Anda di halaman 1dari 36

Oleh

Yudri
Ghabrina
Rachel

PENDAHULUAN
Penyebab morbiditas dan mortalitas ibu hamil :
Hipertensi dalam kehamilan
Perdarahan
Infeksi

RS dr.Hasan Sadikin Bandung 2005-2010 terdapat
103 kematian ibu, diantaranya disebabkan oleh
16,5% eklamsia dan 2,9% preeklampsia berat
(PEB)

Tipe Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi gestasional (pregnancy-induced
hypertension atau transient hypertension)
Preeklampsia
Eklampsia
Hipertensi kronis yang diperberat oleh
preeklamsi
Hipertensi kronis
DEFINISI
Hipertensi gestasional
Timbulnya hipertensi dalam kehamilan
pada wanita yang tekanan darah
sebelumnya normal & tidak disertai
proteinuri akan hilang dalam < 12 minggu
pascasalin.
Preeklamsi
Hipertensi dan proteinuria pada
pereumpuan hamil yang sebelumnya
normotensif setelah kehamilan 20 minggu
atau pada periode pascasalin dini.
Eklamsi
Kejang pada wanita hamil, dalam persalinan, atau
masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklampsi (
hipertensi, edema, dan/ atau proteinuri)
Hipertensi kronis dengan superimposed
preeklamsi
Adalah timbulnya proteinuria pada wanita hamil
dengan hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya
timbul setelah kehamilan 20 minggu.
Hipertensi kronik
Hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan
sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu pada 2 kali
pemeriksaan tekanan darah dengan selang waktu 6
jam menetap setelah 12 minggu pasca persalinan.
Etiologi Preeklampsi

Belum diketahui secara pasti. Namun lebih sering
ditemukan pada wanita hamil yang :
1. Primigravida
2. Hiperplasentosis (pada kehamilan kembar, anak
besar, mola hidatidosa, dan hidrops fetalis)
3. Mempunyai dasar penyakit vaskular Hipertensi
atau diabetes mellitus
4. Mempunyai riwayat preeklampsi/eklampsi dalam
keluarga
Teori-teori yang diduga berperan dalam
etiologi terjadinya preklamsi:

1. Invasi tropoblas abnormal
2. Faktor imunologis
3. Faktor genetik
4. Faktor nutrisi
5. Faktor endotel
DIAGNOSIS
Preeklampsi Ringan:

TD 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan/ atau
diastolik 15 mmHg dari tekanan darah sebelumnya
Proteinuria 300 mg/24 jam atau +1 dipstick
Preeklamsi Berat
TD 160/110 mmHg
Proteinuria 2000 mg/24 jam atau +2 dipstick
Kreatinin serum 1,2 mg/dL kecuali sudah diketahui
sudah meningkat sebelum kehamilan
Trombosit > 100.000/mm3
Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
Penigkatan ALT atau AST
Nyeri kepala, gangguan serebral dan visus yang
persisten
Nyeri epigastrium yang persisten
Edema paru disertai sianosis
Adanya HELLP syndrome

Hipertensi Gestasional

TD 140/90 mmHg yang ditemukan untuk
pertama kalinya pada saat kehamilan
Proteinuria ( - )
TD kembali normal < 12 minggu post-partum
Diagnosa akhir hanya bisa ditegakkan pada masa
post-partum
Kemungkinan ditemukan gejala-gejala yang
menyerupai preekalmpsia, seperti; nyeri
epigastrium atau trombositopenia

Hipertensi Kronis
Ditemukannya hipertensi pada saat sebelum kehamilan
sebelum kehamilan berumur kurang dari 20 minggu,
menetap hingga 12 minggu pasca persalinan.
TERAPI
Preeklamsi ringan

tirah baring/ tidur miring kekiri..
Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan proteinuri setiap
hari.
Dapat dipertimbangkan pemberian suplementasi obat-
obatan antioksidan atau anti agregasi trombosit
Roboransia
kortikosteroid pada kehamilan 24-34 minggu
Methyl Dopa 3 x 250 mg JIKA diastol diantara 100-110
mmHg.
pemantauan kesejahteraan janin dengan pemeriksaan USG
(Doppler) dan CTG.
Jika tekanan diastol turun sampai normal, pasien
dipulangkan dan diberi penjelasan mengenai
tanda-tanda preeklamsi berat. Kontrol 2 kali
seminggu. Bila tekanan diastol naik lagi, pasien
dirawat kembali.
Jika tekanan diastol naik dan disertai dengan
tanda-tanda preeklamsi berat, pasien dikelola
sebagai preeklamsi berat.
Bila umur kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan
terminasi kehamilan.
Persalinan dapat dilakukan secara spontan.

Preeklamsi Berat
Rawat bersama dengan Bagian yang terkait (Penyakit Dalam, Penyakit
Saraf, Mata, Anestesi,dll).
A. Perawatan aktif
a. Indikasi
Bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah ini :
i. Ibu :
1. kehamilan > 37 minggu
2. adanya gejala impending eklamsi
ii. Janin :
1. adanya tanda-tanda gawat janin
2. adanya tanda-tanda IUGR
iii. Laboratorik :
adanya HELLP syndrome
. Pengobatan medisinal
Infus larutan ringer laktat
Pemberian obat : MgSO4
Cara pemberian MgSO4 :
Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan infusion
pump):
a. Dosis awal :
4 gram (20 cc MgSO4 20 %) dilarutkan kedalam 100 cc ringer lactat,
diberikan selama 15-20 menit.
b. Dosis pemeliharaan:
10 gram dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan kecepatan 1-2
gram/jam ( 20-30 tetes per menit)
Pemberian melalui intramuskuler secara berkala :
a. Dosis awal:
4 gram MgSO4 (20 cc MgSO4 20%) diberikan secara i.v. dengan
kecepatan 1 gram/menit.
b. Dosis pemeliharaan
Selanjutnya diberikan MgSO4 4 gram (10 cc MgSO4 40%) i.m setiap
4 jam. Tambahkan 1 cc lidokain 2% pada setiap pemberian i.m untuk
mengurangi perasaan nyeri dan panas.
Syarat-syarat pemberian MgSO4
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium
glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc) diberikan i.v
dalam waktu 3-5 menit.
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernafasan > 16 kali per menit
4. Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya
(0,5 cc/kg bb/jam)
Sulfas magnesikus dihentikan bila :
1. Ada tanda-tanda intoksikasi
2. Setelah 24 jam pasca salin
3. Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan
tekanan darah (normotensif )
3. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada
a. edema paru
b. payah jantung kongestif
c. edema anasarka
4. Antihipertensi diberikan bila :
1. Tekanan darah :
- Sistolik > 180 mmHg
- Diastolik > 110 mmHg
Obat-obat antihipertensi yang diberikan :
Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg i.v. pelan-pelan selama
5 menit. Dosis dapat diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai
tekanan darah yang diinginkan.
Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan :
Nifedipin : 10 mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit (maksimal 120
mg/24 jam) sampai terjadi penurunan tekanan darah.
Labetalol 10 mg i.v.
Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faal atau air
untuk suntikan.
Kardiotonika
Indikasi : tanda-tanda payah jantung. Jenis kardiotonika yang
diberikan : Cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Sub Bagian Penyakit Jantung
Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 0 C
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
Antibiotika
Diberikan atas indikasi
Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan petidin HCl
50-75 mg sekali saja.
c. Pengelolaan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu :
1. Induksi persalinan :
amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6
2. Seksio sesarea bila ;
a. Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi
tetes oksitosin
b. 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktif
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesarea.
Sudah inpartu :
Kala I
Fase laten :
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6.
Fase aktif :
Amniotomi
Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.
Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap,
pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan : amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15
menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
B. Pengelolaan konservatif
a. Indikasi :
preterm (< 37 minggu) tanpa tanda-tanda impending eklamsi dengan
keadaan janin baik
b. Pengobatan medisinal :
dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v cukup i.m.(MgSO4 40%, 8 gram
i.m.). Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda
preeklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
c. Pengelolaan obstetrik
1. observasi dan evaluasi ,termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi
dan USG untuk memantau kesejahteraan janin
2. 2 x 24 jam tidak ada perbaikan kegagalan pengobatan medisinal
diterminasi.
EKLAMSIA
Kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan
atau masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklamsia
Klasifikasi :
1. Eklamsia antepartum terjadi sebelum persalinan
2. Eklamsia intrapartum terjadi sewaktu persalinan
3. Eklamsia pascasalin terjadi setelah persalinan,
dapat terjadi segera (early postpartum, setelah 24
jam-7 hari persalinan) atau lambat (late postpartum,
setelah 7 hari pascasalin selama masa nifas).
Serangan kejang eklamsia
1. Tingkat invasi (tingkat permulaan) mata terpaku,
kepala dipalingkan ke satu sisi, muka memperlihatkan
kejang-kejang halus, berlangsung beberapa detik.
2. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) seluruh
badan kaku; kadang-kadang terjadi epistotonus; lamanya
15-20 detik
3. Tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis) kejang
hilang-timbul, rahang membuka dan menutup begitu
pula mata; otot-otot muka dan otot badan berkontraksi
dan berelaksasi berulang; lamanya 1 menit
4. Tingkat koma setelah kejang klonis, penederita
mengalami koma, lamanya bervariasi mulai dari
beberapa menit sampai berjam-jam.
Pengelolaan Eklamsi
Rawat bersama di unit perawatan intensif dengan bagian-
bagian yang terkait.
Pengobatan medisinal
1. Obat anti kejang :
Pemberian MgSO4 sesuai dengan pengelolaan PEB
Bila timbul kejang-kejang ulangan 2 g MgSO4 40% i.v
selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah
pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 g diberikan sekali
saja. Bila masih tetap kejang amobarbital 3-5
mg/kg/bb/i.v pelan-pelan
2. Obat-obat supportif
3. Perawatan pasien dengan serangan kejang :
a. Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
b. Masukkan sudip lidah ke dalam mulut pasien.
c. Kepala direndahkan : daerah orofaring dihisap.
d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor guna
menghindari fraktur.
e. Pasien yang mengalami kejang-kejang secara berturutan
(status konvulsivus), diberikan pengobatan :
Suntikan Benzodiazepin 1 ampul (10 mg) i.v perlahan-
lahan.
Bila pasien masih kejang suntikan ulangan
Benzodiazepin i.v setiap 1/2 jam sampai 3 kali
berturut-turut.
diberikan juga Phenitoin (untuk mencegah kejang
ulangan) dengan dosis 3 x 300 mg (3 kapsul) hari
pertama, 3 x 200 mg (2 kapsul) pada hari kedua
dan 3 x 100 mg (1 kapsul) pada hari ketiga dan
seterusnya.
Apabila setelah pemberian Benzodiazepin i.v 3 kali
berturut-turut, pasien masih tetap kejang tetes
valium (Diazepam 50 mg/5 ampul di dalam 250 cc
Na Cl 0,9%) dengan kecepatan 20-25 tetes/menit
selama 2 hari.

f. Atas anjuran Bagian Saraf, dapat dilakukan :
Pemeriksaan CT scan untuk menentukan ada-
tidaknya perdarahan otak.
Punksi lumbal, bila ada indikasi.
Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar
glukosa, Urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas
darah, dll untuk mencari penyebab kejang yang lain
Sindroma HELLP
Hellp syndrome kumpulan gejala Hemolysis,
Elevated Liver enzym, dan Low Platelets yang
merupakan gejala utama dari sindroma ini.
Diagnosis laboratorium :
Hemolisis :
adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular
dan sel burr pada hapus darah perifer
kadar bilirubin total > 1,2 mg%
Kenaikan kadar enzim hati :
kadar SGOT > 70 IU/l
kadar LDH >600 IU/l
Trombositopeni :
kadar trombosit < 100 x 103/mm3
Klasifikasi berdasarkan pada beratnya
trombositopeni (Mississippi) :
Kelas 1 : kadar trombosit < 50x103/mm3
Kelas 2 : kadar trombosit 50-100 x 103/mm3
Kelas 3 : kadar trombosit > 100 x 103/mm3
Klasifikasi berdasarkan lengkap/ tidaknya gejala
(Memphis):
Complete Hellp:
Anemia hemolitik mikroangiopatik pada PEB
LDH > 600 IU/L
SGOT > 70 IU/L
Trombositopenia < 100.000/mm3
Partial Hellp :
Bila ditemukan satu atau dua gejala diatas.

Pengelolaan :
Pada prinsipnya, pengelolaannya terdiri dari :
Atasi hipertensi dengan pemberian obat
antihipertensi
Cegah terjadinya kejang dengan pemberian
MgSO4
Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Hemoterapi dengan pemberian transfusi trombosit apabila
kadar trombosit <30.000/mm3 untuk mencegah perdarahan
spontan.
Terapi konservatif umur kehamilan < 34 minggu, tekanan
darah terkontrol < 160/110 mmHg, normourine, kenaikan
kadar enzim hati yang tidak disertai nyeri perut kuadran atas
kanan atau nyeri uluhati.
kortikosteroid, kehamilan 24-34 minggu atau kadar
trombosit < 100.000/mm3.
Dexametason: 10 mg IV 2 x sehari sampai terjadi perbaikan
klinis (Trombosit > 100.000/mm3, kadar LDH menurun dan
diuresis > 100 cc/jam). sampai pasca salin sebanyak 10 mg
IV 2 x1 selama 2 hari, kemudian 5 mg IV 2 x1 selama 2 hari.


Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali :
serviks yang belum matang (bishop score <
6), bayi prematur, atau ada kontraindikasi.
SC dan kadar trombosit < 50.000/mm3
transfusi trombosit.
drain intraperitoneal untuk mengantisipasi
perdarahan intra abdominal.
ascites perawatan pasca bedah di ICU
untuk mencegah komplikasi gagal jantung
kongestif dan sindroma distres pernafasan.

PROGNOSIS
Prognosis dipengaruhi oleh paritas dan usia ibu (prognosis
multipara lebih buruk, terutama bila usia ibu melebihi 35 tahun)
Diuresis juga memperngaruhi progonis, jika produksi urine >800
cc/24 jam atau 200 cc/6 jam, prognosisnya lebih baik
Gejala-gejala lain yang memberatkan pronosis (Eden) :
1. Koma yang lama
2. Nadi > 120x/menit
3. Suhu >39 C
4. Tekanan darah >200 mmHg
5. Kejang > 10 kali serangan
6. Proteinuria > 10 gram/hari
7. Tidak ada edema

Anda mungkin juga menyukai