Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan merupakan
respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengancam
kehidupannya.
Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah anxiety neurosis. Kata anxiety diambil
dari kata angst yang berarti ketakutan yang tidakperlu . Pada mulanya Freud mengartikan
kecemasan (anxietas) sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui
sistem saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian kecemasan ini diartikan
sebagai perasaan takut atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi.
Dapat pula diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi yang berbahaya. Kecemasan
merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, tidak menentu, menakutkan
dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya, dan seringkali
disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.
Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons mental dan fisik
terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respon
fisiologis ketimbang respon patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas tidaklah harus
abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan respon yang sangat diperlukan.
Ia berperan untuk menyiapkan orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik).
Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal dan hampir semua orang
pernah mengalaminya
Menurut DSM-IV yang termasuk gangguan kecemasan adalah gangguan panik dengan
dan tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pascatraumatik, gangguan stress akut, gangguan
kecemasan menyeluruh, gangguan kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan kecemasan
akibat zat dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan, termasuk gangguan kecemasan-
depresif campuran.
Gangguan kecemasan disebabkan oleh situasi atau obyek yang sebenarnya tidak
membahayakan yang mengakibatkan situasi atau obyek tersebut dihindari secara khusus atau
dihadapi dengan perasaan terancam. Perasaan tersebut tidak berkurang walaupun mengetahui
bahwa orang lain menganggap tidak berbahaya atau mengancam.
2
Jika memeriksa pasien dengan kecemasan, klinisi harus membedakan antara jenis
kecemasan yang normal dan patologis. Pada tingkat praktis, kecemasan patologis dibedakan dari
kecemasan normal oleh penilaian pasien, keluarganya, teman-temannya, dan klinisi kemudian
menunjukkan akan adanya kecemasan patologis. Gejala kecemasan patologis antara lain rasa
was-was yang berlebihan, ketakutan, penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, kesukaran
berkonsentrasi dan berfikir, gejala-gejala somatik seperti tremor, panas dingin, berkeringat, sesak
napas, jantung berdebar, serta dapat pula ditemui gejala gangguan persepsi seperti
depersonalisasi, derealisasi dan mungkin terdapat gejala yang lain. Kecemasan normal ditemukan
misalnya pada bayi yang ditinggal orang tuanya, anak yang masuk sekolah untuk pertama
kalinya, orang dewasa yang menghadapi hari tuanya dan saat mau meninggal, seorang istri yang
ditinggal suaminya menuju garis depan, seorang buruh yang dikeluarkan dari pekerjaannya.
Pada umumnya kecemasan merupakan fenomena normal dalam mengiringi proses
pertumbuhan dan perkembangan, pada pengalaman-pengalaman baru dan pada hal-hal yang
belum pernah dicoba.
Terapi yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan cemas adalah kemungkinan
dengan mengkombinasikan manajemen krisis, farmakoterapeutik, dan psikoterapeutik.











3
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Cemas (anxietas) merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan,
tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau
ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat
peningkatan aktifitas otonomik.
Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan,
sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin
bergerak dan gelisah.

PEMBAGIAN KECEMASAN MENURUT SUMBER SEBABNYA
Menurut Binder dan Kielholz dan Galderen kecemasan itu dapat dibagi menurut sumber
sebabnya sebagai berikut :

1. Kecemasan Hati Nurani (concience-induced anxiety)
Disini kecemasan timbul karena individu mempunyai kesadaran akan moralitas.
Kecemasan disinipun melindungi individu terhadap perbuatan-perbuatan yang bersifat amoral.

2. Kecemasan neurotik
Disini kecemasan berasal dari dalam tubuh, dan tidak berhasil dihilangkan oleh individu,
sehingga kecemasan bersembunyi dalam gangguan lain seperti pada fobia, reaksi obsesif
kompulsif, reaksi konversi dan pada gangguan psikofisiologik.
Dalam psikiatri terdapat free-floating anxiety dan bound anxiety. Free-floating anxiety
merupakan kecemasan yang tidak terdapat pada salah satu gagasan melainkan mengembara kian
kemari. Sedangkan dalam bound anxiety kecemasan terikat pada gagasan seperti pada fobia dan
obsesi. Free floating anxiety merupakan inti dan gejala penting menentukan pada kecemasan
neurotik. Dalam garis besarnya kecemasan neurotik dapat terjadi menurut skema di bawah ini :
4
Kecemasan akut (fear)

Represi dan konflik

Kecemasan menahun

Stress

Kurang efektifnya mekanisme pembelaan

Kecemasan neurotik
3. Kecemasan psikotik
Kecemasan disini bukanlah merupakan gejala inti atau yang menentukan. Melainkan
sebagai gejala biasa, yang kadang-kadang merupakan penjelmaan dari segala depresi dangan
agitasi. Kecemasan dapat juga dirasakan begitu hebat sehingga penderita tidak dapat berbuat apa-
apa selain diam saja. Biasanya kecemasan ini disertai dengan waham-waham, halusinasi dan
perbuatan-perbuatan yang destruktif.
4. Kecemasan sosial
Kecemasan sosial ini akan dirasakan individu, kalau ia takut atau pendapat umum atau
pendapat lingkungannya mengenai perbuatannya dikenal :
a. kecemasan memperlihatkan diri didepan umum
b. Cemas kalau-kalau kehilangan kontrol atas dirinya
c. Cemas kalau-kalau memperlihatkan ketidakmampuannya

REAKSI TERHADAP KECEMASAN
Dalam menghadapi kecemasan orang dapat mengadakan reaksi seperti :
a. Dengan menggunakan mekanisme pembelaan, yang dapat dilihat pada reaksi fobik,
reaksi obsesi
b. Dengan menggunakan mekanisme konversi :
1) Jika akut dapat menjurus ke arah konversi (histeria)
5
2) Jika menahun tanpa menimbulkan perubahan apa-apa pada organ, dapat
menimbulkan gejala-gejala hipokondriasis atau organ neurosa. Keadaan menahun
ini dapat juga menimbulkan perubahan-perubahan pada organ, sehingga
kecemasan menghilang dari permukaaan dan diganti dengan keluhan-keluhan
pada organ yang mengalami perubahan tadi. Hal ini dapat dilihat pada pasien
dengan gangguan psikofisiologik.

TEORI TEORI TENTANG GANGGUAN KECEMASAN
1. Teori Psikoanalisa
Evolusi teori Freud tentang kecemasan dapat dikembalikan dari tulisannya pada tahun
1895 Obsessions and Phobias sampai bukunya di tahun 1895 Studies in Hysteria dan akhirnya
pada bukunya di tahun 1926 Inhibitions, Symptoms and anxiety. Menurut Sigmund Freud,
kecemasan disebabkan oleh karena id yang tidak terkontrol, ego yang tidak dapat diterima dan
super ego yang terganggu. Dalam keadaan normal hal tersebut di atas akan direpresi di bawah
alam sadar dalam bentuk mekanisme pertahanan. Jika represi tersebut tidak berhasil
dipertahankan maka akan timbul mekanisme pertahanan lain seperti konversi, pengalihan dan
regresi yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Berdasarkan teori di atas, maka kecemasan dapat terbagi atas :
1. Id / impulse anxiety : perasaan tidak nyaman pada anak
2. Separation anxiety : pada anak yang merasa takut akan kehilangan kasih sayang
orangtuanya.
3. Castration anxiety : merupakan fantasi kastrasi pada masa kanak-kanak yang
berhubungan dengan pembentukan impuls seksual.
4. Super Ego anxiety : pada fase akhir pembentukan Super Ego yaitu pada masa
prepubertas.
2. Teori perilaku
Kecemasan merupakan suatu kondisi sebagai respon terhadap stimulus / suasana
lingkungan yang spesifik. Konsep perilaku pada kecemasan non-fobia terdapat perasaan bersalah,
penyimpangan pemikiran yang berlawanan, maladapatasi perilaku dan gangguan emosional.
Menurut salah satu model, pasien yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih
(overestimate) terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya di dalam situasi tertentu dan
cenderung menilai rendah (underestimate) kemampuannya untuk mengatasi ancaman tersebut.
6
3. Teori eksistensial
Teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan
umum (generalized anxiety disorder), dimana tidak terdapat simulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Biasanya untuk gangguan cemas
menyeluruh, seseorang merasa cemas akan hidupnya dan perasaan takut akan kematian.
4. Teori Biologis
Teori biologis tentang kecemasan telah dikembangkan dari penelitian praklinis dengan
model kecemasan pada binatang, penelitian pasien yang faktor biologisnya dipastikan,
berkembangnya pengetahuan tentang neurologi dasar dan kerja obat psikoterapeutik. Pada
dasarnya berhubungan dengan :
1. Sistem Saraf Otonom
Stimulasi SSO menyebabkan gejala tertentu misalnya kardiovaskular (sebagai contoh
takikardi), muskular dengan gejala nyeri kepala, gastrointestinal dengan gejala diare, dan
pernapasan dengan gejala takipneu.
2. Neurotransmitter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian
pada binatang adalah norepinefrin, serotonin dan gamma-amonibutyris acid (GABA).
a. Norepinferin di Locus Cereolus dan di Pons. Memberikan respons atas perasaan
nyeri dan situasi yang berbahaya.
b. Serotonin berhubungan dengan perasaan cemas dan depresi.
c. GABA . Peranan GABA dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh
manfaat Benzodiazepin yang meningkatkan aktivitas GABA reseptor GABA
A

didalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan. Data tersebut
menyebabkan beberapa peneliti menghipotesiskan bahwa beberapa pasien
dengan gangguan kecemasan memiliki reseptor GABA yang abnormal.
3. Penelitian Genetika
Penelitian genetika telah menghasilkan data yang kuat bahwa sekurang-kurangnya suatu
komponen genetika berperan terhadap perkembangan gangguan kecemasan. Hampir
separuh dari semua pasien dengan gangguan panik memiliki sekurang-kurangnya satu
sanak saudara yang menderita gangguan tersebut.

7
ETIOLOGI
Faktor Biologis
Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini adalah neurotransmitter.Ada tiga
neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin, serotonin, dan
gamma amino butiric acid atau GABA. Namun neurotransmitter yang memegang peranan utama
pada gangguan cemas adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada
gangguan panik.
Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan pada
hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus sereleus yang
ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar norepinefrin dapat
menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin
akan menyebabkan depresi.
Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan norepinefrin.
Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya kecemasan, sedangkan Gamma Amino Butiric Acid
atau GABA bersifat menghambat terjadinya kecemasan ini. Pengaruh dari neutronstransmitter ini
pada gangguan kecemasan didapatkan dari peranan benzodiazepin pada gangguan tersebut.
Benzodiazepin dan GABA membentuk GABA Benzodiazepin complex yang akan menurunkan
anxietas atau kecemasan.
Satu penelitian tomografi emisi positron (PET; positron emission tomography)
melaporkan suatu penurunan kecepatan metabolik di ganglia basalis dan substansia alba pada
pasien gangguan cemas menyeluruh dibandingkan kontrol normal. Satu penelitian menemukan
bahwa hubungan genetika mungkin terjadi antara gangguan cemas menyeluruh dan gangguan
depresif berat pada wanita. Penelitian lain menemukan adanya komponen yang terpisah tetapi
sulit untuk ditentukan pada gangguan cemas menyeluruh. Kira-kira 25 persen sanak saudara
derajat pertama dari pasien dengan gangguan cemas menyeluruh umum juga terkena gangguan.
Sanak saudara laki-laki lebih sering menderita suatu gangguan penggunaan alkohol. Beberapa
laporan penelitian pada anak kembar menyatakan suatu angka kesesuaian 50 persen pada kembar
monozigotik dan 15 persen pada kembar dizigotik.
Faktor Psikososial
Dua bidang pikiran utama tentang faktor psikososial yang menyebabkan perkembangan
gangguan cemas menyeluruh adalah bidang kognitif perilaku dan bidang psikoanalitik. Bidang
8
kognitif perilaku menghipotesiskan bahwa pasien dengan gangguan cemas menyeluruh berespon
secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapi, ketidakteraturan tersebut
disebabkan oleh perhatian selektif terhadap perincian negatif didalam lingkungan oleh distorsi
pemprosesan informasi, dan oleh pandangan yang terlalu negatif tentang kemampuan seseorang
untuk mengatasinya. Bidang psikoanalitik menghipotesiskan bahwa kecemasan adalah suatu
gejala konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan.
Suatu hierarki kecemasan adalah berhubungan dengan berbagai tingkat perkembangan.
Pada tingkat yang paling primitif, kecemasan mungkin berhubungan dengan ketakutan akan
penghancuran atau fusi dengan orang lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur,
kecemasan adalah berhubungan dengan perpisahan dari objek yang dicintai. Kecemasan kastrasi
adalah berhubungan dengan fase oedipal dari perkembangan dan dianggap merupakan satu
tingkat tertinggi dari kecemasan.

PATOFISIOLOGI
Pada kecemasan terjadi mekanisme sebagaimana terjadi pada stress. Terjadi pengaktifan
sistem saraf simpatis dan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Bila sebagian besar daerah
sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan, maka dengan berbagai cara,
keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar,
diantaranya dengan cara :
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan
aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinalis dan ginjal, yang tidak
diperlukan untuk aktivitas motorik cepat
3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Peningkatan aktivitas mental
9
8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah.
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang
jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek tersebut. Keadaan ini sering disebut sebagai respons
stress simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi,
termasuk didalamnya kecemasan dan stres.
Jika stress menyebabkan keseimbangan terganggu, maka tubuh kita akan melalui
serangkaian tindakan (respons stres) untuk membantu tubuh mendapatkan kembali
keseimbangan. Perjuangan untuk mempertahankan keseimbangan ini disebut sebagai sindrom
adaptasi umum. Ini adalah cara tubuh bereaksi terhadap stres dan untuk membawa kembali sistem
tubuh ke keadaan yang seimbang.
Tahapan salah satu responnya disebut fase alarm, yang dicirikan oleh aktivasi langsung
dari sistem saraf dan kelenjar adrenal. Berikutnya fase resistensi, yang ditandai dengan aktivasi
hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis. HPA axis adalah sistem terkoordinasi dari tiga
jaringan endokrin yang mengelola respon kita terhadap stres.
HPA adalah bagian utama dari sistem neuroendokrin yang mengendalikan reaksi
terhadap stres dan memiliki fungsi penting dalam mengatur berbagai proses tubuh seperti
pencernaan, sistem kekebalan tubuh dan penggunaan energi. Spesies dari manusia ke organisme
yang paling kuno berbagi komponen dari sumbu HPA. Ini adalah mekanisme untuk satu set
interaksi di antara kelenjar, hormon dan bagian-bagian tengah otak yang menengahi sindrom
adaptasi umum.
Sedikit kenaikan kortisol memiliki beberapa efek positif termasuk semburan energi untuk
alasan bertahan hidup, peningkatan fungsi memori, semburan lebih rendah meningkatkan
kekebalan dan kepekaan terhadap rasa sakit.
Masalah terjadi ketika kita meminta tubuh kita bereaksi terlalu sering atau dengan
perlawanan yang berlebihan - baik dari yang dapat mengakibatkan meningkatnya kadar kortisol.
Ketika stres diulangi, atau konstan, kadar kortisol meningkat dan tetap tinggi - menyebabkan fase
ketiga dari sindrom adaptasi umum yang tepat disebut sebagai overload. Pada tahap overload,
sistem tubuh mulai memecah dan risiko penyakit kronis meningkat secara signifikan.
Diketahui bahwa orang-orang normal tingkat kortisol dalam aliran darah puncaknya
terjadi pada pagi hari dan berkurang seiring berjalannya hari itu. Sekresi kortisol bervariasi antar
10
individu. Satu orang dapat mengeluarkan kortisol lebih tinggi daripada yang lain dalam situasi
yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang mengeluarkan tingkat kortisol
lebih tinggi sebagai respons terhadap stres juga cenderung makan lebih banyak makanan, dan
makanan yang lebih tinggi karbohidrat daripada orang yang kurang mengeluarkan kortisol.
Neurotransmitters
Tiga neurotransmitters utama yang berhubungan dengan dasar dari penelitian binatang
dan respon kepada penanganan obat adalah norepinephrine (MODA), serotonin, dan -asam
aminobutyric (GABA). Sebagian besar informasi dasar neuroscience tentang eksperimen binatang
membentuk paradigma tingkah laku dan agen psikoaktif. Satu diantarnya adalah eksperimen
untuk mempelajari test konflik, dimana binatang secara simultan menghadiahi stimuli yang
positif (e.g., makanan) dan negatif (e.g., goncangan elektrik). Obat-obatan Anxiolytic (e.g.,
benzodiazepines) cenderung untuk memberikan fasilitas adaptasi pada binatang terhadap situasi
ini, sedangkan obat-obatan lain (e.g., amfitamin) lebih lanjut mengganggu respon tingkah laku
binatang.
Norepinephrine
Gejala kronis pasien dengan gangguan cemas, seperti serangan panik, kesulitan untuk
tidur, mengejutkan, dan autonomic hyperarousal, adalah karakteristik noradrenergic yang
meningkat. Teori umum tentang peran dari norepinephrine dalam ketidakteraturan dimana
dipengaruhi pasien, mungkin mempunyai satu sistem noradrenergic yang buruk pengaturannya
sehingga terjadi ledakan sekali-kali dari aktivitas ini. Badan sel dari sistem noradrenergic
terutama dilokalisir pada tempat ceruleus di rostral pons, dan fungsinya memproyeksikan akson-
akson pada korteks cerebral, sistem limbic, brainstem, dan tali tulang belakang. Eksperimen
dalam kardinal/primata telah mendemonstrasikan stimulasi itu sehingga dari tempat ceruleus
menghasilkan suatu respon ketakutan dalam binatang dan ablasi pada area yang sama,
menghalangi atau seluruhnya menghalangi kemampuan dari binatang untuk membentuk suatu
respon ketakutan.
Penelitian pada manusia telah ditemukan bahwa dalam pasien dengan gangguan panik,
receptor adrenergic agonists (e.g., isoproterenol [Isuprel]) dan sel peka terhadap rangsangan 2-
adrenergic antagonis (e.g., yohimbine [Yocon]) bisa membuat serangan panik bertambah parah.
Sebaliknya, clonidine (Catapres), sel yang peka terhadap rangsangan agonist, mengurangi gejala
pada beberapa situasi eksperimental dan dapat mengobati. Sebuah temuan lain adalah pasien
11
dengan gangguan cemas, gangguan terutama panik, telah menyebabkan cerebrospinal mengalir
(CSF) atau terpresentasi dalam uruin dalam bentuk noradrenergic metabolite 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG).
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis
Bukti tetap yang menunjukan bahwa banyak peningkatan sintesa dan pelepasan dari
cortisol dapat membuat dampak psikologis. Cortisol berfungsi untuk mengerahkan dan untuk
mengisi penyimpanan energi serta meningkatkan kewaspadaan, memfokuskan perhatian, dan
formasi memori; pertumbuhan dan sistem reproduksi; dan respon kekebalan tubuh (imun).
Pengeluaran cortisol Berlebihan dapat mempunyai efek kurang baik yang serius, mencakup
hipertensi, osteoporosis, immunosuppression, resistansi hormon insulin, dyslipidemia,
dyscoagulation, dan, pada akhirnya, atherosclerosis dan penyakit cardiovasculer. Perubahan pada
hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) fungsi poros masih sedang dipelajari dalam kaitannya
dengan PTSD. Pada pasien dengan gangguan panik, adrenocorticoid hormon (ACTH)
mempengaruhi pada faktor corticotropin-releasing (CRF) masih sedang dipelajari dalam beberapa
penelitian.
Corticotropin-Releasing Hormone (CRH)
Salah satu dari penengah terpenting respon tekanan, CRH mengkoordinir perubahan
tingkah laku dan fisiologis adaptip yang terjadi selama tekanan psikis. Hypothalamic tingkat
CRH meningkat dengan tekanan, menghasilkan aktivasi dari poros HPA dan pelepasan dari
cortisol ditingkatkan serta dehydroepiandrosterone (DHEA). CRH juga menghalangi berbagai
neurovegetative berfungsi, seperti masukan makanan, aktivitas seksual, dan program endokrin
untuk pertumbuhan serta reproduksi.
Serotonin
Identifikasi dari banyak jenis reseptor serotonin telah menstimulasi pencarian dari peran
serotonin pada pathogenesis gangguan cemas. Tipe berbeda dari hasil tekanan akut dalam
peningkatan 5-hydroxytryptamine (5-HT) terjadi di korteks prefrontal, nukleus accumbens,
amygdala, dan hypothalamus lateral. Keterikatan pada hubungan ini pada awalnya termotivasi
oleh observasi dimana serotonergic antidepressants mempunyai efek terapeutik pada beberapa
gangguan cemas, sebagai contoh, clomipramine (Anafranil) pada OCD. Efektivitas dari buspirone
(BuSpar), suatu serotonin 5-HT1A reseptor agonis, dalam penanganan dari gangguan cemas juga
menyarankan kemungkinan dari satu asosiasi antara serotonin dan kecemasan. Badan sel dari
12
sebagian besar neuron serotonergic adalah terletak di raphe nuclei di rostral brainstem dan
memproyeksikan ke korteks cerebral, sistem limbik (terutama, amygdala dan hippocampus), dan
hipotalamus. Beberapa laporan menunjukkan bahwa meta-chlorophenylpiperazine (mCPP), satu
obat dengan berbagai efek serotonergik dan nonserotonergik, dan fenfluramine (Pondimin), yang
menyebabkan pelepasan dari serotonin, juga menyebabkan peningkatan rasa cemas pada pasien
dengan gangguan cemas, dan banyak laporan anekdot menunjukkan bahwa serotonergic
hallucinogens serta stimulan, sebagai contoh, asam lysergic diethylamide (LSD) dan 3,4-
methylenedioxymethamphetamine (MDMA) dihubungkan dengan perkembangan gangguan
cemas akut dan kronis pada orang yang menggunakan obat-obatan ini. Penelitian Klinis dari 5-
HT berfungsi pada gangguan cemas yang mempunyai hasil campuran. Satu penelitian
menemukan bahwa pasien dengan gangguan panik mempunyai tingkat yang lebih rendah dalam
sirkulasi 5-HT bandingkan dengan pengaturannya. Dengan begitu, tidak ada pola jelas dari
kelainan dalam fungsi 5-HT pada gangguan panik yang muncul dari analisa dari unsur-unsur
darah perifer.
GABA
Sebuah peran dari GABA pada gangguan cemas adalah sebagian besar didukung oleh
keefektifan dari benzodiazepines, yang meningkatkan aktivitas dari GABA pada reseptor GABA
tipe A (GABA
A
), dalam penanganan dari beberapa bentuk gangguan cemas. Walaupun
benzodiazepines potensi-rendah adalah paling efektif untuk gejala gangguan cemas pada
umumnya, potensi-tinggi benzodiazepines, seperti alprazolam (Xanax), dan clonazepam adalah
efektif dalam penanganan dari gangguan panik. Penelitian pada primata telah ditemukan bahwa
susunan saraf otonom memperlihatkan gejala gangguan cemas yang diinduksi ketika satu
benzodiazepine invers agonist, asam -carboline-3-carboxylic (BCCE) dikelola. BCCE juga
dapat menyebabkan kecemasan. Antagonis benzodiazepine, flumazenil (Romazicon),
menyebabkan serangan panik yang sering pada pasien dengan gangguan panik. Data ini telah
memimpin peneliti untuk memberikan hipotesa bahwa beberapa pasien dengan gangguan cemas
mempunyai fungsi abnormal dari reseptor GABA
A
mereka, walaupun hubungan ini sudah tidak
diperlihatkan secara langsung.
Aplysia
Sebuah tipe neurotransmitter untuk gangguan cemas menjadi dasar penelitian dari
Aplysia California, oleh Eric Kandel, M.D pemenang Penghargaan Nobel. Aplysia adalah suatu
keong laut yang bereaksi pada bahaya dengan cara berpindah, penarikan ke dalam kulit/kerang
13
nya, dan penurunan perilaku makanan nya. Perilaku ini mungkin menjadi secara sederhana
dikondisikan, sedemikian rupa sehingga keong memberikan reaksi terhadap satu stimulus netral
seolah-olah adalah satu stimulus berbahaya. Keong dapat juga dibuat peka oleh shock random,
sedemikian rupa sehingga hal itu memperlihatkan suatu reaksi dan tidak adanya bahaya nyata.
Secara paralel sebelumnya telah digambarkan pengaruh antara keadaan klasik dan manusia
dengan kecemasan dan fobia. Yang secara sederhana Aplysia dikondisikan sebagai adanya
perubahan yang terukur pada presynaptic, menghasilkan pelepasan dan peningkatan sejumlah
neurotransmitter. Walaupun keong laut adalah satu binatang sederhana, pekerjaan ini
memperlihatkan satu pendekatan eksperimental kepada neurochemical kompleks memproses
potensi yang terlibat dalam gangguan cemas pada manusia.
GEJALA UMUM ANXIETAS
Gejala psikologik:
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut gila,takut
kehilangan kontrol dan sebagainya.
Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit
bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain.

Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit
dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada;
jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan
tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga
berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik
untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien
dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa
gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang
bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.


14
BENTUK GANGGUAN ANXIETAS
y Gangguan Panik
y Gangguan Fobik
y Gangguan Obsesif-kompulsif
y Gangguan Stres Pasca Trauma
y Gangguan stres Akut
y Gangguan Anxietas Menyeluruh.

GANGGUAN PANIK
y Ada dua kriteria Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik
dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik.
GAMBARAN KLINIS
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun
serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas
seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau
situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala
yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat,
suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan
sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat.
Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30
menit.
Agorafobia : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit
mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali
mereka keluar rumah.
GEJALA PENYERTA
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada beberapa
pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian
telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik
15
adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
DIAGNOSA BANDING
Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.
Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.
Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.
Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi, gangguan
menopause, dsb.
lntoksikasi obat, putus obat.
Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb
PEDOMAN DIAGNOSTIK AGORAFOBIA
y Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit
meloloskan diri
y Situasi dihindari, misal jarang bepergian
y Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia
sosial
PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN PANIK
y Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan
y Sekurangnya satu serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan
mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan, perubahan perilaku
bermakna berhubungan dengan serangan
y Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi medis umum
y Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. misal gangguan
obsesif - kompulsif.
y Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia

GANGGUAN FOBIK
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen populasi menderita
gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan
penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.
16
Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb
Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti
berbicara di depan umum, dsb

PEDOMAN DIAGNOSTIK
y Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek /situasi)
y Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan
y Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan
y Situasi fobik dihindari

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah
2-3 persen.
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak
dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

PEDOMAN DIAGNOSIS
= Pikiran, impuls, yang berulang
= Perilaku yang berulang
= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan
= Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan
= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.


17
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi fisik
- Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis, komplikasi trauma, dsb)
Kondisi psikiatrik
- Skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, gangguan depresif.
GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA
Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka
mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa
berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi
dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan
responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang
sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh
pemusatan perhatian yang buruk)
Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan 1 sampai 3 persen
populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun
gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol
pada usia dewasa muda.
PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCATRAUMA
A. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
o mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman
kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau
ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
o respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya
B. Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:
o rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
o Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
18
o berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
o penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik
o reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
D. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:
kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut
yang berlebihan.
E. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
REAKSI STRES AKUT
Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa adanya
gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar
biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa
pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri
memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar
biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah
kejadian. Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-
ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan terpaku , semua gejala berikut mungkin tampak:
depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan tetapi tidak
satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu lama. (b)
pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan
cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya
baru mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.


19
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan
menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang
berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing
kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa
dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam
waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan

PEDOMAN DIAGNOSTIK
Pasien harus menunjukan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap hari
selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya
mencakup hal-hal berikut : kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas
otonomik.
PENATALAKSANAAN GANGGUAN KECEMASAN
Terdapat tiga pendekatan terapeutik untuk mengatasi gejala berhubungan dengan
kecemasan yaitu :
1. Manajemen krisis
2. Farmakoterapi
3. Psikoterapi

Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah proses pendek yang di disain untuk menolong sesorang
menyembuhkan problem akut kepada tingkat fungsional normal mereka melalui cara personal,
social dan lingkungan.
Langkah langkah dalam manajemen krisis :
y Pengukuran psikososial dari individu, bahwa keluarga ikut didalam krisis
y Pengembangan rencana dengan individu atau keluarga dalam krisis
y Penerapan rencana dan penggambaran secara personal
20
y Kelanjutan dari rencana (follow up)
Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :
1. Peredaaan gejala
2. Pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk jangka pendek
3. Suportif (dukungan)
Farmakoterapi
Obat-obat antianxietas sebaiknya digunakan untuk waktu yang singkat karena ditakutkan
akan terjadi ketergantungan, meskipun banyak obat yang efektif untuk meredakan anxietas.
Obat antiansietas dibagi dalam dua golongan :
Obat antiansietas disebut anxiolitika yaitu obat yang dapat mengurang antiansietas dan
patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak berpengaruh pada proses kognitif dan
persepsi, efek otonomik dan ekstra piramidal tetapi menurunkan ambang kejang dan berpotensi
untuk ketergantungan obat.
Ada dua golongan obat antiansietas :
1. Benzodiazepin : diazepam, oxazolam, lorazepam, clobazam
2. Non Benzodiazepin : buspiron dan sulpirit
Benzodiazepin merupakan obat pilihan untuk kecemasan dan ketegangan jika pasien
mengalami ansietas yang intensif. Benzodiazepin dengan paruh waktu yang lebih panjang
mungkin dapat diterima.
Mekanisme kerja : syndrome Acietas disebabkan oleh hiperaktifitas dari system limbik SSP
yang terdiri dari dopaminergik, noradrenergik, serotoniergik neurons yang dikendalikan oleh
GABA ergic neurons.
Ada beberapa efek samping obat dari golongan ini adalah :
y Sedasi : mengantuk, kewaspadaan kurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah.
y Relaksasi otot : rasa lemah, cepat lelah dll.
21
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotik, potensi menimbulkan
ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis
akhir berlangsung sangat singkat.
Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat : pasien menjadi
irirtable, bingung, gelisah, imsonia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi dll. Hal ini
berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiasepin dalam plasma.
Ketergantungan lebih sering pada individu dengan riwayat peminum alkohol,
penyalahgunaan obat, atau unstable personalities oleh kerena itu obat Benzodiasepin tidak
dianjurkan kepada pasien pasien tersebut.
Golongan Benzodiasepin sebagai obat anti-ancietas yang mempunyai ratio terapeutik yang
lebih tinggi dan kurang menimbulkan efek adiksi, toksisitas rendah. Golongan ini merupakan
drug of choice dari semua obat yang mempunyai efek anti-ancietas.
Lama pemberian :
y Pada syndrome ancietas yang disebabkan factor situasi eksternal, pemberian obat tidak
lebih dari 1 3 bulan.
y Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila syndrome anxietas dapat diramlakan
waktu datangnya dan hanya pada situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering.
y Penghentian selalu secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala lepas obat.
Psikoterapi
Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang terapis yang terlatih
khusus pada seorang pasien dengan memakai cara profesional yang dilandasi hubungan therapist-
pasien yang khas, sehingga keluhan pasien tersebut dapat dialihkan, diringankan, atau
disembuhkan, mengembangkan pertumbuhan secara positif.
Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi :
b. Psikoterapi bentuk sugesti (supportive)
c. Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)
d. Psikoterapi jenis prilaku (behaviour therapy)
22
PROGNOSIS
Sebenarnya dalam beberapa kasus gangguan cemas dapat diatasi dengan baik bila
didapati diagnosis dini serta tatalaksana yang baik, namun sering kali gangguan ini dianggap
sebagai sesuatu hal yang tidak terlalu mendasar dan penting sehingga seringkali ditangguhkan
oleh pasien untuk mencari pertolongan dalam menghadapi gangguan yang diderita atau
dialaminya.


















23
BAB III
KESIMPULAN

Keadaan stres, konflik-konflik yang kompleks menjadikan pencetus stres bagi individu
maupun masyarakat sendiri. Secara subyektif kecemasan itu bagi kebanyakan orang adalah
perasaan yang tidak enak, yang perlu secepat-cepatnya ditangani.
Secara objektif kecemasan itu merupakan suatu pola psikobiologik dengan fungsi
pemberitahu (alarm) adanya bahaya, dengan mengakibatkan suatu perencanaan tindakan yang
efektif, ialah suatu usaha penyesuaian diri terhadap trauma psikis, krisis dan konflik. Apabila
perencanaan dalam penyesuaian diri ini berjalan dengan baik maka kecemasan akan berkurang,
tetapi apabila perencanaan ini berlangsung tidak baik kecemasan bahkan akan bertambah hebat.
Untuk itu dalam menghadapi kecemasan orang dapat mengadakan reaksi sebagai berikut
: secara sadar menghadapinya dan berusaha meniadakan atau memperkecil kekuatannya dengan
jalan rasionalisasi.
Secara tidak sadar orang dapat menghadapinya dan berusaha meniadakan atau
memperkecil kekuatannya dengan jalan rasionalisasi.
Secara tidak sadar orang dapat menempuh 2 jalan :
a. Dengan menggunakan mekanisme pembelaan, yang kita lihat pada reaksi fobik dan
rekasi obsesi.
b. Dengan menggunakan mekanisme konversi.

Bentuk bentuk gangguan anxietas sendiri berupa gangguan panik, gangguan fobik
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan stres akut, gangguan
anxietas menyeluruh. Terapi yang dianjurkan adalah manajemen krisis, farmakoterapi,dan
psikoterapi.






24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ. : Anxiety Disorder, Sypnosis of Psychiatry, 7 th ed,William &
Wilkins, Baltimore USA, 1994, 573-616.
2. American Pshyciatryc Association : Anxiety Disorder, Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorder IV (DSM-IV), Washington , USA, 1994.
3. Stahl MS; Stahls Essential Psychopharmacology, ed 3, Cambridge university, 2008.

4. Ibrahim A. S. Dr. Sp.KJ : Cemas, Panik, Fobia, dan Stress Pasca Trauma Layaknya
Benang Kusut, PT. Dian Ariesta, Jakarta, 1999.

5. Rowney, Jess; Hermida, Teresa; Maloney, Donald. Anxiety Disorders. Cleveland Clinic.
Di unduh dari www.clinicmeded.com tanggal 1 Mei 2011.

6. Asnawi H.,Evalina Dr. Sp.KJ. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
Diunduh dari www.idijakbar.com tanggal 1 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai