Anda di halaman 1dari 13

Makalah Ilmu Akhlak "SIFAT DUSTA"

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Ilmu Akhlak yang berjudul SIFAT
DUSTA .
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Ilmu Akhlak.
Sebagai bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
dapat diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya .


Bogor, November 2013


Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A. Pengertian Bohong/Dusta...................................................................................... 3
B. Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori............................................................... 3
1. Mendustakan / berkhianat kepada Allah SWT............................................... 3
2. Mendustakan atau berkhianat kepada Rasul saw............................................ 4
3. Mengkhianati amanah (kepercaan) diantara sesama manusia......................... 5
C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta.......................................................... 6
D. Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari.................................. 7
E. Terapi Penyembuhan Penyakit Tercela Ini........................................................... 8
F. 30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita.................................................. 9
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12


BAB I
PENDAHULUAN

Di era globalisasi sekarang ini, kebohongan dan kepalsuan telah menjalar dan menjadi
borok di segala lapisan masyarakat. Sebagian umat Islam pun ada yang kecanduan dengan sikap
tercela ini.
Allah swt telah menjadikan umat Islam bersih dalam kepercayaan, segala perbuatan dan
perkataannya. Kejujuran adalah barometer kebahagiaan suatu bangsa. Tiada kunci kebahagiaan
dan ketentraman haqiqi melainkan bersikap jujur, baik jujur secara vertikal maupun horizontal.
Kejujuran merupakan nikmat Allah Taala yang teragung setelah nikmat Islam, sekaligus
penopang utama bagi berlangsungnya kehidupan dan kejayaan Islam. Sedangkan sifat bohong
merupakan ujian terbesar jika menimpa seseorang, karena kebohongan merupakan penyakit yang
menggerogoti dan menghancurkan kejayaan Islam.
Dusta merupakan dosa dan aib besar, Allah Taala berfirman:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. (Al-Isra: 36)
Dari Ibnu Masud Radhiallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:
Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju
Surga. Sungguh seseorang yang membiasakan jujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang
jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan kemungkaran
menjerumuskan ke Neraka. Sungguh orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai
pendusta. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hakikat dari kejujuran dan keikhlasan adalah menyatakan keimanan dan keislaman,
karena sesungguhnya orang yang menampakkan keislamannnya terbagi menjadi dua, yaitu orang
mukmin dan orang munafik. Hal yang membedakan antara keduanya adalah kejujuran dan
ketulusannya, karena sesungguhnya dasar dari kemunafikanseseorang adalah kebohongan.[1]
Jauhilah Dusta, karena dusta merusak hakikat yang sebenarnya atas dirimu dan akan
merusak pulakondisimu dan pandangan manusia terhadapmu. Pendusta akan menggambarkan
sesuatu yang tiada seperti ada dan ayang ada seperti tiada. Kebenaran dikatakan sebagai
kebatilan, kebatilan dikatakan kebenaran. Kebaikan dikatakan sebagai keburukan dan keburukan
dikatakan kebaikan. Akhirnya hakikat sebenarnya tidak mampu ia kenali sebagai akibat atas
kedustaannya.
Maka saat seseorang memilih untuk bersikap jujur dalam kehidupannya, itu bersandar
kepada perasaan cinta dan taatnya kepada Allah SWT. Jika dia memilih untuk menjauhi sikap
dusta, itu bersandar kepada perasaan takutnya kepada Allah SWT. Dan jika dia begitu teguh pada
kedua sikap tersebut, itu bersandar kepada harapan hatinya untuk mendapatkan ridha Allah
SWT.[2]











BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bohong/Dusta

Bohong adalah sifat atau keadaan dari sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar, tidak
berdasarkan/fakta, tidak menepati janji/kesepakatan atau tidak mengakui atau melanggar hak-
hak pihak lain.
Sejenis dengan pengertian bohong, terdapat kata dusta/mendustakan (tidak mengakui),
hianat/menghianati (tidak amanah/tidak menepati janji/curang), fitnah/memfitnah (menyebar
berita bohong/tuduhan palsu) dan sebagainya.
Dibandingkan dengan sifat sombong dan sifat dengki dalam pembahasan sebelumnya, sifat
bohong atau dusta tampaknya harus lebih banyak mendapat perhatian.

B. Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori

Perbuatan yang memiliki sifat bohong/dusta/khianat, dapat dibagi dalam 3 kategori,
berdasarkan kepada firman Allah Taala berikut ini:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.Q.S (Al-Anfaal [8] : 27)

1. Mendustakan / berkhianat kepada Allah SWT
Dusta / khianat yang terkait dengan hak-hak Allah SWT, mengabaikan perintah dan
larangan-Nya, tidak mensyukuri/mendustakan nikmat-Nya, sehingga yang melakukan
itu termasuk orang-orang yang digolongkan kedalam: kufur, syirik, fasiq, ishyan. Firman
Allah swt:
a. Dan tak ada suatu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka
selalu berpaling daripadanya (mendustakannya) Q.S (An-Anaam [6]: 4)
b. Maka barang siapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka
merekalah orang-orang yang dzalim Q.S (Ali Imran [3]: 94)
c. Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang mendustakan itu" Q.S (An-Aam : 11)
d. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah tidak beruntung" Q.S (Yunus [10] : 69)
e. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta Q.S (An Nahl[16]: 105)
f. ........ dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat. Maka Dia
mendapat hidangan air yang mendidih..... .... dan dibakar di dalam JahannamQ.S (Al-
Waqiah [56]: 92-94)

2. Mendustakan atau berkhianat kepada Rasul saw.
Mendustakan/khianat kepada Rasul adalah tidak percaya terhadap misi yang dibawa Rasul,
berhianat termasuk memalsukan hadits, pembuat bidah serta memuja/mengagung-
agungkan/mengkultuskan Nabi melebihi manusia biasa (sehingga dianggap sebagai anak Tuhan)
dan sebagainya. Firman Allah Taala:
a. Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad). Maka tatkala Rasul itu (Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata. (As-Shaf [61] : 6)
b. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" Q.S (Al-Kahfi [18] : 110)
c. Didalam Sirah Nabawiyah disebutkan dua orang sahabat yang ketika sedang perang, tanpa
sengaja membuka rahasia Nabi (umat muslimin) kepada kaum kafir Quraish, seperti Abu
Lubabah bin Abdul Munzir serta Hathib bin Abi Baltaah (peristiwa fathu Makkah) (lihat juga
Tafsir Ibnu Katsier terkait dengan Ayat 27 Surat Al-Anfaal)
d. Terdapat pula orang yang mengaku Nabi bahkan pernah hendak membunuh Nabi SAW.
(Musailamah al Kadzdzab) dan 2 tokoh pembuat hadits palsu Abu Ismah ibn Abi
Maryan dan Abdul Karim ibn Abil Auja (T.M. Hasbi Ash Shiddieqy: Sejarah Hadits) dan
banyak lagi para pembuat bidah dalam beribadah

3. Mengkhianati amanah (kepercaan) diantara sesama manusia
Dusta / khianat /fitnah yang terkait dengan hak-hak sesama manusia, seperti harta,
kehormatan, kepercaayaan dan sebagainya.
Perbuatan seperti sumpah palsu, pemalsuan, penipuan, merusak rasa
keadilan/lingkungan/tatanan kehidupan, merugikan orang lain/masyarakat dan lainnya, sudah
biasa terjadi bahkan semuanya bisa terjadi dan bersatu dalam diri seseorang yang
disebut koruptor.
Rasulullah SAW telah menyampaikan risalahnya berupa peringatan serta petunjuk seperti
yang terdapat di dalam Al-Quran serta As-Sunnah diantaranya:
a. Dan barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada
orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa
yang nyata Q.S (An-Nisa : 112)
b. Jangan ada kecurangan dalam menggunakan alat timbang dan takaran. Q.S (Al-Israa [17]:
35) dan Q.S (Al-Muthaffin [83] : 1-5)
c. Perintah agar berlaku adil kepada orang yang memutuskan suatu perkara. Q.S (An-Nisa [4] :
135)
d. Petunjuk agar tidak terjadi curang/tipu dan dusta dalam bermuamalah. Q.S (Al-Baqarah [2] :
282)
e. Kejujuran dalam perkataan dan perbuatan akan mendatangkan kebaikan, kebohongan akan
mendatangkan keburukan.
f. Abu Khalid, Hakin bin Hizam r.a berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Dua orang yang
melakukan jual beli bebas memilih sebelum keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan
berteruas terang dalam jual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Namun, jika
keduanya tidak berterua terang dan berdusta, maka jual beli yang mereka lakukan tidak aakan
berkah (H.R. Bukhari dan Muslim H. 6/59 R.S)
g. Ibnu Masud r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Kejujuran mengantarkan pada
kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur, sedangkan kebohongan mengantarkan pada
kedurhakaan dan kedurhakaan mengantarkan pada neraka. Seseorang yangsenantiasa berkata
bohong akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong
h. Sesungguhnya Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan
(merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan kerusakan (HR.
Ibnu Babawih)

C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta
Adapun faktor-fktor pendorong terjadinya dusta, yaitu:[3]
1. Tipisnya rasa takut kepada Allah Taala.
2. Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya baik untuk melariskan barang
dagangan, melipatgandakan keuntungan atau yang lain.
3. Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan
kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4. Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
5. Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan
tempat tinggalnya.
6. Merasa bangga dengan kebohongannya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu
kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.

D. Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari

1. Ungkapan seseorang: Telah saya katakan kepadamu seribu kali, masa belum paham juga.
Ungkapan di atas tidak menunjukkan jumlah bilangannya, tetapi untuk menguatkan maksud. Jika
ia hanya mengatakannya sekali, maka ia telah berdusta. Tetapi jika ia mengatakannya berkali-
kali walaupun belum sampai hitungan seribu kali, maka ia tidak berdosa.
2. Contoh lain, seseorang berkata kepada temannya: Silakan dimakan, lalu dijawab:
Terimakasih, saya sudah kenyang atau saya tidak bernafsu. Hal-hal semacam itu dilarang
(haram) jika tidak mengandung tujuan yang benar. Ahli wirai (orang-orang yang senantiasa
memelihara dirinya dari unsur haram) sangat membenci basa-basi semacam ini.
3. Berdusta dalam memberitakan mimpi, padahal dosanya besar sekali. Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
Sesungguhnya di antara kebohongan terbesar adalah seseorang yang mengaku (bernasab)
kepada selain bapaknya, atau bercerita tentang mimpi yang tak pernah ia lihat, serta
meriwayatkan atas Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sesuatu yang tidak pernah beliau
katakan. (HR. Al-Bukhari)
4. Mengelabuhi anak kecil dengan memanggilnya untuk diberi sesuatu, padahal ia tidak memiliki
apa-apa. Misalnya, seseorang berkata: Nak kemari, bantu bapak ya, nanti bapak kasih duit,
tetapi kemudian ia tidak memberinya apa-apa.
5. Menceritakan segala hal yang ia dengar.
Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala hal yang ia dengar(HR.
Muslim).
Padahal sangat mungkin terjadi kekeliruan dalam pemberitaannya, karena ia tidak mengecek
terlebih dahulu, tapi biasanya ia berdalih: Ini berdasarkan yang saya dengar. Bagaimana jika
berita itu tentang tuduhan zina? Apa ia tetap menyebarluaskannya tanpa bukti yang nyata?
Adakah di antara kita rela didakwa zina semacam ini?
6. Berkata atau bercerita bohong yang lucu, agar massa pendengarnya tertawa.
Neraka Wail (kehancuran) bagi orang yang berbicara kemudian berdusta supaya
pendengarnya tertawa. Wail baginya, sungguh Wail sangat pantas baginya. (HR. Bazzar)

E. Terapi Penyembuhan Penyakit Tercela Ini
Jika kita ingin mengerti keburukan sifat dusta dari diri kita sendiri, maka perhatikan
kebohongan orang lain, niscaya kita membencinya, merendahkan dan mengecamnya. Setiap
muslim wajib memperbaharui taubat dirinya dari segala dosa dan kesalahan. Demikian pula ia
wajib mencari dan memelihara berbagai macam sebab yang bisa membantunya dalam
meninggalkan dan menjauhi sifat yang tidak terpuji ini. Di antara sebab-sebab tersebut adalah:
1. Pengetahuan sang pelaku tentang keharaman dusta, siksanya yang berat dan selalu mengingat
dalam setiap hendak berbicara.
2. Membiasakan diri dalam memikul tanggung jawab dalam segala hal yang benar dan berbicara
jujur, apapun resikonya.
3. Memelihara kata-katanya dan senantiasa mengoreksinya.
4. Mengubah tempat-tempat berdusta menjadi tempat-tempat ibadah, dzikir dan mempelajari ilmu.
5. Hendaknya para pembual tahu, mereka telah menyandang salah satu sifat orang-orang munafik
karena dustanya.
6. Hendaknya mereka juga memahami, dusta merupakan jalan menuju kemungkaran yang nantinya
bermuara di Neraka, sedangkan jujur menuntun pelakunya ke Surga.
7. Hendaknya ia mendidik anak-anaknya secara Islami dan benar, mambiasakanmereka selalu jujur
di setiap ucapan dan tindakannya serta senantiasa jujur di hadapan mereka.
8. Hendaknya ia mengerti, kepercayaan relasinya akan berkurang karena kebohongan-
kebohongannya, bahkan bisa luntur sama sekali.
9. Hendaknya ia memahami, kebohongannya itu sangat membahayakan orang lain.
F. 30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita:
Sifat Yang Ke-1 : Dusta
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan
Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan
Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bohong adalah sifat atau keadaan dari sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar, tidak
berdasarkan/fakta, tidak menepati janji/kesepakatan atau tidak mengakui atau melanggar hak-
hak pihak lain.
Perbuatan yang memiliki sifat dusta, dapat dibagi dalam 3 kategori, berdasarkan kepada
firman Allah Taala yaitu: mendustakan/berkhianat kepada Allah SWT, mendustakan atau
berkhianat kepada Rasul SAW, mengkhianati amanah (kepercayaan) diantara sesama manusia.
Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta:
1. Tipisnya rasa takut kepada Allah Taala.
2. Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya baik untuk melariskan barang
dagangan, melipatgandakan keuntungan atau yang lain.
3. Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan
kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4. Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
5. Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan
tempat tinggalnya.
6. Merasa bangga dengan kebohongannya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu
kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.







DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Taimiyah. Amal al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal. 2007. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi

Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf wa ziyadah AM.
Afkar/alsofwah)

ZAHIRUDDIN. 25 SEPTEMBER 2010. CIRI-CIRI ATAU SIFAT ORANG MUNAFIK
ONLINE. (HTTP:REZEKIHALAL.COM/CIRI-CIRI-ATAU-SIFAT-ORANG-MUNAFIK/)
DIAKSES 08-NOPEMBER-2013
Zaky Ahma Fahreza. MENGINSTAL JUJUR Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya Dusta Jadi
Pantangan. 2011. Klaten Jateng: INAS MEDIA




[1] Ibnu Taimiyah, Amal al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal, 2007, Jakarta, halaman 21
[2] Zaky Ahma Fahreza, MENGINSTAL JUJUR Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya
Dusta Jadi Pantangan, 2011, Klaten Jateng, halaman 109
[3] Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf wa ziyadah AM.
Afkar/alsofwah)

Diposkan oleh ikka wulandari di 16.44
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

kut makalah tentang ilmu hadits , yaitu tentang hadits maudlu sebagaimana makalah-
makalah keislaman yang diposting dalam blog ini, yang tujuanya untuk sharing ilmiah idep-
idep berbagai ilmu biar manfaat kata abah..biara kagak planktonis..hahah..malah ngawur!
ayo simak aja ni ni makalah tentang hadistnya.ni juga dari koleksi kuliahan, n lpa sumber
tulisanya, kalau berkenan mhon masukan
..
what is Hadis Maudlu`??
nih dari penjelasannya gini
Pengertiannya adalah : Hadis yang dibuat dan dinisbatkan/disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw. secara dusta.
Kapan mulai ada?
Menurut al-siba`i, bahwa hadis maudlu` pertama kali dibuat oleh kalangan Syi`ah
(khususnya gol. Rafidlah)untuk mengkultuskan Ali RA dan keluarganya.
Menurut Ahmad Amin, Ada kemungkinan hadis ,maudlu` sudah ada sejak masa Nabi
sendiri.
Sebab-sebab yang menimbulkannya
- Politik
- Musuh-musuh Islam(Gol. Zindiq)
- Perbedaan kepentingan, serta fanatik terhadap Qabilah, Negara, dan Imam.
- Para Ahli/tukang cerita.
- Cinta kebaikan, tetapi bodoh dalam agama.
- Perbedaan madzhab dan ilmu kalam.
- Mendekatkan diri kepada penguasa dll.
Sebab politik, terjadi terutama oleh pada Syi`ah, terutama kaum Rafidlah, seperti contoh:



Sebab musuh-musuh Islam, terutama orang Zindiq, seperti:



Sebab fanatik kesukuan., seperti orang Persi mengatakan:

Demikian juga orang Arab membalasnya dengan:

Sebab fanatik kepada imam, misalnya:



Sebab dari tukang cerita, misalnya:


Sebab perbedaan madzhab dan ilmu kalam, seperti:



Sebab cinta kebaikan, tetapi bodoh dalam agama, seperti:

Sebab ingin dekat denngan penguasa, seperti: yang diriwayatkan oleh Ghayats bin Ibrahim
kepada khalifah al-Mahdi:

Tanda-tanda hadis Maudlu`
Secara garis besar ada dua, yakni
- di dalam sanad
- di dalam matan
Tanda di dalam sanad meliputi:
- Pengakuan perawi tentang kebohongannya
- Adanya indikasi yang jelas, seperti pengakuan seorang perawi yang menerima
riwayat dari orang tertentu, yang ternyata dia tidak pernah ketemu.
- hadis hanya diriwayatkan oleh seorang yang terkenal sebagai pembohong
- Keadaan perawi ketika meriwayatkan
Tanda hadis Maudlu` di dalam matan, meliputi:
Rusaknya matan, dan tidak layak keluar dari lisan Nabi
Rusaknya makna
Bertentangan dengan Alquran, sunnah mutawatirah dan ijma`.
Menceritakan tentang shahabat yang menyembunyikan kenyataan
Menyalahi hakekat sejarah yang terjadi pada masa Nabi
Sesuai dengan madzhab perawi
Memuat tentang amalan sedikit dengan pahala yang terlalu besar
Kerusakan makna krn bertentangan dengan akal sehat:

Karena bertentangan dengan kaidah umum dalam hukum dan akhlak:
:
Karena mengajak kepada syahwat dan kerusakan:

Karena bertentangan dengan perasaan dan yang kasat mata:

Karena bertentangan dengan kaidah kedokteran:

Karena bertentangan dengan akal ttg kemahasucian Allah:


Karena bertentangan dengan sejarah dan sunnatullah:


Karena bertentangan dengan al-Quran:

Bertengan dengan ayat

Karena bertentangan dengan hadis mutawatir:

ini bertentangan dengan hadis

Bertentangan dengan kaidah umum al-Quran dan hadis:

Karena bertentangan dengan hakekat sejarah pada masa Nabi:

Karena sesuai dengan madzhab perawi:
: : :

Karena mengandung makna yang kalau benar pasti diriwayatkan banyak orang:
:
.
:
Karena menjelaskan amalan ringan dengan janji pahala yang terlalu besar:





Usaha para ulama dalam menanggulangi hadis maudlu`
Mengisnadkan hadis
Meneliti hadis dan dengan mengembalikan kepada sahabat, tabi`in, dan imam-imam
hadis.
Mengkritisi para perawi
Membuat kaidah-kaidah umum untuk membedakan hadis dan pembagiannya
Usaha kita sekarang dalam menanggulangi hadis maudlu`
Disamping melaksanakan apayng di lakukan ulama, yakni:
Mengisnadkan hadis
Meneliti hadis dan dengan mengembalikan kepada sahabat, tabi`in, dan imam-imam
hadis.
Mengkritisi para perawi
Membuat kaidah-kaidah umum untuk membedakan hadis dan pembagiannya
Usaha kita sekarang dalam menanggulangi hadis maudlu`
Kita juga harus melakukan hal-hal sbb.:
- Harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat
- Menggiatkan penelitian hadis dan sosialisasi hasilnya
- Berupaya untuk memberikan teguran kepada orang yang menggunakan hadis palsu
- Mengupayakan regulasi pemberian sanksi kepada penyebar hadis palsu
..jadi kesimpulanya bahwa hadits maudlu merupakan hadits palsu,,alias tidak valid. padahal
dizaman sekarang banyak sekali hadits maudlu yang di pake untuk menghukumi / dijadikan
landasan hukum. kan bahaya..ya gak??


Read more: http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-hadits-maudlu-hadis-
dusta/#ixzz30hn2xOjr

Anda mungkin juga menyukai