Anda di halaman 1dari 24

Pembimbing: Dr.

Heri Kabullah SpTHT


Suatu neoplasma yang ditemukan dalam
jaringan para nasal dan jaringan disekitar
hidung
Sangat jarang, 3% dari seluruh neoplasma
pada saluran aerodigestive
1% dari seluruh proses keganasan
Biasanya terlambat terdiagnosis karena
kemiripannya dengan kondisi jinak
Cavum Nasal
Jinak
Ganas
Sinus Paranasal ganas
Umumnya pada laki-laki tua (60-70 tahun)
Berkaitan dengan eksposure di lingkungan
kerja (>40%)
Serbuk kayu (5-50x) dan nikel
Gas pabrik
Penyemakan kulit
Berkaitan dengan infeksi HPV
Merokok dan alkohol tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan
1. Tumor Jinak
Papiloma skuamosa. Mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler,
padat dan tidak mengkilap.
Eksofitik atau fungiform
Endofitik disebut papiloma inverted. invasive,
dapat merusak jaringan sekitarnya. cenderung untuk residif
dan dapat berubah menjadi ganas.
Angiofibroma nasofaring

2. Tumor Ganas
karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma yang
berdeferensiasi dan tumor kelenjar.

3. Invasi Sekunder
Pituitary adenomas
Chordomas
Invasi sekunder lain (karsinoma nasofaring, meningioma,
tumor odontogenik, neoplasmaskeleton kraniofasial jinak dan
ganas, tumor orbita dan apparatus lakrimal)
Epitelial
Benign: Exophitic papiloma, adenoma, inverted
papiloma
Malignant: SCC (80%), adeno Ca, adenoid cyst ca.
Non Epitelial:
Benign: Fibroma, Chindroma, Osteoma
Malignant: Chondrosarcoma, fibrosarcoma,
osteosarcoma
Lymphoreticular tumor:
lymphoma, plasmocytoma, giant cell tumor.
Metastasis Ca:
sering berasal dari ginjal, paru, kel mamae
Asap industri,
debu kayu
Karsinogen
Penyulingan
Nikel
Makanan yg
diasinkan
Rokok,
Alkohol
Karsinoma
Sinonasal
EBV
HPV
Sign And Symptom
Asal primer tumor
Arah dan perluasan
tergantun
g
Gx Nasal Gx Orbita
Gx Intrakranial Gx Facial
Gx Oral
Obstruksi hidung
unilateral
Blokade sinus
gg. Aliran udara
Turbulensi udara
rangsangan saraf
headAche
Sekret + Darah
(epistaksis)
Karena ada masa
gg. Struktur sekitar
Kerusakan vaskuler
(rapuh)
nekrosis epistaksis
berbau
Deformitas
Hidung
Desakan ke tulang hidung
Gejala orbita

Diplopia
Proptosis
Epifora
ofthalmoplegi
Gejala oral

Penonjolan /
ulkus palatum
Gigi palsu tdk
pas
Gejala facial

Menonjol kedepan



Gejala intrakranial

TIK

Ke fossa kranii media



Likuorea
Ke posterior


Mengenai
n.trigeminus
Penonjolan pipi
Nyeri
Parese
anestesi
sakit kepala
muntah
M. Pterigoideus
Saraf kranialis
trismus
Inspeksi:
Diperhatikan wajah simetris atau tidak
Jika ada proptosis perhatikan arahnya ke atas
tumor berasal dari sinus maksila, ke bawah atau lateral
berasal dari sinus frontal atau ethmoid.
Rinoskopi anterior dan posterior
Deskripsi masa sebaik-baiknya: Permukaan licin
jinak; berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah ganas

Bila dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial
tumor di sinus maksila.
Cavum oris:
o Inspeksi
o Palpasi (dengan sarung tangan) gusi rahang atas dan
palatum nyeri tekan, penonjolan atau gigi goyah
Naso endoskopi dan sinuskopi membantu menemukan
tumor dini.
Pembesaran kelenjar leher jarang karena ca sinonasal


Foto polos sinus paranasal
Kurang berguna kecuali pada osteoma.
berfungsi sebagai diagnosis awal, terutama bila ada erosi
tulang dan perselubungan padat unilateral curiga keganasan
CT Scan

CT Scan
Sarana terbaik
Lebih jelas perlihatkan perluasan tumor dan
destruksi tulang
MRI
Bedakan jaringan tumor dari jaringan normal
Kurang begitu baik dalam memperlihatkan
destruksi tulang
Foto polos paru
Untuk melihat metastase tumor di paru
Diagnosis pasti dengan histoPA
Biopsi tumor sinus maksila dengan sinoskopi
atau melalui operasi cadwell-luc
Bila dicurigai tumor vaskuler (hemangioma) jangan
dibiopsi sulit hentikan perdarahan diagnosa pasti
dengan angiografi.
T : Tumor.
T1 :
Tumor pada dinding anterior antrum.
Tumor pada dinding nasoantral inferior.
Tumor pada palatum bagian anteromedial.
T2 :
Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai otot.
Invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita.
T3 :
Invasi ke m. pterigoid.
Invasi ke orbita
Invasi ke selule etmoid anterior tanpa mengenai lamina kribrosa.
Invasi ke dinding anterior dan kulit diatasnya.
T4 :
Invasi ke lamina kribrosa.
Invasi ke fosa pterigoid.
Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontralateral.
Invasi ke lamina pterigoid.
Invasi ke selule etmoid posterior.
Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid.
N : Kelenjar getah bening regional.
N1 :
Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan.
N2 :
Tidak dapat digerakkan.
M : Metastasis.
M1 :
Stadium dini, tumor terbatas di sinus.
M2 :
Stadium lanjut, tumor meluas ke struktur yang
berdekatan
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium 2a T2a N0 M0
Stadium 2b T1
T2a
T2b
N1
N1
N0,N1
M0
M0
M0
Stadium 3a T1
T2a,T2b
T3
N2
N2
N2
M0
M0
M0
Stadium 4a T4 N0,N1,N2 M0
Stadium 4b Semua T N3 M0
Stadium 4c Semua T Semua N M1
Berdasarkan TNM dapat ditentukan stadium
Stadium dini (Stadium I dan II)
Stadium lanjut (Stadium III dan IV)

Lebih dari 90% orang datang dengan stadium lanjut
Pembedahan
Benign : ekstirpasi tumor sebersih mungkin
Bila perlu dilakukan pendekatan Rinotomi Lateral

_Malignant : Maksilektomi medial, total, atau radikal
Radikal : bila tumor sudah mengenai seluruh
dinding sinus maksilla dan sering juga masuk ke
rongga orbita ( disertai eksenterasi orbita)
Bila tumor sudah masuk rongga intrakranial
dilakukan reseksi kraniofasial dan k/p
kraniotomi
Rekonstruksi dan rehabilitasi pasca
maksilektomi total dengan memasang
protesis maksilla (perbaikan fungsi menelan,
berbicara, kosmetik, sosialisasi)
Kemoterapi bila metastasis atau residif
Operasi :
Perdarahan
Kebocoran CSF
Kematian

Post Op :
Infeksi
Diplopia
Epifora
Dacryocystitis

Pada umumnya kurang baik
Faktor yang mempengaruhi :
Perbedaan diagnosis histologi
Asal tumor primer
Perluasan tumor
Pengobatan yang diberikan sebelumnya
Status batas sayatan
Terapi ajuvan yang diberikan
Status immunologis
Lamanya follow up

Pengobatan yang agresif secara
multimodalitas memberikan angka bertahan
hidup selama 5 tahun sebesar 75% untuk
seluruh stadium tumor

Anda mungkin juga menyukai