Anda di halaman 1dari 47

MODUL

ACUAN PROSES PEMBELAJARAN


MATAKULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNTUK PROGRAM D3 TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

PENYUSUN:

ABDUROHIM, S.Ag.
FATAH SULAEMAN, S.T., M.T.
M. FAKHRURIZA PRADANA, S.T.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
2007
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

I. Dasar Penyusunan Modul Matakuliah Pengembangan


Kepribadian Pendidikan Agama Islam
a. Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor :
38/DIKTI/Kep/2002 tanggal 18 Juli 2002 tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Matakuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.
b. Surat Direktur Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan
Nomor 2043/D2/2002 tanggal 18 September 2002 tentang
Penyusunan Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah
Pengembangan Kepribadian.

II. Tujuan Dasar Penyusunan Modul Matakuliah


Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam
a. Sebagai bahan acuan bagi para mahasiswa agar menyadari
pentingnya Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama Islam untuk mewujudkan manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu mata
kuliah ini diarahkan kepada proses penghayatan dan internalisasi
sehingga mahasiswa memiliki komitmen terhadap ajaran agama
serta mampu melaksanakan ajarannya secara integral dalam
kehidupannya sehari-hari.
b. Untuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran yang
efektif, efisien dan menarik.
c. Sebagai panduan bagi mahasiswa untuk mengembangkan
substansi kajian yang lebih kontekstual, kontemporer, diminati
dan mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi sumber kajian
lebih lanjut melalui kegiatan mandiri atau kerjasama dengan
pihak lainnya.
III. Visi dan Misi Matakuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Agama Islam.

Visi
Menjadikan nilai-nilai Relijius sebagai pedoman hidup yang
mengantarkan mahasiswa dalam pengembangan profesi dan
berkepribadian yang baik (insan kamil).

Misi
Terbinanya Mahasiswa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berwawasan luas dan luwes serta berakhlak mulia
yang menjadikan ajaran agamanya sebagai landasan berpikir dan
berperilaku dalam pengembangan kepribadian dan profesinya.

IV. Materi Pembelajaran Matakuliah Pengembangan


Kepribadian Pendidikan Agama Islam.

1. Konsepsi Iman Kepada Tuhan Yang Maha Esa


1.1. Cara Mengenal Tuhan Yang Maha Esa
1.2. Mencintai Tuhan Yang Maha Esa
1.3. Peringkat dan Konsekuensi Cinta.

2. Akhlak, Ihsan, Etika dan Moral


2.1. Konsep Akhlak, Ihsan, Etika dan Moral
2.2. Nilai, Norma, Sikap dan Tingkahlaku
2.3. Karakteristik Etika Islam

3. Akhlak Terhadap Tuhan Yang Maha Esa


3.1. Tindakan Berfikir
3.2. Dzikir dan Do’a
3.3. Istighfar
3.4. Taubat.
4. Akhlak Terhadap Makhluk
4.1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
4.2. Akhlak Terhadap Orang Tua
4.3. Akhlak Antara Suami-Istri
4.4. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
4.5. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup

5. Prinsip-prinsip Pengetahuan Alam Dalam Kitab Suci


5.1. Ilmu dan Teknologi Tuhan
5.2. Perintah Mencari Ilmu
5.3. Sains Membuktikan Kebenaran Ayat Al Qur’an
5.4. Jasa Umat Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan.

6. Peranan Agama dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan


Seni
6.1. Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
6.2. Integrasi Iman, IPTEKS dan Amal
6.3. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu
6.4. Tanggungjawab Ilmuan terhadap Alam dan Lingkungan.

7. Tantangan Generasi Muda dalam Menerobos Masyarakat


Industri
7.1. Pemuda sebagai Generasi Harapan Bangsa dan Agama
7.2. Tantangan Masyarakat Industrial Terhadap Teori Sosial
Ekonomi Islam
7.3. Persiapan Generasi Muda Islam dalam Menghadapi
Masyarakat Industri
7.4. Seni Berjama’ah sebuah Jawaban Alternatif.

8. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat


8.1. Konsep Masyarakat Madani
8.2. Peranan Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
8.3. Sistem Ekonomi Islam dalam Kesejahteraan Umat
8.4. Manajemen Zakat, Infak dan Wakaf.

9. Kerukunan Antar Umat Beragama


9.1. Agama Islam merupakan Rahmat bagi Semesta Alam
9.2. Konsep Persaudaraan Islam dan Persaudaraan sesama
Manusia
9.3. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial.

V. Struktur Substansi Kompetensi Matakuliah


Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam

Kompetensi MPK Pendidikan Agama Islam:


a. Membimbing mahasiswa memperkuat iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengantarkan mahasiswa mengembangkan akhlak mulia dan peka
terhadap lingkungannya
c. Membimbing mahasiswa mengembangkan penalaran yang baik,
berfikir kritis dan menjadikan nilai-nilai agama untuk mengenali
berbagai masalah aktual dan menyelesaikannya
d. Mengantarkan mahasiswa memiliki wawasan yang luas dan
mengenali berbagai perubahan di masyarakat serta mampu
mengambil keputusan dan sikap secara bertanggung jawab sesuai
dengan nilai-nilai agama yang diyakininya
e. Mengantarkan mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik,
bersikap mandiri dan toleran dalam mengembangkan kehidupan
yang harmonis antar umat beragama
f. Mengantarkan mahasiswa mampu bersikap rasional dan dinamis
dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan IPTEKS sesuai
dengan nilai-nilai agama bagi kepentingan bangsa dan umat
manusia
VI. Peranan Tiap Materi Pokok Dalam Kesatuan Modul
Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Agama Islam
a. Konsepsi Iman Kepada Tuhan Yang Maha Esa (materi 1):
Memberikan landasan utama dalam pelaksanaan ajaran agama
secara utuh
b. Akhlak, Ihsan, Etika dan Moral (materi 2): Memberikan
pemahaman yang benar tentang Akhlak, Ihsan, Etika dan Moral
serta aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari
c. Akhlak Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (materi 3): Memberikan
pemahaman bagaimana berakhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa
d. Akhlak Terhadap Makhluk (materi 4): Memberikan pemahaman
bagaimana berakhlak terhadap makhluk
e. Prinsip-prinsip Pengetahuan Alam Dalam Kitab Suci (materi 5):
Memberikan wawasan dan menumbuhkan kesadaran tentang
prinsip-prinsip pengetahuan alam
f. Peranan Agama Dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
(materi 6): Memberikan wawasan tentang integrasi antara iman,
IPTEKS dan amal
g. Tantangan Generasi Muda dalam Menerobos Masyarakat Industri
(materi 7): Memberikan wawasan yang luas untuk mengantisipasi
perubahan di masyarakat
h. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat (materi 8):
Memberikan pemahaman tentang konsep masyarakat madani
dalam upaya mewujudkan kesejahteraan umat
i. Kerukunan Antar Umat Beragama (materi 9): Memberikan
wawasan dan menumbuhkan kesadaran perlunya kebersamaan
dalam pluralitas kehidupan beragama
VII. Deskripsi Materi Pembelajaran Matakuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam

1. Pengantar Kuliah
1.1. Konsep General Education (MPK)
1.2. Kedudukan MPK PAI dalam Kurikulum Perguruan tinggi
1.3. Tujuan MPK PAI
1.4. Proses Pembelajaran MPK PAI

2. Konsepsi Iman Kepada Tuhan Yang Maha Esa


2.1. Cara Mengenal Tuhan Yang Maha Esa
2.2. Mencintai Tuhan Yang Maha Esa
2.3. Peringkat dan Konsekuensi Cinta.

3. Akhlak, Ihsan, Etika dan Moral


3.1. Konsep Akhlak, Ihsan, Etika dan Moral
3.2. Nilai, Norma, Sikap dan Tingkahlaku
3.3. Karakteristik Etika Islam

4. Akhlak Terhadap Tuhan Yang Maha Esa


4.1. Tindakan Berfikir
4.2. Dzikir dan Do’a
4.3. Istighfar
4.4. Taubat.

5. Akhlak Terhadap Makhluk


5.1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
5.2. Akhlak Terhadap Orang Tua
5.3. Akhlak Antara Suami-Istri
5.4. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
5.5. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup
6. Prinsip-prinsip Pengetahuan Alam Dalam Kitab Suci
6.1. Ilmu dan Teknologi Tuhan
6.2. Perintah Mencari Ilmu
6.3. Sains Membuktikan Kebenaran Ayat Al Qur’an
6.4. Jasa Umat Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan.

7. Peranan Agama Dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan


Seni
7.1. Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
7.2. Integrasi Iman, IPTEKS dan Amal
7.3. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu
7.4. Tanggungjawab Ilmuan terhadap Alam dan Lingkungan.

8. Tantangan Generasi Muda dalam Menerobos Masyarakat


Industri
8.1. Pemuda sebagai Generasi Harapan Bangsa dan Agama
8.2. Tantangan Masyarakat Industrial Terhadap Teori Sosial
Ekonomi Islam
8.3. Persiapan Generasi Muda Islam dalam Menghadapi
Masyarakat Industri
8.4. Seni Berjama’ah sebuah Jawaban Alternatif.

9. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat


9.1. Konsep Masyarakat Madani
9.2. Peranan Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
9.3. Sistem Ekonomi Islam dalam Kesejahteraan Umat
9.4. Manajemen Zakat, Infak dan Wakaf.
10. Kerukunan Antar Umat Beragama
10.1. Agama Islam merupakan Rahmat bagi Semesta Alam
10.2. Konsep Persaudaraan Islam dan Persaudaraan sesama
Manusia
10.3. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial.
VIII. Pendekatan dan strategi pembelajaran Matakuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
Islam
a. Pendekatan pembelajaran Matakuliah Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Agama Islam adalah menempatkan
mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses
pembelajaran serta sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat
dan warga negara
b. Strategi pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Agama Islam adalah melakukan pembahasan secara
kritis, analitis, induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog
kreatif yang bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran
substansi dasar kajian
MATERI POKOK MATAKULIAH PENGEMBANGAN
KEPRIBADIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. KONSEPSI IMAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA

1.1. Cara Mengenal Tuhan


Pertanyaan terbesar yang mengganggu para filosof dari sejak awal sejarah
peradaban manusia, dan jawabannya belum dapat memuaskan bagi sebagian
mereka adalah pertanyaan mendasar tentang: dari mana asal kita? Dan akan
kemana kita pergi?

Dari sejak permulaan zaman batu tua (paleolithicum) manusia telah memuja
patung-patung batu (totem) sebagai manifestasi dari rasa kebutuhannya akan
sesuatu yang bersifat super dan berada di luar dirinya. Sejarah kemanusiaan telah
mencatat perkembangan proses mencari Tuhan ini dari sejak animisme dengan
penyembahan terhadap berhala. Lalu dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap
benda-benda yang memiliki kekuatan magis, sampai kepada kepercayaan kepada
agama samawi.

Terdapat berbagai cara yang dilakukan manusia untuk mengenal Tuhan. Secara
umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, sebagai berikut:
a. Cara yang dilakukan oleh kebanyakan orang yang tidak beriman kepada
Tuhan, dan adanya pembalasan amal. Mereka berusaha mencari jawaban
tentang keberadaan Tuhan melalui panca indera dan hawa nafsunya.
Akibatnya ketika Tuhan tersebut tidak dapat mereka lihat, tidak dapat
didengar, tidak dapat diraba, tidak dapat dirasa, dan tidak dapat dicium,
maka mereka berkesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada, atau paling tidak
mereka menerima keberadaan Tuhan dengan dihantui oleh keraguan yang
besar. (Q.S. 24:50).
b. Cara kedua adalah cara Islam dalam mengenal Tuhan YME, yaitu dengan
meneliti dan mentafakkuri alam semesta beserta segala keindahan,
kerapihan dan kedahsyatannya. (Q.S. 41:53, 3:190). Lalu
menggabungkannya dengan isyarat-isyarat yang ada dalam Al Qur’an (Q.S.
95:1-5). Apakah mungkin alam yang demikian rapih, indah, dan luar biasa
ini dapat terjadi secara kebetulan, tentu merupakan sesuatu yang tidak
mungkin? Sehingga ia sampai kepada sikap membenarkan tentang adanya
sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur (Q.S 3:191). Maka ia menjadi
seorang yang mengenal Tuhan YME dan beriman secara benar.

Mungkinkah kita dapat melihat Tuhan di dunia ini? Tuhan sangat mengetahui rasa
penasaran hamba-Nya ini, sehingga Dia menceritakan di dalam Al Qur’an tentang
seorang hamba yang dikasihi-Nya (Musa as) yang juga pernah bertanya demikian.
Dengan halus Tuhan telah membuat hamba-Nya (Musa as) sadar atas dirinya yang
begitu lemah untuk sanggup melihat Sang Maha Pencipta (Q.S. 7:143).

Dalam Dalil Logika Statistika, sebagian ilmuwan yang atheis telah membuat suatu
premis bahwa alam ini semuanya tercipta secara kebetulan. Pendapat mereka
berdasarkan pada teori big bang tentang asal mula alam, dan teori Stanley Miller
tentang asal mula kehidupan. Untuk meruntuhkan pijakan mereka dapat
diketengahkan teori propalistic dalam statistika berikut: jika dimisalkan bahwa
secara berturut-turut A adalah penciptaan nebula (kabut cikal bakal galaksi). B
adalah penciptaan nebula menjadi milyaran galaksi (kumpulan bermilyar bintang).
C adalah berpisahnya milyaran galaksi tersebut menjadi berkelompok-kelompok.
D adalah terjadinya sistem Tata Surya didalam galaksi Bima Sakti (milky way). E
terpilihnya bumi sebagai planet yang cocok untuk kehidupan. F adalah terciptanya
tumbuh-tumbuhan. G adalah terdiferensiasinya tumbuhan tersebut menjadi jutaan
jenis yang berbeda-beda, dan seterusnya. Jika diasumsikan bahwa A,B,C,D,E,F,G,
dan seterusnya adalah semuanya itu terjadi secara kebetulan. Sementara
Ậ,B,C,D,E,F,G, dan seterusnya (aksen) adalah kesemuanya itu diciptakan oleh
Tuhan YME maka peluangnya dapat dihitung sebagai berikut:

P(A) = 0,5 = P(Ậ)


P(B:A) = 0,5 = P(B:A)
Maka P(B) = P(A) x P(B:A) = 0,5 x 0,5 = 0,25
P(C:B) = 0,5 = P(C:B)
Maka P(C) = P(B) x P(C:B) = 0,25 x 0,25 = 0,125
P(D:C) = 0,5 = P(D:C)
Maka P(D) = P(C) x P(D:C) = 0,125 x 0,125 = 0,015625

Demikian seterusnya, sehingga jika ada 100 tingkat kebetulan maka peluangnya
menjadi = 0,5 x 10100. Sementara dialam semesta ini, banyaknya keteraturan yang
terjadi melebihi dari sejuta tingkatan, maka peluang bahwa kejadian tersebut
merupakan sebuah kebetulan adalah 0,5 x 101000000 = 0, artinya mustahil. Sehingga
kesimpulannya, semua keteraturan menunjukkan adanya Tuhan YME sebagai
yang menciptakan (al-Khalik) dan sekaligus senantiasa mengatur ciptaannya
setiap waktu (al-Qayyum).

1.2. Mencintai Tuhan YME


Keyakinan akan keberadaan Tuhan YME menuntut kita untuk menaati semua
perintah dan menjauhi semau larangan-Nya. Kesemuanya itu tidak akan tercapai
dengan baik, jika tanpa didasari oleh cinta yang mendalam kepada-Nya.

Dalam Islam, cinta dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu cinta yang
berpahala (syar’i) dan menghasilkan iman (Q.S 3:15) dan cinta yang tidak syar’i
dan menghasilkan syahwat (Q.S. 3:14).

Tanda-tanda seorang yang mencitai Tuhan YME adalah:


a. Banyak mengingat-Nya (Q.S. 8:2). Seorang yang mencintai sesuatu, ia
akan banyak mengingatnya. Kepada siapa cinta tertinggi seseorang
diberikan, dapat dilihat melalui kepada siapa ia paling banyak mengingat.
Bagi seorang yang beragama, maka cinta tertingginya harus diberikan
kepada Tuhan YME.
b. Terpesona (Q.S. 1:1). Cinta dapat tumbuh jika seseorang merasa terpesona
akan keindahan makhluk ciptaan Tuhan YME, kagum akan ketelitian dan
kesempurnaan yang ada pada setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Tidak
seorangpun dapat meniru ciptaan-Nya sebagai yang diciptakan-Nya.
Keterpesonaan tersebut akan melahirkan kekaguman kepada Sang Maha
Pencipta, dan kerinduan untuk bertemu dengan Nya suatu saat nanti.
c. Rela ; Ridha (Q.S. 9:62). Seorang yang mencintai sesuatu, ia akan rela
menuruti kehendak sesuatu yang dicintainya, dan rela untuk meninggalkan
apa yang dibenci oleh yang dicintainya. Demikianlah seseorang yang
mencintai Tuhan YME tidak akan merasa berat melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan-Nya. Bahkan, semua itu akan dilaksanakannya
dengan ringan dan hati yang senang.
d. Berkorban (Q.S. 2:207). Tuntutan lainnya dari cinta adalah pengorbanan.
Untuk mencari sesuap nasi maka seseorang sanggup bekerja siang dan
malam memeras keringat membanting tulang selama bertahun - tahun. Ini
adalah sebuah pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat fana
(akan hancur), apalagi jika ingin mendapatkan sebuah kebahagiaan hakiki
yang bersifat kekal abadi.
e. Takut (Q.S. 21:90). Rasa takut yang muncul karena seseorang merasa
khawatir ditinggalkan oleh sesuatu yang dicintainya adalah bukti cintanya
kepada sesuatu tersebut. Hal yang dibenci Tuhan YME maka ia pun
menjaga perbuatannya dari hal yang dibenci-Nya. Rasa takut ini akan
mengalahkan rasa takut atas selain-Nya dalam jiwa orang tersebut.
f. Penuh harap (Q.S. 21:90). Salah satu bukti cinta yang lain adalah harapan
yang besar kepada yang dicintainya. Seseorang yang mencintai Tuhan
YME akan menaruh harapan yang besar kepada-Nya, untuk menerima
amal perbuatan baiknya, mengampuni segala dosa-dosanya, dan
memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya.
g. Patuh dan Taat (Q.S. 4:80). Harapan yang benar bukanlah harapan
seseorang yang hidup dalam maksiat kepada Tuhan YME, lalu berharap
pada Tuhan YME akan mengampuninya. Sama saja seorang suami yang
mencintai istrinya, tetapi ia selalu menyakiti istrinya. Jadi ia adalah
seorang yang dusta cintanya. Bukti cinta yang benar adalah kepatuhan
kepada keinginan orang yang dicintainya.
1.3. Peringkat dan Konsekuensi Cinta
Cinta termasuk urusan akidah dalam Islam, maka Islam memberikan aturan yang
harus dipatuhi dalam cinta mencintai. Seorang yang salah menempatkan prioritas
cintanya akan termasuk ke dalam syirik (menyekutukan–Nya) yang merupakan
dosa terbesar dan tidak terampuni.

Urutan cinta:
a. Cinta tertinggi adalah cinta yang disebut cinta menghamba. Cinta ini
dalam Islam hanyalah diberikan kepada Tuhan YME dan tidak boleh
diarahkan kepada selain-Nya. Mengapa? Karena cinta jenis ini akan
melahirkan penghambaan dan perbudakan. Kata-kata ”hidup matiku hanya
untukmu” menunjukkan cinta jenis ini. Jadi, cinta jenis ini hanya ditujukan
kepada Tuhan YME.
b. Peringkat kedua adalah cinta kepada Nabi Muhammad saw dan Islam.
Cinta yang mesra kepada Rasul saw dan Islam ini akan menghasilkan
sikap mengikuti dan meneladani Rasul saw dalam segala aspek kehidupan.
c. Peringkat ketiga adalah cinta kepada orang-orang beriman dan bertakwa.
Cinta jenis ini akan melahirkan sikap menolong dan mengutamakan
sehingga cinta kepada orang-orang yang bertakwa lebih dari cintanya
kepada dirinya maupun keluarganya.
d. Peringkat keempat berupa perhatian mendalam kepada sesama muslim
sehingga melahirkan persaudaraan Islam.
e. Peringkat kelima berbentuk rasa simpati kepada umat manusia secara
umum. Cinta ini diwujudkan dalam bentuk, mengajak kepada kebenaran
dan kebaikan.
f. Cinta peringkat terakhir hanyalah berbentuk lintasan-lintasan dalam
pikiran dan tidak sampai masuk ke dalam hati. Cinta jenis ini harus
diarahkan kepada materi, yaitu semata-mata dimanfaatkan demi
kepentingan umat manusia.
Konsekuensi cinta
Seseorang yang benar-benar mencintai Tuhan YME akan mencintai apa-apa dan
siapa-siapa yang dicintai-Nya. Hal ini akan melahirkan loyalitas mutlak (al
walaa’) dan membenci apa-apa, siapa-siapa yang dibenci oleh-Nya hal ini akan
melahirkan pemutusan hubungan (al baraa’) terhadap semua yang dibenci-Nya.
2. AKHLAK, IHSAN, ETIKA, DAN MORAL

2.1. Konsep Akhlak, Ihsan, Etika, dan Moral


Kata akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata khulukun yang
berarti: budi pekerti, perangai, tabi’at, adat, tingkah laku atau sistem perilaku yang
dibuat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas
antara baik dan buruk, antara yang terbaik dan tercela baik itu berupa perkataan
maupun perbuatan manusia lahir dan batin.

Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui suatu konsep tentang apa dan
bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep tentang apa dan
bagaimana sebaiknya akhlak itu seharusnya disusun oleh manusia didalam sistem
idenya yang merupakan hasil penjabaran dari kaidah-kaidah yang bersifat
normatif dan deskriptif yang bersumber pada nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits.

Akhlak dapat dididik melalui sekurang-kurangnya dua pendekatan :


a. Rangsangan-Jawaban (stimulus-response) sehingga terjadi refleksi dan
dapat dilakukan dengan cara berikut:
 melalui latihan
 melalui tanya jawab
 melalui contoh (keteladanan).
b. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan
dengan cara berikut:
 melalui Dakwah
 melalui Ceramah
 melalui Diskusi dan sebagainya.

Maka akhlak yang baik adalah pola perilaku yang dilandaskan dan manifestasi
dari nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik dan pelakunya
disebut muhsin. Dalam al-Qur’an kata-kata ihsan dipakai antara lain untuk
perbuatan seperti: berinfak, menguasai amarah,mema’afkan manusia, bersabar,
bersungguh-sungguh dan bertakwa. Jadi akhlak yang berkualitas ihsan disebut
akhlakul karimah (Zakiah Daradjatdkk, 1984:255).

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilm u atau filsafat,
karenanya yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia (Rahmat
Jatnika, 1992:26).

2.2. Nilai, Norma, Sikap, dan Tingkahlaku


Sistem nilai merupakan ketentuan umum yang merupakan pendekatan filososi dari
keyakinan,sentimen dan identitas. Karena itu ada yang bersifat ilahiyah dan
normatif serta ada yang bersifat mondial (duniawi) yang dirumuskan sebagai
keyakinan, sentimen maupun identitas sebagai suatu kenyataan yang berlaku pada
tempat dan waktu tertentu karenanya bersifat deskriptif. Sedangkan penjabarannya
dalam bentuk formula, peraturan atau ketentuan pelaksanaannya disebut norma.

Sistem nilai dan norma pengaruhnya terhadap tingkahlaku sangat tergantung


kepada :
a. Keyakinan yang menyeluruh terhadap sistem nilai dan norma
b. Daya serap dari individu dan masyarakat dalam penggunaan sistem nilai
dan norma
c. Ada atau tidaknya pengaruh interdependensi dari sistem nilai dan norma
yang lain
d. Kondisi fisik, fisiologis dan psikologis seseorang
e. Halangan karena tertidur. (Zakiah Daradjat dkk, 1984:260).

2.3. Karakteristik Etika Islam


Berbeda dengan etika filsafat, etika Islam memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang
baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik
dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al-
Hadits yang sohih.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan
dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun
mereka berada.
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak
yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
memanusiakan manusia (Hamzah Ya’kub, 1996:11).
3. AKHLAK TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

3.1. Tindakan Berpikir


Keutamaan berpikir :
a. Mendapat pujian dari Tuhan Yang Maha Esa (Q.S:3 ayat 191)
b. Berpikir sesaat lebih baik daripada beribadat setahun (H.R. Ibnu Hibban)
c. Dapat menambah kedekatan dan rasa takut terhadap hukuman Tuhan Yang
Maha Esa (H.R. Ibnu Hatim)
d. Untuk mengambil ketentuan dan atau keputusan (Imam Syafi’i)
e. Merupakan pokok pangkaluntuk mendapatkan segala kebaikan, sebab
itulah yang memindahkan sesuatu yang asalnya dibenci menjadi amat
dicintai.
f. Dapat menyebabkan berkembangnya ilmupengetahuan serta membuahkan
kemakrifatan dan keuntungan

Hal-hal Yang Perlu Dipikirkan :


a. Ketaatan/kepatuhan terhadap perintah dan larangan-Nya.
b. Kemaksiatan yang dapat menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan
hidup.
c. Sipat-sipat yang menyelamatkan.
d. Sipat-sipat yang merusak.

3.2. Dzikir dan Do’a


Keutamaan Dzikir :
a. Akan selalu diingat dan diperhatikan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Q.S:2
ayat 152)
b. Mendapatkan tempat yang penuh kenikmatan dan kelezatan disurga (H.R.
Tabrani)
c. Penyebab diampuninya segala dosa yang telah dilakukan (H.R. Muslim)
d. Merupakan amalan yang paling utama (H.R. Ibnu Hibban, Thabrani dan
Baihaqi)
Permulaan Dzikir adalah ketenangan dan kecintaan karena selalu merasa dekat
dan diperhatikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Keutamaan Do’a :
a. Do’a adalah intisari ibadah (H.R. Tirmidzi).
b. Do’a merupakan senjata orang yang beriman, tiangnya agama dan cahaya
langit dan bumi (H.R. Hakim dan Abu Ya’la).
c. Akan disenangi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
d. Dapat menyelamatkan diri dari gangguan dan kejahatan makhluk.
e. Memudahkan dalam mencari dan mendapatkan rizki.

Tatacara memanjatkan Do’a :


a. Memulai dan mengakhiri do’a dengan pujian kepada Tuhan Yang Maha
Esa dengan perasaan yang khusyu’ dan penuh kerendahan serta
pengharapan.
b. Memanfaatkan waktu-waktu diterimanya do’a.
c. Dengan bahasa yang baik (mencurahkan segala isi hati) dan terperinci.
d. Yakin akan dikabulkan, yakin bahwa apapun yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa adalah yang terbaik untuk diri kita saat ini, sehingga tidak
memaksakan kehendak kepada Tuhan.

3.3. Memohon Ampunan-Nya.


Rasulullah saw dalam kehidupan kesehariannya selalu memohon ampunan dan
bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Esa sebanyak 70 sampai 100 kali. Padahal
beliau sudah diampuni dan dijamin masuk surga, itulah bukti sukur beliau kepada
Tuhan. Maka kita sebagai manusia biasa seharusnya mentauladaninya (H.R.
Bukhori dan Muslim).

3.4. Bertaubat
Kata taubat memiliki pengertian yang tersusun dari tiga perkara, yaitu ilmu,
keadaan dan perbuatan. Ilmu ialah mengetahui dengan sebenar-benarnya betapa
besarnya bahaya dosa jika dilakukan dan dosa-dosa itu sendiri merupakan racun
yang sangat merusak jiwa, hati dan agama juga merupakan tabir antara seseorang
dengan apa saja yang dianggap sebagai kekasihnya.

Syarat Taubat
 Menyesali atas dosa yang telah dilakukan
 Mohon ampun atas dosa yang telah dilakukan
 Berjanji untuk tidak mengulangi dosa tersebut
 Mengganti dengan amal kebaikan

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, dkk akhlak terhadap Tuhan YME adalah
sebagai berikut:
a. Mengesakan Tuhan
b. Taat dan patuh (bertakwa) kepada Tuhan
c. Berdoa
d. Selalu mengingat-Nya
e. Berserah diri kepada-Nya
4. AKHLAK TERHADAP MAKHLUK

4.1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri


a. Memelihara harga diri
b. Bersikap
c. Keperwiraan
d. Tidak rakus tetapi tetap ada kesungguhan
e. Menjauhkan diri dari riya
f. Menjauhkan diri dari ujub
g. Menjauhkan diri dari takabur
h. Menjauhkan diri dari kemashuran untuk mendapatkan pujian
i. Menjauhkan diri dari dari bermuka dua
j. Jangan kikir (ilmu, tenaga maupun harta)
k. Jangan mempunyai sifat iri dengki
l. Jangan lekas berputus asa
m. Selalu gembira dan penuh harapan
n. Gemar kepada kemajuan
o. Selalu berkata jujur
p. Selalu mengharapkan tuntunan Tuhan agar menjadi manusia yang baik dan
bermanfaat

4.2. Akhlak Terhadap Orang Tua


a. Berbakti
b. Mengurus nafkah hidupnya
c. Menyenangkan hatinya dengan kata-kata dan perbuatan
d. Taat dan hormat
e. Membantunya dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama
f. Berdo’a kepada Tuhan untuk keduanya
g. Memuliakan keduanya dalam pergaulan sehari-hari
h. Selalu menunjukkan rasa terima kasih
4.3. Akhlak Terhadap Suami-Istri
4.3.1. Suami
a. Menjadi pemimpin rumah tangga yang baik
b. Menjaga perbuatan yagn baik dengan istri
c. Memberi belanja yang cukup
d. Menjaga kesenangnnya yang baik
e. Memimpin dalam kemajuan menambah ilmu pengetahuan
f. Memelihara kerukunan hidup dan ketentraman rumah tangga
g. Jangan berbuat sesuatu yang menyakitkan hati istri
h. Menghindarkan perdebatan dalam berbicara dan perbuatan
i. Membela istrinya dalam segala sesuatu
j. Sayang sama mertua dan anak-anak
4.3.2. Istri
a. Berbakti kepada Tuhan dan suaminya
b. Setia dan taat kepada suami
c. Memelihara kehormatan rumah tangganya
d. Memberikan pelayanan yang memuaskan
e. Tidak menerima tamu yang tidak disukai suaminya
f. Berhemat dalam belanja
g. Selalu menggunakan bahasa yang lemah lembut dan sikap yang manis
h. Selalu bersabar dan bertawakkal kepada Tuhan
i. Mempunyai wawasan yang luas dan rajin ibadah
j. Menjaga dan mendidik anak-anak dirumah dengan baik
k. Selalu menyenangkan suami

4.4. Akhlak Terhadap Sesama Manusia


a. Mempunyai rasa malu
b. Berlaku adil
c. Berkata jujur dan benar
d. Selalu manis budi bahasa, ramah tamah
e. Selalu ringan tangan, gemar menolong orang
f. Selalu menghargai pendapat orang lain
4.5. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup
a. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam (Q.S. 3:190)
b. Menjaga, memelihara dan melestarikan alam
c. Memanfaatkan sumber daya alam untuk kemaslahatan bersama (Q.S. 2:60)
d. Tidak mengeksplorasi alam secara berlebihan yang mengakibatkan
terjadinya krisis sumber daya alam.
5. PRINSIP-PRINSIP ILMU PENGETAHUAN DALAM KITAB SUCI

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam semesta
yang tersusun dan teratur berdasarkan fakta-fakta yang membuka rahasia alam
semesta dengan segala keajaiban dan keanekaragamannya dan langsung
menghayati penciptanya dengan bukti yang nyata. Bahkan ilmu pengetahuan yang
memberikan dasar-dasar pokok tentang adanya kesatuan hidup yang saling
membutuhkan di alam semesta ini.

Agama Islam hanya memberikan isyarat-isyarat agar manusia mau menyelidiki


alam ciptaan Tuhan YME dan mendorongnya supaya menggunakan akal
pikirannya untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung didalamnya. Hasil
penemuan itu akan bermanfaat bagi umat manusia. Lebih dari itu semua manusia
akan lebih yakin bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan. Dengan demikian
keyakinan manusia bertambah teguh dan kehidupannya menjadi makmur karena
alam ini dengan segala isinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

5.1. Ilmu dan Teknologi Tuhan


Dalam menurunkan ilmu-Nya kepada manusia, Tuhan menggunakan dua jalur
yakni:
a. Jalur Formal (ayat Qouliyah)
Bentuknya berupa wahyu yang disampaikan secara berstruktur karena tidak
langsung disampaikan oleh Tuhan kepada seluruh manusia tetapi melalui
perantara malaikat kepada Rosul-Nya untuk kemudian disampaikan kepada
seluruh umat manusia.
b. Jalur Non Formal (ayat Kauniyah)
Bentuknya berupa ilham yang disampaikan kepada manusia secara mandiri
dengan syarat ia mau mengadakan pengamatan dan penalaran kepada ayat-
ayat Tuhan yang terdapat di alam sehingga ia dapat menemukan tanda-tanda
kekuasaanTuhan.
Kedua ilmu tersebut saling menguatkan satu sama lain. Ayat Kauniyah merupakan
bukti yang mendukung kebenaran ayat Qouliyah. Sebaliknya ayat Qouliyah
merupakan petunjuk untuk menemukan fakta empiris ayat Kauniyah. Akhirnya
dengan mempelajari ayat Qouliyah maka pengenalan seseorang kepada Tuhan
akan menjadi tepat dan akurat, dan dengan mempelajari ayat Kauniyah maka
pengenalan seseorang terhadap Tuhan akan menjadi meluas dan mendalam.

Kalau kita perhatikan ayat Qouliyah, maka akan kita dapatkan bahwa ia
sesungguhnya merupakan pedoman hidup bagi manusia yang sifatnya mutlak.
Penyimpangan manusia terhadapnya akan menyebabkan kesesatan dan
kegoncangan dalam kehidupan di dunia ini. Sedangkan ayat Kauniyah merupakan
sarana hidup bagi manusia. Sebagai sarana ia memerlukan pembaharuan setiap
saat agar manusia dapat mengelola bumi dan isinya lebih efektif dan efisien. Bila
manusia statis dalam sarana hidupnya, ia akan tetap primitif dan tidak akan
mampu mengelola alam ini dengan baik.

Dengan berpegang kepada kedua bentuk ilmu itulah, maka manusia akan dapat
menjalankan tugas dan kewajibannya di muka bumi ini sehingga akan tercapai
kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

Tetapi suatu hal yang memprihatinkan sebagian besar umat Islam dewasa ini
bahwa mereka kurang mempelajari ayat Qouliyah dan juga ayat Kauniyah.
Sebagai akibatnya maka umat Islam banyak berpaling dari petunjuk Tuhan dan
memilih petunjuk selain Tuhan, disamping itu juga mereka tertinggal dari umat
lain “ bangsa barat” dibidang sarana hidup (science dan teknologi). Hal ini harus
segera disadari dan diikuti dengan tindakan konkret. Tetapi harus diingat bahwa
dalam mengejar, ketertinggalan prinsip keseimbangan antara ayat Qouliyah dan
ayat Kauniyah harus sangat diperhatikan.

Satu hal yang perlu diingat bahwa umat Islam tidak mungkin untuk mengejar
ketinggalan-ketinggalan dari bangsa barat sebelum terlebih dahulu kita
mengambil apa-apa yang telah kita tinggalkan selama ini yaitu Aqidah Islam,
Akhlak Islam dan sebagainya. Karena yang terpenting di sini bukanlah
teknologinya tetapi siapa orang yang berada di belakang teknologi tersebut.

5.2. Perintah Mencari Ilmu


Al Qur’an sebagai sumber pertama dari ajaran Islam telah memerintahkan, agar
setiap pemeluknya mempelajari ilmu pengetahuan. Telah kita ketahui semua,
bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah ayat yang menyangkut tulis baca.
Tulis baca adalah sebagai salah satu alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan
(Q.S. Al Alaq: 1-5).

Ayat yang pertama dengan jelas memerintahkan, supaya belajar membaca.


Kemudian setelah itu dianjurkan mencari ilmu pengetahuan yang dinyatakan
dengan suatu isyarat yang disebutkan pada ayat yang kedua, yaitu ilmu hayat yang
membicarakan tentang kejadian manusia. Sebelum melangkah ke dunia luar,
manusia harus mempelajari kejadian dirinya lebih dahulu. Ayat ketiga dan
keempat mempertegas lagi tentang perintah membaca dan menulis. Setelah tahu
tulis baca, orang akan memperoleh pengetahuan sebagaimana dijelaskan pada ayat
yang kelima.

Ayat yang membicarakan tentang ilmu dalam Al Qur’an tidak kurang dari 580
tempat. Hal ini menunjukkan, bahwa betapa pentingnya ilmu itu. Agama Islam
benar-benar menempatkan ilmu itu pada tempat yang terhormat. Sebagai bukti
nyata adalah wahyu yang pertama yang diturunkan bukan ayat yang berhubungan
dengan ibadat shalat, puasa, menunaikan zakat, naik haji, dan kewajiban-
kewajiban lainnya, tetapi justru ayat yang berhubungan dengan baca tulis
sebagaimana dikemukakan di atas. Di samping itu kita lihat pula, bahwa Tuhan
menjadikan ilmu itu menjadi sifat-Nya yang diulang-ulang dalam Al Qur’an, tidak
kurang dari 162 kali.

5.3. Sains Membuktikan Kebenaran Ayat Al Qur’an


Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan Perancis, Prof. Dr. Maurice Bucaille,
masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam Al Qur’an,
bahwa Fir’aun itu mati karena tenggelam di laut (dengan shock yang berat) dan
jasadnya oleh Tuhan diselamatkan (Q.S. Yunus: 92). Dicarinya mumi Fir’aun itu
dan setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia terheran-
heran, karena sel-sel syaraf Fir’aun menunjukkan bahwa kematiannya benar
akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat. Menemukan bukti ini, ia yakin
kalau Al Qur’an itu wahyu Tuhan. Prof. Dr. Maurice Bucaille mengatakan bahwa
semua ayat-ayat Al Qur’an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia pun
lantas masuk Islam.

Lain lagi halnya yang dialami oleh Jacques Yves Costeau. Ia adalah ahli kelautan
(oceanografer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Mr. Costeau sepanjang
hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia, dan membuat
film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan
pemirsa di seluruh dunia melalui acara “Discovery”. Pada suatu hari ketika sedang
melakukan eksplorasi di bawah laut seolah-olah ada dinding atau membran yang
membatasi keduanya. Apa yang disaksikannya ini benar-benar kejutan besar
selama kariernya yang panjang di kelautan. Bagaimana mungkin hal ini dapat
terjadi?

Pertanyaan ini menghantui hidupnya, sampai akhirnya ia bertemu seorang


profesor yang kebetulan muslim. Profesor yang muslim ini menyampaikan
kepadanya bahwa fenomena ganjil tersebut sebenarnya sudah diinformasikan oleh
Al Qur’an empat belas abad yang lalu, yaitu pada sura Al Furqon ayat 53: “Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi” serta pada surat Ar Rahman ayat 19-20. Mendengar hal
ini Mr. Costeau terkejut, bagaimana mungkin Muhammad yang hidup di abad
ketujuh yaitu di suatu zaman dimana pasti belum ada peralatan selam yang
canggih untuk mencapai lokasi yang jauh di kedalaman samudera mengetahui
akan hal ini. Ia pun akhirnya berkesimpulan, bahwa Al Qur’an itu buatan Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi! Dan akhirnya ia pun memutuskan menjadi
muslim.
Demikian beberapa ayat yang merupakan mukjizat ilmiah yang datang dari Tuhan
Yang Maha Mengetahui segala rahasia yang di langit dan bumi.

5.4. Jasa Umat Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Jasa umat Islam pada ilmu pengetahuan sangat besar. Tidak hanya menjadi
kebanggaan umat Islam itu sendiri, tetapi juga diakui oleh orang Eropa. Kita
ketahui bahwa sesudah Islam datang, pusat pengetahuan pindah ke negeri-negeri
Islam. Ilmu Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, karena baha Arab
menjadi bahasa pengetahuan di Asia tengah pada saat itu. Di samping
menterjemah, juga menemukan ilmu baru yang kemudian dipelajari oleh orang-
orang Eropa dari dunia Islam. Di bawah ini akan dikemukan beberapa contoh saja,
agar mendapat gambaran, bahwa umat Islam telah mewariskan ilmu pengetahuan
yang sangat berharga bagi umat manusia.

a. Teknik Irigasi
Ilmu teknik irigasi tumbuh dengan pesatnya di Mesopotamia. Di sana ada
aliran sungai Tigris dan Dajlah menjadi tempat praktek yang baik. Banyak
buku-buku tentang itu, umpamanya: ilmu menaikkan air, kincir air, imbangan
air dan jam air. Inilah jam pertama dipergunakan oleh umat manusia.

Buku mekanika tertua dikarang dalam tahun 860 M. Pengarangnya tiga orang
yaitu: Muhammad, Ahmad dan Hasan. Ketiga-tiganya adalah putra Musa Ibn
Sakir. Karangan mereka sekarang dikenal di Eropa dengan nama Book of
Artificies. Dalam buku ini terdapat 100 model konstruksi teknik, 20 cara
praktek. Di antara ilmu praktek ini, terdapat bagaimana caranya membuat bak
yang memuat air dingin dan panas (teori tiga orang barsaudara ini sudah dapat
membuat es dan alat pendingin rumah).

b. Geology
Ada sebuah buku yang istimewa hasil buah tangan Ibnu Sina. Buku tersebut
membicarakan tentang gunung-gunung, batu-batu, dan barang-barang
tambang. Buku ini sebagai pembuka jalan sejarah geology. Di dalam buku itu
diterangkan tentang pengaruh yang didatangkan oleh adanya gempa bumi,
angin, air, temperatur, endapan, pengeringan, dan akibat-akibat lain dari
pengerasan benda. Buku ini pun tidak kurang pentingnya sebagai pengantar
Ilmu Pertambangan Internasional.

c. Meteorology
Meteorology ialah ilmu yang membahas tentang kepadatan atsmosfir. Dalam
bidang inipun orang Islam ternama pula. Seorang yang terkemuka yang
bernama Al Khazini telah mengarang berjilid-jilid buku tentang meteorology.
Bukunya yang ternama adalah timbangan bijaksana (Mizan Al Hikmah).
Dalam bukunya ini Al Khazini menerangkan, bahwa air dan hawa bertambah
padat apabila bertambah dekat dengan bumi. Roger Bacon melanjutkan teori
Al Khazini karena ia rajin mempelajari buku-buku pengetahuan Islam.

d. At Thib (Kedokteran)
Pada masa Daulah Abbasiyah, ilmu kedokteran di kalangan umat Islam telah
mencapai puncak tertinggi dan melahirkan dokter-dokter ternama. Banyak
sekali rumah sakit besar yang didirikan dan sekolah tinggi kedokteran.
Diantara dokter yang sangat terkemuka adalah: Ibnu Masiwaihi (wafat 243 H),
Ibnu Sahal (wafat 255 H), Abu Bakar Ar Razy (wafat 320 H), Ali bin Abbas
(wafat 354 H), Ibnu Sina (wafat 428 H), Izzaudin As Suwaidy (wafat 690 H)
dan Alauddin bin Fafis (wafat 687 H).

e. Farmasi dan Kimia


Perkembangan ilmu farmasi dan kimia telah dimulai sejak permulaan daulah
Abbasiyah. Setelah kebangkitan Eropa, mereka mempelajari ilmu-ilmu ini dan
terbukti bahwa penyusun dan peletak dasar-dasarnya adalah umat Islam.
Diantara para ahlinya yang terkenal adalah: Ibnu Bahtiar (abad VII H),
Rasyiduddin (wafat 639 H), dan Jubair bin Hayyan (wafat 169 H).
f. Ilmu Falak dan Nujum
Ilmu falak dan perbintangan telah berkembang dengan pesat pada daulah
Abbasiyah. Kalau kita perhatikan kaum muslimin memiliki andil besar
terhadap perkembangan ilmu falak. Diantara para sarjananya yang termasyhur
adalah: Abu Ma’syar Al Falaky (wafat 272 H), Jabir Batany (wafat 319 H),
Abu Hasan(wafat 352 H), Raihan Muhammad Al Biruny (wafat 440 H),
Quthbuddin Mahmud As Syirasy (wafat 710 H), Ibnu Al Banna Al Marakisy
(wafat 721 H), Ibnu Syathir Al Muwaqzat (wafat 777 H), dan Syahbuddin bin
Tibagha Al Qahiry (wafat 605 H).

g. Ilmu Teknik
Diantara para ahli atau pengarangnya adalah: Abd. Rahman bin Daud Al
Andalusy, Tibagha Al Jarkasy (hidup abad 8 H), Ridlwan bin Muhammad Al
Khurasany, Abul Iz bin Ismail bin Razaz Al Jurury dan Kamaluddin
Muhammad bin Isa Ad Damiry (wafat 808 H).

Umat Islam sekarang hendaknya menyadari bahwa mutiara yang terpendam itu
harus diusahakan untuk ditemukan kembali. Mutiara-mutiara berharga itu
sekarang berada di dunia barat selama berabad-abad. Berdasarkan kenyataan yang
kita lihat saat ini, kita harus memiliki kembali sesuai dengan panggilang yang
tercantum dalam kitab suci.
6. PERANAN AGAMA DALAM ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI DAN SENI

6.1. Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS)


Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimisasi, dan
diinterpretasi yang menghasilkan kebenaran objektif, kebenaran yang telah teruji
dan dapat diuji ulang secara ilmiah (International Webster’s Dictionary).

Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk
dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai
bentuknya terulang sebanyak 854 kali dalam al-Qur’an. Kata in digunakan dalam
arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan Quraish Shihab:434).
Setiap ilmu dibatasi pada salah satu bidang kajian. Karena itu seseorang yang
memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut spesialis. Sedangkan dari sudut pandang
filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.

Teknologi merupakan salah satu budaya yang dihasilkan dari penerapan praktis
ilmu pengetahuan. Teknologi dapat berdampak positif berupa kemajuan dan
kesejasteraan bagi manusia tetapi juga dapat berakibat negatif berupa
penyalahgunaan teknologi seperti nuklir yang dapat berakibat kehancuran dan
kebinasaan bagi umat manusia dan alam semesta. Karena itu teknologi bersifat
netral. Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia dengan segala
prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi, kreasi jiwa manusia yang berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia itu sendiri.

Dalam pandangan Islam ada sumber ilmu itu terbagi dua, yaitu wahyu dan akal.
Manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk mengembangkan segala daya, upaya,
potensi diri dan akalnya dengan catatan dalam pengembangannya tetap terikat dan
tidak bertentangan dengan wahyu dan rambu-rambu hukum Tuhan. Atas dasar
itulah ilmu terbagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu yang bersifat abadi (perennial
knowledge) yang memiliki tingkat kebenaran yang absolut (mutlak) karena ia
berasal dari wahyu ilahi. Dan yang kedua adlah ilmu yang bersifataquired
knowledge (perolehan) yang tingkat kebenarannya bersifat relatif (nisbi) karena ia
berasal dari akal pikiran manusia sebagai makhluk yang memiliki berbagai
keterbatasan. Kalau terjadi ketidaksamaan/pertentangan antara ilmu pengetahuan
dan wahyu, maka ketahuilah bahwa akal dan pengetahuan kita yang lemahlah
yang belum mampu mengungkapkan rahasia ilmu dari wahyu ilahi tersebut.
Karenanya Islam mengajarkan ada hal-hal yang bisa dipahami oleh logika akal
dan ada hal-hal gaib yang harus dipahami oleh logika iman. Hamka pernah
menyatakan: Dengan Seni Hidup jadi Indah, Dengan IPTEK Hidup jadi Mudah
dan Dengan Iman Hidup jadi Terarah.

6.2. Integrasi Iman, Ipteks, dan Akal.


Islam merupakan ajaran agama yang sempurna yang terlihat dari keutuhan
ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam, yaitu Arkanul Iman, Arkanul Islam dan
Arkanul Ihsan. Ketiganya terintegrasi dalam sebuah sistem ajaran yang tidak
dapat dipisahkan yang disebut Dinul Islam.

Telah digambarkan oleh Tuhan didalam Q.S. 14 ayat 24 dan 25 bahwa Dinul
Islam itu bagaikan sebuah pohon Rindang yang berakar kokoh menghujam
kedalam bumi, cabangnya menjulang tinggi kelangit, dahannya yang rindang
dapat menaungi setiap yang berlalulalang dan senantiasa berbuah yang dapat
dinikmati oleh setiap orang. Iman diidentikkan dengan diidentikan dengan akar
yang menopang tegaknya Dinul Islam, Ilmu bagaikan batang dan dahan yang
selalu mengeluarkan cabang-cabang Ipteks yang baru. Sedangkan amal ibarat
buah yang sangat bermanfaat. Maka apabila Ipteks dikembangkan diats nilai-nilai
iman dan takwa kepada Tuhan YME, pasti akan menghasilkan amal kebaikan
yang berlimpah manfaat, bukannya kerusakan dan kehancuran alam dan
peradaban umat manusia.

6.3. Keutamaan Orang yang Berilmu


Dalam Q.S.58 ayat 11, Tuhan telah menegaskan bahwa Dia akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi beberpa
derajat dari manusia lainnya. Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin juz I hal 49
menyebutkan : Barangsiapa yang berilmu, dia dapat membimbing manusia dan
memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, dia bagaikan matahari yang menerangi
dirinya dan orang lain, dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan
semerbak keharumannya kepada setiap orang yang berpapasan dengannya.

6.4. Tanggungjawab Ilmuan terhadap Alam Lingkungannya.


Tuhan telah menciptakan manusia kedunia ini dengan dua tugas utama, yaitu
sebagai hamba dan wakil Tuhan dalam mengelola bumi. Esensi dari hamba adalah
ketaatan, kepatuhan dan ketundukan terhadap segala perintah dan aturan-aturan
hukum-Nya yang berisi kebenaran hakiki dan absolut serta keadilan yang
sesungguhnya.

Adapun sebagai wakil Tuhan dimuka bumi, manusia memiliki tanggungjawab


yang besar untuk menjaga kelestarian, keseimbangan alam lingkungan tempat
tinggalnya. Manusia diberikan kebebasan untuk menggali dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada untuk kemaslahatan, kebaikan, ketentraman dan
kemakmurannya. Untuk dapat melakukan semua itu manusia memerlukan
keseimbangan IMTAK dan IPTEK.
7. TANTANGAN GENERSI MUDA DALAM MENEROBOS
MASYARAKAT INDUSTRI

7.1. Pemuda sebagai Generasi Harapan Bangsa dan Agama


Sejarah telah mencatat, bahwa kebangkitan nasional, kemerdekaan Indonesia,
revolusi, perubahan dan reformasi yang terjadi dinegeri ini maupun dibelahan
bumi yang lain, semua itu dipelopori dan dimotori oleh para pemuda.

Demikian pula yang diabadikan dalam kitab suci, bagaimana potret pemuda
ashabul kahfi, kisah pemuda ashabul ukhdud dan mayoritas dari assabiqunal
awwalun. Mereka semua adalah orang-orang yang akan senantisa mengobarkan
api semangat perjuangan untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan
kesejahteraan dibawah naungan dan keridhaan, dan kecintaan Tuhan.

Sifat-sifat yang menyebabkan para pemuda tersebut dicintai Tuhan, mendapatkan


derajat yang tinggi dan kisah mereka diabadikan dalam kitab suci dan sejarah
yang dibaca oleh jutaan umat manusia dari masa ke masa adalah:
a. Mereka selalu menyeru dan memperjuangkan kebenaran (Q.S: 7 ayat 181)
b. Mereka selalu mencari dan mencintai Tuhannya, karena itu Tuhan pun
selalu mencintai mereka (Q.S: 5 ayat 54)
c. Mereka selalu beribadah kepada Tuhan (Q.S: 9 ayat 71)
d. Mereka adalah para pemuda yang selalu memenuhi janjinya kepada Tuhan
(Q.S: 13 ayat 20)
e. Mereka adalah para pemuda yang tidak pernah ragu untuk mengorban
harta jiwa dan raganya untuk kepentingan agama dan bangsa (Q.S: 49 ayat
15).
7.2. Tantangan Masyarakat Industrial terhadap Teori Sosial
Ekonomi Islam

Islam dan Sosial Activism


Islam selalu menganjurkan kita untuk aktif, bukan saja aktif berpikir tapi juga
berbuat. Jelas bahwa manusia itu dijadikan Tuhan sebagai khalifah-Nya dimuka
bumi, ini berarti bahwa kalau Tuhan itu kreatif (al-Khalid) maka manusia juga
harus kreatif dalam membangun dunianya sendiri, harus mampu membangun
hubungan antara manusia dan dirinya sendiri. Dan selebihnya bahwa umat Islam
sebagai umat terpilih untuk menyerukan umat manusia kepada kebenaran ajaran
Tuhan dan kebaikan-kebaikan serta mencegah kemungkaran, kerusakan dan
kehancuran alam dan peradaban umat manusia. Para pemuda Islam adalah agen
dari segala perubahan-perubahan sosial. Maka jika kita mampu menempatkan diri
sebagai agen dari perubahan-perubahan tersebut, insya Allah kiranya tugas-tugas
tersebut akan terlaksana.

Didalam ayat-ayat yang paling terkenal sejak zaman Syarikat Islam yang selalu
diengung-dengungkan oleh Agus Salim, Cokroaminoto dan disitir oleh Soekarno;
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S:13 ayat 11).
Ternyata bahwa dinamika Islam itu harus lahir dari diri mereka sendiri yang
kemudian akan keluar sebagai satu materialisasi.

Dan juga dalam ayat yang lain: “andaikan penduduk suatu negeri beriman dan
bertaqwa, maka sesungguhnya Kami akan membukakan kepada mereka pintu-
pintu keberkahan dari langit dan bumi”. (Q.S:7:96). Hal ini berarti bahwa
pertama-tama umat dan bangsa ini harus benar-benar beriman dan bertaqwa
kepada Allah swt, maka Allah swt akan memberikan perubahan-perubahan dalam
sejarah umat manusia.

Dengan demikian kita harus menginterpretasikan kembali ajaran-ajaran Islam


sesuai dengan perubahan masyarakat industrial. Jadi iman dan takwa sebagai
kualitas subjektif (rasa dan hati kita) kemudian juga harus diikuti kualitas iman
dan takwa sebagai kualitas objektif. Dengan kualitas objektif bukan saja kita
sanggup beriman dan bertakwa secara subjektif, tetapi juga harus mampu
memformulasikan, merumuskan teori-teori sesuai dengan iman yang bukan
didasarkan pada hati saja tetapi juga iman yang didasarkan pada akal. Dan karena
itu tepat sekali kalau kita selalu berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
ilmu yang kita miliki untuk menerjemahkan tauhid dalam kehidupan kita sehari-
hari.(Kuntowijoyo, 1985:11).

7.3. Persiapan generasi Muda dalam menghadapi masyarakat


Industri
Dalam sejarah perkembangan budaya Islam, tidak sedikit konsep-konsep atau
pikiran-piiran yang asalnya dari luar dunia Islam. Khalifah Umar ibnu Khatab
misalnya, mengadopsi sistem penilaian dan pajak hasil bumi yang berasal dari
Iran dan Syiria. Filosof-filosof Islam abad ketiga Hijriyah sampai kepada Ibnu
Taimiyah mereformasi pemikiran filosof Yunani klasik seperti logika dan
metafisika sehingga membawa kemajuan didunia Islam. Jadi singkatnya strategi
asimilasi, imitasi dan inovasi ini sudah sejak lama dipakai untuk mengembangkan
peradaban kebudayaan kaum muslim. Semua itu dilakukan dengan sangat selektif
dan melalui proses penyaringan yang sangat ketat sekali.

Dapatlah disimpulkan secara ringkas bahwa imitasi, inovasi dan asimilasi ini
dapat dan senantiasa harus kita jelaskan untuk menjaga dinamika perkembangan
budaya Islam. Dengan demikian para generasi muda Islam tidak akan khawatir
dalam menghadapi tatanan masyarakat baru yang bagaimanapun warna dan
coraknya sepanjang kita tetap berpegang tyeguh pada nilai-nilai yang telah
diwariskan dalam wasiat Rasul saw yaitu tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an
dan al-Hadits yang sosih. (Sukamto, Ph.D, 1985:24).

7.4. Seni Berjamaah sebuah jawaban alternatif


Kalau kita tengok pakaian jilbab, ia memiliki tiga nilai sekaligus. Pertama ia baik,
kedua ia benar dan ketiga ia indah. Inilah tiga nilai dasar yang pada awalnya
menjadi satu kesatuan yang utuh dalam diri setiap manusia. Awal yang
menjanjikan betapa segala ekspresi kebenaran, moralitas dan segala macam
kesenian berada dalam sebuah kesatupaduan.

Karena pada awalnya kesenian menjadi bagian integral dari kehidupan. Bahwa
dikesenian itu ada komposisi, ada balans dipanggung, dikanvas, blocking mesti
seimbang, dan sebagainya. Itu adalah hal yang sangat jelas. Tuhan berfirman:
“Kalian harus harus menghitung dengan neraca yang benar, harus berlaku
seimbang, harus adil”.

Kesenian itu harus memikirkan orang banyak, bukan hanya memikirkan


keuntungan material saja. Kalau ada seniman diatas panggung dia bicara begini-
begitu dan seterusnya, tetapi ketika dia kembali dalam kehidupannya sehari-hari
dia tidak terikat dengan segala ucapannya diatas panggung. Maka itulah fenomena
dunia industri.

Didalam Islam tidaklah demikian. Dunia didalam Islam adalah dunia jamaah.
Yang diatas panggung dan penonton sama saja. Bagaimana sebuah kesenian itu
bisa menempatkan dirinya ditengah-tengah persoalan jamaah (persoalan bersama).
Seniman muslim yang memperagakan karyanya diatas panggung baik sebagai
orator, da’i, penyanyi, pelukis, ekonom, politikus, birokrat, anggota dewan, dan
sebagainya, bukanlah seorang peragawan yang memperagakan kemunafikan. Ia
adalah seorang anggota jamaah yang kebetulan naik keatas mimbar untuk
mengajak anda mempersoalkan masalah yang ada pada jamaah kita.

Dalam dunia industri, maslah pembangunan misalnya, fenomena industri


mengartikan bahwa pusatnya bukanlah petani, tetapi petani disini hanyalah
instrumen dari mekanisme pertanian. Dunia jamaah menghendaki lain, titik
perhatian justru bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani. Pusat pertanian
adalah kesejahteraan petani.
Problema yang ditatap, permasalahan yang digarap dalam dunia jamaah adalah
ketidak seimbangan, ketidakadilan, ketidakmerataan, dan ketidakpedulian dalam
jamaah kita. Karenanya kita harus berbuat, bekerja, berjuang, berkorban untuk
daapat menyeimbangkannya. Begitulah sifat Tuhan Yang Maha Adil yang kita
harus berbahagia mewarisinya.(M.H. Ainun Najib: 1985,35).
8. MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

8.1. Konsep Masyarakat Madani


Makna utama dari Masyarakat Madani adalah masyarakat yang menjadikan nilai-
nilai peradaban sebagai ciri utama. Karena itu dalam sejarah pemikiran filsafat,
sejak filsafat yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal istilah madinah atau
polis, yang berarti kota, yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban.
Masyarakat madani menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh masyarakat.
Didalam Al Qur’an, Tuhan memberikan ilustrasi masyarakat ideal, sebagai
gambaran dari Masyarakat Madani dengan firmannya dalam Al Qur’an yang
artinya: (negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun (QS Saba’:15).

Masyarakat madani sebagai masyarakat yang ideal itu memiliki karakteristik


sebagai berikut:
a. Bertuhan
b. Damai
c. Tolong-menolong
d. Toleran
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosil
f. Berperadaban tinggi
g. Berakhlak mulia

8.2. Peranan Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam kontek masyarakat Indonesia, dimana umat Islam adalah mayoritas,
peranan umat Islam untuk mewujudkan masyarakat madani sangat menentukan.
Kondisi masyarakat Indonesia sangat bergantung pada konstribusi yang diberikan
oleh umat Islam. Peranan umat Islam itu dapat direalisasikan melalui jalur hukum,
sosial-politik, ekonomi, dan yang lain. Sistem hukum, sosial-politik, ekonomi dan
yang lain di Indonesia, memberikan ruang untuk menyalurkan aspirasinya secara
konstruktif bagi kepentngan bangsa secara keseluruhan.
Permasalahan pokok yang masih menjadi kendala saat ini adalah kemampuan dan
konsistensi umat Islam Indonesia terhadap karakter dasarnya untuk
mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui jalur-jalur yang ada. Sekalipun umat Islam secara kuantitatif mayoritas
tetapi secara kualitatif masih rendah sehingga perlu pemberdayaan secara
sistematis.

Sikap amar ma’ruf nahi munkar juga masih sangat lemah. Hal itu dapat dilihat
dari fenomena-fenomena sosial yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti
angka kriminalitas yang tinggi, korupsi yang terjadi disemua sektor, kurangnya
rasa aman dan lain sebagainya. Bila umat Islam Indonesia benar-benar
mencerminkan sikap hidup yang Islami, pasti bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dan sejahtera.

8.3. Sistem Ekonomi Islam dalam Kesejahteraan Umat


Yang dimaksud dengan sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi
setelah prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya, yang dipengaruhi atau
dibatasi oleh ajaran-ajaran Islam. Sistem ekonomi Islam tersebut di atas,
bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran
manusia yang memenuhi syarat dan ahli dalam bidangnya. Jika Al Qur’an dan Al
Hadist dipelajari dengan seksama, tampak jelas bahwa Islam mengakui motif laba
(profit) dalam kegiatan ekonomi. Namun motif itu terikat atau dibatasi oleh
syarat-syarat moral, sosial dan temperance (pembatasan diri).

8.4. Manajemen Zakat, Infak dan Wakaf.

8.4.1. Manajemen Zakat dan Infak


Zakat merupakan dasar prinsipiil untuk menegakkan struktur sosial Islam. Zakat
bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Dengan
terlaksananya lembaga zakat dengan baik dan benar diharapkan kesulitan dan
penderitaan fakir miskin dapat berkurang. Di samping itu dengan pengelolaan
zakat yang profesional, berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat
yang ada hubungannya dengan mustahiq juga dapat dipecahkan.

Zakat ada dua macam yaitu zakat Mal dan zakat Fitrah. Zakal Mal adalah bagian
dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada
orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah
dimiliki selama jangka waktu tertentu pula. Sedangkan zakat Fitrah adalah zakat
yang diwajibkan pada akhir puasa Ramadhan. Hukumnya wajib atas setiap orang
muslim, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka (Yusuf
Al Qardlawi, 162).

Zakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan di kalangan umat Islam sendiri,
dari golongan umat yang kaya kepada golongan umat yang miskin, agar tidak
terjadi jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin serta untuk
menghindari penumpukan kekayaan pada golongan kaya saja.

Untuk melaksanakan lembaga zakat itu dengan baik dan sesuai dengan fungsi dan
tujuannya tentu harus ada aturan-aturan yang harus dilakukan dalam
pengelolaannya. Pengelolaan zakat yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
pengaturan yang baik, jelas akan lebih meningkatkan manfaatnya yang nyata bagi
kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan pengelolaan zakat yang kurang
optimal, pada tanggal 23 September 1999 Presiden RI, BJ Habibie mengesahkan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Untuk
melaksanakan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
tersebut, menteri Agama RI menetapkan Keputusan Meneteri Agam Republik
Indonesia Nomor 581 Tahun 1999.

Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya tergantung pada banyaknya zakat yang
terkumpul, tetapi sangat tergantung pada dampak dari pengelolaan zakat tesebut
dalam masyarakat. Zakat baru dapat dikatakan berhasil dalam pengelolaanya
apabila zakat tesebut benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan
sosial dalam masyarakat. Keadaan yang demikian sangat bergantung dari
manajemen yang diterapkan oleh amil zakat dan political will dari pemerintah.

8.4.2. Manajemen Wakaf


Sebagai salah satu lembaga sosial Islam, wakaf erat kaitannya dengan sosial
ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang hukumnya
sunnah, namun lembaga ini dapat berkembang dengan baik di beberapa negara
misalnya Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Bangladesh dan lain-lain. Hal ini
barangkali karena lembaga wakaf ini dikelola dengan manajemen yang baik
sehingga manfaatnya sangat dirasakan bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam
bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang
memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial
khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya
kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila
peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan
wakaf yang dapat dikelola secara produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat
terealisasi secara optimal.

Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat, maka di Indonesia


perlu dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang selama ini
hanya dikelola secara konsumtif dan tradisional, sudah saatnya kini wakaf
dikelola secara produktif.

Di beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Turki, Bangladesh,


wakaf selain berupa sarana dan prasareana ibadah dan pendidikan juga berupa
tanah pertanian, perkebuanan, flat, uang, saham, real estate dan lain-lain yang
semuanya dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-benar dapat
dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.
Wakaf uang dan wakaf produktif penting sekali untuk dikembangkan di Indonesia
di saat kondisi perekonomian yang kian memburuk. Contoh sukses pelaksanaan
sertifikat wakaf tunai di Bangladesh dapat dijadikan teladan bagi umat Islam di
Indonesia. Kalau umat Islam mampu melaksanakannya dalam skala besar, maka
akan terlihat implikasi positif dari kegiatan wakaf tunai tersebut. Wakaf tunai
mempunyai peluang yang unik bagi terciptanya investasi di bidang keagamaan,
pendidikan dan pelayanan sosial.
9. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

9.1. Agama Islam merupakan Rahmat bagi Semesta Alam


Kata Islam berarti Damai, Selamat, Sejahtera, Penyerahan diri, Taat, Tunduk dan
Patuh kepada Tuhan. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Islam adalah
agama yang mengandung ajaran agar penganutnya mewujudkan dan menjaga
perdamaian, keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia dan semua
makhluk Tuhan sebagai bukti ketaatan dan ketundukannya kepada ketentuan-
ketentuan Tuhan.

Menurut ajaran Islam manusia diserahi amanat untuk menjadi khalifah (wakil
Tuhan) dalam mengelola bumi harus bisa menciptakan kemaslahatan bagi sesama
makhluk Tuhan. Artinya bahwa, setiap perbuatan yang dilakukan manusia harus
memberikan kebaikan dan tidak bolehmerugikan atau menyakiti pihak lain dengan
cara menegakkan aturan Tuhan. Itulah wujud kasih sayang dari agama Islam
sebagaimana dinyatakan dalam Q.S:21: 107 ketika menjelaskan misi Rasulullah
untuk menyampaikan agama Islam bagi umat manusia, yang artinya: “Dan
tiadalah kami mengutus mu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam”.

9.2. Konsep Persaudaraan Islam dan Persaudaraan sesama Manusia


Persaudaraan memiliki makna perasaan simpati dan empati antara dua orang atau
lebih. Masing-masing pihak meiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik
suka maupun duka, senang maupun sedih dan seterusnya. Jalinan perasaan itu
menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain
mengalami kesulitan, dan sikap untuk saling berbagi kesenangan kepada pihak
lain bila salah satu pihak mendapatkan sesenangan. Persaudaraan ini berlaku
antara sesama umat Islam dan juga pada sesama manusia secara universal tanpa
membedakan agama, suku bangsa, pangkat, harta dan strata sosial lainnya.
Konsep persaudaraan sesama manusia dilandasi ajaran, bahwa semua umat
manusia adalah makhluk Tuhan. Walaupun Tuhan telah memberikan petunjuk
jalan yang benar melalui agama Islam, tetapi Tuhan juga memberikan kebebasan
kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidupnya, disitulah kita dapati
keadilan Tuhan.

9.3. Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial


Seluruh manusia memiliki tanggung jawab yang sama untuk menciptakan
keharmonisan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Masing-masing elemen
masyarakat berkewajiban untuk melaksanakan peran sosial sesuai dengan bidang
tugas dan kemampuannya. Kontribusi yang ditekankan oleh Islam adalah berbuat
dan mengajak kepada kebaikan serta mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh
kerakusan, ketamakan dan ulah tangan manusia-manusia yang jahil (Q.S: al-
Qoshosh ayat 77).

Prinsip agar saling tolong menolong dengan sesama manusia memberikan makna
universalisme nilai-nilai kebaikan yang diinginkan oleh setiap manusia. Nilai-nilai
tersebut didalam al-Qur’an diformulasikan dalam “amar ma’ruf nahi munkar”.
DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, Permadi. 2003. Bahan Renungan Kalbu: Penghantar Mencapai


Pencerahan Jiwa. Yayasan Mutiara Tauhid. Jakarta

Anonim, 1980. Prinsip-Prinsip Pengetahun Alam dalam Al Qur’an. Bulan


Bintang. Jakarta

Bakry, Oemar. 1983. Tafsir Rahmat. Mutiara. Jakarta

Darajat, Zakiah, dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam (Buku Teks Pendidikan
Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum). Bulan Bintang. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional.2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran


Matakuliah Pengembangan Kepribadian: Pendidikan Agama Islam,
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta

Fuad Almusawa, Nabiel. 2005. Pendidikan Agama Islam. Syaamil Cipta Media.
Bandung

Hasanah, Uswatun, dkk. 2002. Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah


Pengembangan Kepribadian: Pendidikan Agama Islam. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta

IKIP Bandung. Hand Out Perkuliahan Pendidikan Agama Islam. Bandung

Kuntowijoyo, dkk. 1985. Menerobos Masyarakat Industri, Tantangan Generasi


Muda Islam. Shalahuddin Press. Yogyakarta

Madjid, Nurcholis. 1994. Pintu-Pintu Menuju Tuhan. Paramadina. Jakarta

Makmun, Ismail, dkk. 2002. Panduan Mentoring Pendidikan Agma Islam.


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten

Nata, Abduddin. 1996. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Shihab, M Quraish. 1997. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Mizan.
Bandung

Suryana Af, Toto, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam (untuk Perguruan Tinggi).
Tiga Mutiara. Bandung

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam, Universitas Pendidikan Indonesia. 2004.


Islam: Doktrin dan Dinamika Umat. Balue Press. Bandung

Anda mungkin juga menyukai