Merdeka.com - Keluarga korban tragedi Mei 1998 menggelar tabur bunga dan napak tilas peristiwa pelanggaran HAM di di Mal Citra Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Aksi tabur bunga ini dilakukan agar pemerintah terus mengingat kasus yang sudah terbengkalai selama 16 tahun agar segera diselesaikan.
Ruyati Darwis (66), ibu dari Eten Karyana, salah seorang korban peristiwa Mei '98 berharap pemerintah segera menuntaskan kasus ini dan mengadili pihak-pihak yang bersalah. Selama bertahun-tahun, pemerintah hanya berjanji untuk menyelesaikan kasus ini.
"Presiden SBY selalu janjikan tapi sampai sekarang tidak pernah berjalan. Presiden mendatang harus memperjuangkan untuk menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM ini. Selama 16 tahun selalu mandek," ujar Ruyati ditemui di Mal Citra Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (13/5).
Ruyati mengatakan, kegiatan tabur bunga ini merupakan cara mengenang bagi para keluarga ataupun orangtua yang telah kehilangan anaknya yang tewas di Yogya Plaza, yang kini menjadi Mal Citra Klender.
"Bagi sebagian orang, kegiatan tabur bunga dan napak tilas ini bukan sesuatu yang baik dan penting, tapi buat para ibu yang kehilangan keluarga, doa dan kunjungan ini barangkali bisa hilangkan rasa rindu," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Koordinator Bidang Advokasi KontraS Yati Andriyani yang turut hadir dalam acara tabur bunga ini menjelaskan, selama 16 tahun keluarga dan korban tragedi Mei '98 belum mendapat kepastian hukum mengenai kasus pelanggaran HAM ini. Untuk itu di akhir masa memerintah, Presiden SBY dituntut membentuk Pengadilan HAM.
"Di masa akhir pemerintahan SBY, kami menantikan beliau bisa mengeluarkan kebijakan terkait persoalan-persoalan HAM di masa lalu yang sampai kini terus dinantikan korban dan keluarga korban," kata Yati.
Yati melanjutkan, Komnas HAM telah menyerahkan laporan penyelidikan peristiwa 13-14 Mei 1998 kepada Kejaksaan Agung. Namun, Kejaksaan Agung hingga kini belum menindaklanjuti laporan Komnas HAM yang menyebutkan adanya dugaan pelanggaran HAM berat dalam peristiwa 1998 itu.
"Hari ini, kami akan mendatangi Kejaksaan Agung yang memiliki kewajiban untuk meningkatkan penyelidikan yang dilakukan Komnas HAM menjadi penyidikan," tandasnya. 4 Aksi keluarga Wiji Thukul hadang Prabowo
Merdeka.com - Isu penculikan aktivis pada 1997-1998 masih menghantui Prabowo Subianto . Terlebih saat mantan Danjen Kopassus itu menjajal Pilpres 9 Juli mendatang.
Hadangan paling besar barangkali datang dari keluarga Wiji Thukul, penyair revolusioner yang hilang dalam pergolakan reformasi dan belum kembali hingga kini. Beberapa kali keluarga Thukul yang bermukim di Solo, Jawa Tengah, ini melemparkan penyataan bahwa pemimpin Indonesia ke depan harus bebas dari kasus pelanggaran HAM.
Sebaliknya, terhadap capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) Joko Widodo (Jokowi ) keluarga Thukul justru mendukungnya. Mereka menilai Jokowi belum pernah terlibat kasus pelanggaran HAM.
Untuk diketahui, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon beberapa kali menyampaikan bahwa tudingan penculikan aktivis yang dilakukan bosnya, Prabowo Subianto adalah fitnah dan sudah menjadi alat politik jelang Pemilu dan Pilpres 2014.
"Sudah jelas isu HAM adalah isu yang sangat penting, tapi jangan HAM ini dijadikan alat politik atau komoditas politik, saya menilai ini hanya jadi alat politik saja, bukan satu komitmen betul- betul untuk menegakkan HAM," kata Fadli beberapa waktu lalu.
Mahfud MD: Pelanggar HAM? 'di sana' juga ada
Merdeka.com - Ketua Tim Pemenangan Nasional Prabowo - Hatta,Mahfud MD menilai, para pendukung capres-cawapres di kedua kubu saat ini dalam posisi seimbang. Yang dibutuhkan saat ini adalah pemimpin yang bisa menyelesaikan masalah.
Awalnya Mahfud menanggapi pertanyaan wartawan soal merapatnya Partai Demokrat ke kubu Prabowo. Padahal, citra partai itu selama ini dikait-kaitkan dengan kasus korupsi.
"Dukungan (Demokrat) itu satu soal. Korupsi itu soal lain. Kan sama-sama ada koruptornya di kedua barisan," jelasnya di Rumah Polonia, Jakarta, Selasa (3/6).
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu melanjutkan, selain koruptor, dia juga menyindir adanya pelaku pelanggaran HAM juga di kubu Jokowi - JK. Maka dari itu, dia mengingatkan bahwa persoalan negara ini sedang rumit.
"Anda mau tanya pelanggar HAM? Di sana juga ada, koruptor juga ada, yang berpotensi di korupsikan juga ada, di sini juga ada. Ini negara sedang susah, sedang tidak beres, makanya harus cari pemimpin yang benar untuk menyelesaikan itu. Itulah yang kami tawarkan. Biar rakyat yang menimbang," terangnya.
Terkait kritik terhadap kubu Prabowo-Hatta, Mahfud mengatakan hal itu merupakan hal yang wajar. "enggak apa-apa, namanya kritik, dikritik saja. Setiap pasangan, tiap hari ada kritiknya, itu bagus. Masyarakat sudah dewasa. Tinggal menilai apakah kritik itu proporsional," kata Mahfud
Kubu Prabowo endus isu HAM diembuskan jenderal senior
Merdeka.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan dua pasang kandidat yang bakal bertarung dalam Pilpres 9 Juli nanti. Dua pasangan capres-cawapres itu adalah Jokowi - JK danPrabowo - Hatta. Setelah diputuskan sebagai calon presiden yang sah oleh KPU, Tim Sukses Prabowo - Hatta, Suryo Prabowo menyatakan bilaPrabowo bukan pelanggar HAM dan tidak memiliki dua kewarganegaraan. "Penetapan KPU tersebut mematahkan semua tudingan miring yang selama ini dituduhkan pada Prabowo. Jadi jelas sudah, selama iniPrabowo cuma difitnah pelaku pelanggaran HAM dan memiliki dua kewarganegaraan," kata Suryo Prabowo saat dihubungi, Senin (2/6). Lebih lanjut, Suryo menegaskan, fitnah yang ditujukan kepadaPrabowo sebagai pelaku pelanggaran HAM sengaja diembuskan oleh jenderal purnawirawan senior. "Ini sisa persaingan masa lalu. Ada beberapa jenderal purnawirawan yang masih menganggap Prabowo itu ancaman. Lantas isu HAM ini dimunculkan kembali. Dikiranya rakyat gampang diprovokasi. Salah besar jika Prabowo dituding pelaku pelanggaran HAM. Kalau begini ceritanya, Prabowo bukan pelaku pelanggaran HAM, tapi korban pelanggaran HAM," jelasnya. Suryo yang merupakan tim sukses pemenangan Prabowo - Hatta wilayah Jawa Tengah itu mengimbau agar jenderal senior itu memberi contoh yang baik pada juniornya. "Jadi tolong bagi lawan politik Prabowo, para purnawirawan senior saya, jangan lagi memfitnahPrabowo dengan membangun opini negatif melalui dengan cerita fiktif. Berikan contoh kepada para juniormu dan rakyat Indonesia cara berkompetisi yang sehat sebagaimana layaknya seorang kesatria. Bukankah kehormatan ini yang selalu diajarkan pada kita di Akmil di lembah Tidar," terangnya. Selain itu, Suryo menambahkan, KPU telah memutuskan secara resmi pasangan capres dan cawapres. Yang mana disebutkan bila Prabowo dinilai tidak berprilaku tercela dan tidak memililki utang. "Selama ini ada isu yang sengaja diembuskan kalau Prabowo itu memiliki utang. Ini isu sangat menyesatkan," tandasnya.
RAB: Prabowo difitnah soal tragedi 98
Merdeka.com - Pengurus Relawan Anak Bangsa (RAB) Jimmy Tindi yang juga mantan aktivis 98, dalam deklarasi RAB untuk Prabowo-Hatta yang digelar di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado, dengan tegas menyatakan jika Prabowo difitnah soal keterlibatannya dalam tragedi berdarah pada tahun 1998 silam.
"Saya terpanggil untuk menjadi Tim Pemenangan karena ingin meluruskan sejarah tragedi tahun 1998 silam. Selama ini Prabowo hanya difitnah pihak-pihak tertentu," tegasnya di hadapan sejumlah relawan yang hadir, Sabtu (31/5).
Dikatakan Tindi, dirinya berani berdebat jika ada warga Manado yang menyangkal pernyataan yang dilontarkannya tersebut.
Sementara, Ketua RAB Sulawesi Utara Decky Maengkom dalam orasinya mengatakan, latar belakang militer dan ekonomi yang dimiliki pasangan Prabowo-Hatta menjadikan keduanya figur yang pantas diusung sebagai Capres dan Cawapres periode 2014-2019.
"Ini sesuai dengan visi dan misi rakyat Indonesia menjadi negara yang maju dan mandiri tanpa keberpihakan dari negara asing," tandas Maengkom yang juga pimpinan organisasi adat Brigade Manguni.
Deklarasi spontan yang dilakukan RAB Sulut melibatkan beberapa organisasi massa seperti Brigade Manguni, Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPI) Sulut, Pemuda Pancasila Sulut dan beberapa tokoh dari Partai koalisi yang berada di Sulawesi Utara.
Mereka menyatakan dukungan penuh terhadap pasangan Prabowo-Hatta dan yakin akan memperoleh suara sebanyak 70 persen dalam Pilpres di daerah 'Nyiur Melambai'.
Ahok bela Prabowo soal isu pelanggaran HAM
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) menilai isu pelanggaran hak azasi manusia (HAM) yang digunakan lawan politik Prabowo Subianto sudah basi. Menurutnya, isu tersebut sudah ada sejak 2009 lalu saat Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri yang maju dalam pilpres 2009 lalu.
"Isu itu dulu tahun 2009 justru digunakan oleh lawan untuk menyerang Bu Mega saat berpasangan dengan Pak Prabowo. Kan lucu, itu sudah susah, sudah berat (angkat isu itu)," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (28/5).
Politikus Partai Gerindra ini menegaskan opini negatif yang dibangun oleh rival Prabowo dengan mengangkat kasus kerusuhan Mei 98 tidak akan menurunkan elektabilitas Ketua Dewan Pembina PartaiGerindra tersebut. Ahok merasa ada yang aneh dengan pihak yang sengaja mengobarkan isu kerusuhan 98 secara gamblang di media televisi.
"Opini yang dibangun untuk menyerang Pak Prabowo itu sudah mentok. Angkat kerusuhan Mei 98 sebenarnya aneh. Bagaimana dulu saat Ibu Megawati mengajak beliau jadi cawapres tahun 2009," kata dia.
Politisi Gerindra ini menambahkan serangan-serangan tersebut tidak akan membuat Prabowo mundur. Ahok juga meminta pasangan Jokowi - JK berhati-hati untuk tidak goyah apabila mendapatkan serangan bertubi-tubi dari lawan politiknya.
"Sementara itu dengan Pak Jokowi belum pernah diserang. Kalau diserang begini terus kan goyang juga loh," pungkas dia.