Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR


DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis
A.1. Hakekat Metode Latihan
Metode merupakan cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Makin tepat metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006 : 158) Metode adalah strategi
yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya menurut
Djamarah (2010 : 222) metode adalah cara atau siasat yang dipergunakan dalam
pembelajaran yang dapat memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran.
Demikian juga dengan pengaplikasian metode latihan dalam penelitian ini.
Menurut Sanjaya (2009 : 145) bahwa metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Berdasarkan penjelasan
diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau
strategi yang fungsinya untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran.
Demikain juga dengan pengaplikasian metode latihan dalam penelitian ini.
Menurut Syaiful Sagala (2009:17) metode latihan merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan kebiasaan tertentu. Metode
latihan dapat juga disebut sebagai training, yaitu suatu cara mengajar dengan
menanamkan suatu kebiasaan kebiasaan tertentu, juga sebgai sarana untuk


memelihara kebiasaan kebiasaan baik, disamping itu metode latihan dapat juga
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan dan keterampilan.
Menurut Buchari (2009) metode latihan merupakan metode mengajar
dengan memberikan latihan latihan kepada siswa untuk memperoleh suatu
keterampilan. Sedangkan menurut Roestiyah (2008) metode latihan adalah
suatu teknik atau cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari
apa yang telah dipelajari. Dari pendapat di atas maka peniliti dapat
menyimpulkan bahwa metode latihan adalah suatu cara mengajar dengan
memberikan latihan latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga
memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa
sesuatu itu selalu diulang ulang, akan tetapi situasi belajar harus berubah ubah
supaya keterampilan akan lebih disempurnakan.
2. Karakteristik Metode Latihan
Metode latihan merupakan salah satu bagian dari metode mengajar.
Metode latihan biasanya digunakan setelah materi pelajaran disampaikan. Metode
latihan dapat mempermudah siswa dalam memperoleh keterampilan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pada dasarnya hampir setiap kegiatan
pembelajaran menggunakan metode latihan. Metode latihan ini dipergunakan
untuk : 1) mendemontrasikan suatu keterampilan khusus yang harus dapat
diperankan oleh siswa, 2) menguatkan atau menguji hasil belajar sejauh mana
siswa memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru, guru dapat memberi


penguatan dan menguji belajar siswa. 3) menguji insiatif atau prakarsa dari siswa.
4) mereview keterampilan yang telah dimiliki.
Sedangkan menurut Syaiful (2009) tujuan metode latihan adalah Untuk
menanamkan kebiasaan kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Disamping itu juga dapat mengembangkan kemampuan motorik siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan dan ketangkasan siswa untuk
mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Langkah langkah Metode Latihan
Untuk kesuksesan pelaksanaan metode latihan ini, guru perlu
memperhatikan langkah langkah / prosedur yang disusun. Adapun langkah
langkah metode latihan adalah:
Menurut Roestiyah (2008:125) adalah sebagai berikut : a) gunakanlah
latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis,
ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang
mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks seperti :
menghapal, menghitung, lari dan sebagainya. b) guru harus memilih latihan yang
mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna
dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. c) Di dalam latihan pendahuluan
instruktur harus lebih menekankan pada diagnosa, pada latihan berikutnya guru
perlu meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul sehingga dapat
memilih/menekankan latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian guru
menunjukan kepada siswa tanggapan yang telah benar dan memperbaiki


tanggapan yang salah. d) perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan
latihan secara tepat. e) guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat
agar tidak membosankan.
Lebih lanjut menurut Hamalik (2009) langkah langkah penggunaan
metode latihan adalah : a) langkah -1, Mempersiapkan pekerjaan : hadapkan siswa
pada persoalan, usahakan untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman
siswa, rangsang minat siswa unutk mempelajari materi dan tempatkan siswa pada
posisi yang tepat. b) langkah -2, Penyajian pelaksanaan : menjelaskan materi,
penekanan pada pokok masalah, mengajarkan secara jelas dan lengkap. c) langkah
-3: Uji coba mengetes hingga bagaimana siswa dapat melakukan tugas, dapatkah
siswa menjelaskan pokok masalah, ajukan pertanyaan pada siswa dan adakan
koreksi. d) langkah -4, Tindak lanjut : usahakan agar siswa merasakan bahwa
telah terjadi peningkatan terhadap dirinya, tunjukan apa yang harus dikerjakan
selanjutnya, sering sering mengadakan pemeriksaan, doronglah siswa agar dapat
mengajukan pertanyaan atau persoalan, penyimpulan dan tindak lanjut.
Menurut Astriati dkk (1985) di dalam pelajaran PKK banyak sekali hal
hal yang memerlukan latihan, misalnya : menghias kain, memasak, membersihkan
barang dan lain lain. Metode ini hendaknya tidak disalah artikan, metode latihan
tanpa berfikir sehingga dapat memperendah nilai pelajaran. Hal ini sering
dilakukan oleh guru guru memasak yang menyuruh menghafal resep resep
masakan, lalu memberi latihan tanpa memahami maksud drill bahwasannya
mengulang harus membawa proses belajar yang akhirnya dapat merubah tingkah
laku dan sikap siswa. Bila teknik menggunakan metode latihan ini salah, maka


akibatnya siswa akan bosan pada pekerjaan yang di ulang ulang, kurang inisiatif
bahkan akan membenci pelajaran itu. Oleh karena itu sekali lagi ditegaskan bahwa
perlu memahami, dalam situasi mana patut dilakukan latihan latihan. Suatu
keterampilan haruslah disertai dengan kemampuan intelektual, artinya bukan hasil
proses mekanis. Prinsip dalam memberi latihan untuk mencapai suatu tujuan
hendaknya secara bertingkat, yaitu :
1. Ketepatan
Latihan mula mula di lakukan agar siswa dapat mengerjakan dengan
tepat meski pun dengan waktu yang agak lama.
2. Kecepatan
Berikutnya, setelah siswa dapat mengerjakan dengan tepat harus mengarah
ke tingkat kecepatan tertentu.
3. Ketepatan dan kecepatan
Terakhir barulah siswa di tuntut dapat mengerjakan dengan tepat dan
cepat.
J enis jenis kecakapan yang perlu di latih, antara lain :
1. Kecakapan motoris, misalnya :
Menyambung bahan tekstil dengan mesin, secara lurus.
Membuat renda.
2. Kecakapan mental, misalnya :
Memilih kombinasi warna untuk keperluan tertentu.
Merencanakan hidangan bergizi untuk suatu keluarga.
3. Sosiasi yang dibuat, misalnya :


Mengatur ruang.
Menggambar denah rumah dengan efisien.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah kegiatan pendidikan secara terprogram dalam disain
intruksional untuk mengorganisasikan unsur unsur manusiawi, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi agar terjadi interaksi
dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
termasuk di dalamnya aktifitas belajar mengajar yang di awali dengan
perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan di akhiri dengan evaluasi
untuk membuat peserta didik aktif dalam rangka mencapai tujuan peningkatan dan
kemampuan belajar.
4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Latihan
Metode latihan mempunya beberapa keunggulan dan kelemahan. Menurut
Sagala (2009) keunggulan metode latihan adalah : 1) unutk memperoleh
kecakapan mental seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan,
pembagian, perkalian, dan sebagainya. 2) pembentukan kebiasaan yang dilakukan
dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 3) pemanfaatan kebiasaan
kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya. 4) adanya
bimbingan, pengawasan, dan koreksi langsung dari guru, memungkinkan siswa
untuk melakukan perbaikan kesalahan pada saat itu juga.
Adapun kelemahan metode latihan adalah sebagai berikut :
1) dapat menghambat bakat inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa
kepada konformitas dan diarahkan pada uniformitas. 2) kadang kadang latihan


yang dilaksanakan secara berulang ulang merupakan hal yang menonton
sehingga mudah membosankan. 3) membentuk kebiasaan yang kaku, karena siswa
lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberi respon secara
otomatis tanpa menggunakan inteligensia. 4) dapat menimbulkan verbalisme.
Dari paparan kelebihan dan kelemahan diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode latihan dapat berdampak positif apabila dalam penerapan
pelaksananya sesuai dengan kebutuhan siswa, serta dapat berdampak negatif
apabila pelaksanaannya tidak sesuai atau tidak terencana dengan baik.
5. Hakekat Hasil Belajar
Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses. Namun, para ahli
mendefenisikan belajar menurut visi mereka masing masing, tetapi secara gratis
besar mereka tetap mengacu pada pengertian umum bahwa belajar merupakan
suatu perubahan tingkah laku.
Menurut Slameto (2010) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Selanjutnya menurut Sagala (2009) Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Selanjutnya


menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar
maka responnya menurun.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuatintas tingkah laku seseorang
berbagai bidang, yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkunganya. J ika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan
kualitas dan kuatintas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
mengalami kegagalan dalam proses belajar.
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi yang
diajarkan dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yang umumnya diperoleh dari hasil
tes yanmg dilakukan setelah selesai melaksanakan kegiatan belajar. Menurut
Sudjana (2009) hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat digunakan
untuk melihat apakah seseorang telah melakukan proses belajar yang baik
mencakup bidang kognitif (pengetahuan,), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan).
Menurut Mujiono dan Dimayati (2006) :Hasil Belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak
mengajar diakhiri dengan evaluasi mengajar dan dari siswa hasil belajar
merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan Hamalik (2007)
mengatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah pada diri


siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan atau kemampuan kemampuan yang terjadi
setelah melakukan proses belajar mengajar. Bagi guru hasil belajar siswa juga
menjadi bahan pertimbangan untuk mengetahui apakah metode yang digunakan
selama pembelajaran memang cocok digunakan.
6. Kriteria Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu perubahan atau kemmapuan kemampuan yang
terjadi setelah melakukan proses belajar mengajar, seperti yang telah
dikemukakan di atas. Artinya bahwa hasil belajar ada setelah melakukan proses
belajar mengajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku pada diri siswa. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup tiga ranah yang dikemukakan oleh Bloom (yang di kutip Sudjana
2009) adalah :
1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi. 3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris yakni gerak refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan


perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
J adi hasil belajar di atas di dapat setelah melakukan tes terhadap siswa.
Yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang
di pelajari. Tes tersebut berbentuk tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan (tes
tindakan).
Faktor faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya akan tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu, faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar sedangkan faktor ekxtern adalah faktor yang ada diluar individu.
Di dalam pembelajaran ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Menurut Syah dalam Rambe (2010) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Internal Siswa
Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan dan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh ynag lemah, apabila disertai pusing
kepala berat misalnya dapat menurunkan ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
Aspek Psikologis
a. Intelegensi


Intelegensi sebenarnya bukan hanya persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi
memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya denagn
intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ lainnya,
karena otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas
manusia. IQ sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa.
b. Sikap
Sikap yang positif terhadap suatu yang dipelajari merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar mengajar.


c. Bakat
Bakat adalah kemampuan individu untuk mencapai keberhasilan di
masa yang akan datang. Secara umum bakat itu hampir sama dengan
intelegensi tinggi sangat cerdas.
d. Minat
Minat (Interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak
termasuk istilah populer dalam psikologis karena ketergantungan yang
banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dalam kebutuhan.
e. Motivasi


Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu. Intensitas
sudah barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Seseorang yang belajar
yang ingin dicapai selama proses belajar berlangsung.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang berasal
dari lingkungan yaitu sosial dan bukan sosial.
3. Faktor Pendekatan atau Cara Belajar
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Selanjutnya menurut Slameto (2010) menjelaskan bahwa faktor faktor
yang mempengaruhi belajar adalah : a. Faktor intern yang meliputi jasmani
(kesehatan,cacat tubuh), dan kelelahan. b. Faktor ekstern meliputi keluarga (cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan).
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar penulis
menyimpulkan bahwa faktor internal siswa merupakan faktor yang paling
mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa merupakan objek dari kegiatan
belajar mengajar. Bagaimanapun ahlinya seorang guru, jika faktor internal siswa
belum siap menerima pelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
7. Mata Pelajaran Membuat Hiasan Pada Busana (Embriodery)
Menghias dalam Bahasa Inggris berasal dari kata to decorate yang
berarti menghias atau memperindah. Dalam busana menghias berarti menghias


atau memperindah segala sesuatu yang dipakai oleh manusia baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk keperluan rumah tangga. Benda yang dipakai untuk diri
sendiri antara lain blus, rok, celana, tas, topi dan lain-lain, sedangkan untuk
keperluan rumah tangga diantaranya yaitu taplak meja, bed cover, bantal kursi,
gorden dan lain-lain.Lenan rumah tangga adalah barang atau bahan berupa kain
yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Ditinjau dari tekniknya, menghias kain dibedakan atas 2 macam yaitu 1)
menghias permukaan bahan yang sudah ada dengan bermacam-macam tusuk hias
baik yang menggunakan tangan maupun dengan menggunakan mesin dan 2)
dengan cara membuat bahan baru yang berfungsi untuk hiasan benda. Menghias
permukaan kain atau bahan yaitu berupa aneka teknik hias seperti sulaman,
lekapan, mengubah corak, smock, kruisteek, terawang dan metalase. Sedangkan
membuat bahan baru yaitu berupa membuat kaitan, rajutan, frivolite,macrame dan
sambungan perca.
1. Desain Hiasan Busana

Desain hiasan merupakan desain yang dibuat untuk meningkatkan mutu
dari desain struktur suatu benda. Desain hiasan ini terbentuk dari susunan
berbagai unsur seperti garis, arah, bentuk, ukuran, tekstur, value dan warna.
Bentuk dan warna merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tampilan sebuah
desain hiasan. Agar indah dan menarik dilihat dalam mendesain hiasan ini juga
harus memperhatikan prinsip-prinsip desain .
Prinsip-prinsip desain ini pada dasarnya sama, hanya saja penerapannya
berbeda. Keselarasan, keseimbangan dan kesatuan desain hiasan dengan benda


yang akan dihias merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam
merancang desain hiasan suatu benda.Keselarasan merupakan kesesuaian antara
bagian yang satu dengan bagian yang lainnya baik antara benda yang dihias
dengan hiasannya maupun antara hiasan yang digunakan itu sendiri.
Agar hiasan yang digunakan sesuai dan dapat memperindah bidang yang
dihias maka perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Hiasan yang digunakan hendaklah tidak berlebihan. Hiasan yang terlalu
berlebihan membuat pakaian terlihat norak atau terlalu ramai. Oleh sebab
itu penggunaan hiasan hendaklah dibatasi sehingga fungsinya untuk
meningkatkan mutu produk tersebut dapat tercapai.
b. Hiasan yang digunakan disesuaikan dengan desain struktur benda yang
dihias. Contohnya pada bidang benda yang berbentuk segi empat dapat
digunakan motif yang mengikuti bidang segi empat tersebut, atau hanya
membuat hiasan berbentuk siku pada setiap sudutnya. J anganlah
menggunakan hiasan yang merubah desain struktur seperti bidang segi
empat dibuat hiasan berbentuk lingkaran pada bagian tengah bidang benda.
Ini artinya sudah merubah bentuk struktur benda tersebut.
c. Penempatan desain hiasan disesuaikan dengan luasnya background dari
benda yang dihias. Bidang yang kecil sebaiknya juga menggunakan hiasan
yang kecil dan sebaliknya bidang yang luas dapat menggunakan hiasan
yang sedikit lebih besar. Keseimbangan dari hiasan juga perlu
diperhatikan.
2. Pola Hiasan


Agar ragam hias di atas dapat digunakan untuk menghias suatu benda
maka perlu dirancang bentuk susunan ragam hiasnya yang disebut dengan pola
hias. Pola hias merupakan susunan ragam hias yang disusun jarak dan ukurannya
berdasarkan aturan-aturan tertentu. Pola hiasan juga harus menerapkan prinsip-
prinsip desain seperti keseimbangan, irama, aksentuasi, dan kesatuan sehingga
terdapat motif hias atau desain ragam hias yang kita inginkan. Desain ragam hias
yang sudah berbentuk pola hias sudah dapat kita gunakan untuk menghias sesuatu
benda. Pola hias ini ada 4 macam yaitu: pola serak, pola pinggiran, pola mengisi
bidang dan pola bebas.
1. Pola serak atau pola tabur yaitu ragam hias kecil-kecil yang diatur jarak
dan susunannya mengisi seluruh permukaan atau sebahagian bidang yang dihias.
Ragam hias dapat diatur jarak dan susunannya apakah ke satu arah, dua arah, dua
arah (bolak balik) atau ke semua arah. Contoh pola serak/pola tabur yaitu :



1. Pola Serak

2. Pola pinggiran yaitu ragam hias disusun berjajar mengikuti garis lurus
atau garis lengkung yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pola
pinggiran ini ada lima macam yaitu pola pinggiran berdiri, pola pinggiran
bergantung, pola pinggiran simetris, pola pinggiran berjalan, dan pola pinggiran
memanjat.
a. Pola pinggiran berdiri yaitu ragam hias disusun berjajar berat ke bawah atau
disusun makin ke atas makin kecil. Pola pinggiran ini sering digunakan untuk


menghias pinggiran bawah rok, pinggiran bawah blus, ujung lengan dan lain-lain.
Contoh pola pinggiran berdiri :

2. Pola Pinggiran Berdiri

b. Pola pinggiran bergantung yaitu kebalikan dari pola pinggiran berdiri yang
mana ragam hias disusun berjajar dengan susunan berat ke atas atau makin ke
bawah makin kecil sehingga terlihat seperti menggantung. Pola pinggiran ini
digunakan untuk menghias garis leher pakaian, garis hias horizontal yang mana
ujung motif menghadap ke bawah. Contoh pola pinggiran bergantung :

3. Pola Pinggiran Bergantung


c. Pola pinggiran simetris yaitu ragam hias di susun berjajar dimana bagian atas
dan bagian bawah sama besar. Pinggiran ini digunakan untuk menghias pinggiran
rok, pinggiran ujung lengan, tengah muka blus, gaun ataupun rok. Contoh pola
pinggiran simetris yaitu :

4. Pola Pinggiran Simetris

d. Pola pinggiran berjalan yaitu susunan ragam hias yang disusun berjajar pada
garis horizontal dan dihubungkan dengan garis lengkung sehingga motif seolah-
olah bergerak ke satu arah. Pola pinggiran berjalan ini digunakan untuk menghias
bagian bawah rok, bawah blus, ujung lengan, dan garis hias yang horizontal.
Contoh pola pinggiran berjalan yaitu :



5. Pola Pinggiran Berjalan

e. Pola pinggiran memanjat yaitu susunan ragam hias yang disusun berjajar pada
garis tegak lurus sehingga seolah-olah motif bergerak ke atas/memanjat. Pola
hiasan seperti ini digunakan untuk menghias bagian yang tegak lurus seperti


tengah muka blus, tengah muka rok, garis princes dan lain-lain. Contoh pola
pinggiran memanjat yaitu :

6. Pola Pinggiran Memanjat
3. Pola mengisi bidang
Pola mengisi bidang yaitu ragam hias disusun mengikuti bentuk bidang
yang akan dihias. Contohnya bidang segiempat, bidang segitiga, bidang lingkaran
dan lain-lain.


a. Mengisi bidang segi empat, ragam hias bisa disusun di pinggir atau di
tengah atau pada sudutnya saja sehingga memberi kesan bentuk segi empat. Pola
mengisi bidang segiempat ini bisa digunakan untuk menghias benda yang
berbentuk bidang segi empat seperti alas meja, blus dengan belahan di tengah
muka seperti kebaya.
b. Mengisi bidang segitiga, ragam hias disusun memenuhi bidang segi tiga
atau di hias pada setiap sudut segitiga. Pola seperti ini digunakan untuk menghias
taplak meja, saku, puncak lengan, dan lain-lain.

7. Pola Mengisi Bidang Segitiga Sama Kaki



8. Pola Mengisi Bidang Segitiga Siku- Siku
c. Pola mengisi bidang lingkaran/setengah lingkaran, ragam hias dapat disusun
mengikuti pinggir lingkaran, di tengah atau memenuhi semua bidang lingkaran.
Pola mengisi bidang lingkaran ini dapat digunakan untuk menghias garis leher
yang berbentuk bulat atau leher Sabrina, taplak meja yang berbentuk lingkaran,
dan lain-lain. Contoh pola mengisi bidang lingkaran yaitu :



9. Pola Mengisi Bidang Lingkaran

4. Pola bebas
Pola bebas yaitu susunan ragam hias yang tidak terikat susunannya apakah
arah horizontal atau vertikal, makin ke atas susunannya makin kecil atau
sebaliknya, dll. Yang perlu diperhatikan adalah susunannya tetap sesuai dengan
prinsip-prinsip desain dan penempatan hiasan pada benda tidak mengganggu
jahitan atau desain struktur benda.
3. Jenis Sulaman

Ada berbagai jenis sulaman yang dapat digunakan untuk menghias busana,
baik sulaman yang dibuat menggunakan bantuan mesin maupun menggunakan
tangan. Apalagi jika kita amati perkembangan mesin sulam saat ini. Dengan
bantuan mesin sulam, komputer dan satu orang operator dapat dihasilkan kain
yang disulam dalam jumlah banyak. Namun masih banyak jenis sulaman yang
harus dikerjakan dengan tangan dan jenis sulaman ini dihargai dengan harga yang
relatif tinggi.
J enis jenis sulaman antara lain adalah
a. Sulaman aplikasi
b. Sulaman Hongkong
c. Sulaman melekatkan benang
d. Sulaman fantasi


e. Sulaman Inggiris
Sulaman Fantasi
Sulaman fantasi sering juga disebut sulaman bebas karena sulaman ini di
desain dengan memvariasikan tusuk hias dan warna benang pada bahan tenunan
polos. Ragam hias yang digunakan untuk sulaman fantasi sering menggunakan
ragam hias naturalis seperti bentuk bunga-bunga, binatang, buah-buahan dan lain-
lain.
Contoh hiasan pada sulaman fantasi
1. Hiasan sudut merupakan motif hias yang ditempatkan pada sudut suatu
bidang.
Bentuk motif hiasan sudut hendaknya serasi dengan bentuk sudut bidang
tersebut.







10. Hiasan Sudut

2. Hiasan pusat merupakan pola hiasan yang ditempatkan pada tengah
tengah suatu
bidang. Motif hias hendaknya menyebar atau menutup semua latar
belakang


bidangnya.






11. Hiasan Pusat
Warna yang digunakan untuk sulaman fantasi lebih dari dua warna.
Kombinasi warna dapat memakai kombinasi warna kontras atau komplement dan
kombinasi warna harmonis seperti kombinasi warna analog dan kombinasi warna
monolog. Untuk menghasilkan aksentuasi dapat dilakukan dengan teknik kontras
baik kontras warna, kontras tusuk, atau kontras ukuran ragam hias. Penggunaan
tusuk juga divariasikan lebih dari dua macam tusuk seperti tusuk pipih, tusuk
rantai, tusuk veston, dan tusuk tikam jejak. Untuk menghasilkan aksentuasi atau
pusat perhatian seperti kontras tusuk , maka pilih tusuk hias yang kesannya
menonjol dari tusuk yang lain seperti misalnya tusuk pipih karena semua
permukaan ragam tertutup oleh tusuk atau tusuk palestrin karena permukaan
tusuknya menonjol.

Contoh tusuk yang digunakan pada sulaman fantasi


12. Tusuk veston







13. Tusuk Pipih



14. Tusuk Rantai


15. Tusuk Tikam Jejak

Pola hias yang digunakan untuk sulaman fantasi ini disesuaikan dengan
penempatan sulaman pada desain strukturnya. Adapun alat yang dibutuhkan
adalah ram, gunting dan jarum tangan. Bahan yang digunakan adalah kain dengan
tenunan rapat dan polos seperti tetoron, berkolin, poplin dan lain-lain. Benda yang
dapat dihias antara lain blus, rok, gaun, millineris busana dan aneka lenan rumah
tangga.
Cara mengerjakannya yaitu motif yang sudah di desain dipindahkan ke
bahan. Motif dapat berupa bunga-bungaan atau bentuk-bentuk naturalis. Setelah
itu ram di pasang di atas bahan yang akan di hias. Mulailah membuat bermacam-
macam tusuk di atas bahan sesuai dengan motif yang direncanakan. Warna
benang yang digunakan boleh dikombinasikan dan tidak lebih dari 4 warna karena
akan membuat desain terlalu ramai atau tidak menarik, disamping itu kita juga


dapat menggunakan beraneka tusuk hias. Dalam mengkombinasikan warna dan
mengkombinasikan tusuk hias hendaklah diperhatikan kesatuan dari desain yang
dibuat sehingga sulaman yang dihasilkan benar-benar dapat meningkatkan mutu
dari kain yang kita hias.
Pengertian Jilbab
Pengertian J ilbab Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam
Bahasa Arab, seperti berikut : J ilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang
dipakai wanita untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya.
http://www.scribd.com/doc/3282739/PENGERTIAN-J ILBAB-PEMBAHASAN-
AHLI-TAFSIR
Contoh contoh penempatan hiasan pada jilbab :

16. Hiasan J ilbab










17. Hiasan J ilbab


18. Hiasan J ilbab
B. Kerangka Berpikir
Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk
disampaikan guna menggiatkan dan mendorong belajar yang merupakan proses
merangkai situasi belajar yang terdiri dari ruang kelas, siswa, materi kurikulum,
sehingga pembelajaran lebih mudah.
Pada hakikatnya bila pengajaran direncanakan dengan baik, maka tujuan
yang diharapkan akan tercapai. Oleh sebab itu, guru diharapkan memiliki
kemampuan dalam merencanakan suatu pengajaran.


Salah satu perencanaan pengajaran dimaksudkan adalah pemilihan metode
yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran. Dalam hal ini membuat hiasan busana dengan menggunakan
metode latihan. Metode latihan merupakan suatu cara belajar yang baik untuk
menanamkan kebiasan kebiasan tertentu, sehingga hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan. Dalam hal ini ditarik kesimpulan bahwa jika belajar menggunakan
metode latihan maka hasil belajar akan meningkat.
Maka dengan adanya metode latihan diduga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa karena dengan sistem latihan yang dilakukan secara berulang
ulang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang
berkaitan dengan membuat hiasan busana.




19. Skema
Variable Penelitian

C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dengan demikian dapat dirumuskan
sebagai berikut : Dengan diterapkannya keterampilan mengajar metode latihan
dapat meningkatkan hasil belajar membuat hiasan pada busana di kelas X/1 Tata
Busana di SMK Negeri 8 Medan.

Metode Mengajar
( Latihan )
Hasil Belajar
Hiasan Busana

Anda mungkin juga menyukai