Suatu neoplasma yang ditemukan dalam jaringan para nasal dan jaringan disekitar hidung Sangat jarang, 3% dari seluruh neoplasma pada saluran aerodigestive 1% dari seluruh proses keganasan Biasanya terlambat terdiagnosis karena kemiripannya dengan kondisi jinak Cavum Nasal Jinak Ganas Sinus Paranasal ganas Umumnya pada laki-laki tua (60-70 tahun) Berkaitan dengan eksposure di lingkungan kerja (>40%) Serbuk kayu (5-50x) dan nikel Gas pabrik Penyemakan kulit Berkaitan dengan infeksi HPV Merokok dan alkohol tidak menunjukkan hubungan yang signifikan 1. Tumor Jinak Papiloma skuamosa. Mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Eksofitik atau fungiform Endofitik disebut papiloma inverted. invasive, dapat merusak jaringan sekitarnya. cenderung untuk residif dan dapat berubah menjadi ganas. Angiofibroma nasofaring
2. Tumor Ganas karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar.
3. Invasi Sekunder Pituitary adenomas Chordomas Invasi sekunder lain (karsinoma nasofaring, meningioma, tumor odontogenik, neoplasmaskeleton kraniofasial jinak dan ganas, tumor orbita dan apparatus lakrimal) Epitelial Benign: Exophitic papiloma, adenoma, inverted papiloma Malignant: SCC (80%), adeno Ca, adenoid cyst ca. Non Epitelial: Benign: Fibroma, Chindroma, Osteoma Malignant: Chondrosarcoma, fibrosarcoma, osteosarcoma Lymphoreticular tumor: lymphoma, plasmocytoma, giant cell tumor. Metastasis Ca: sering berasal dari ginjal, paru, kel mamae Asap industri, debu kayu Karsinogen Penyulingan Nikel Makanan yg diasinkan Rokok, Alkohol Karsinoma Sinonasal EBV HPV Sign And Symptom Asal primer tumor Arah dan perluasan tergantun g Gx Nasal Gx Orbita Gx Intrakranial Gx Facial Gx Oral Obstruksi hidung unilateral Blokade sinus gg. Aliran udara Turbulensi udara rangsangan saraf headAche Sekret + Darah (epistaksis) Karena ada masa gg. Struktur sekitar Kerusakan vaskuler (rapuh) nekrosis epistaksis berbau Deformitas Hidung Desakan ke tulang hidung Gejala orbita
Penonjolan / ulkus palatum Gigi palsu tdk pas Gejala facial
Menonjol kedepan
Gejala intrakranial
TIK
Ke fossa kranii media
Likuorea Ke posterior
Mengenai n.trigeminus Penonjolan pipi Nyeri Parese anestesi sakit kepala muntah M. Pterigoideus Saraf kranialis trismus Inspeksi: Diperhatikan wajah simetris atau tidak Jika ada proptosis perhatikan arahnya ke atas tumor berasal dari sinus maksila, ke bawah atau lateral berasal dari sinus frontal atau ethmoid. Rinoskopi anterior dan posterior Deskripsi masa sebaik-baiknya: Permukaan licin jinak; berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah ganas
Bila dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial tumor di sinus maksila. Cavum oris: o Inspeksi o Palpasi (dengan sarung tangan) gusi rahang atas dan palatum nyeri tekan, penonjolan atau gigi goyah Naso endoskopi dan sinuskopi membantu menemukan tumor dini. Pembesaran kelenjar leher jarang karena ca sinonasal
Foto polos sinus paranasal Kurang berguna kecuali pada osteoma. berfungsi sebagai diagnosis awal, terutama bila ada erosi tulang dan perselubungan padat unilateral curiga keganasan CT Scan
CT Scan Sarana terbaik Lebih jelas perlihatkan perluasan tumor dan destruksi tulang MRI Bedakan jaringan tumor dari jaringan normal Kurang begitu baik dalam memperlihatkan destruksi tulang Foto polos paru Untuk melihat metastase tumor di paru Diagnosis pasti dengan histoPA Biopsi tumor sinus maksila dengan sinoskopi atau melalui operasi cadwell-luc Bila dicurigai tumor vaskuler (hemangioma) jangan dibiopsi sulit hentikan perdarahan diagnosa pasti dengan angiografi. T : Tumor. T1 : Tumor pada dinding anterior antrum. Tumor pada dinding nasoantral inferior. Tumor pada palatum bagian anteromedial. T2 : Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai otot. Invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita. T3 : Invasi ke m. pterigoid. Invasi ke orbita Invasi ke selule etmoid anterior tanpa mengenai lamina kribrosa. Invasi ke dinding anterior dan kulit diatasnya. T4 : Invasi ke lamina kribrosa. Invasi ke fosa pterigoid. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontralateral. Invasi ke lamina pterigoid. Invasi ke selule etmoid posterior. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid. N : Kelenjar getah bening regional. N1 : Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan. N2 : Tidak dapat digerakkan. M : Metastasis. M1 : Stadium dini, tumor terbatas di sinus. M2 : Stadium lanjut, tumor meluas ke struktur yang berdekatan Stadium 0 T1s N0 M0 Stadium 1 T1 N0 M0 Stadium 2a T2a N0 M0 Stadium 2b T1 T2a T2b N1 N1 N0,N1 M0 M0 M0 Stadium 3a T1 T2a,T2b T3 N2 N2 N2 M0 M0 M0 Stadium 4a T4 N0,N1,N2 M0 Stadium 4b Semua T N3 M0 Stadium 4c Semua T Semua N M1 Berdasarkan TNM dapat ditentukan stadium Stadium dini (Stadium I dan II) Stadium lanjut (Stadium III dan IV)
Lebih dari 90% orang datang dengan stadium lanjut Pembedahan Benign : ekstirpasi tumor sebersih mungkin Bila perlu dilakukan pendekatan Rinotomi Lateral
_Malignant : Maksilektomi medial, total, atau radikal Radikal : bila tumor sudah mengenai seluruh dinding sinus maksilla dan sering juga masuk ke rongga orbita ( disertai eksenterasi orbita) Bila tumor sudah masuk rongga intrakranial dilakukan reseksi kraniofasial dan k/p kraniotomi Rekonstruksi dan rehabilitasi pasca maksilektomi total dengan memasang protesis maksilla (perbaikan fungsi menelan, berbicara, kosmetik, sosialisasi) Kemoterapi bila metastasis atau residif Operasi : Perdarahan Kebocoran CSF Kematian
Post Op : Infeksi Diplopia Epifora Dacryocystitis
Pada umumnya kurang baik Faktor yang mempengaruhi : Perbedaan diagnosis histologi Asal tumor primer Perluasan tumor Pengobatan yang diberikan sebelumnya Status batas sayatan Terapi ajuvan yang diberikan Status immunologis Lamanya follow up
Pengobatan yang agresif secara multimodalitas memberikan angka bertahan hidup selama 5 tahun sebesar 75% untuk seluruh stadium tumor