Penanaman Modal *)
Pendahuluan
Undang-Undang Penanaman Modal (selanjutnya disebut “UUPM”) yang lahir
pada 26 April 2007 berusaha mengakomodir perkembangan zaman dimana
peraturan sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing (selanjutnya
disebut “UUPMA”) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo. Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(selanjutnya disebut “UUPMDN”), dirasa sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman. Dalam UUPM, penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Aturan
dalam UUPM berlaku bagi penanaman modal di semua sektor wilayah
Indonesia, dengan ketentuan hanya terbatas pada penanaman modal langsung,
dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portfolio
sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 UUPM beserta penjelasannya.
Ketenagakerjaan
Tidak berbeda jauh dengan peraturan pendahulunya, UUPM menyatakan bahwa
perusahaan penanaman modal harus mengutamakan tenaga kerja warga negara
Indonesia dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Perusahaan tersebut
berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan
keahlian tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.[4] Jika terjadi
perselisihan hubungan industrial, maka jalan yang akan ditempuh secara
berurutan (jika penyelesaian sebelumnya tidak mencapai hasil) adalah:
Bidang Usaha
Pada dasarnya, semua bidang atau jenis usaha adalah terbuka untuk kegiatan
penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka
dengan persyaratan. Aturan lebih lanjut mengenai bidang usaha yang terbuka
dan tertutup diatur dalam Peraturan Presiden.[6] Peraturan Presiden yang
dimaksud adalah Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang
Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, dan Peraturan
Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Mengenai fasilitas hak atas tanah, UUPM mengatur langsung mengenai jangka
waktu untuk hak-hak atas tanah yang diberikan kepada penanam modal, UUPM
tidak merujuk pada peraturan yang berlaku seperti yang dilakukan oleh peraturan
pendahulunya (lihat catatan kaki).[8] Yang dilakukan oleh pembentuk undang-
undang yang membuat UUPM ini adalah sah-sah saja, sesuai dengan asas lex
spesialis derogat legi generalis, namun apa alasan pasti dari pembentuk undang-
undang untuk mengatur secara khusus perihal hak atas tanah tersebut, belum
diketahui. Yang jelas, jangka waktu yang diberikan menjadi relatif lebih panjang.
Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah tersebut dapat dihentikan atau
dibatalkan oleh
Pemerintah jika perusahaan penanam modal menelantarkan tanah, merugikan
kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai
dengan maksud dan tujuan, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan.
Selain fasilitas berupa kebijakan fiskal dan hak atas tanah, fasilitas lain yang
diberikan Pemerintah
kepada penanam modal adalah fasilitas keimigrasian yang berupa kemudahan
pelayanan dan/atau perizinan. Kemudahan tersebut diberikan setelah penanam
modal mendapat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Khusus bagi penanam modal asing diberikan fasilitas yang terdapat dalam Pasal
24 ayat (3) dan ayat (4) UUPM.
Penyelesaian Sengketa
Jika terjadi sengketa di bidang penanaman modal diantara Pemerintah dengan
penanam modal, maka diselesaikan melalui musyawarah mufakat. Apabila tidak
mencapai kata sepakat, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui arbitrase
atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai perundang-
undangan.[12]
Dalam hal sengketa terjadi antara Pemerintah dengan penanam modal dalam
negeri, maka para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, jika
tidak disepakati melalui arbitrase, maka diselesaikan melalui Pengadilan.
Kemudian, jika sengketa terjadi antara Pemerintah dengan penanam modal
asing, maka para pihak menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase
internasional.
Sanksi
Penanam modal (baik dalam negeri maupun asing) yang berbentuk perseroan
Terbatas dilarang membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan
bahwa kepemilikan saham dalam perseroan Terbatas untuk dan atas nama
orang lain. Jika hal tersebut dilakukan, maka perjanjian yang dibuat akan batal
demi hukum.
Penutup
UUPM ini menyatakan bahwa terhadap Perjanjian internasional (baik bilateral,
regional, maupun multilateral) dalam bidang penanaman modal yang telah
disetujui oleh Pemerintah Indonesia sebelum UUPM berlaku, tetap berlaku
sampai perjanjian tersebut berakhir. Sedangkan bagi rancangan perjanjian
internasional yang belum disetujui oleh Pemerintah pada saat UUPM berlaku,
maka wajib disesuaikan dengan UUPM.
Sesuai dengan asas lex posteriori derogate legi priori, maka pada saat UUPM
berlaku, UU PMDN dan UU PMA dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru
berdasarkan UUPM. Bagi persetujuan penanaman modal dan izin pelaksanaan
yang telah diberikan oleh Pemerintah berdasarkan peraturan sebelumnya (UU
PMDN dan UU PMA) dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
persetujuan penanaman modal dan izin pelaksanaan tersebut. Perusahaan
penanaman modal yang telah diberi izin oleh Pemerintah berdasarkan UU
PMDN dan UU PMA, dapat memperpanjang izin usahanya berdasarkan UUPM
apabila izin usaha tetapnya telah berakhir.
ENDNOTE:
[1] Undang-Undang tentang Penanaman Modal, Undang-Undang No. 25, LN No.
67 Tahun 2007, TLN No. 4724.
[2] Pasal 5 ayat (1) UUPM
[3] Pasal 5 ayat (2) UUPM
[4] Pasal 10 UUPM
[5] Pasal 11 UUPM
[6] Pasal 12 UUPM jo. Perpres No. 76 dan 77 Tahun 2007.
[7] Kepastian Hak adalah jaminan Pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban
yang ditentukan. Kepastian Hukum adalah jaminan Pemerintah untuk
menempatkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai
landasan utama dalam setiap tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.
Kepastian Perlindungan adalah jaminan Pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanaman modal.
[8] Pasal 14 UU 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing menyatakan
bahwa: “Untuk keperluan perusahaan-perusahaan modal asing dapat diberikan
tanah dengan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai menurut
peraturan perundangan yang berlaku”. Dengan kata lain, mengenai aturan hak
guna angunan (HGB), hak guna usaha (HGU), dan hak pakai (HP) merujuk
pada UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan-peraturan Pokok Agraria (lebih
dikenal dengan sebutan UUPA) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang “Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah”.
[9] Pasal 24 UUPM
[10] Pasal 25 UUPM
[11] Pasal 27 UUPM
[12] Pasal 32 UUPM