SMF ILMU JIWA RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
STATUS PSIKIATRI
Nomor rekam medis : xxxxxx Nama pasien : Tn. S Nama dokter muda : Kelompok 3 Masuk RS pada tanggal : 18 Juni 2014 Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga pasien ( ayah dan kakak kandung) Riwayat Perawatan : Tidak pernah dirawat sebelumnya
I. IDENTITAS PASIEN Nama inisial : Tn. S Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 14/04/1981 Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Pendidikan : S1 Pekerjaan : Wiraswasta Status perkawinan : Menikah Alamat : Kranggan
II. RIWAYAT PSIKIATRIK Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18 Juni 2014 di ruang rehabilitasi RSKO Jakarta. Allonamnesis dengan ayah dan kakak kandung pada tanggal 18 Juni 2014 di ruang rehabilitasi RSKO Jakarta.
A. KELUHAN UTAMA Pasien datang dibawa orang tuanya karena mengamuk 1 hari SMRS.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengatakan bahwa ia rutin menggunakan shabu dan ganja. Kebiasaan ini di mulai sejak tahun 1994. Pasien mengatakan pemakaian shabunya rutin, 2-3 kali/sebulan selama 3 bulan terakhir. Pasien menggunakan shabu dengan bong. Sejak pemakaian rutin selama 3 bulan ini, pasien sering merasakan adanya suara keributan yang mengomentari dirinya, suara tersebut terdengar oleh telinga pasien. Pasien juga merasakan dirinya dan istrinya dimata-matai, rumahnya disadap, dan merasa ada yang akan membunuh pasien dan istrinya. Hal tersebut yang menyebabkan pasien ketakutan dan curiga terhadap orang sekitar rumahnya. Dalam 1 bulan terakhir, pasien mengatakan sering bertengkar dengan istrinya karena istrinya mengetahui pasien menggunakan shabu dan meminta cerai. 5 hari SMRS, pasien mengatakan bahwa dia mengantarkan istrinya ke Bogor untuk melayat kakeknya yang meninggal dan sejak itu pasien menggunakan ganja sebanyak 3-4 linting perhari dan shabu sebanyak 1/4 paket (200 ribu rupiah) per hari selama 3 hari. Pasien mengatakan bahwa dirinya khawatir istrinya dalam keadaan bahaya dan akan dibunuh. Sejak 3 hari SMRS, pasien merasa tidak bisa tidur. Selain itu pasien juga sempat mengamuk sambil memukul tembok dan berteriak teriak sehingga dibawa orang tuanya menginap di rumah orang tuanya. Pasien juga pernah menangis sendirian di kamar tanpa tahu alasannya, pasien juga mendengar suara keributan dan suara yang mengomentari negatif tentang dirinya. Oleh karena itu, pasien menghubungi ayahnya minta dijemput pulang ke rumah orang tuanya. Menurut ayah pasien, pasien merasa ketakutan istri dan anaknya dibunuh karena sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah. 1 hari SMRS, pasien datang setelah mengamuk di rumah orang tuanya. Pasien mengamuk sambil memukul-mukul tembok, berteriak-teriak dan tidak bisa tidur. Pasien menjadi tidak nafsu makan, malas mandi dan beraktifitas. Karena melihat kondisi tersebut orang tua pasien memutuskan membawa pasien RSKO. Lalu pasien dibawa ke IGD RSKO untuk ditangani, di IGD pasien diberikan terapi antiprestin 1x1 dan clozaril 25 mg 1x1. Setelah diberikan terapi, pasien menjadi tenang dan dapat tertidur.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan Psikiatri Pasien mengatakan bahwa sejak usia SD sampai sekarang mengalami "eureup- eureup" pada saat tidur. Pada saat eureup-eureup terjadi pasien merasakan badannya seperti tertindih oleh sesuatu yang besar, pasien tidak mengetahui siapa atau apa yang menindih dirinya, kemudian pasien tidak dapat menggerakan tubuhnya dan seketika pasien menjadi ketakutan, panik, dan jantung menjadi berdebar-debar. Hal ini berlangsung kurang lebih 10 menit, dan terjadi kurang lebih 1 bulan sekali. Riwayat sulit tidur, mimpi buruk, tidur sambil berjalan disangkal pasien.
2. Gangguan Medik Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya 3. Penggunaan Zat Psikoaktif Tahun 1993 - 2014 pasien mulai mengkonsumsi rokok bersama dengan temannya. Rokok tersebut ditawarkan oleh teman pasien saat sedang nongkrong. Sejak saat itu pasien merokok 1-2 batang perhari yang kemudian meningkat hingga 1 bungkus/hari Tahun 1994 2014, pasien menggunakan ganja dengan cara dihisap yang sebelumnya dilinting dengan menggunakan kertas papir, pasien menggunakan ganja 3-4 linting perbulan selama 20 tahun. Pasien masih merokok. Pasien juga mengkonsumsi diazepam dari tahun 1995 - 1998 dengan dosis awal 2 mg, diminum sebanyak 2-3 butir/kali minum, pasien hanya meminumnya jika ia sedang merasa tidak nyaman. Pada tahun 1998 - 2014, pasien mengaku mengkonsumsi shabu yang dihisap menggunakan bong, 2-3 kali/ bulan.
Keterangan: Tahun 1993 : pasien pertama kali merokok Tahun 1994 : pasien pertama kali menggunakan ganja Tahun 1995 : pasien mulai menggunakan diazepam Tahun 1998 : pasien mulai menggunakan shabu Tahun 2014 : lima hari sebelum masuk RS, pasien menggunakan ganja dan shabu setiap hari, karena dia kuatir akan keselamatan istrinya yang dalam keadaan bahaya. Tiga hari sebelum masuk RS, pasien tidak bisa tidur, mengamuk, mengurung diri di kamar, dan memukul-mukul tembok.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Perkembangan fisik Pasien dilahirkan secara normal. Tidak ada riwayat cacat maupun trauma lahir. Pasien tidak tahu siapa yang membantu persalinan ibunya. Pasien anak kandung ke 3 dari 3 bersaudara.
2. Riwayat perkembangan kepribadian: Riwayat masa kanak-kanak ( 0-11 tahun ) : Pasien berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan keluarga, dan pasien dapat bermain dengan teman-teman sebayanya
Riwayat masa remaja ( 12-18 tahun ) : Akibat pengaruh teman, pasien mulai mencoba menggunakan rokok, ganja, benzo, dan terakhir shabu.
Riwayat masa dewasa ( > 18 tahun ) : Pasien menyelesaikan progam sarjananya. Kemudian membuka toko kelontong di rumahnya. Pasien memiliki seorang istri dan seorang putri.
3. Riwayat pendidikan: Pasien menyelesaikan progam sarjananya dengan baik.
4. Riwayat pekerjaan : Pasien bekerja dengan membuka toko kelontong di depan rumahnya.
5. Riwayat kehidupan beragama: Pasien beragama Islam, cukup sering sholat, namun tidak lima waktu.
6. Riwayat kehidupan seksual dan perkawinan: Pasien sudah menikah dan dikaruniai seorang putri berumur 3tahun.
E. RIWAYAT KELUARGA
1
Keterangan : Perempuan Pasien
Laki-laki Pengguna lain Berdasarkan informasi yang didapat : i. Ayah kandung, Tn. S ii. Ibu kandung, Ny. P iii. Kakak kandung 1.Tn. A, menggunakan shabu tahun 2001, 1-2 kali/bulan 2.Ny. I
F. RIWAYAT KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG Pasien mengatakan tinggal di rumah sendiri di daerah Kranggan. Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga, tetapi menaruh curiga terhadap tetangga-tetangganya sering membicarakan dirinya, menyadap rumahnya, dan ingin membunuh dirinya.
III. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Seorang laki-laki berusia 33 tahun dengan penampilan fisik sesuai usianya. Rambut pendek berwarna hitam, kulit sawo matang, berpakaian kurang rapi. Pada saat wawancara, pasien memakai kemeja berwarna coklat muda bermotif kotak - kotak, celana pendek berwarna coklat muda dan memakai alas kaki berupa sendal jepit. Kebersihan diri dan kerapihan cukup. Ekspresi wajah pasien datar.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Sebelum wawancara : Pasien sedang duduk dan memejamkan mata. Selama wawancara : Pasien duduk dan tampak nyaman. Pasien menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dokter muda sambil merokok, ada kontak mata. Ekspresi tetap datar. Sesudah wawancara : Pasien bersalaman dengan dokter muda dan segera ke ruang perawat untuk meminta rokok.
4. Sikap terhadap Pemeriksa Pasien bersikap kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan.
5. Pembicaraan a. Cara Berbicara: Pasien kooperatif dalam menjawab semua pertanyaan diajukan. Pasien berbicara lancar, spontan tanpa harus ditunggu, suara biasa, dan bahasa mudah dipahami. Pasien berbicara dengan sedikit membuka mulut. b. Gangguan Berbicara : Tidak terdapat gangguan bicara
B. Alam Perasaan 1. Mood : Hipotim 2. Afek : Ekspresi Afektif Arus : Lambat Stabilitas : Stabil Kedalaman : Dangkal Skala Diferensiasi : Menyempit Keserasian : Serasi Pengendalian : Cukup Ekspresi : Datar Dramatisasi : Tidak ada Empati : Dapat diraba-rasakan
C. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi : Auditorik (sering mendengar suara-suara orang banyak yang menimbulkan keributan, suara yang memerintahkan dia untuk bunuh diri, suara yang mengkomentari kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya). 2. Ilusi : Tidak ada 3. Depersonalisasi : Tidak ada 4. Derealisasi : Tidak ada
D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual) 1. Taraf Pendidikan : Tamat Sarjana 2. Pengetahuan Umum : Baik (dapat menyebutkan nama presiden RI)
3. Kecerdasan : Sesuai dengan tingkat pendidikan 4. Konsentrasi : Tidak Mudah teralih dengan stimulasi luar 5. Perhatian : Baik 6. Daya Orientasi Waktu : Baik (pasien tahu tanggal, bulan, tahun saat wawancara) Daya Orientasi Tempat : Baik (keberadaan di RSKO) Daya Orientasi Personal : Baik (tahu sedang berbicara dengan dokter) 7. Daya Ingat Jangka Panjang : Baik (pasien bisa menyebutkan tempat tanggal lahir pasien serta alamat rumah pasien) Daya Ingat Jangka Pendek : Baik (ingat menu sarapan pagi) Daya Ingat Sesaat : Baik (dapat mengulang angka yang disebutkan) 8. Pikiran Abstrak : Baik (dapat mengkategorikan mawar, anggrek, melati sebagai nama bunga) 9. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambarkan jam 11.30) 10. Bakat kreatif : Baik (dapat menggambar) 11. Kemampuan menolong diri : Tidak baik (pasien mampu tapi tidak ada kemauan mengurus dirinya sendiri seperti mandi, makan, berpakaian sendiri) E. Proses Pikir 1. Arus Pikir a. Produktivitas : Baik, inkoherensi (-), flight of ideas (-) b. Kontinuitas Pikiran : Baik, menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada 2. Isi Pikir a. Preokupasi : Pasien mengatakan sering merasa bersalah tanpa sebab yang jelas b. Waham : Waham kejar ( dia merasa istrinya dalam keadaan tidak aman, ingin dibunuh orang) Obsesi : Tidak ada Fobia : Tidak ada
c. Gagasan Rujukan : Tidak ada d. Gagasan Pengaruh : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala yang agresif.
G. Daya Nilai 1. Daya Nilai Sosial : Baik (menyatakan bermusuhan itu tidak baik) 2. Uji Daya Nilai : Baik (mengatakan akan mengembalikan dompet orang yang dilihatnya tidak sengaja kejatuhan dompet) 3. Daya Nilai Realita : Terganggu, adanya halusinasi auditorik serta waham kejar
H. Tilikan Derajat 2 ( pasien merasa ragu yang dialaminya itu berasal dari pikirannya atau karena zat yang digunakannya )
I. Reliabilitas Dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK A. Status Internus Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg b. Nadi : 80 x/menit c. Pernafasan : 20 x/menit d. Suhu : 36,3C Kepala : Normocephali, rambut, distribusi merata, tidak mudah dicabut. Mata : Pupil bulat, isokor, reflex cahaya langsung +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/- Mulut : Kebersihan mulut baik Leher : KGB tidak teraba, tidak ada pembesaran tiroid
Thoraks a. Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) b. Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak membesar Ekstremitas: Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
B. Status Neurologis Tanda Rangsang Meningeal : Tidak ada Refleks Fisiologis : Normal Refleks Patologis : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 18 Juni 2014 Pemeriksaan Hematologi LED : 7 mm/jam (P<10, W<20) Hemoglobin : 15,4 g/dl (P 13,2-17,3 ; W 11,7-15,5) Leukosit : 7100 sel/ul (P 3600-10.600; W 3600-11.000 ) Hematokrit : 48 vol% (P 40-52; W 35-47) Trombosit : 335 ribu sel /ul (150-440) Eritrosit : 5,51 juta sel/ul (P 4,4-5,9; W 3,8-5,2) Hitung jenis leukosit Basofil : 0% Eosinophil : 0% N Batang :4% N segmen : 61% Limfosit : 30% Monosit : 4 %
Drug test Benzodiazepine : negative Cannabis : positif Amphetamine : negative Ro.Thorax Kesan : foto thorax PA dalam batas normal
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun, berpenampilan kurang rapi dan tampak sesuai usianya datang ke RSKO diantar oleh keluarganya. Pasien mengamuk sambil memukul-mukul tembok dan beteriak-teriak dan tidak bisa tidur. Pasien menjadi tidak nafsu makan, malas mandi dan beraktifitas. Lima hari sebelum diantar, pasien menggunakan ganja dan shabu setiap harinya selama tiga hari. Pasien menggunakan ganja dan shabu karena khawatir akan keselamatan istrinya yang akan dicelakakan oleh orang. Akibat menggunakan ganja dan shabu, pasien tidak bisa tidur selama tiga hari terakhir. Pasien merasa sering mendengar suara-suara yang mengomentari tentang dirinya dan juga merasa bahwa rumahnya disadap, dimata-matai dan merasa ada yang akan membunuh dia dan istrinya. Pasien tamat sampai perguruan tinggi. Baru pertama kali masuk ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan. Sebelumnya, pasien bekerja di toko kelontong miliknya di rumahnya. Pasien bergaul normal dengan tetangga- tetangga di sekitar rumahnya, tapi dia punya kecurigaan bahwa mereka memeiliki niat buruk terhadap pasien dan keluarganya. Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak. Pasien pertama kali mengkonsumsi rokok pada tahun 1993. Pada tahun 1994- 2014, pasien menggunakan ganja, dipakai 3-4 x/bulan dengan sekali pemakaian 2-3 linting. Pada tahun 1995, pasien mulai mencoba menggunakan benzodiazepin sampai mulai mencoba ganja dan diazepam hingga tahun 1998. Pada tahun 1998, pasien mulai menggunakan shabu yang dihisap dengan bong. Frekuensi pemakaian 2-3x/bulan. Selama ini belum ada usaha pasien maupun keluarga untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Kesadaran neurologis pasien compos mentis, kesadaran psikiatrik tampak terganggu. Penampilan pasien kurang rapi, tidak ada gangguan berbicara. Suasana perasaan pasien hipotim. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Sensorium dan kognisi pasien baik. Pasien sering merasa takut tanpa sebab dan terdapat
waham kejar. Pengendalian impuls, daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. Daya nilai realitas baik. Tilikan pasien derajat 2, pasien merasa ragu yang dialaminya itu berasal dari pikirannya atau karena zat yang digunakannya. Penyakit sistemik lainnya yang berhubungan dengan gangguan jiwanya tidak ditemukan. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK PASIEN Aksis I : Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan mengalami : 1. F19.5 Gangguan psikotik akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya. - Halusinasi auditorik - Marah-marah, mengamuk - Waham kejar
Gangguan mental ini termasuk gangguan yang disebabkan oleh penggunaan zat karena adanya riwayat penggunaan zat dan adanya gangguan daya nilai realitas berupa halusinasi auditorik, waham kejar, dan agitasi. Menurut PPDGJ III, gejala-gejala ini termasuk Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat disertai gangguan psikotik, karena memenuhi kriteria diagnostik, yaitu: - Halusinasi auditorik
- Waham kejar
- Agitasi
- Muncul dalam waktu 48 jam setelah penggunaan zat
2. F 51.4 Teror Tidur Gangguan tidur non organik dengan gejala rasa ketakutan, panik, tertindih oleh suatu benda pada saat tidur. Menurut PPDGJ III, gejala ini termasuk gangguan tidur non organik, karena memenuhi kriteria diagnostik berupa : a. Episode bangun dari tidur disertai ansietas dan hiperaktivitas autonomik b. Episode berulang dengan durasi 1-10 menit
c. Tidak ada reaksi dari upaya untuk mempengaruhi keadaannya
Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental Gangguan Kepribadian tidak ditemukan.
Aksis III: Kondisi Medik Umum Tidak ditemukan.
Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan Bertengkar dengan istri, lingkungan yang memudahkan mendapatkan zat.
Aksis V: Global Assessment of Functioning (GAF) Global Assessment Functional (sekarang) 7061 : Beberapa gejala ringan, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
Global Assessment Functional 100-91 (setahun lalu) : Tidak ada gejala dan dapat berfungsi maksimal.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL 1. Aksis I : F 19.5 dan F 51.4 ( Gangguan mental psikotik akibat penggunaan obat multipel dan zat psikoaktif lainnya serta Gangguan teror tidur) 2. Aksis II : Tidak ditemukan 3. Aksis III : Tidak ditemukan 4. Aksis IV : Ribut dengan istri dan mudahnya mendapatkan zat 5. Aksis V : GAF scale 70-61 (sekarang) GAF scale 100-91 (1 tahun yang lalu) IX. PROGNOSIS 1. Faktor yang mempengaruhi prognosis: a. Faktor yang mendukung prognosis baik: kepatuhan pasien meminum obat, motivasi pasien untuk berhenti menggunakan zat, onset gangguan > 30 tahun, fungsi sosial sebelum sakit baik. b. Faktor yang mendukung prognosis buruk: Hubungan emosional dengan istri yang kurang baik.
Pasien tidak merasakan dirinya sakit ( Tilikan derajat II ).
2. Kesimpulan prognosis: Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam: ad bonam Quo ad sanationam: dubia
X. DAFTAR PROBLEM 1. Organobiologi : Tidak ditemukan 2. Psikiatri/psikologi : Halusinasi auditorik, waham kejar, agitasi 3. Sosial / keluarga : Hendaya sosial (masalah keluarga) dan lingkungan tidak baik
XI. TERAPI 1. Farmakoterapi: Olanzapine 10 mg 1x1 tablet PO Triheksilfenidin 3 x 2 mg tablet PO 2. Psikoterapi: Memotivasi pasien supaya minum obat secara teratur. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa dia dapat mengatasi masalah tersebut. 3. Sosioterapi: Memotivasi pasien agar bergaul dengan orang lain. Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan di RSKO supaya menjadi resident of the day, dapat melakukan aktivitas sehari-hari, berinteraksi dengan lingkungannya dan mendalami agama sesuai dengan kepercayaannya.
Follow Up Tanggal 20 Juni 2014 S : Pasien masih mendengar suara-suara yang mengomentari dirinya, merasa khawatir dan ingin menelpon istrinya. O : Kurang kooperatif, iritabel
A : F19.5 (Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan obat multipel dan zat psikoaktif lainnya) P : Olanzapine 10 mg 1x1 tablet PO Triheksilfenidin 3 x 2 mg tablet PO
Tanggal 23 Juni 2014 S : Pasien ingin pulang. Halusinasi disangkal. Pasien masih khawatir akan keadaan istrinya. O : Kooperatif A : F 19.5 dengan perbaikan P : Olanzapine 10 mg 1x1 tablet PO Triheksilfenidin 3 x 2 mg tablet PO
DISKUSI Pasien ini dapat di diagnosis banding dengan F 20.1, Skizofrenia Paranoid, karena ditemukannya gejala pada pasien berupa : Halusinansi auditorik Waham kejar Gejala >= 1 bulan Dan adanya perubahan pada aspek perilaku pribadi
Namun, yang tidak mendukung diambilnya diagnosis tersebut karena : Tebuktinya penggunaan zat (kanabinoid dan metamfetamin) secara intensif selama 5 hari SMRS Munculnya gangguan psikotik setelah pasien telah menggunakan zat