A. Kerangka Teoritis A.1. Hakekat Metode Latihan Metode merupakan cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006 : 158) Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya menurut Djamarah (2010 : 222) metode adalah cara atau siasat yang dipergunakan dalam pembelajaran yang dapat memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran. Demikian juga dengan pengaplikasian metode latihan dalam penelitian ini. Menurut Sanjaya (2009 : 145) bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau strategi yang fungsinya untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran. Demikain juga dengan pengaplikasian metode latihan dalam penelitian ini. Menurut Syaiful Sagala (2009:17) metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan kebiasaan tertentu. Metode latihan dapat juga disebut sebagai training, yaitu suatu cara mengajar dengan menanamkan suatu kebiasaan kebiasaan tertentu, juga sebgai sarana untuk
memelihara kebiasaan kebiasaan baik, disamping itu metode latihan dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan dan keterampilan. Menurut Buchari (2009) metode latihan merupakan metode mengajar dengan memberikan latihan latihan kepada siswa untuk memperoleh suatu keterampilan. Sedangkan menurut Roestiyah (2008) metode latihan adalah suatu teknik atau cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Dari pendapat di atas maka peniliti dapat menyimpulkan bahwa metode latihan adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang ulang, akan tetapi situasi belajar harus berubah ubah supaya keterampilan akan lebih disempurnakan. 2. Karakteristik Metode Latihan Metode latihan merupakan salah satu bagian dari metode mengajar. Metode latihan biasanya digunakan setelah materi pelajaran disampaikan. Metode latihan dapat mempermudah siswa dalam memperoleh keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada dasarnya hampir setiap kegiatan pembelajaran menggunakan metode latihan. Metode latihan ini dipergunakan untuk : 1) mendemontrasikan suatu keterampilan khusus yang harus dapat diperankan oleh siswa, 2) menguatkan atau menguji hasil belajar sejauh mana siswa memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru, guru dapat memberi
penguatan dan menguji belajar siswa. 3) menguji insiatif atau prakarsa dari siswa. 4) mereview keterampilan yang telah dimiliki. Sedangkan menurut Syaiful (2009) tujuan metode latihan adalah Untuk menanamkan kebiasaan kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Disamping itu juga dapat mengembangkan kemampuan motorik siswa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan dan ketangkasan siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan. 3. Langkah langkah Metode Latihan Untuk kesuksesan pelaksanaan metode latihan ini, guru perlu memperhatikan langkah langkah / prosedur yang disusun. Adapun langkah langkah metode latihan adalah: Menurut Roestiyah (2008:125) adalah sebagai berikut : a) gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks seperti : menghapal, menghitung, lari dan sebagainya. b) guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. c) Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnosa, pada latihan berikutnya guru perlu meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul sehingga dapat memilih/menekankan latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian guru menunjukan kepada siswa tanggapan yang telah benar dan memperbaiki
tanggapan yang salah. d) perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat. e) guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat agar tidak membosankan. Lebih lanjut menurut Hamalik (2009) langkah langkah penggunaan metode latihan adalah : a) langkah -1, Mempersiapkan pekerjaan : hadapkan siswa pada persoalan, usahakan untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman siswa, rangsang minat siswa unutk mempelajari materi dan tempatkan siswa pada posisi yang tepat. b) langkah -2, Penyajian pelaksanaan : menjelaskan materi, penekanan pada pokok masalah, mengajarkan secara jelas dan lengkap. c) langkah -3: Uji coba mengetes hingga bagaimana siswa dapat melakukan tugas, dapatkah siswa menjelaskan pokok masalah, ajukan pertanyaan pada siswa dan adakan koreksi. d) langkah -4, Tindak lanjut : usahakan agar siswa merasakan bahwa telah terjadi peningkatan terhadap dirinya, tunjukan apa yang harus dikerjakan selanjutnya, sering sering mengadakan pemeriksaan, doronglah siswa agar dapat mengajukan pertanyaan atau persoalan, penyimpulan dan tindak lanjut. Menurut Astriati dkk (1985) di dalam pelajaran PKK banyak sekali hal hal yang memerlukan latihan, misalnya : menghias kain, memasak, membersihkan barang dan lain lain. Metode ini hendaknya tidak disalah artikan, metode latihan tanpa berfikir sehingga dapat memperendah nilai pelajaran. Hal ini sering dilakukan oleh guru guru memasak yang menyuruh menghafal resep resep masakan, lalu memberi latihan tanpa memahami maksud drill bahwasannya mengulang harus membawa proses belajar yang akhirnya dapat merubah tingkah laku dan sikap siswa. Bila teknik menggunakan metode latihan ini salah, maka
akibatnya siswa akan bosan pada pekerjaan yang di ulang ulang, kurang inisiatif bahkan akan membenci pelajaran itu. Oleh karena itu sekali lagi ditegaskan bahwa perlu memahami, dalam situasi mana patut dilakukan latihan latihan. Suatu keterampilan haruslah disertai dengan kemampuan intelektual, artinya bukan hasil proses mekanis. Prinsip dalam memberi latihan untuk mencapai suatu tujuan hendaknya secara bertingkat, yaitu : 1. Ketepatan Latihan mula mula di lakukan agar siswa dapat mengerjakan dengan tepat meski pun dengan waktu yang agak lama. 2. Kecepatan Berikutnya, setelah siswa dapat mengerjakan dengan tepat harus mengarah ke tingkat kecepatan tertentu. 3. Ketepatan dan kecepatan Terakhir barulah siswa di tuntut dapat mengerjakan dengan tepat dan cepat. J enis jenis kecakapan yang perlu di latih, antara lain : 1. Kecakapan motoris, misalnya : Menyambung bahan tekstil dengan mesin, secara lurus. Membuat renda. 2. Kecakapan mental, misalnya : Memilih kombinasi warna untuk keperluan tertentu. Merencanakan hidangan bergizi untuk suatu keluarga. 3. Sosiasi yang dibuat, misalnya :
Mengatur ruang. Menggambar denah rumah dengan efisien. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan pendidikan secara terprogram dalam disain intruksional untuk mengorganisasikan unsur unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi agar terjadi interaksi dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang termasuk di dalamnya aktifitas belajar mengajar yang di awali dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan di akhiri dengan evaluasi untuk membuat peserta didik aktif dalam rangka mencapai tujuan peningkatan dan kemampuan belajar. 4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Latihan Metode latihan mempunya beberapa keunggulan dan kelemahan. Menurut Sagala (2009) keunggulan metode latihan adalah : 1) unutk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dan sebagainya. 2) pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 3) pemanfaatan kebiasaan kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya. 4) adanya bimbingan, pengawasan, dan koreksi langsung dari guru, memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan pada saat itu juga. Adapun kelemahan metode latihan adalah sebagai berikut : 1) dapat menghambat bakat inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan pada uniformitas. 2) kadang kadang latihan
yang dilaksanakan secara berulang ulang merupakan hal yang menonton sehingga mudah membosankan. 3) membentuk kebiasaan yang kaku, karena siswa lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberi respon secara otomatis tanpa menggunakan inteligensia. 4) dapat menimbulkan verbalisme. Dari paparan kelebihan dan kelemahan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode latihan dapat berdampak positif apabila dalam penerapan pelaksananya sesuai dengan kebutuhan siswa, serta dapat berdampak negatif apabila pelaksanaannya tidak sesuai atau tidak terencana dengan baik. 5. Hakekat Hasil Belajar Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses. Namun, para ahli mendefenisikan belajar menurut visi mereka masing masing, tetapi secara gratis besar mereka tetap mengacu pada pengertian umum bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Slameto (2010) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya menurut Sagala (2009) Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Selanjutnya
menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuatintas tingkah laku seseorang berbagai bidang, yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkunganya. J ika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuatintas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami kegagalan dalam proses belajar. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yang umumnya diperoleh dari hasil tes yanmg dilakukan setelah selesai melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Sudjana (2009) hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat digunakan untuk melihat apakah seseorang telah melakukan proses belajar yang baik mencakup bidang kognitif (pengetahuan,), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menurut Mujiono dan Dimayati (2006) :Hasil Belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi mengajar dan dari siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan Hamalik (2007) mengatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan atau kemampuan kemampuan yang terjadi setelah melakukan proses belajar mengajar. Bagi guru hasil belajar siswa juga menjadi bahan pertimbangan untuk mengetahui apakah metode yang digunakan selama pembelajaran memang cocok digunakan. 6. Kriteria Hasil Belajar Hasil belajar adalah suatu perubahan atau kemmapuan kemampuan yang terjadi setelah melakukan proses belajar mengajar, seperti yang telah dikemukakan di atas. Artinya bahwa hasil belajar ada setelah melakukan proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup tiga ranah yang dikemukakan oleh Bloom (yang di kutip Sudjana 2009) adalah : 1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi. 3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerak refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. J adi hasil belajar di atas di dapat setelah melakukan tes terhadap siswa. Yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang di pelajari. Tes tersebut berbentuk tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan (tes tindakan). Faktor faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya akan tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekxtern adalah faktor yang ada diluar individu. Di dalam pembelajaran ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Syah dalam Rambe (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain sebagai berikut: 1. Faktor Internal Siswa Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan dan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh ynag lemah, apabila disertai pusing kepala berat misalnya dapat menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Aspek Psikologis a. Intelegensi
Intelegensi sebenarnya bukan hanya persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya denagn intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ lainnya, karena otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. IQ sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. b. Sikap Sikap yang positif terhadap suatu yang dipelajari merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar mengajar.
c. Bakat Bakat adalah kemampuan individu untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang. Secara umum bakat itu hampir sama dengan intelegensi tinggi sangat cerdas. d. Minat Minat (Interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologis karena ketergantungan yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dalam kebutuhan. e. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu. Intensitas sudah barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Seseorang yang belajar yang ingin dicapai selama proses belajar berlangsung. 2. Faktor Eksternal Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang berasal dari lingkungan yaitu sosial dan bukan sosial. 3. Faktor Pendekatan atau Cara Belajar Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Selanjutnya menurut Slameto (2010) menjelaskan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi belajar adalah : a. Faktor intern yang meliputi jasmani (kesehatan,cacat tubuh), dan kelelahan. b. Faktor ekstern meliputi keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar penulis menyimpulkan bahwa faktor internal siswa merupakan faktor yang paling mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa merupakan objek dari kegiatan belajar mengajar. Bagaimanapun ahlinya seorang guru, jika faktor internal siswa belum siap menerima pelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. 7. Mata Pelajaran Membuat Hiasan Pada Busana (Embriodery) Menghias dalam Bahasa Inggris berasal dari kata to decorate yang berarti menghias atau memperindah. Dalam busana menghias berarti menghias
atau memperindah segala sesuatu yang dipakai oleh manusia baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keperluan rumah tangga. Benda yang dipakai untuk diri sendiri antara lain blus, rok, celana, tas, topi dan lain-lain, sedangkan untuk keperluan rumah tangga diantaranya yaitu taplak meja, bed cover, bantal kursi, gorden dan lain-lain.Lenan rumah tangga adalah barang atau bahan berupa kain yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Ditinjau dari tekniknya, menghias kain dibedakan atas 2 macam yaitu 1) menghias permukaan bahan yang sudah ada dengan bermacam-macam tusuk hias baik yang menggunakan tangan maupun dengan menggunakan mesin dan 2) dengan cara membuat bahan baru yang berfungsi untuk hiasan benda. Menghias permukaan kain atau bahan yaitu berupa aneka teknik hias seperti sulaman, lekapan, mengubah corak, smock, kruisteek, terawang dan metalase. Sedangkan membuat bahan baru yaitu berupa membuat kaitan, rajutan, frivolite,macrame dan sambungan perca. 1. Desain Hiasan Busana
Desain hiasan merupakan desain yang dibuat untuk meningkatkan mutu dari desain struktur suatu benda. Desain hiasan ini terbentuk dari susunan berbagai unsur seperti garis, arah, bentuk, ukuran, tekstur, value dan warna. Bentuk dan warna merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tampilan sebuah desain hiasan. Agar indah dan menarik dilihat dalam mendesain hiasan ini juga harus memperhatikan prinsip-prinsip desain . Prinsip-prinsip desain ini pada dasarnya sama, hanya saja penerapannya berbeda. Keselarasan, keseimbangan dan kesatuan desain hiasan dengan benda
yang akan dihias merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam merancang desain hiasan suatu benda.Keselarasan merupakan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya baik antara benda yang dihias dengan hiasannya maupun antara hiasan yang digunakan itu sendiri. Agar hiasan yang digunakan sesuai dan dapat memperindah bidang yang dihias maka perlu diperhatikan beberapa hal yaitu : a. Hiasan yang digunakan hendaklah tidak berlebihan. Hiasan yang terlalu berlebihan membuat pakaian terlihat norak atau terlalu ramai. Oleh sebab itu penggunaan hiasan hendaklah dibatasi sehingga fungsinya untuk meningkatkan mutu produk tersebut dapat tercapai. b. Hiasan yang digunakan disesuaikan dengan desain struktur benda yang dihias. Contohnya pada bidang benda yang berbentuk segi empat dapat digunakan motif yang mengikuti bidang segi empat tersebut, atau hanya membuat hiasan berbentuk siku pada setiap sudutnya. J anganlah menggunakan hiasan yang merubah desain struktur seperti bidang segi empat dibuat hiasan berbentuk lingkaran pada bagian tengah bidang benda. Ini artinya sudah merubah bentuk struktur benda tersebut. c. Penempatan desain hiasan disesuaikan dengan luasnya background dari benda yang dihias. Bidang yang kecil sebaiknya juga menggunakan hiasan yang kecil dan sebaliknya bidang yang luas dapat menggunakan hiasan yang sedikit lebih besar. Keseimbangan dari hiasan juga perlu diperhatikan. 2. Pola Hiasan
Agar ragam hias di atas dapat digunakan untuk menghias suatu benda maka perlu dirancang bentuk susunan ragam hiasnya yang disebut dengan pola hias. Pola hias merupakan susunan ragam hias yang disusun jarak dan ukurannya berdasarkan aturan-aturan tertentu. Pola hiasan juga harus menerapkan prinsip- prinsip desain seperti keseimbangan, irama, aksentuasi, dan kesatuan sehingga terdapat motif hias atau desain ragam hias yang kita inginkan. Desain ragam hias yang sudah berbentuk pola hias sudah dapat kita gunakan untuk menghias sesuatu benda. Pola hias ini ada 4 macam yaitu: pola serak, pola pinggiran, pola mengisi bidang dan pola bebas. 1. Pola serak atau pola tabur yaitu ragam hias kecil-kecil yang diatur jarak dan susunannya mengisi seluruh permukaan atau sebahagian bidang yang dihias. Ragam hias dapat diatur jarak dan susunannya apakah ke satu arah, dua arah, dua arah (bolak balik) atau ke semua arah. Contoh pola serak/pola tabur yaitu :
1. Pola Serak
2. Pola pinggiran yaitu ragam hias disusun berjajar mengikuti garis lurus atau garis lengkung yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pola pinggiran ini ada lima macam yaitu pola pinggiran berdiri, pola pinggiran bergantung, pola pinggiran simetris, pola pinggiran berjalan, dan pola pinggiran memanjat. a. Pola pinggiran berdiri yaitu ragam hias disusun berjajar berat ke bawah atau disusun makin ke atas makin kecil. Pola pinggiran ini sering digunakan untuk
menghias pinggiran bawah rok, pinggiran bawah blus, ujung lengan dan lain-lain. Contoh pola pinggiran berdiri :
2. Pola Pinggiran Berdiri
b. Pola pinggiran bergantung yaitu kebalikan dari pola pinggiran berdiri yang mana ragam hias disusun berjajar dengan susunan berat ke atas atau makin ke bawah makin kecil sehingga terlihat seperti menggantung. Pola pinggiran ini digunakan untuk menghias garis leher pakaian, garis hias horizontal yang mana ujung motif menghadap ke bawah. Contoh pola pinggiran bergantung :
3. Pola Pinggiran Bergantung
c. Pola pinggiran simetris yaitu ragam hias di susun berjajar dimana bagian atas dan bagian bawah sama besar. Pinggiran ini digunakan untuk menghias pinggiran rok, pinggiran ujung lengan, tengah muka blus, gaun ataupun rok. Contoh pola pinggiran simetris yaitu :
4. Pola Pinggiran Simetris
d. Pola pinggiran berjalan yaitu susunan ragam hias yang disusun berjajar pada garis horizontal dan dihubungkan dengan garis lengkung sehingga motif seolah- olah bergerak ke satu arah. Pola pinggiran berjalan ini digunakan untuk menghias bagian bawah rok, bawah blus, ujung lengan, dan garis hias yang horizontal. Contoh pola pinggiran berjalan yaitu :
5. Pola Pinggiran Berjalan
e. Pola pinggiran memanjat yaitu susunan ragam hias yang disusun berjajar pada garis tegak lurus sehingga seolah-olah motif bergerak ke atas/memanjat. Pola hiasan seperti ini digunakan untuk menghias bagian yang tegak lurus seperti
tengah muka blus, tengah muka rok, garis princes dan lain-lain. Contoh pola pinggiran memanjat yaitu :
6. Pola Pinggiran Memanjat 3. Pola mengisi bidang Pola mengisi bidang yaitu ragam hias disusun mengikuti bentuk bidang yang akan dihias. Contohnya bidang segiempat, bidang segitiga, bidang lingkaran dan lain-lain.
a. Mengisi bidang segi empat, ragam hias bisa disusun di pinggir atau di tengah atau pada sudutnya saja sehingga memberi kesan bentuk segi empat. Pola mengisi bidang segiempat ini bisa digunakan untuk menghias benda yang berbentuk bidang segi empat seperti alas meja, blus dengan belahan di tengah muka seperti kebaya. b. Mengisi bidang segitiga, ragam hias disusun memenuhi bidang segi tiga atau di hias pada setiap sudut segitiga. Pola seperti ini digunakan untuk menghias taplak meja, saku, puncak lengan, dan lain-lain.
7. Pola Mengisi Bidang Segitiga Sama Kaki
8. Pola Mengisi Bidang Segitiga Siku- Siku c. Pola mengisi bidang lingkaran/setengah lingkaran, ragam hias dapat disusun mengikuti pinggir lingkaran, di tengah atau memenuhi semua bidang lingkaran. Pola mengisi bidang lingkaran ini dapat digunakan untuk menghias garis leher yang berbentuk bulat atau leher Sabrina, taplak meja yang berbentuk lingkaran, dan lain-lain. Contoh pola mengisi bidang lingkaran yaitu :
9. Pola Mengisi Bidang Lingkaran
4. Pola bebas Pola bebas yaitu susunan ragam hias yang tidak terikat susunannya apakah arah horizontal atau vertikal, makin ke atas susunannya makin kecil atau sebaliknya, dll. Yang perlu diperhatikan adalah susunannya tetap sesuai dengan prinsip-prinsip desain dan penempatan hiasan pada benda tidak mengganggu jahitan atau desain struktur benda. 3. Jenis Sulaman
Ada berbagai jenis sulaman yang dapat digunakan untuk menghias busana, baik sulaman yang dibuat menggunakan bantuan mesin maupun menggunakan tangan. Apalagi jika kita amati perkembangan mesin sulam saat ini. Dengan bantuan mesin sulam, komputer dan satu orang operator dapat dihasilkan kain yang disulam dalam jumlah banyak. Namun masih banyak jenis sulaman yang harus dikerjakan dengan tangan dan jenis sulaman ini dihargai dengan harga yang relatif tinggi. J enis jenis sulaman antara lain adalah a. Sulaman aplikasi b. Sulaman Hongkong c. Sulaman melekatkan benang d. Sulaman fantasi
e. Sulaman Inggiris Sulaman Fantasi Sulaman fantasi sering juga disebut sulaman bebas karena sulaman ini di desain dengan memvariasikan tusuk hias dan warna benang pada bahan tenunan polos. Ragam hias yang digunakan untuk sulaman fantasi sering menggunakan ragam hias naturalis seperti bentuk bunga-bunga, binatang, buah-buahan dan lain- lain. Contoh hiasan pada sulaman fantasi 1. Hiasan sudut merupakan motif hias yang ditempatkan pada sudut suatu bidang. Bentuk motif hiasan sudut hendaknya serasi dengan bentuk sudut bidang tersebut.
10. Hiasan Sudut
2. Hiasan pusat merupakan pola hiasan yang ditempatkan pada tengah tengah suatu bidang. Motif hias hendaknya menyebar atau menutup semua latar belakang
bidangnya.
11. Hiasan Pusat Warna yang digunakan untuk sulaman fantasi lebih dari dua warna. Kombinasi warna dapat memakai kombinasi warna kontras atau komplement dan kombinasi warna harmonis seperti kombinasi warna analog dan kombinasi warna monolog. Untuk menghasilkan aksentuasi dapat dilakukan dengan teknik kontras baik kontras warna, kontras tusuk, atau kontras ukuran ragam hias. Penggunaan tusuk juga divariasikan lebih dari dua macam tusuk seperti tusuk pipih, tusuk rantai, tusuk veston, dan tusuk tikam jejak. Untuk menghasilkan aksentuasi atau pusat perhatian seperti kontras tusuk , maka pilih tusuk hias yang kesannya menonjol dari tusuk yang lain seperti misalnya tusuk pipih karena semua permukaan ragam tertutup oleh tusuk atau tusuk palestrin karena permukaan tusuknya menonjol.
Contoh tusuk yang digunakan pada sulaman fantasi
12. Tusuk veston
13. Tusuk Pipih
14. Tusuk Rantai
15. Tusuk Tikam Jejak
Pola hias yang digunakan untuk sulaman fantasi ini disesuaikan dengan penempatan sulaman pada desain strukturnya. Adapun alat yang dibutuhkan adalah ram, gunting dan jarum tangan. Bahan yang digunakan adalah kain dengan tenunan rapat dan polos seperti tetoron, berkolin, poplin dan lain-lain. Benda yang dapat dihias antara lain blus, rok, gaun, millineris busana dan aneka lenan rumah tangga. Cara mengerjakannya yaitu motif yang sudah di desain dipindahkan ke bahan. Motif dapat berupa bunga-bungaan atau bentuk-bentuk naturalis. Setelah itu ram di pasang di atas bahan yang akan di hias. Mulailah membuat bermacam- macam tusuk di atas bahan sesuai dengan motif yang direncanakan. Warna benang yang digunakan boleh dikombinasikan dan tidak lebih dari 4 warna karena akan membuat desain terlalu ramai atau tidak menarik, disamping itu kita juga
dapat menggunakan beraneka tusuk hias. Dalam mengkombinasikan warna dan mengkombinasikan tusuk hias hendaklah diperhatikan kesatuan dari desain yang dibuat sehingga sulaman yang dihasilkan benar-benar dapat meningkatkan mutu dari kain yang kita hias. Pengertian Jilbab Pengertian J ilbab Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam Bahasa Arab, seperti berikut : J ilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya. http://www.scribd.com/doc/3282739/PENGERTIAN-J ILBAB-PEMBAHASAN- AHLI-TAFSIR Contoh contoh penempatan hiasan pada jilbab :
16. Hiasan J ilbab
17. Hiasan J ilbab
18. Hiasan J ilbab B. Kerangka Berpikir Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan guna menggiatkan dan mendorong belajar yang merupakan proses merangkai situasi belajar yang terdiri dari ruang kelas, siswa, materi kurikulum, sehingga pembelajaran lebih mudah. Pada hakikatnya bila pengajaran direncanakan dengan baik, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai. Oleh sebab itu, guru diharapkan memiliki kemampuan dalam merencanakan suatu pengajaran.
Salah satu perencanaan pengajaran dimaksudkan adalah pemilihan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Dalam hal ini membuat hiasan busana dengan menggunakan metode latihan. Metode latihan merupakan suatu cara belajar yang baik untuk menanamkan kebiasan kebiasan tertentu, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dalam hal ini ditarik kesimpulan bahwa jika belajar menggunakan metode latihan maka hasil belajar akan meningkat. Maka dengan adanya metode latihan diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan sistem latihan yang dilakukan secara berulang ulang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan membuat hiasan busana.
19. Skema Variable Penelitian
C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir diatas dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut : Dengan diterapkannya keterampilan mengajar metode latihan dapat meningkatkan hasil belajar membuat hiasan pada busana di kelas X/1 Tata Busana di SMK Negeri 8 Medan.
Metode Mengajar ( Latihan ) Hasil Belajar Hiasan Busana
Kompresi Citra Digital Menggunakan Transformasi Wavelet 9 7 Dan Metode Kuantisasi Vektor Adaptif Dengan Algoritma Partial Codeword Updating (Daftar Isi)