Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam
segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas
pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan
basis pada etik dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan
tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan
yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu
pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya
menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan atau kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi
pertimbangan dan dihormati.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya landasan hukum dalam praktek profesi?
2. Apa yang dimaksud dengan aspek hukum & keterkaitannya dengan
pelayanan/ praktek bidan & kode etik, & apa saja standar praktek
kebidanan?
3. Apa saja hak-hak klien & persetujuannya untuk bertindak?
4. Apa saja tanggung jawab & tanggung gugat bidan dalam praktek
kebidanan?
5. Kasus


2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya landasan hukum dalam praktek profesi!
2. Untuk mengetahui pengertian aspek hukum & keterkaitannya dengan
pelayanan/ praktek bidan & kode etik, & untuk mengetahui standar
praktek kebidanan!
3. Untuk mengetahui hak-hak klien & persetujuannya untuk bertindak!
4. Untuk mengetahui tanggung jawab & tanggung gugat bidan dalam praktek
Kebidanan!
5. Untuk mengetahui apa yang terdapat dalam kasus tersebut?















3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Landasan Hukum Dalam Praktek Profesi
1. Definisi Hukum
Hukum Immanuel Kant : keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas dari orang lain, menuruti hukum tentang kebebasan.
Hukum Leon Duguit : adalah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran.
Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat dan memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan
tindakan yang etis, sehingga antara hukum dan etika juga memiliki
keterkaitan.Digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan
tugas profesinya.
2. Tujuan :
Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.
Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi.
3. Perundang-Undangan Yang Melandasi Tugas, Praktik Dan Fungsi Bidan
No. 23 Tahun 1992 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga
Kesehatan
Kepmen Kes Ri No. 900/ Menkes/Sk/Vii/2002 Tentang Registrasi Dan
Praktik Bidan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/Menkes/Sk/Iii/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/149/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
4

Permenkes Ri No. 1464/Menkes/Sk/X/2010 Tentang Ijin Dan
Penyelenggaraan Praktek Bidan

B. Aspek hukum dan keterkaitannya dengan pelayanan / praktek bidan
dan kode etik, Standar praktek kebidanan.
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran
atau standar profesi. Standar profesi bidan yang terbaru adalah
diatur dalam KEPMENKES RI No. 369/MENKES/SK/III/2007
yang berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai definisi
dalam pelayanan kebidanan yaitu falsafah kebidanan, paradigma
kebidanan, ruang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan,
dan kode etik bidan di Indonesia.
Pelayanan Kebidanan
Adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat.
1. Falsafah Kebidanan
a. Sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup
pancasila, seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai
keyakinan di dalam dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk
bio psiko sosio kultural dan spiritual yang unik
b. Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua jenis
individu itu berpasangan menikah membentuk keluarga yang
mempunyai anak
c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan manusia dan perbedaan budaya
d. Persalinan adalah satu proses yang alami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal
5

e. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat untuk itu maka
setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya behak
mendapatkan pelayanan yang berkualitas
f. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan
keluarga, yang membutuhkan persiapan
g. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu,
lingkungan dan pelayanan kesehatan
2. Paradigma Kebidanan
Kebidanan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya
berpegang pada paradigma berupa pandangan terhadap manusia/wanita,
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
a. Wanita/ manusia adalah makhluk biopsiko sosial kultural dan spiritual
yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bemacam-
macam sesual dengan tingkat perkembangannya.
b. Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat
dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya.
c. Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan sikap dan tindakan.
d. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
e. Kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia
yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut
penyiapan wanita sebelum perkawinan, masa kehamilan, masa
kelahiran dan masa nifas.
3. Lingkup Praktek Kebidanan
Lingkup prakek kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/
otonomi pada anak-anak perempuan, remaja putri dan wanita desa
sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya. Hal ini berarti bidan
6

memberikan pengawasan yang diperlukan asuhan serta nasehat bagi
wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas.
4. Standar Praktek Kebidanan
Standar I : Metode asuhan
Metode asuhan meliputi : pengumpulan data, penentuan
diagnosa perencanan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan.
Standar III : Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data
yang telah dikumpulkan.
Standar IV : Rencana asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan.
Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan
perkembangan keadaan klien.
Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/
partisipasi klien dan keluarga dalam rangka peningkatan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Standar VII : Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara
terus menerus dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan klien.
Standar VII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus
seiring dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan
evaluasi dari rencana yang tidak dirumuskan.

7

Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.
5. Kode Etik Bidan Di Indonesia
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan
kesungguhan hati dari setiap bidan untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan sebagai anggota tim kesehatan demi
terciptanya cita-cita pembangunan nasional di bidan kesehatan pada
umumnya, KIA/KB dan kesehatan keluarga. Sesuai dengan wewenang
dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik ini
merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan
pelayanan profesional. Bidan senantiasa berupaya memberikan
pemeliharaan kesehatan yang komprehensif. Pekerjaan yang dilakukan
oleh bidan merupakan suatu profesi yang didasarkan pada pendidikan
formal tertentu naik untuk mencari nafkah maupun bukan untuk mencari
nafkah. Dalam praktek kebidanan juga terikat oleh suatu etika profesi.
Etika adalah peraturan tentang tingkah laku yang hanya berisi
kewajiban saja dan mengatur apa yang baik dan tidak baik, sedangkan
kode etik dibuat oleh organisasi profesi.
Hukum adalah perkumpulan peraturan hukum yang berisi hak dan
kewajiban yang timbal balik dan mengatur apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan.
Bidan berupaya semaksimal mungkin sebagai contoh perikatan atas
dasar perjanjian adalah ketika pasien datang ke tempat praktek kerja
untuk memperoleh pelayanan kebidanan, maka keterikatan yang terjadi
atas dasar perjanjian.
Perjanjian adalah ikatan antara 1 orang dengan orang lain atau lebih
yang selalu menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik.


8

Hukum kesehatan merupakan keseluruhan aturan hukum menurut
Prof. H. J.J. Leenen adalah :
1. Langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan
2. Merupakan penerapan hukum perdata, pidana dan hukum
administrasi negara dalam kaitan dengan pemeliharaan kesehatan
3. Bersumber dari hukum otonom yang berlaku untuk kalangan
tertentu saja, hukum kebiasaan, yurisprudensi, aturan-aturan
internasional, ilmu pengetahuan dan literatur yang ada kaitannya
dengan pemeliharaan kesehatan
Kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Tujuan Kode Etik
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan atra profesi Dalam hal ini yang
dijaga adalah image dari pihak luar/ masyarakat mencegah orang luar
memandang remeh suatu profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Kesejahteraan materill dan spritual (mental)
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi

C. Hak - Hak Klien Dan Persetujuannya Untuk Bertindak
1. Hak Pasien Dan Persetujuannya
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang memiliki manusia sebagai pasien
untuk klien :
Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dalam
peraturan yang berlaku di rumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan.
Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
9

Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi
bidan tanpa diskriminasi.
Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginannya.
Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan,
persalinan, nifas dan bayinya yaitu baru dilahirkan.
Pasien berhak mendapat mendamping, suami atau keluarga selama
proses persalinan berlangsung.
Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat kritis dan pendapat ethisnya tanpa campur tangan dari pihak
luar.
Pasien berhak meminta konsultasi kepada pihak lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan
dokter yang dirawat.
Pasien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
a. Prognos
b. Penyakit yang diderita
c. Tindakan kebidanan yang akan dilakukand. Alternatif therapi
lainnya perkiraan biaya pengobatan
Pasien berhak menyetujui atau memberikan izin atas tindakan yang
akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya
Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya.
Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
10

Pasien behak beribadah sesuai dengan kepercayaannya yang dianutnya
selama itu tidak mengganggu pasien yang lainnya.
Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spritiual.
Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus
mal praktek.
2. Kewajiban Pasien
Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan
dan tata tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan,
perawat yang merawatnya.
Pasien / penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan
atas jasa pelayanan rumah sakit/ institusi pelayanan kesehatan, doker,
bidan dan perawat.
Pasien dn atau penanggungnya memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya.

D. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Bidan Dalam Praktek Bidan
A. Tanggung Jawab Dalam Praktek Kebidanan
1. Tanggung jawab bidan terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjungjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
11

d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak-hak klien dan menghormati
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
2. Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga
dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan, keterangan yang didapat
atau dipercayakan kepadanya kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.
3. Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun lainnya
4. Tanggung jawab bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
12

b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan IPTEK.
c. Setiap bidan senantiasa berperans serta dalam kegiatan penelitian
dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
5. Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya
dalam KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan, terutama KIA/KB dan keluarga
B. Tanggung Gugat Dalam Praktek Kebidanan
Tanggung gugat terjadi karena beberapa hal :
1. Mal episiensi, keputusan yang diambil merugikan pasien
2. Mal praktek/ lalai :
- Gagal melakukan tugas
- Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar
- Melakukan kegiatan yang mencederai klien
- Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas
3. Mal praktek terjadi karena :
- Ceroboh
- Lupa
- Gagal mengkomunikasikan
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik
yang berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan
hukum tetapi belum dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-
nilai etik.

13

E. Contoh Kasus
1. Kasus
Berikut ini adalah salah satu contoh kasus nyata malpraktik yang
dilakukan oleh dokter dan bidan di Jalan Lubuk Kuda Gang Marco Sentosa
berhubungan dengan kesalahan dokter dan bidan yang telah sengaja
Menggugurkan/mematikan kandungan seorang wanita hamil yang telah
mendapat persetujuan dari korban atau dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk bertumbuh, Hal ini terjadi karena keinginan korban sendiripula.
Alasan korban sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu yaitu Tidak ingin memiliki anak tanpa
ayah serta Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak & korban malu,
takut dikucilkan jika dia diketahui keluarganya telah hamil dan karena
masih terlalu muda.
Terkait kasus dugaan melakukan aborsi di salah satu rumah yang
diduga dijadikan sebagai tempat praktek aborsi di Jalan Lubuk Kuda Gang
Marco Sentosa Lama yang digerebek anggota Reskrim Poltabes Medan,
Sabtu (12/12) lalu, dua orang telah dijadikan tersangka dan masih ditahan di
Mapoltabes Medan. Kedua tersangka yakni Dr J dan Bidan M.
Kasat Reskrim Kompol Gidion Arif Setyawan SIK dan Kanit VC
Poltabes Medan AKP Ronny Nicolas Sidabutar SIK saat dikonfirmasi SIB,
Senin (14/12) membenarkan bahwa pihaknya telah menetapkan Dr J dan
Bidan M sebagai tersangka dan masih ditahan di Mapoltabes Medan guna
pengusutan lebih lanjut. Untuk biaya aborsi, R dikenakan biaya Rp 2 juta
oleh tersangka. Diduga, R melakukan aborsi atas kemauan dirinya sendiri.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penggerebekan itu berawal dari
adanya laporan masyarakat yang menyebutkan bahwa satu rumah di Jalan
Lubuk Kuda Gang Marco Sentosa Lama kerap kali dijadikan tempat praktek
aborsi.
14

Kemudian anggota Unit VC Reskrim Poltabes Medan melakukan
penyelidikan di lapangan sekaligus menggerebek rumah tersebut. Dr J dan
Bidan M yang diduga sebagai pelaku aborsi tersebut selanjutnya diboyong
ke Mapoltabes Medan untuk diperiksa. (M16/y)
2. Solusi
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992, dijelaskan
bahwa tindakan medis dalam bentuk apapun dan atau pengguguran
kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan
norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan
atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu
hamil dan atau janinnya terancam bahaya maut.
Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Sebelum melakukan tindakan medis tertentu tenaga kesehatan harus terlebih
dahulu meminta pertimbangan tim ahli yang dapat terdiri dari berbagai
bidang seperti medis, agama, hukum, dan psikologi.
Jadi, pada kasus aborsi di atas, pelaku (bidan) ditindak oleh kepolisian
dan dijerat KUHP Bab XIX Pasal 299, Pasal 348 Barangsiapa dengan
sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan dan 349 serta UU Kesehatan No.23 tahun 1992 Pasal 80 ayat 1.
Dan bidan tersebut dicabut ijin praktiknya. Sedangkan korban dijerat KUHP
pasal 346 yaitu seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun (PERMENKES RI NO.
290/MENKES/PER/III/2008)
15

(Sesuai dengan PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010) bidan
menyalahgunakan kewenangannya dengan melakukan pelanggaran aborsi
yang mana melakukan aborsi bukanlah tugas bidan dan aborsi merupakan
kriminal yang harus di tindak lanjuti dalam hukum dan pada kasus ini bidan
terbukti melakukan malpraktek, maka bidan akan dipidana sesuai ketentuan
pasal 77 Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2009 tentang tenaga
kesehatan. Dan juga hukum pidana karna terbukti melakukan pembunuhan
yang terancam dengan pasal 348 KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu
masih diperberat lagi mengingat profesinya sebagai tenaga medis atau
bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 36
tahun 2010.
Pasal 77
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak
aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan
paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih
mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.
Sanksi bagi pasien :
pasien ini meminta kepada bidan untuk melakukan aborsi ini juga
melanggar hukum dan suatu kriminal dengan mempengaruhi bidan untuk
melaksanakan aborsi. Dan dapat diancam penjara menurut hukum pidana
yang berlaku dikarenakan bekerjasama dalam melakukan suatu
pembunuhan.







16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa Bidan
merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau
standar profesi. Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur
dalam KEPMENKES RI No. 369/MENKES/SK/III/2007 yang
berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai definisi dalam
pelayanan kebidanan yaitu falsafah kebidanan, paradigma
kebidanan, ruang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan,
dan kode etik bidan di Indonesia.
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi yang disengaja
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan.
B. Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan hendaknya kita bisa memahami lebih
dalam apa yang menjadi dasar pada aspek hukum praktek kebidanan serta
kaitan hukum terhadap profesi kita untuk menindak lanjuti pasien.

Anda mungkin juga menyukai