Anda di halaman 1dari 7

PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN

TULANGAN TARIK (TUNGGAL). PART1


May
26
Introduction

Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3
lantai / kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi
arsitektural, dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk
diperbesar, padahal mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin
mengalami kondisi seperti gambar dibawah ini


Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai 'konstruksi rumah
tinggal, mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin
sekali, karena posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut

Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh ramping sangat riskan
terhadap bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok
tidak dapat memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban
diatasnya.
Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi
lendutan yang terjadi. Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok
yang merupakan konsekuensi dari pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi
dibawah ini.
Cara I ( dengan menambahkan kolom untuk menyangga balok)

Cara diatas adalah cara yang paling ideal, namun jika cara tersebut tidak memungkinkan untuk
diterapkan semisal dikarenakan alasan kebutuhan ruang, maka mau tidak mau kita harus
memperbesar dimensi balok dan atau memperbanyak jumlah tulangan
Cara II (memperbesar dimensi balok dan memperbanyak jumlah tulangan)


Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang
pertama, karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita
jumpai adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan
transfer pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada
kolom untuk segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok ke kolom ke
balok lagi, sehingga praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu
pada balok sangat tidak ideal karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar
serta momen lentur dan puntir yang besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan
penempatan posisi yang tepat (dalam kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat
mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok tersebut.
2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space
ruang tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada
waktu pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga
mengakibatkan betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan
tentu saja juga jadi merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain
sebagainya.
Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja
untuk posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur
perencanaan balok dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.
Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik
dari balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan
bagaimana cara mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan
secara arsitektural.
Baik! mari kita lanjutkan, sekarang perhatikan gambar berikut :
(1) (2) (3)

indeks T menyatakan tension, sedangkan C menyatakan Compression
Keterangan :
Gb (1) : Gambar Balok, yang berwarna biru adalah bagian balok yang mengalami tegangan
tekan, sedangkan warna putih dibawahnya adalah bagian serat tarik dari balok.
Gb (2) : Gambar diagram tegangan tekan aktual
Gb (3) : Gambar diagram tegangan tekan efektif
Penurunan perumusan untuk perencanaan balok dengan tulangan tunggal adalah sebagai berikut

Ok! sekarang kita akan menginjak pada contoh kasus.
Kasus (1)
Dimensi (b, h) pada balok sudah diketahui atau ditentukan
(misal : karena adanya persyaratan arsitektural) maka prosedur perencanaannya adalah sebagai
berikut :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor
2. Hitung besarnya momen nominal yang dibutuhkan (Mn)
Mn Mu
Mn = Mu/
3. Hitung m, m = fy/(0.85 . fc)
4. Hitung Rn, Rn = Mn/ (b.d
2
)
5. Hitung rasio tulangan yang diperlukan ()

Jika > 0,75 b maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak
boleh diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena
akan lebih ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan (As)
As = .b.d
2. Bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :
Mn Mu, = 0.80
Contoh Soal

Balok menahan Beban mati g
D
= 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup g
L
=
22 Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena
pertimbangan arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (25x65)cm
2

Pertanyaan : hitung penulangan balok tersebut !
(Catatan : Besi tulangan yang tersedia dilapangan D19,D25, dan D29)
Jawab :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor
Md = 1/8 (qd) L
2
= 1/8 (10.6) (7)
2
= 65 KNm
Ml = 1/8 (ql) L
2
= 1/8 (22) (7)
2
= 135 KNm
Mu = 1.2 (Md) + 1.6 (Ml) = 1.2 (65) + 1.6 (135)
= 78 + 216 = 294 KNm = 294.10
6
Nmm
2. Hitung momen nominal yang dibutuhkan (Mn)
Mn = Mu / = 294.10
6
/ 0.8 = 367,5 . 10
6
Nmm
3. Hitung m, dimana m = fy / (0.85 fc)
m = 400 / (0.85 x 20) = 23.53
4. Hitung Rn, dimana Rn = Mn / (b.d
2
)

- tebal selimut beton direncanakan = 30 mm
- diameter sengkang direncanakan = 12 mm
- tulangan utama direncanakan = 25 mm (D25)

a = tebal selimut beton
b = diameter sengkang/begel
c = setengah diameter tulangan utama
d = h a b c
= 650 30 12 1/2(25)
= 595.5 mm diambil = 595 mm
Rn = 367,5 . 10
6
/ (250 x 595
2
) = 4.15
5. Hitung rasio penulangan yang diperlukan


min = 1.4 / fy = 1.4 / (400) = 0.0035 = 0.35%
max = 0.75 b = 0.75 ( 0.85 fc 1 600)/(fy (600 + fy))
= 0.75 (0.85x20x0,85x600 )/(400(600+400))
= 0.0613 = 1.63 %
min < < max
0.0035 < 0.0121 < 0.0163
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan
As = . b. d = 0.0121 x 250 x 595 = 1800 mm2
besi tulangan yang ada : D19, D25 dan D29
Luas penampang D19 = 1/4(3.14)(19
2
) = 283.385 mm2
Luas penampang D25 = 1/4(3.14)(25
2
) = 490.625 mm2
Luas penampang D29 = 1/4(3.14)(29
2
) = 660.185 mm2
Jadi :
1. Kalau memakai D19 butuh = 7 buah = 7D19 = 7(283.385)
= 1983.695 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)
2. Kalau memakai D25 butuh = 4 buah = 4D25 = 4(490.625)
= 1962.5 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)
3. Kalau memakai D29 butuh = 3 buah = 3D29 = 7(660.185)
= 1980.55 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)
nah dari beberapa pilihan tersebut terserah anda mau pilih yang mana. tapi kalau saya
pribadi lebih suka memilih yang no.3 yaitu besi dengan ukuran 29 berjumlah 3 buah tulangan
atau 3D29, karena biar gak ribet dalam pembengkokan dan perakitan tulangan (biar ngirit kawat
bendratnya he..he..he), selain itu biar space ruangnya jadi lebar sehingga lebih mudah pada
waktu pengecoran dan pemadatan beton.
Ok, sekarang saya pilih 3D29.
- Cek lebar perlu : 2(30) + 2(12) + 3(29) + 2(29) = 229 < 250...(OK!)
- Cek d sebenarnya : 650 30 12 (29/2) = 593 595(OK!)
Selesai.
Contoh yang saya lampirkan diatas adalah suatu cara atau prosedur perhitungan menghitung
tulangan balok jika dimensinya sudah ditentukan sebelumnya, Nah sekarang bagaimana cara
perhitungan tulangan dari sebuah balok jika dimensinya belum diketahui atau belum ditentukan
?.

Anda mungkin juga menyukai