Abstrak Tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan situasional yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu Path Goal Theory of Leadership (kepemimpinan jalur tujuan) yang berusaha memprediksi keefektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi, Hersey dan Blachard mengembangkan model kepemimpinan situasional yang lebih dikenal dengan istilah situational leaderhip model (SLM). Model kepemimpinan situasional ketiga dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif sampai laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah merujuk pada sampai dimana pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Situasional Leadership Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam situational leadership pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang.
Situational Leadership Model (SLM) SLM memberi penekanan pada lebih pada pengikut dan tingkat kematangan mereka. Para pemimpin diharapkan dapat menilai dengan tepat atau menilai secara intuitif tingkat kematangan dari pengikut mereka dan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan tersebut (Ivancevich, dkk, 2007). Ada dua tipe kesiapan yang dipandang penting : pekerjaan dan psikologis. Seorang yang memiliki kesiapan kerja tinggi memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan tugas mereka tanpa perlu arahan dari manajer. Seorang yang tingkat kesiapan psikologis yang tinggi memiliki tingkat motivasi diri dan keinginan untuk melakukan kerja berkualitas tinggi. Orang ini juga tidak membutuhkan supervise.
TEORIONLINE PERSONAL PAPER No. 01/ Feb-2014 2
Hersey dan Blanchard mengggunakan penelitian OSU (Ohio State University) untuk kemudian mengembangkan 4 gaya kepemimpinan yang bisa dipakai oleh para pemimpin, antara lain : Telling menyuruh, pemimpin menetapkan peran yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas dan memerintahkan para pengikutnya apa, dimana, bagaimana dan kapan melakukan tugas tersebut. Selling menjual, yaitu pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi juga bersifat supportif. Participating berpartisipasi, yaitu pemimpin dan para pengikutnya bersama- sama memutuskan bagaimana cara terbaik menyelesaikan suatu pekerjaan. Delegating delegasi, yaitu pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang jelas dan spesifik ataupun dukungan pribadi kepada para pengikutnya Gaya kepemimpinan yang tepat akan tergantung pada orang atau kelompok yang dipimpin. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard mengidentifikasi empat tingkat Kematangan M1 melalui M4: M1 Adalah karyawan yang tidak memiliki keterampilan khusus yang diperlukan untuk pekerjaan, tidak mampu dan tidak mau melakukan atau mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan atau tugas. M2 Adalah bawahan yang tidak dapat mengambil tanggung jawab untuk tugas yang dilakukan, namun mereka bersedia bekerja pada tugas. Mereka adalah pemula tapi memiliki antusiasme dan motivasi. M3 Adalah karyawan yang berpengalaman dan mampu melakukan tugas tetapi tidak memiliki keyakinan atau kemauan untuk mengambil tanggung jawab. M4 Mereka berpengalaman pada tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya dengan baik. Mereka mampu dan bersedia untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi untuk mengambil tanggung jawab untuk tugas tersebut.
Situasional Leadership II Hersey dan Blanchard terus bekerjasama dalam pengembangan teori sampai dengan tahun 1977. Setelah keduanya sepakat untuk menjalankan masing-masing perusahaannya, pada akhir tahun 1970, Hersey berubah nama dari Situational Leadership Theory menadi Situational Leadership, sedangkan Blanchard menawarkan Kepemimpinan Situasional menjadi Pendekatan Situasional untuk Mengelola Orang / Situational Approach to Managing People. Blanchard dan rekan- rekannya terus merevisi Pendekatan Situasional untuk Mengelola Orang, dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII). Figure 1. Model Kepemimpinan Situasional II dari Blanchard
TEORIONLINE PERSONAL PAPER No. 01/ Feb-2014 3
Model Kepemimpinan Situasional Picture from : leadershipvibe.net
Kritik terhadap Teori SLM Ivancevich (2007) mencatat bahwa pengetesan terhadap model ini masih sangat terbatas. Bahkan, Marshal Sashkin dan Molly G. Sashkin (2003) mempertanyakan bagaimana pemimpin dapat mengubah atau mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka, dan memyesuaikan dengan pengikut atau kelompok. Apakah orang-orang dalam posisi memimpin dapat sedemian adaptif? Menurut Kreitner dan Kinicki (2005) teori ini tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian mengenai kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam berbagai penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya digunakan dengan catatan-catatan khusus. Blanchard merespon beberapa kritik terhadap SLT dengan merevisi model awalnya dan mengubah beberapa istilah. Sebagai contoh, perilaku tugas, perilaku direktif, dan relasi dirubah menjadi perilaku supportif. Keempat gaya kepemimpinan tersebut sekarang disebut sebagai S1 =directing, S2 =Coaching, S3 =Supporting, dan S4 =Delegating. Kesiapan (maturiry) selanjutnya disebut tingkat perkembangan dari pengikut yang selanjutnya dimaknakan sebagai tingkat kompetensi dan komitmen pengikut untuk melakukan tugas (Ivancevich, dkk, 2007).
Referensi : Ivancevich, J.M. Konopaske, R., Matteson., M.T. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga. Kreitner, R dan Kinicki, A. 2005. Perilaku Organsiasi. Jakarta : Salemba Empat Robbins., S dan Judge. 2007. Perilaku Organsiasi. Jakarta : Salemba Empat Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta : Index http:/ / en.wikipedia.org/ wiki/ Situational_leadership_theory
TEORIONLINE PERSONAL PAPER No. 01/ Feb-2014 4
Rekomenasi Paper Colin Silverthorne, (2000) Situational leadership theory in Taiwan: a different culture perspective, Leadership & Organization Development Journal, Vol. 21 Iss: 2, pp.68 74 Jui-Chen Chen, Colin Silverthorne, (2005) Leadership effectiveness, leadership style and employee readiness, Leadership & Organization Development Journal, Vol. 26 Iss: 4, pp.280 288 Gayle C. Avery, Jan Ryan, (2002) Applying situational leadership in Australia, Journal of Management Development, Vol. 21 Iss: 4, pp.242 262 Thomas D. Cairns, John Hollenback, Robert C. Preziosi, William A. Snow, (1998) Technical note: a study of Hersey and Blanchards situational leadership theory, Leadership & Organization Development Journal, Vol. 19 Iss: 2, pp.113 116