<LPROR> ::= <*PRO><RPRO>.

<RPRO> ::= NULL|<*PRO>.

<LADJ> ::= <ADVS>.

<RADJ> ::= NULL|<ADVBS><*PRO>.

<LN> ::= <NUMS>.

<NOUNS_RN> ::= <RN>|<NOUNS><RN_OPT>.

<RN> ::= <*PRO><YANGSTG>.

72
<RN_OPT> ::= <*PRO><YANGSTG>|<YANGSTG_FULL>.

<NOUNS> ::= <*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>|<NPERS>

<NEXT_PERSONA>|<*NAMA><NEXT_NAMA>.

<IS_ADJ> ::= NULL|<*ADJ>.

<NEXT_NOUNS> ::= NULL|<*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>.

<NEXT_NAMA> ::= NULL|<*NAMA><NEXT_NAMA>.

<NEXT_PERSONA> ::= NULL|<NPERS><NEXT_PERSONA>.

String Numeralia
<NUMS> ::= <*NUM><NEXT_NUMS><RNUM>|<*NPS>.

<NEXT_NUMS> ::= NULL|<*NUM><NEXT_NUMS>.

<RNUM> ::= <*NP>.

String Predikat Kalimat

<PREDICATE0> ::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>|

<*DEFINISI><PELENGKAPINT>|

<LTIPE7><TIPE7><KETCHOICE>.

<LPREDICATE> ::= <CHOICE><PRECHOICE>.

<RPREDICATE> ::= <ADVORNOT>.

<PRECHOICE> ::= NULL|<*P><LADJR>.

<CHOICE> ::= <ADVORNOT><MORNOT>|<ADVORNOT><AUX>|<*ASP><ADVORNOT>.

<PREDICATE> ::= <ACTIVE_PREDICATE>|<PASSIVE_PREDICATE>.

<LTIPE7> ::= <BKORNOT><ARTORNOT>.

<ACTIVE_PREDICATE> ::= <VERBA>|<LTIPE8><TIPE8><PELENGKAPINTORNOT>

<KETCHOICE>.

<LTIPE8> ::= <ARTORNOT>.

<VERBA> ::= <TIPE123>|<TIPE456>.

<PASSIVE_PREDICATE>::= <PASIF_TIPE123><PELNOT> <KETCHOICE>.

Predikat Pola Dasar Tipe 123

<TIPE123> ::= <TIPE_AKTIF_TRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.


73
<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS><OBJECT>.

<NEXT_TRANS> ::= NULL|<SEPARATOR><TRANS_OPT>.

<TRANS_OPT> ::= <LTRANS><TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS>.

<LTRANS> ::= <LPREDICATE>.

<RTRANS> ::= <ADVBORNOT>.

Predikat Pola Dasar Tipe 456

<TIPE456> ::= <TIPE_AKTIF_INTRANS> <PELORNOT><KETCHOICE>.

<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= <INTRANS><RINTRANS>.

<RINTRANS> ::= <ADVBORNOT>.

Predikat Pola Dasar Tipe 7 dan Tipe 8


<TIPE7> ::= <NOUN_PHRS><RNOUN_PHRS>.

<TIPE8> ::= <LADJR><NEXT_ADJ>.

Predikat Pasif
<PASIF_TIPE123> ::= <K_PASIF><RPASIF>.

<KPASIF> ::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS><PASIF2*>|

<*KENA><PASIF2>

<RPASIF> ::= <*ADVB>

String Objek Kalimat

<OBJECT> ::= <NOUN_PHRS>|<*BAHWA><ASSERTION>|

<TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.

String Pelengkap dan Keterangan Kalimat

<PELENGKAPINTORNOT> ::= NULL|<PELENGKAPINT>.

<PELORNOT> ::= NULL|<PELENGKAP>

<PELENGKAPINT> ::= <PELENGKAP>|<PREDICATE>.

<PELENGKAP> ::= <NOUN_PHRS>.

<KETCHOICE> ::= NULL|<KET>.

74
<KETCHOICE2> ::= NULL|<*COMMA><KET1><*COMMA>|<KET2>.

<KET> ::= <KET1>|<KET2>.

<KET1> ::= <CSUB><PRDORASSERT><ADVORNOT>.

<KET2> ::= <PSUB><KETOP><ADVORNOT>.

<PRDORASSERT> ::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>.

<PREDICATE1> ::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>.

<KETOP> ::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.

<CSS> ::= <*CS>.

<PSS> ::= <*P><NEXT_PS>.

<NEXT_PS> ::= NULL|<*P>.

Sentence Adjunct

Keterangan Kalimat

<SAF> ::= <ADVORNOT>|<ADVORNOT><KET1><COMMA>|<ADVORNOT><KET2>.

Keterangan Nomina

<YANGSTG> ::= NULL|<*YANG><ASSORSTG>.

<ASSORSTG> ::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>

<YANGSTG_FULL> ::= <*YANG><ASSORSTG>.

Pilihan-Pilihan Lain

<ADVORNOT> ::= NULL|<ADVS>.

<ADVS> ::= <*ADV><NEXT_ADVS>.

<NEXT_ADVS> ::= NULL|<*ADV><NEXT_ADVS>.

<ADVBORNOT> ::= NULL|<ADVBS>.

<ADVBS> ::= <*ADVB>.

<MORNOT> ::= NULL|<*M>.

<BKORNOT> ::= NULL|<*BUKAN>.

<ARTORNOT> ::= NULL|<*ART>.

75
LAMPIRAN 2

KELAS KATA

Simbol Kelas Kata Keterangan Contoh


ADJ Adjektiva Kata sifat Cantik,
ADV Adverbia Kata keterangan di depan kata lain Sangat
ADVB Adverbia Kata keterangan di belakang kata lain indah
Sekali
ART Artikula Si, sang
CC Konjungtor Kata hubung yang menghubungkan Dan, lalu
Koordinatif klausa pada kalimat majemuk setara.
CS Konjungtor Kata hubung pada kalimat majemuk Ketika,
Subordinatif bertingkat walaupun
M Modal Kira, rasa
PRO Pronomina Saya, itu
N Nomina Kata benda Buku, pena
NPERS Nomina Persona Kata benda persona Bos,
NP Nomina Kata benda yang menjadi penggolong Ekor,butir
Penggolong numeralia pimpinan
NPS Nomina Kata benda yang menjadi penggolong Sebuah,
Penggolong numeralia seekor
NUM Numeralia Kata bilangan Seribu,
P Preposisi Kata depan Di, ke, dari
PAR Partikel sedikit
Kah, pun
TRANS Verba Transitif Kata kerja transitif Mencoba
INTRANS Verba Intransitif Kata kerja intransitif Pergi, lari
PASIF Verba Pasif Kata kerja pasif Dicoba
PASIF2 Verba Pasif Kata kerja pasif Rasakan,
NAMA Nomina Nama seseorang Shelly,
BUKAN Kata Ingkar Penginkaran untuk predikat nomina coba
Bukan
AUX Auxiliary Vivi
Boleh,
ASP Aspek Telah,
dapat
sedang

76
LAMPIRAN 3

KALIMAT-KALIMAT YANG BERHASIL

DIURAIKAN

 Pendekatannya dilakukan secara struktural.

 Pola primitif disandikan dengan huruf abjad.

 Evaluasi ekspresi menggunakan metoda pohon ekspresi.

 SP3 dibuat dengan pendekatan berorietasi objek.

 Masalah utama dalam penelitian ini adalah menentukan titik-titik 3D obyek koordinat alam dari

titik-titik 2D koordinat citra.

 Model transformasi yang digunakan adalah model OTOKO (Ohmura-Tomono-Kobayashi).

 Alat penunjang berupa kamera RGB untuk merekam obyek dan komputer PC bagi program

perhitungan.

 Teknik penyandian tradisional kriptografi dengan algoritma asimetris digunakan untuk mencegah

masalah tsb.

 Ukuran pesan dalam keadaan terenkripsi ternyata lebih besar daripada ukuran pesan aslinya.

 Penelitian ini dibagi lagi menjadi dua kelompok.

 Bakuan dokumen berperan dalam menjembatani sistem aplikasi bisnis yang beragam.

 Bakuan tersebut telah diakui oleh International Strandard Organization sebagai bakuan EDI

internasional.

 Penelitian ini menerapkan konsep EDI dalam sebuah prototipe.

 Bentuk dokumen cetakan pada kertas kurang dapat memenuhi kebutuhan ini karena proses

pembuatannya kurang efisien.

 Informasi yang terdapat dalam dokumen harus mudah untuk diakses.

 Sistem hiperteks dapat memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut.

 SPN merupakan sistem pendistribusian artikel Netnews dengan menggunakan disket sebagai

media.

77
 Pendistribusian paket Netnews dan administrasi pelanggan dilakukan pada komputer PC/AT.

 Buck memiliki beberapa kesulitan dalam pemakaiannya.

 Perkembangan bahasa pemrograman komputer demikian cepat.

 Bahasa generasi keempat pun muncul.

 Sistem penterjemah ini dibangun untuk membangun sebuah kompilator.

 Dengan demikian, langkah perbaikan dapat dihindari.

 Terhadap program P, teknik mutasi akan menghasilkan himpunan mutan.

 Data tes T dikembangkan untuk membunuh mutan tersebut.

 Jika kesalahan itu dapat dimodelkan secara langsung dengan mutasi, improver akan mengusulkan

mutan yang masih hidup sebagai alternatif perbaikan bagi kesalahan program P.

 Improver memiliki beberapa kelemahan yang dapat diatasi dengan pengembangan lebih lanjut.

 Manipulasi gambar menggunakan teknik-teknik pengolahan citra.

 Sistem jaringan telekomunikasi telepon saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

 Model ER adalah sebuah konsep model data tingkat tinggi yang lebih mendekati persepsi data bagi

pemakai.

 Beberapa paket basis data komersial menggunakan konsep tersebut.

 Model ER menggunakan diagram untuk mempresentasikan data dan hubungan antar data dari

basis data yang sedang dirancang.

 Diagram tersebut akan dipetakan untuk memperoleh tabel-tabel dalam basis data relasional.

 Selanjutnya tabel-tabel tersebut akan dinormalisasi berdasarkan konsep Functional Dependency

(ketergantungan fungsional).

 Tugas akhir ini bertujuan untuk mengembangkan PIRANTI PELAKSANAN NORMALISASI

BASIS DATA RELASIONAL (PINOR).

 Laporan ini membahas pengenalan huruf tulisan tangan dengan pendekatan heuristik.

 Kerangka huruf merupakan masukan bagi metode heuristik

 Metode heuristik digunakan untuk mengekstrasi (kerangka) huruf.

 Deskripsi disimpan dalam file tex secara akumulatif.

 Algoritma ini menggunakan teknik manipulasi bit data sehingga proses pelacakan dapat dilakukan

dengan efisien.

78
 ARTMAP dapat mempelajari pola-pola baru tanpa menggunakan pola-pola lama.

 ARTMAP mampu mengklasifikasikan pola-pola masukan yang diterimanya ke dalam berbagai

kategori pengenalan berdasarkan keberhasilan dan kegagalannya melakukan prediksi.

 Sistem pada dasarnya terbagi atas dua tahap.

 Algoritma ini berdasarkan pada model komputasi Shared-memory MIMD Crew.

 Maksimum level sparsitas matrik dihadirkan sebagai kriteria penggunaan algoritma tersebut di

atas.

 Perkiraan batas bawah speedup dan efisiensi waktu pemrosesan diberikan secara semi analitis.

 Bahasa penguraian perangkat keras membantu para perancang rangkaian digital untuk

mendapatkan kemudahan dalam mewujudkan rancang bangunnya ke tahap hasil industri.

 Berdasarkan metoda yang dipelajari melalui studi literatur, penelitian ini dilakukan secara

simulatif untuk menghasilkan perhitungan statistik

 Perhitungan numerik pada model ini menggunakan iterasi Newton-Raphsons untuk mendapatkan

vektor posisi 3D.

 Ini membuktikan bahwa metode OTOKO cukup efektif untuk mencari titik 3D dari titik 2D.

 Pesan elektronis dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai lain yang berstatus super user.

 Algoritma asimetris ini menggunakan kunci publik dan kunci pribadi.

 Pengirim dan penerima masing-masing memiliki kunci pribadi dan kunci publik

 Pesan elektronis dapat dengan mudah dibaca oleh pemakai lain yang berstatus “super user”.

 Algoritma asimetris ini menggunakan kunci publik dan kunci pribadi.

 Demikian pula sebaliknya.

 Pengirim dan penerima masing-masing memiliki kunci publik.

 Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan struktur pohon seimbang (Balance Tree), pohon

alfabet (alphabetic tree).

 Hasil dari percobaan kedua selalu lebih baik dari percobaan pertama dimana jumlah storage cost

yang dibutuhkan lebih kecil.

 Dari seluruh metode yang diuji, struktur pohon Optimal Alfabet merupakan metode yang terbaik.

 Ini dapat dilihat dari nilai ratio pemampatan yang dihasilkan yang dapat mencapai < 50.

79
 Electronic Data Interchange (EDI) memberi keunggulan bersaing melalui pertukaran dokumen

bisnis secara elektronis.

 Salah satu bakuan dokumen elektronis adalah UN/EDIFACT yang disusun oleh United Nations.

 UN/EDIFACT dapat digunakan untuk pertukaran dokumen dalam industri sejenis ataupun antar

industri.

 Selain itu, UN/EDIFACT mendukung perdagangan berskala internasional.

 Fokus penelitian adalah translator dan interpreter dokumen EDI serta metode komunikasi data

yang digunakan.

 Translator dan interpreter berdasarkan pada bakuan UN/EDIFACT.

 Metode komunikasi yang ditetapkan adalah keterhubungan melalui pihak ketiga atau EDI mailbox.

 Kegiatan pengembangan perangkat lunak membutuhkan suatu alat bantu yang dapat menyediakan

dokumentasi dari sistem yang dikembangkan secara cepat dan efisien.

 Informasi yang terdapat pada dokumentasi harus terus diperbaharui agar sejalan dengan kegiatan

pengembangan.

 Jumlah informasi yang harus dikelola pada kegiatan pengembangan akan semakin besar sejalan

dengan kegiatan itu sendiri.

 Sistem hiperteks juga memberikan kemudahan dalam pengaksesan informasi dalam jumlah besar.

 Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan suatu alat bantu yang dapat menghasilkan

dokumen-dokumen hasil kegiatan analisis berorientasi objek dalam bentuk hiperteks.

 Alat bantu yang dikembangkan adalah bagian dari OO/CASE atau wahana untuk pengembangan

perangkat lunak berorientasi objek.

 Pengembangan alat bantu pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metodologi

berorientasi objek.

 Usenet merupakan salah satu sarana diskusi elektronis.

 Sistem online merupakan salah satu mekanisme penyebaran informasi yang baik.

 Saat ini, sistem online sukar diterapkan di Indonesia karena kurangnya sarana komunikasi.

 Administrasi meliputi pencatatan pesanan pelanggan, data pribadi pelanggan, keuangan

pemesanan dan modul untuk pencetakan tabel alamat dan label disket.

80
 Tulisan ini membahas pembuatan suatu sistem interaktif untuk mempermudah pemakaian perunut

sinar DKBTrace tersebut.

 Sistem interaktif ini akan membantu pemakai dalam membayangkan letak objek yang hendak

didefinisikan.

 Dengan penggunaan sistem ini, pemakai tidak harus membuat sendiri berkas masukan tadi karena

salah satu keluaran sistem ini adalah berkas masukan untuk DKBTrace tersebut.

 Metode yang digunakan cukup efektif dalam pembuatan sistem ini.

 Langkah ini dapat menjadi penghambat karena pengujian akan dihentikan menunggu program

seleksi diperbaiki.

 Mutan terbunuh jika keluarannya berbeda dengan diharapkan.

 Alat bantu ini mempunyai kemampuan membuat gambar wajah dari penggabungan gambar

bagian-bagian wajah yang ada dalam basis data.

 Pengembangan alam bantu ini menggunakan metodologi berorientasi objek

 Gambar yang digunakan direpresentasikan sebagai citra raster dengan tingkat keabuan (gray level).

 Gambar wajah yang dihasilkan memiliki ciri-ciri gabungan dari gambar bagian-bagian wajah yang

digunakan.

 Pengoperasian alat ini cukup mudah dan sederhana.

 Peranan komputer dalam mengatur jaringan komunikasi telepon menjadi sangat penting.

 Peranan komputer dalam jaringan IN meliputi pengaturan dan perawatan jaringan serta pembuatan

layanan-layanan baru.

 Salah satu contoh layanan IN adalah layanan bebas biaya atau freephone (biasanya nomor telepon

yang menggunakan layanan ini diawali dengan 1-800).

 Tugas akhir ini menerangkan proses pembuatan layanan pada jaringan IN.

 Proses ini menggabungkan fungsi-fungsi modular jaringan agar dapat membentuk suatu layanan

baru secara cepat dan efisien.

 Proses normalisasi terdiri atas beberapa tahapan yaitu 1NF, 2NF, 3NF, BCNF dan seterusnya.

 Normalisasi digunakan untuk membantu mengurangi dan sebagainya sehingga akan didapatkan

basis data yang baik.

81
 PINOR memiliki fasilitas editor untuk diagram ER, fasilitas pemetaan dan fasilitas normalisasi

terhadap tabel sehingga bentuk 3NF atau BCNF.

 Masukan dari PINOR adalah diagram ER dari EASYCASE for windows dan diagram ER piranti

ini sendiri.

 Pengenalan ditujukan untuk huruf latin a..z,A..Z.

 File BMP berupa huruf.

 Metode bekerja berdasarkan titik-titik ujung, sudut (lancip), cabang tiga, persilangan.

 Hasil ekstraksi dikelompokkan dalam dua kelompok: kelompok titk dan kelompok garis.

 Kelompok titik mencatat jumlah titik-titik ujung, sudut (lancip), cabang tiga, persilangan dan

jumlah potongan garis.

 Kelompok garis mencatat karakteristik setiap potongan garis.

 Huruf tidak dapat dikenali selama polanya belum pernah dipelajari oleh sistem.

 Pertama kali proses belajar harus dilakukan untuk mendapatkan deskripsi pola huruf a..z, A..Z.

 Berdasarkan deskripsi tersebut, sistem diharapkan dapat mengenali huruf latin.

 Dalam banyak situasi, string yang dilacak dalam suatu teks tidak diketahui dengan tepat karena

adanya salah eja atau kesalahan dalam teksnya sendiri.

 Toleransi kesalahan di sini diukur dengan jarak edit.

 Tugas akhir ini mengulas dan mengimplementasikan algoritma pelacakan teks dengan toleransi

kesalahan (maksimum jarak edit k=2) yang dikembangkan oleh Wu dan Manber.

 Hasil uji coba menunjukkan bahwa algoritma tersebut cukup praktis.

 Komputer konferensi memberikan keuntungan karena tidak mewajibkan semua peserta

konferensi/rapat untuk berada pada tempat yang sama pada waktu bersamaan.

 X-Group adalah perangkat lunak komputer konferensi.

 X-Group mempunyai fasilitas-fasilitas seperti percakapan lobby, komunikasi group, percakapan

pribadi, pengiriman berkas, elektronik mail, dll.

 Saat ini X-Group mendukung pertukaran data dalam bentuk teks.

 X-Group masih akan dikembangkan hingga dapat mendukung pertukaran data video dan audio.

 X-Group sebagai aplikasi yang berjalan dalam jaringan komputer membutuhkan keamanan dan

autentikasi.

82
 Otak manusia mampu melakukan tugas-tugas sederhana seperti mengenali suara dengan amat baik.

 Sedangkan komputer dengan segala kecanggihannya sulit menandingi manusia untuk melakukan

tugas-tugas tersebut.

 Berdasarkan hal ini, para ilmuwan berusaha membuat suatu model dari otak manusia yang dikenal

dengan nama jaringan neural buatan.

 Salah satu model jaringan neural ini adalah ARTMAP.

 Tahap pertama merupakan tahap pemrosesan awal yang berfungsi untuk mengekstraksi pola dari

dunia nyata.

 Pola masukan dari dunia nyata diubah bentuknya ke bentuk masukan yang sesuai dengan

spesifikasi sistem.

 Pemrosesan awal melibatkan transformasi Fourier (FFT) yang digunakan untuk menguraikan data

dijital gelombang suara ke dalam domain frekuensi.

 Sedangkan tahap kedua merupakan tahap pemrosesan ARTMAP yang berfungsi sebagai modul

pengklasifikasi pola masukan agar dapat dipelajari dan dikenali polanya.

 Keparalelan dilakukan dengan cara memanfaatkan sparsitas matrik.

 Bahasa Penguraian yang dikembangkan pada thesis ini mampu memvisualisasikan ekspresi Boole

ke dalam tataletak gerbang digital dengan menggunakan teknologi CMOS.

 Aturan rancang bangun tataletak yang digunakan adalah aturan lambda.

 Kerumitan ekspresi Boole yang diijinkan sebagai masukan dibatasi pada ekspresi yang rangkaian

logikanya maksimum mengandung cabang tingkat 6.

 Operator Boole yang digunakan meliputi NOT, AND, dan OR.

 Operator Boole lainnya harus diubah dulu ke dalam ketiga operator tersebut.

 Ekspresi Boole di atas harus dinyatakan dalam notasi infix.

 Oleh interpreter AFRAC, notasi ini berturut-turut akan diubah ke dalam notasi postfix dan simbol

khusus.

 Proses pembuatan dokumen dalam media elektronik akan jauh lebih cepat dari bentuk dokumen

biasa.

83
LAMPIRAN 4

KALIMAT-KALIMAT

YANG TIDAK DAPAT DIURAIKAN

1. Sistem Pakar Pendeteksi Pola (SP3) melakukan klasifikasi terhadap data yang diberikan menjadi

primitif-primitif pola.

2. Aturan pola merupakan suatu context-free grammar yang diberikan dengan format tertentu.

3. Tujuan pengembangan adalah mencari alternatif lain dari alat masukan komputer yang telah ada

untuk komunikasi antara manusia dengan komputer.

4. Dari hasil penelitian yang dilakukan, berdasarkan perhitungan statistik didapat kesimpulan bahwa

obuek yang diamati “menggeleng” atau mengangguk”.

5. Permasalahannya bagaimana mendapatkan kode yang optimal.

6. Inti dari penerapan EDI adalah bakuan dokumen elektronis.

7. Hasil dari PINOR dapat diimplementasikan menjadi suatu skema basis data Microsoft Access.

8. Untuk masa yang akan datang penelitian yang hanya bersifat percobaan.

9. Pesan elektronis pada jaringan komputer berbasis UNIX, memiliki beberapa keuntungan.

10. Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang kritis yang sering

terlupakan.

11. Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem pengamanan yang dapat

menjamin hanya orang yang ditujukan yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang

dikirim untuknya.

12. Kedua kunci ini dihubungkan oleh suatu formula matematika (algoritma RSA) sehingga bila pesan

dienkripsi berdasarkan kunci pribadi maka pesan tersebut hanya dapat didekripsi berdasarkan

kunci publik yang dimilikinya.

13. Pesan elektronis (EMAIL-Electronic Mail) pada (Jaringan) komputer berbasis UNIX, memiliki

beberapa keuntungan misalnya cepat, mudah digunakan dan efisien.

14. Tetapi dibalik segala keuntungan tersebut terdapat masalah keamanan yang kritis yang sering

terlupakan.

84
15. Cara pencegahan yang diusulkan adalah dengan membangun sistem pengamanan yang dapat

menjamin hanya orang yang ditujulah yang dapat membaca kandungan informasi dari pesan yang

dikirim untuknya.

16. Teknik penyandian kriptografi tradisional dengan algoritma asimetris, digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

17. Kedua kunci ini dihubungkan oleh suatu formula matematika (algoritma RSA), sehingga bila

pesan dienkripsi berdasarkan kunci pribadi maka pesan tersebut hanya dapat dideskripsi

berdasarkan kunci publik yang dimilikinya.

18. Percobaan yang pertama kode dibuat berdasarkan karakter, sedangkan percobaan kedua

berdasarkan kata.

19. Namun percobaan kedua mempunyai kendala, yaitu tidak dapat mengakses data masukan yang

berukuran > 30 kbyte disebabkan keterbatasan mesin yang dipergunakan.

20. Secara konsep, prinsip kerja EDI sebenarnya sederhana, yaitu mempertukarkan dokumen bisnis

dalam bentuk yang dapat dibaca oleh komputer.

21. Dengan menerapkan konsep tersebut, diharapkan pertukaran dokumen bisnis menjadi lebih aman,

akurat, ekonomis, dan tepat waktu.

22. Semakin besar informasi akan dapat berakibat semakin sulit informasi tersebut diakses.

23. Idealnya, informasi Usenet tersebut dapat disebarkan dan dibaca oleh individu atau organisasi di

luar lingkungan UI, karena kemungkinan besar banyak informasi-informasi yang berguna bagi

mereka.

24. Sistem ini meliputi pengolahan data Netnews pada sistem operasi Unix, yaitu dengan melakukan

pembungkusan terhadap artikel-artikel Netnews menjadi paket-paket Netnews yang siap

didistribusikan.

25. Penggunaan program perunut sinar DKBTrace, yang dibuat oleh David K.

26. Kesulitan dalam pemakaiannya.

27. Kesulitan yang paling dirasakan adalah pada saat penulisan berkas masukan untuk program ini dan

pada pendefinisian letak objek dalam ruang tiga dimensi.

28. Dua diantaranya adalah INGRES/4GL1 dan INFORMIX-4GL2, kedua bahasa tersebut mempunyai

perbedaan dasar pemrograman, tetapi mempunyai ruang lingkup yang sama yaitu basis data.

85
29. Menggunakan metode pembuatan sebuah kompilator, analisa leksikal, analisa sintaks, pengaturan

tabel simbol dan pembentuk instruksi (code generator).

30. Hasil dari sistem dapat ini menjembatani kelebihan maupun kelemahan dari INGRES/4GL dan

INFORMIX-4GL.

31. Ketika pengujian mendeteksi kesalahan pada program uji, maka dilakukan langkah perbaikan

terhadap kesalahan program tersebut.

32. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Improver, yaitu suatu alat penguji otomatis

berdasarkan teknik mutasi yang diharapkan dapat memberikan alternatif perbaikan pada kesalahan

program selama kondisinya memungkinkan.

33. Jika program P ikut terbunuh maka dideteksi kesalahan pada program P.

34. Kesimpulan penelitian ini adalah: improver dapat memberikan alternatif perbaikan kesalahan

program jika kesalahan tersebut dapat dimodelkan secara langsung dengan mutasi.

35. Tugas akhir ini bertujuan alat bantu interaktif untuk keperluan identifikasi wajah berupa perangkat

lunak komputer.

36. Dengan alat bantu ini diharapkan dapat mempermudah pekerjaan kepolisian dalam proses

penyidikan tindak kejahatan.

37. Alat bantu ini terdiri dari dua modul, yaitu: modul pembuatan basis data dan modul pembuatan

gambar wajah.

38. Alat ini memiliki fasilitas manipulasi gambar berupa pengaturan tingkat kecerahan dan kontras

gambar, dan perbaikan akibat penggabungan gambar bagian-bagian wajah.

39. Antarmuka dengan pemakai yang digunakan adalah antarmuka berbasis grafik (Graphical User

Interface) dengan gaya interaksi pemilihan dan manipulasi langsung.

40. Dari uji coba yang dilakukan diperoleh sebuah gambar wajah baru yang berbeda dari gambar

wajah dasar yang ada dalam basis data.

41. Selain itu juga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama dalam proses pembentukan wajah baru

yang diinginkan.

42. Salah satu sistem jaringan telekomunikasi telepon menjadi sangat penting

43. Salah satu sistem jaringan telekomunikasi telepon dengan pengaturan komputer sistem jaringan

Intelligent Network (IN).

86
44. Karena sifat modularitas fungsi-fungsi pembentuk layanan dalam IN, maka digunakanlah

pendekatan berorientasi objek dalam proses pembentuknya.

45. Untuk memperjelas proses pembuatan dan proses pemanggilan suatu layanan IN, maka pada tugas

akhir ini dibuat pula simulasi jaringan IN.

46. Perancangan basis data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model data, salah satunya

adalah model ER (Entity Relationship model).

47. Berdasarkan titik-titik tersebut diperoleh potongan-potongan garis pembentuk huruf.

48. Potongan garis memiliki karakteristik tertentu seperti: jenis titik awal dan akhir garis, perubahan

derajat kemiringan (slope change), orientasi, panjang relatif terhadap total panjang potongan-

potongan garis pembentuk huruf.

49. Hasil yang diperoleh, dengan data uji coba dengan yang digunakan fase belajar mencapai 94.7.

50. Untuk itu dibutuhkan suatu algoritma pelacakan teks yang membolehkan adalnya toleransi

kesalahan.

51. Untuk mengetahui kinerja dari algorima ini, dilakukan uji coba pada file yang berisi lemma-lemma

dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

52. Komputer konferensi adalah salah satu bentuk dari otomasi perkantoran yang memungkinkan para

penggunanya, sebagai kelompok problem solving, untuk bertukar informasi yang berguna untuk

memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi.

53. Untuk mengatasi masalah keamanan dan autentikasi X-Group, digunakan kriptografi dengan

teknik RSA (River-Shamir-Adleman) dan DES (Data Encryption Standard).

54. Dalam tugas akhir ini dibuat suatu prototipe penerapan ARTMAP pada proses pengenalan suara

manusia.

55. Thesis ini membahas metode penyelesaian langsung faktorisasi LU paralel untuk matrik sparse tak

simetri dari sistem persamaan linier Ax=b dengan A e Rnxn dan x,b e Rn.

56. Dalam pencarian himpunan pivot kompatibel digunakan strategi Markowitz.

57. Disajikan pula hasil eksperimen dari hasil kerja algoritma di atas yang diimplementasikan secara

simulasi.

58. Yang terakhir ini digunakan oleh ASFRAC untuk membisualisasikan tataletak ekspresi Boole

yang bersangkutan.

59. Akan jelas bahwa masing-masing perangkat kompilasi itu memiliki kelebihan dan kekurangan.

87

Anda mungkin juga menyukai