Anda di halaman 1dari 15

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Magang kerja sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan
melakukan praktik kerja secara langsung pada suatu lembaga/instansi. Kegiatan
ini merupakan standar kompetesi dalam memenuhi persyaratan kelulusan
mahasiswa Strata I Perguruan Tinggi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
dengan bobot 4 sks. Magang kerja bertujuan untuk mempersiapkan diri ke dunia
kerja. Sehingga dengan harapan setelah lulus dari Perguruan Tinggi, mahasiswa
dapat memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh untuk
diaplikasikan di dunia kerja yang sebenarnya sesuai dengan bidang yang dihadapi.
Magang kerja dilakukan di BPTP Jawa Timur ( Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur) karena merupakan salah satu lembaga yang bergerak di
bidang pertanian. Selain itu, BPTP merupakan lembaga yang menerapkan suatu
sistem teknologi yang di terapkan dalam pertanian.
Tomat (Licopersicon esculentum) merupakan komoditas sayuran yang
mempunyai nilai gizi cukup baik terutama sebagai sumber vitamin A dan C serta
dapat dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan. Permintaan konsumen
akan buah tomat semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi serta
tumbuhnya berbagai industry pengolahan buah tomat. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan bahan baku industry, diperlikan upaya peningkatan
produksi tomat baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Drip irigasi atau irigasi tetes yaitu pemberian nutrisi dengan irigasi dan
merupakan pemberian air secara langsung. Pemberian hara dan air pada budidaya
tomat dapat melalui sistem irigasi tetes, metode ini mampu memberikan air dalam
jumlah dan waktu yang tepat serta memiliki efisiensi penggunaan air yang paling
tinggi. Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta tekanan rendah.
Air akan menyebar di tanah baik kesamping maupun ke bawah karena gaya
2

kapiler dan gravitasi, bentuk sebarannya tergantung pada jenis tanah, kelembapan
dan permeabilitas tanah. Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan
menggunakan alat aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah
dan frekuensi yang tinggi disekitar perakaran tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan magang dapat di rimuskan sebagai berikut :
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan
2. Membandingkan ilmu pengetahuan yang di dapat di perkuliahan
dengan yang diterapkan di lapang.
3. Melatih untuk bekerja di lapang dan juga menyesuaikan diri
dilapangan pekerjaan yang akan di terjuni nantinya
4. Menambah ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan dari perkuliahan.

1.3 Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan
Sasaran kompentensi yang diharapkan adalah :
1. Mengetahui respon terbaik dari dua farietas tomat terhadap irigasi
tetes.
2. Dapat mengetahui baik tidaknya menggunakan irigasi tetes pada
budidaya tanaman tomat










3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum) adalah salah satu komoditas
pertanian yang sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat
mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Buah tomat merupakan
komoditas multiguna yang berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah
meja, penambah nafsu makan, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan
kosmetik dan obat-obatan. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat
bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan pospor),
sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung di dalam buah tomat dapat berfungsi
untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Selai itu tomat
mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala
tekanan darah tinggi. (Cahyono, 2005). Oleh karena itu, permintaan akan
komoditas tomat akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman yang
secara lengkap diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill (Redaksi Agromedia, 2007
4

Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar
serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman
tidak terlalu dalam, menyebar kesemua arah sehingga kedalaman rata-rata 30 -
40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60 -70 cm. Akar tanaman
tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan
unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah dibagian
atas berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah serta
benih tomat yang dihasikan. Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan
membengkak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasanya
ada yang berkelenjar., mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau
berambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan.
Daun yang berwarna hijau dan berbulu memiliki panjang 20 30 cm
dan lebar 15 20 cm. Daun tomat tumbuh dekat ujung dahan atau cabang
sementara tangkai daunnya berbentuk bulat memanjanag sekitar 7 10 cm
dan ketebalan 0.3 9.5 cm. Bunga tanaman tomat termasuk jenis bunga
berkelamin dua atau hermaprodit. Bunga tanaman tomat berwarna kuning,
terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari
bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung
yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan
penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian
tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang.
Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan
berbulu serta relatife keras, setelah tua berwarna merah muda, merah atau
kuning cerah dan mengkilat, serta relatife lunak. Bentuk buah tomat beragam:
lonjong, oval, pipih, meruncing dan bulat. Deameter buah tomat antara 2 15
cm, tergantung farietasnya. Jumlah ruang didalam buah juga bevariasi, ada
yang hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari
dua seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat
5

tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta
kelopak bunga yang beralih fungsi kelopak bunga.
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih kekuningan
atau coklat muda, panjangnya 3 5 mm dan lebar 2 4 mm. Biji saling
melengkat, diselimuti daging buah dan tersusun berkelompok dengan dibatasi
daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas
dan lingkungannya, maksimum 200 biji perbuah. Umumnya biji digunakan
untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5 10
hari.
2.1.1 Syarat Tumbuh
Tanaman pada fase vegetative memerlukan curah hujan yang
cukup,. Sebaliknya, pada fase generative memerlukan curah hujan yang
sedikit, Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat
menyebabkan daya tumbuh benih rendah. Curah hujan yang ideal selama
pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 750 1.250 mm per tahun.
Curah hujan tidak menjadi factor penghambat dalam penangkaran benih
tomat dimusim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari air irigasi,
namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik hasilnya. Iklim
yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya
berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat
membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin
yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan
berguguran). Walaupun tomat tahan terhadap kekeringan, namun tidak
berarti tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa
pengairan. Oleh karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah
dalam musim kemarau, tomat memerlukan penyiraman atau pengairan
demi kelangsungan hidup dan produksinya.

6

Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat 25 30
C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24
- 28C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yang
kurang sempurna. Kelembapan relative yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan,
kelembaban akan meningkat sehingga resiko terserang bakeri dan
cendawan cenderung tinggi. Karena itu, jarak tanamannya perlu diperlebar
dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari segala jenis gulma.
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak sesuai
untuk pertumbuhan tanaman tomat. Tanaman yang ada di daerah dengan
kondisi demikian akan mudah terserang cendawan busuk daun dan
sejenisnya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi
pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga
2.2 Irigasi Tetes
Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang semakin disukai dan
popular di daerah-daerah yang memiliki maslah kekurangan air. Irigasi tetes
merupakan metode pemberian air tanaman secara kontiniu dan penggunaan air
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, Dengan demikian kehilangan air
seperti perkolasi, run off, dan evaprotranpirasi bisa diminimalkan. Sehingga
efisiensinya tinggi. Sistem irigasi tetes mngalirkan air secara lambat untuk
menjaga kelembapan tanah dalam rentang waktu yang diinginkan bagi
tanaman. (Michael, 1978)








7

2.2.1 Keuntungan Irigasi Tetes
a. Meningkatkan nilai guna air, secara umum air yang digunakan pada irigasi
tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil. Dengan irigasi tetes
kelembapan tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman.
c. Meningkatkan efisiensi dan pemberian pupuk. Pada metode ini dicampur
dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan
menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian dan distribusinya hanya
disekitar daerah perakaran.
d. Menekan resiko penumpukan garam, pemberian air secara terus menerus
akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma. Pemberian irigasi tetes hanya terbatas
didaerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
f. Menghemat tenaga kerja. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah
dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaka kerja hanya diperlukan
sedikit. (James, 1982)
2.2.2 Metode Pemberian Air pada Irigasi Tetes
Pemberian air pada irigasi tetes meliputi beberapa metode
pemberian, yaitu sebagai berikut :
a. Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan
dalam bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah
sekitar daerah perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian
sangat rendah, biasanya kurang dari 12l/jam untuk point source emitter
atau kurang dari 12l/jam per m untuk line source emitter.
b. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air
irigasi diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit
pemberian pada metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada
irigasi tetes.
8

c. Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan
tanah seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan
debit sampai dengan 225 l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan
(run off) dan erosi, seringkali dikombinasikan dengan cara
penggenangan (basin) dan alur (furrow)

d. Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan
dengan menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan
tanah. Debit pemberian irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada
metoda ini, kehilangan air karena evaporasi lebih besar dibandingkan
dengan metoda irigasi tetes lainnya. (Prastowo, 2002)
2.2.3 Prinsip Kerja Irigasi Tetes
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan
mengalirkannya ketanaman dengan perantara pipa-pipa yang dibocorkan
tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini
biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit.
Sisitem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat
pada akar-akar tanaman.


Gambar 1. Kerja Irigasi Tetes
9

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Magang kerja ini dilaksanakan di BPTP Jawa Timur. Magang
dilakukan pada tanggal 2 September sampai dengan tanggal 2
Desember 2013.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
1. Pipa dan Emiter : Digunakan untuk penyiraman menggunakan metode
irigasi tetes
2. Polibag : Digunakan untuk media tanam
3. Bambu : Digunakan untuk tempat merambatnya tanaman
4. Tali : Digunakan mengikat bambu sebagai perambatan
5. Gunting : Digunakan untuk memangkas tanaman.
6. Timbangan : Digunakan untuk menimbang hasil buah yang dipanen
Bahan
1. Tanaman tomat : Sebagai tanaman yang akan diamati
2. Pupuk NPK : Digunakan untuk pemupukan tanaman yang akan
diamati

10


3.3 Alur Kerja













Gambar 2
Tanaman tomat moza
, biasa
Tanaman tomat a, b, c
dan A, B, C dilakukan
penyiraman
menggunakan emitter
kuning 4 L/jam
Tanaman tomat d, e, f
dan D, E, F dilakukan
penyiraman
menggunakan emitter
biru 6 L/jam
Tanaman tomat g, h
dan G, H dilakukan
penyiraman
menggunakan emitter
hitam 8 L/jam
Penyiangan
Pemupukan
Tanaman tomat a, b, c,
d, e, f, g, hdiberi pupuk
cair NPK 250 L
Tanaman tomat A, B, C,
D, E, F, G, H diberi
pupuk cair NPK 750 L
Pengamatan hasil
panen berat dan buah
Tanaman tomat lokal
banyuwangi
Tanaman tomat a, b, c
dan A, B, C dilakukan
penyiraman
menggunakan emitter
kuning 4 L/jam
Tanaman tomat d, e, f
dan D, E, F dilakukan
penyiraman
menggunakan emitter
biru 6 L/jam

Tanaman tomat g, h, i
dan G, H, I dilakukan
penyiraman
menggunakan emitter
hitam 8 L/jam

Penyiangan
Pemupukan
Tanaman tomat a, b, c,
d, e, f, g, h, i diberi
pupuk cair NPK 250 L

Tanaman tomat A, B, C,
D, E, F, G, H, I diberi
pupuk cair NPK 750 L

Pengamatan hasil
panen berat dan buah
11

3.4. Metode Pelaksanaan
Pada dua jenis farietas tanaman tomat ini ditanam di polybag dan perlakuan yang
diberikan sama, dengan tiga emitter dimana setiap emitter volume air yang diberikan
berbeda. Jenis farietas tomat biasa menggunakan 32 tanaman dengan 2 perlakuan. Setiap
perlakuan menggunakan 16 tanaman dengan dua dosis pupuk cair NPK. Perlakuan yang
pertama emitter hitam minggunakan 6 tanaman, emitter biru menggunakan 6 tanaman dan
emitter kuning menggunakan 4 tanaman, sedangkan perlakuan kedua emitter hitam 4
tanaman, emitter biru 6 tanaman dan emitter kuning 6 tanaman.
Jenis farietas tomat banyuwangi menggunakan 36 tanaman dengan 2 perlakuan.
Setiap perlakuan menggunakan 18 tanaman dengan dua dosis pupuk cair NPK. Perlakuan
pertama emitter hitam menggunakan 8 tanaman, emitter biru menggunakan 4 tanaman,
emitter kuning 6 tanaman, sedangkan perlakuan kedua emitter hitam menggunakan 6
tanaman, emitter biru menggunakan 6 tanaman, emitter kuning menggunakan 6 emiter..
Metode Pelaksanaan dalam budidaya tomat dengan dua jenis farietas memiliki tahapan-
tahapan, antara lain :
1. Penyiraman
Pada kegiatan magang ada dua jenis farietas tanaman tomat yang akan diamati,
tanaman tomat dengan farietas monza dan tanaman tomat dengan farietas lokal
banyuwangi. Penyiraman yang dilakukan pada tanaman tomat tersebut
menggunakan sistem irigasi tetes dengan cara membedakan warna emitter, warna
emitter tersebut adalah emitter kuning , biru dan hitam. Setiap emitter memiliki
penyiraman yang berbeda-beda, emitter kuning dengan penyiraman 4 L/jam,
emitter biru 6 L/jam, dan emitter hitam 8 L/jam setiap harinya.

2. Penyiangan
Pada pengamatan tomat ini juga dilakukan penyiangan, penyiangan dilakukan
setiap harinya agar nutrisi yang ada bisa diserap oleh akar tanaman tomat dengan
maksimal, dan juga biar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman tomat.



12

3. Pemupukan
Pada kegiatan pemberian pupuk, pupuk yang digunakan untuk pengamatan
tanaman tomat ini adalah pupuk NPK cair, saat pemberian pupuk NPK dibedakan
dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama pemberian pupuk NPK dengan dosis
pupuk 250 L dan perlakuan kedua dengan dosis 750 L. Pemberian pupuk terhadap
tanaman tomat diberikan setiap 10 hari sekali.

4. Pengamatan Hasil Panen
Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah buah tanaman tomat yang
akan dipanen dan berat buah tanaman tomat setelah di panen setiap emitter dan
setiap farietas tanaman tomat.

3.5 Kondisi Lokasi Magang
3.5.1 Profil Lokasi Magang
Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah unit pelaksana
teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang
Pertanian) di daerah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian (SK Mentan) nomor 798/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember
1994.
3.5.2 Visi Misi dan Fungsi
Visi
Institusi penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat Guna spesifik lokasi
Jawa Timur

Misi
Menghasilkan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai
dengan ketersediaan sumberdaya
Menyediakan, mendiseminasikan dan mempromosikan teknologi tepat guna
untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing hasil-hasil pertanian yang
berwawasan lingkungan dan agribisnis
13

Meningkatkan pendapatan keluarga tani dan kesempatan kerja produktif yang
berkeadilan
Menjalin kemitraan dengan stakeholders (instansi terkait, swasta, LSM dll.)
untuk memberdayakan petani dalam mengelola usahataninya
Menumbuhkembangkan peran kelembagaan untuk memantapkan ketahanan
pangan
Memberikan masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan pertanian
daerah.
Fungsi
Mengadakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi .
Melakukan penelitian dan pengkajian serta perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi .
Menyiapkan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan
penyusunan materi penyuluhan .
Mengadakan pelayanan teknik kegiatan Pengkajian/penelitian dan perakitan
teknologi pertanian
Melaksanakan pelayanan tata usaha Balai.
3.5.3 Fasilitas
Untuk mendukung kegiatan pengkajian dan diseminasi hasil-hasilnya,
BPTP Jatim dilengkapi dengan sarana dan prasarana, mulai dari yang mendasar
laboratorium, Kebun Percobaan, lahan, berbagai bangunan, perpustakaan, Klinik
Agribisnis dan Unit Produksi Benih Sumber (UPBS). BPTP Jatim memiliki 3
instalasi, berupa 2 kebun percobaan (KP Karangploso di Malang dan KP Mojosari
di Mojokerto) dan 1 Laboratorium Diseminasi Wonocolo di Surabaya. Secara
mendasar, ketiga instalasi tersebut mempunyai fungsi yang unik. KP Karangploso
dan Mojosari, secara umum berfungsi sebagai lokasi kegiatan pengkajian dan
diseminasi, visitor plot dan produksi berbagai hasil kajian. Sedangkan Labdis
Wonocolo, secara khusus berfungsi untuk memproduksi bahan-bahan diseminasi
14

dan penyuluhan, baik cetak maupun audio-visual BPTP Jatim didukung oleh
SDM sejumlah 213 orang dari berbagai strata pendidikan.

3.6 Struktur Organisasi BPTP Jatim

Gambar 3. Struktur Organisasi BPTP Jatim




















15

DAFTAR PUSTAKA

Anonympus, 2013. www.htysite.com/BUDI%20DAYA%20TOMAT.htm. Diunduh Pada
Tanggal 24 Desember 2013.
Cahyono, Bambang. 2005. Tomat, Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Kinisius, Yogyakarta.
Michael,A.M, 1978. Irigation, Theory and Practices, Vikas Publishing House PVT.Ltd, New
Delhi.
Pitojo, S, 2005. Benih Tomat. Kanisius Yogyakarta
Prastowo, 2002. Prosedur Rancangan Irigasi Tetes. Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Redaksi Agromedia, 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia, Jakarta.
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Rubazky, E. dan Yamaguchi, M.1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Jakarta.
Wiryanta, W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai