Effect of Albumin Administration Prior to Exchange
Transfusion in Term Neonates with Hyperbilirubinemia -
A Randomized Controlled Trial Disusun oleh Nama : Satyadharma Michael NIM : 2010-061-022 JOURNAL READING ABSTRAK Tujuan Menentuan fungsi dari administrasi albumin intravena sebelum transfusi tukar pada neonatus aterm dalam hubungannya dengan penuruan total serum bilirubin (TSB) Desain Penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) Setting Neonatal Unit of Nemazee Hospital, berafiliasi dengan Shiraz University of Medical Sciences, Iran Selatan Pasien 50 neonatus aterm dengan masa gestasi > 37 minggu, BB lahir > 2500 g, sehat, dengan TSB 25 mg/dL yang membutuhkan transfusi tkar karena kegagalan dalam fototerapi intensif Intervensi Grup intervensi (n=25) menerima albumin 20% intravena (1g/kg) 1 jam sebelum dilakukan transfusi tukar, sementara grup kontrol (n=25) menjalani transfusi tukar ABSTRAK (2) Dampak yang diukur Kadar TSB 6 dan 12 jam setelah transfusi tukar Total durasi untuk fototerapi Kebutuhan untuk transfusi tukar kedua dan efek samping Hasil Rata rata kadar TSB pada grup dengan intervensi secara signifikan lebih rendah daripada grup kontrol pada 6 dan 12 jam post transfusi tukar (P < 0,001).
Durasi rata rata fototerapi juga secara signifikan berkurang pada grup dengan intervensi, dibandingkan grup kontrol (8,6 2,4 vs. 25 8,2 jam) (P < 0,001).
Tidak ada neonatus dari grup dengan intervensi yang memerlukan transfusi tukar ulangan, dan tidak ada efek samping yang terjadi. Kesimpulan Pemberian albumin 20% intravena (1g/kg) 1 jam sebelum transfusi tukar dapat secara signifikan menurunkan total serum bilirubin post transfusi tukar dan juga menurunkan durasi dari fototerapi. PENDAHULUAN (1) Penurunan secara cepat bilirubin bebas (indirek) dapat, secara teoritis, mencegah terjadinya bilirubin ensefalopati.
Bilirubin terikat pada albumin dengan kapasitas ikat 1 molekul bilirubin (8,3 mg bilirubin 1 g albumin).
Dari sudut terapeutik, pemberian albumin tambahan bermanfaat karena meningkatkan lebih banyak tempat untuk mengikat bilirubin bebas. PENDAHULUAN (2) Fototerapi intensif untuk hiperbilirubinemia berat dapat menyebabkan foto-oksidasi dari albumin yang berakibat pada penurunan / hilangnya afinitas untuk mengikat bilirubin.
Transfusi tukar diindikasikan pada jaundice dimana modalitas terapi lainnya gagal.
Tatalaksana pemberian albumin sebelum transfusi tukar tidak direkomendasikan secara rutin. METODE (1) Waktu penelitian dilakukan : Februari Juli 2006
Subjek penelitian : 50 neonatus dengan jaundice yang masuk ke Unit Neonatal di Rumah Sakit Nemazee, yang berafiliasi dengan Shiraz University of Medical Science, di Iran Selatan.
Kriteria inklusi : neonatus aterm (usia gestasi 37 minggu) dengan berat lahir > 2500 gram, dengan Total Serum Bilirubin (TSB) 25 mg/dL, yang membutuhkan transfusi tukar karena kegagalan fototerapi intensif , dan sehat. Sehat disini didefinisikan sebagai neonatus yang aktif dengan makan secara oral, dengan penemuan neurologis dan tanda tanda vital yang normal. METODE (2) Kriteria Eksklusi : Neonatus dengan penyakit hemolitik (inkompatibilitas Rh atau ABO, Coombs test positif) Neonatus dengan penyakit infeksi (kongenital atau didapat) Neonatus dengan defisiensi G6PD Neonatus dengan hiperbilirubinemia direk (bilirubin direk > 1,5 mg/dL dan 10 % dari total serum bilirubin) Parameter telah diperiksa sebelum dilakukan randomisasi
METODE (3) Target Penelitian : minimal terdapat perbedaan 6 mg/dL antara grup kontrol dan intervensi, dengan standart deviasi 1,5, uji 2 sisi dengan = 0,05 dan kekuatan uji 0,9 ( = 0,1).
Perkiraan jumlah sampel = 42 (21 neonatus di masing masing grup).
Cara mengatasi loss follow up : 25 neonatus di masing masing grup.
METODE (4) Dampak utama yang dinilai adalah kadar total serum bilirubin 6 jam dan 12 jam post transfusi tukar.
Dampak kedua yang dinilai adalah durasi total dari fototerapi, kebutuhan untuk transfusi tukar kedua, dan efek samping (distres pernapasan, edema, dll).
Semua protokol yang akan dilakukan telah mendapat persetujuan oleh University Ethical Commitee dan juga mendapat inform consent dari orang tua pasien yang ikut dalam penelitian ini.
METODE (5) Intervensi : Semua neonatus menerima fototerapi intensif menggunakan 8 buah lampu biru khusus (Philips TL 20 W/52) diposisikan 15 20 cm dari tubuh pasien. Radiasi diperiksa dengan fotoradiometer untuk menjaga pada kisaran 20 w/nm/cm 2 selama fototerapi berlangsung. Fototerapi dikatakan gagal apabila tidak mampu menghasilkan penurunan kadar total serum bilirubin sebesar 1 2 mg/dL dalam 4 jam setelah fototerapi dimulai.
METODE (6) Intervensi (cont) : Sebelum transfusi tukar dilakukan, diperiksa darah lengkap, golongan darah dari ibu dan neonatus, Coombs test langsung, hitung retikulosit, albumin, dan serum bilirubin (total dan direk). 25 neonatus pada grup intervensi mendapat intravenous (iv) 20% albumin manusia (Biotest, Germany) dalam waktu 1 jam, dosis 1g/kg, 1 jam sebelum transfusi tukar dilakukan. Total serum bilirubin dihitung setiap 6 jam untuk kedua grup dalam 24 jam pertama transfusi tukar menggunakan Unistat bilirubinometer (Reichert-Germany). Seluruh infant diperiksa 2 hari setelah dipulangkan pada klinik klinik rawat jalan untuk evaluasi lebih lanjut mengenai jaundice dan efek samping dari obat. METODE (ANALISIS STATISTIK) Analisis data menggunakan program SPSS versi 11.5 untuk Windows.
Variabel numerik dibandingkan antar kedua grup dengan menggunakan uji independen.
Uji chi-square digunakan untuk membandingkan jenis kelamin dan metode persalinan antara kedua grup.
Nilai P < 0,05 dianggap signifikan secara statistik. HASIL (1) HASIL (2) Tabel 1. Karakteristik Demografik dan Data Laboratorium Pasien saat Masuk HASIL (3) Tabel 2. Hasil dari Kedua Grup HASIL (4) Grup yang mendapatkan albumin secara statistik memiliki kadar total serum bilirubin 6 dan 12 jam post transfusi tukar lebih rendah dibanding grup kontrol.
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kadar albumin dasar dan 24 jam setelah transfusi tukar antara kedua grup.
Neonatus pada grup yang mendapat albumin tidak membutuhkan fototerapi setelah 12 jam, namun 8 (32%), 13 (52%), dan 4 (16%) neonatus pada grup kontrol menerima fototerapi sampai 18, 24, dan 36 jam post transfusi tukar. HASIL (5) Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (P < 0,001) antara durasi fototerapi pada grup yang mendapat albumin dan grup kontrol. DISKUSI (1) Administrasi albumin 20% (1g/kg) terhadap neonatus 1 jam sebelum dilakukan transfusi tukar meningkatkan efisiensi dari pembuangan bilirubin Albumin mengikat lebih banyak bilirubin bebas keseimbangan antara plasma bilirubin dan jaringan ekstravaskular shifting lebih banyak bilirubin yang telah terikat di jaringan untuk kembali ke sirkulasi secara signifikan dapat menurunkan kadar total serum bilirubin post transfusi tukar dan durasi dari fototerapi.
DISKUSI (2) Studi ini tidak melakukan pemeriksaan kadar bilirubin indirek dan perubahannya selama pasien menerima infus albumin karena pemeriksaan bilirubin bebas (indirek) tidak dimungkinkan pada pusat dimana penelitian dilakukan.
Neonatus yang dipilih merupakan neonatus yang sehat ? DISKUSI (3) Hasil studi yang signifikan Hasil studi yang tidak signifikan Terdapat penurunan kadar TSB pada grup dengan administrasi albumin dibanding grup kontrol pada 6 dan 12 jam post transfusi tukar (P < 0,001)
Durasi dari fototerapi lebih singkat pada grup dengan administrasi albumin
Risiko untuk mendapatkan transfusi tukar kedua juga lebih rendah pada grup dengan administrasi albumin Kadar albumin dasar dan 24 jam setelah transfusi tukar tidak berbeda antara kedua grup (hal serupa juga dilaporkan oleh Hosono, et al.)