Anda di halaman 1dari 15

PAKET PENYULUHAN

TUBERKULOSIS PARU
Di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
















Oleh :
TIM PKRS









RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
JULI, 2014


PAKET PENYULUHAN
TUBERKULOSIS PARU
Di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. Saiful Anwar Malang








Disusun Oleh :
KELOMPOK 15

Rosi Erna 0910723036
Prima Yusifa Mega 105070200111013
Hendra Dwi Cahyono 105070201111016




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014


SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. PENGANTAR
Pokok Bahasan : Tuberkulosis paru
Sasaran : Pasien ruang HD RSSA dan keluarga pasien
Waktu dan Tempat
Tempat : Ruang Hemodialisa, Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Waktu : jumat, 25 Juli 2014, Pukul 09.00 WIB
Alokasi Waktu : 30 menit
Pemberi Materi : Kelompok 14
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet dan proyektor

2. LATAR BELAKANG
Di Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TBC adalah penyebab
nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun 20- Berdasarkan data dari
WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah diserang oleh
penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan
dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10 persen
berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan
kematianan.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa
dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap
tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah
negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan
India. Sulitnya memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya bakteri
yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya penemuan obat baru
terus dilakukan

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang Tuberkulosis paru dan penatalaksanaannya.

b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1) Mengetahui dan memahami pengertian Tuberkulosis paru.
2) Mengetahui dan memahami tanda dan gejala Tuberkulosis paru
3) Mengetahui dan memahami penularan Tuberkulosis paru.
4) Mengetahui dan memahami pengobatan Tuberkulosis paru.
5) Mengetahui dan memahami etika batuk.

4. SUB POKOK BAHASAN
1) Pengertian Tuberkulosis paru.
2) Tanda dan gejala Tuberkulosis paru
3) Penularan Tuberkulosis paru.
4) Pengobatan Tuberkulosis paru.
5) Etika batuk.

5. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 menit 1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan pokok materi
yang akan disampaikan
4. Menggali pengetahuan pasien
tentang TB paru
1. Menjawab
salam
2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Menjawab
pertanyaan
Ceramah -
Penyajian 15 menit Menjelaskan materi penyuluhan 1. Mendengarkan
dan
memperhatikan
2. Menganjukan
pertanyaan
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
Slide power
point
Penutup 10 menit 1. Penegasan materi
2. Meminta peserta untuk
menjelaskan kembali materi
yang telah disampaikan
dengan singkat menggunakan
bahasa peserta sendiri
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang materi
1. Menjawab
pertanyaan
yang diberikan
oleh penyuluh
2. Membalas
salam
Tanya
Jawab

yang telah disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam

6. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
- Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal 5 orang.
- Penyuluhan menggunakan Power Point Presentation.
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Hemodialisa RSSA Malang.
- Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
a. Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
b. Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
c. Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi
terhadap materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
d. Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima
penjelasan dari penyaji.
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
dilaksanakan.
f. Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama kegiatan
penyuluhan berlangsung.
g. Seluruh peserta mendapat leaflet mengenai Tuberkulosis paru.

c. Evaluasi hasil
Untuk mengevaluasi penyuluhan Tuberkulosis paru maka dilakukan pretest dan
post test dengan pertanyaan berikut :
1. Apa pengertian dari Tuberkulosis paru?
2. Bagaimana tanda dan gejala orang dengan Tuberkulosis paru?
3. Bagaimana Tuberkulosis paru dapat ditularkan?
4. Apa saja pengobatan untuk Tuberkulosis paru?
5. Bagaimana cara batuk yang benar?

7. MEDIA
Power Point Presentation dan Leaflet


8. MATERI
(terlampir)












MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian TB paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman Mycobacterium tuberculosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).

2. Tanda dan gejala TB paru
Keluhan pada penderita tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala lokal di paru dan
keluhan pada seluruh tubuh secara umum.
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Biasanya batuknya ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat
rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada
waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari. Bila proses
destruksi berlanjut, sekret dikeluarkan terus menerus sehingga batuk menjadi lebih
dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang maupun malam hari.
Bila yang terkena trakea dan/atau bronkus, batuk akan terdengar sangat keras, lebih
sering atau terdengar berulang-ulang (paroksismal). Bila laring yang terserang, batuk
terdengar sebagai hollow sounding cough, yaitu batuk tanpa tenaga dan disertai
suara serak. Pada awalnya adalah batuk tidak berdahak kemudian berdahak bahkan
dapat bercampur darah bila terdapat kerusakan jaringan. Penderita biasanya
mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh selama 2-3 minggu
b. Batuk Darah
Darah yang dkeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus).
Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberculosis atau initial
symptom karena batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan
ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas. Batuk darah pada pemerisaan
raadiologis tanpak ada kelainan. Sering kali darah yang dibatukkan pada penyakit
tuberkulosis bercampur dahak yang mengandung basil tahan asam. Batuk darah juga
dapat terjadi pada tuberkulosis yang sudah sembuh karena robekan jaringan paru
atau darah berasal dari bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit
tuberkulosis paru. Pada saat seperti ini dahak tidak mengandung basil tahan asam
(negatif).
c. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila,
di ujung skapula atau tempat-tempat lain).
d. Sesak Napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau
oleh penggumpalan cairan di rongga paru sebagai komplikasi TB Paru. Penderita
yang sesak napas sering mengalami demam dan berat badan turun.
e. Demam
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali panas badan
sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau
menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita
merasakan badannya hangat atau muka terasa panas.
f. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran
panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum
yang lebih erat.

3. Faktor Resiko TB Paru
Beberapa faktor risiko untuk menderita TB adalah:
a. Jenis kelamin.
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak ada perbedaan
di antara anak laki dan perempuan sampai pada umur pubertas .
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB
Paru. Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan mobilisasi dan
mengkonsumsi alkohol dan rokok.8 Penelitian Umar dengan penelitian prospektif
observasional analitik di RS Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa laki-laki
0,5 kali lebih sulit untuk sembuh dari pada wanita pada penderita TB Paru.
b. Status gizi.
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB. Faktor ini sangat
berperan pada negara-negara miskin dan tidak mengira usia (Croft, 2002)..
c. Penyakit Penyerta.
Umumnya penderita TB dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30-50
kg atau indeks masa tubuhkurang dari 18,5 pada orang dewasa. Sementara berat
badan yang lebih kecil 85% dari berat badan idealkemungkinan mendapat TB adalah
14 kali lebih besar dibandingkan dengan berat badan normal. Ini yang
menjadipemikiran bahwa malnutrisi atau penurunan berat badan telah menjadi faktor
utama peningkatan resiko TBmenjadi aktif. Pola makan orang Indonesia yang hampir
70% karbohidrat dan hanya 10% protein yang pada enyakit kronis selalu disertai
dengan tidak selera makan, tidak mau makan, tidak bisa makan atau tidak
mampumembeli makanan yang mempunyai kandungan gizi baik (kurang protein),
sehingga penderita ini mempunyaistatus gizi yang buruk.Selain faktor gizi, penyakit
seperti Diabetes Mellitus (DM) dan infeksi HIV merupakan salah satu faktor risiko
yangtidak berketergantungan untuk berkembangnya infeksi saluran napas bagian
bawah.Prevalensi TB paru pada DM meningkat 20 kali dibanding non DM dan
aktivitas kuman tuberkulosis meningkat 3 kali pada DM berat dibandingDM
ringan.Penderita Tuberkulosis menular (dengan sputum BTA positif) yang juga
mengidap HIV merupakan penularan kuman tuberkulosis tertinggi.Tuberkulosis
diketahui merupakan infeksi oportunistik yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan reaksi seropositif. Apabila seseorang dengan seropositif tertular kuman ini
maka karena kekebalannya rendah, besar sekali kemungkinannya akan langsung
menderita Tuberkulosis. Hal ini berbeda sekalidengan orang normal atau mereka
dengan seronegatif, karena kuman ini yang masuk akan dihambat oleh reaksi
imunitas yang ada dalam tubuhnya. Disamping itu penyakit tuberkulosis pada
mereka dengan seropositif cepat berkembang kearah perburukan.
d. Sosioekonomi.
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari kalangan
sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman yang terlampau
padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB (Croft, 2002).
e. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu.
Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah
terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan.
Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas,terutama
terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.Jenis
pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan,
pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan
rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yangmempunyai pendapatan dibawah
UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang
kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru.
Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka
kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru.
f. Pendidikan.
Rendahnya pendidikan seseorang penderita TB dapat mempengaruhi seseorang
untuk mencari pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa penelitian yang
menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan rendah akan
berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5 kali lebih besar berbanding
dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Croft, 2002).
g. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan
kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB
paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per
tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun
diSierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di
Pakistan (Achmadi, 2005).Prevalensi merokok pada hampir semua Negara
berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa sedangkan wanita perokok
kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk
terjadinya infeksi TB Paru
4. Penularan TB paru
Sumber penularan adalah penderita TB positif. Pada waktu bersin atau batuk,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percik dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar dalam beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan
dan menyebar ke bagian tubuh lainnya (Depkes, 2004).
Organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat kuman TB berhasil
menginfeksi paru-paru, akan segera terbentuk koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding membuat jaringan sekitarnya menjadi jaringan parut
dan bakteri TB akan menjadi dormant. Bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada orang dengan imun baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya.
Sedangkan pada orang-orang dengan system kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini
akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel
yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi
sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TB.

5. Pengobatan TB paru
Obat lini pertama (utama) adalah isonoazid (H), etambutol (E), pirazinamid (Z),
rifampisin (R), sedangkan yang termasuk obat lini kedua adalah etionamide, sikloserin,
amikasin, kanamisin kapreomisin, klofazimin dan lain-lain yang hanya dipakai pada
pasien HIV yang terinfeksi dan mengalami multidrug resistant (MDR).

Efek samping Penyebab Tatalaksana
MINOR OAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, sakit
perut
Rifampisin

Obat diminum malam sebelum
tidur
Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin/ allopurinol
Kesemuran s/d rasa terbakar di
kaki
INH Beri vitamin B6 (piridoksin) 1 x
100 mg perhari
Warna kemerahan pada air
seni
Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu
diberi apa-apa
MAYOR HENTIKAN OBAT
Gatal dan kemerahan pada
kulit
Semua jenis OAT Beri antihistamin dan dievaluasi
ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan
(vertigo & nistagmus)
Streptomisin Streptomisin dihentikan
Ikterik / hepatitis imbas obat
(penyebab lain disingkirkan)
Sebagian besar
OAT
Hentikan semua OAT sampai
ikterik menghilang dan boleh
diberikan hepatoprotektor
Muntah dan confusion Sebagian besar
OAT
Hentikan semua OAT dan
lakukan uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Kelainan sistemik, termasuk
syok dan purpura
Rifampisin Hentikan rifampisin
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Dahak
Uji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel dahak (tes
dahak atau sputum test). Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3
sampel dahak seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC
paru aktif. Pendambilan sampel dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu
kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu kunjungan berikut (kedua). Selain
diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat diperiksa dengan cara
dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak). Tetapi tes ini memakan waktu
yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu beberapa jam
saja untuk mendapatkan hasilnya.

b. Foto Rontgen
Untuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru. Pemeriksaan
standar adalah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pada foto toraks TB
memberikan gambaran yang multiform. Dapat dicurigai sebagai lesi TB aktif bila
ditemukan bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah. Kavitas terutama bila lebih dari satu,
bayangan bercak milier ataupun efusi pleura unilateral. Sedangkan lesi yang inaktif
bila adanya fibrosis, kalsifikasi, fibrotoraks atau penebalan pleura (Soeroso, 2007).

American Thoracic Society membagi luasnya proses TB pada foto toraks terdiri dari
3 bagian :
a. Lesi Minimal
Bila proses TB mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas
tidak melebihi volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga
kedua dan prossesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra
torakalis V dan tidak dijumpai kavitas.
b. Lesi Sedang
Bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan
densitas sedang, tetapi luas tidak boleh lebih luas dari satu paru, atau jumlah
dari seluruh proses TB tadi memiliki densitas yang lebih padat, lebih tebal, tetapi
tidak boleh melebihi sepertiga dari satu paru dan proses ini dapat disertai atau
tidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas, tidak boleh melebihi 4 cm.
c. Lesi Luas
Kelainan lebih luas dari lesi sedang.

7. Pencegahan TB Paru
Bagaimana cara mencegah penularan penyakit TBC Paru
a. Untuk Penderita TBC Paru
Minum obat secara teratur sampai selesai.
Menutup mulut waktu bersin atau batuk.
Tidak meludah di sembarang tempat.
Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di tempat yang diisi sabun
atau karbol
Makan makanan yang bergizi
Berhenti merokok, minum alkohol, narkoba dan sering begadang
Memakai masker
b. Untuk keluarga
Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
Buka jendela lebar-lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk,
karena kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari
Vaksin BCG untuk bayi baru lahir.
Memisahkan peralatan makan untuk penderita TB paru
Segera melakukan pengobatan teratur bila hasil tes BTA positif
Memakai masker N95
Disebut N95 karena dapat menyaring hingga 95% dari keseluruhan partikel-
partikel yang berada di udara. Bentuknya biasanya setengah bulat dan
berwarna putih. Terbuat dari bahan yang solid dan tidak mudah rusak.
Pemakaiannya pun harus benar-benar rapat, sehingga tidak ada celah bagi
udara luar untuk masuk.
Masker N95 biasa digunakan oleh tenaga kesehatan di bagian penyakit
infeksi dan menular. Masker ini jugalah yang oleh petugas peternakan ketika
membersihkan kandang ayam yang terinfeksi flu burung. Saat terjadi tragedi
letusan gunung merapi beberapa waktu yang lalu, para ahli juga
merekomendasikan masker jenis ini untuk melindungi diri dari debu vulkanik
dan bahan kimianya.
Hanya saja, masker N95 ini memiliki beberapa kekurangan. Bagi yang tidak
terbiasa menggunakannya, mungkin akan merasa gerah dan sesak,
sehingga hanya tahan beberapa jam saja memakainya. Untuk mendapatkan
masker ini pun agak sulit, dengan harga yang relatif mahal pula, yakni 1020
ribu per buahnya..

8. Komplikasi
- Pneumotorak
- Efusi pleura
- Meningitis
- Gagal jantung

9. Teknik Batuk Efektif
Tarik nafas dalam 4-5 kali
Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
Keluarkan dahak dengan bunyi ha..ha..ha atau huf..huf..huf..
Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan

10. Etika batuk
Pasien yang batuk diinstruksikan untuk memalingkan kepala dan menutup mulut
/hidung dengan tisu. Kalau tidak memiliki tisu maka mulut dan hidung ditutup dengan
tangan atau pangkal lengan. Sesudah batuk, tangan dibersihkan, dan tisu dibuang pada
tempat sampah yang khusus disediakan untuk ini.












DAFTAR PUSTAKA

Kusnindar. 2000. Masalah TBC di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta : FKUI
Kementerian Hukum dan HAM RI. 2012. Petunjuk Teknik Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi TB di Lapas dan Rutan.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kepala Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : FKUI Media
Aesaslipius

Anda mungkin juga menyukai