Anda di halaman 1dari 12

66

66

BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK

5.1 Mutu Pekerjaan Proyek
Pengawasan dan pengendalian proyek adalah suatu tahapan kegiatan dari
pelaksanaan suatu proyek yang di dalamnya meliputi kegiatan memantau,
mengkaji, mengadakan koreksi, dan membimbing agar kegiatan proyek dapat
berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Target tersebut meliputi biaya
proyek, waktu pelaksanaan, dan mutu. Untuk mengetahui kemajuan suatu proyek,
seluruh pihak yang terlibat dalam suatu proyek dapat mengetahuinya dengan
melihat langsung di lapangan, melalui hasil pemeriksaan di lapangan, ataupun
melalui data Kurva S.
5.1.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Beton
Pemeriksaan mutu bahan beton dalam hal ini terdiri dari beberapa tes,
diantaranya slump test dan uji kuat tekan terhadap mutu beton.
1. Slump Test
Slump test (Gambar 5.1)merupakan salah satu jenis pengujian tehadap adukan
beton, dimana yang menjadi parameternya adalah kadar air dalam kaitannya
dengan konsistensi (keenceran atau kelacakan) beton dan kemudahan dalam
pengerjaannya. Semakin encer adukan beton, maka semakin tinggi slump yang
dihasilkan dan semakin mudah pula adukan beton yang dikerjakan.
Slump test pada proyek ini dikerjakan dengan menggunakan kerucut Abrams,
yaitu suatu bentuk kerucut terpancung tanpa tutup dan alas yang dapat terbuat dari
plastik maupun logam.Ukuran kerucut Abrams yang digunakan dalam proyek ini
memiliki tinggi 40 cm, diameter lingkaran atas 10 cm dan diameter lingkaran
bawah 25 cm. Hasil pengujian ini, dapat dilihat pada lampiran laporan ini.
Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
67

Campuran beton diisikan ke dalam kerucut setinggi 1/3 dari tinggi
kerucut. Pengambilan campuran yang diuji dapat berasal dari mixer truck
(bila proses pengecoran menggunakan bucket) atau pada pelepasan pipa
(bila proses pengecoran menggunakan concrete pump).
Campuran yang telah dituangkan tersebut ditusuk-tusuk dengan tongkat
besi 16 mm sepanjang 60 cm sebanyak 25 kali.
Tuangkan adukan beton lapis kedua setinggi 10 cm (2/3 dari tinggi
kerucut Abrams), kemudian ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali juga.
Tuangkan lapisan campuran beton terakhir ke dalam kerucut Abrams
(sampai penuh), kemudian ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali lalu diratakan.
Setelah terisi penuh dan rata, kerucut ditarik secara vertical ke atas secara
perlahan-lahan.
Balikkan kerucut dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji, ukur
slump dengan mistar/meteran, berapa penurunan yang terjadi dengan
pembacaan perbedaan tinggi kerucut dengan tinggi rata-rata dari
keruntuhan campuran beton.

Secara umum, konsistensi adukan campuran beton yang diklasifikasikan
menurut slump yang terjadi, dapat dikelompokkan seperti yang disajikan pada
Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Konsistensi Adukan Beton
Konsistensi
Slump (cm)
Sangat Kental
0-2
Kental
3-5
Plastis
6-9
Lembek
10-13
Encer
>14

68

Adukan beton dengan konsistensi yang sangat kental akan sangat sulit
untuk dikerjakan dilapangan dan akan menghasilkan beton dengan kekompakan
yang rendah, sebaliknya beton dengan konsistensi encer memang mudah sekali
dikerjakan dilapangan tetapi kurang baik ditinjau dari segi kekuatan karena
mengandung banyak air.
Biasanya dari mixing plant dikirim adukan beton dengan slump 2 cm
dari yang disyaratkan di lapangan. Hal ini dilakukan mengingat adanya hal-hal
yang dapat mengubah konsistensi campuran beton selama perjalanan dari mixing
plant ke lokasi proyek,misalnya akibat panas yang berlebihan atau guncangan.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan meningginya konsistensi campuran beton
(turunnya keenceran) sehingga ketika telah sampai di proyek campuran beton
akan menjadi lebih kental dari yang diharapkan dan berakibat menjadi sulitnya
pengerjaan campuran beton tersebut.
Pada slump test kali ini, dihasilkan nilai rata-rata slump 12 cm yang berarti
adukan beton tergolong lembek. Umumnya campuran beton yang digunakan pada
proyek-proyek konstruksi bernilai slump antara 6-9 cm, tetapi tidak jarang pula
dipakai ukuran slump 10-13 cm tanpa menimbulkan kerugian. Dengan demikian,
nilai slump yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi teknis yaitu antara 10-14
cm.


Gambar 5.1 Slump Test


69

2. Uji Kuat Tekan Beton
Pada proyek ini, Pengujian kuat tekan beton dilakukan di Laboraturium
Rekayasa Struktur, Institut Teknologi Bandung dan hasilnya dapat dilihat pada
lampiran laporan kerja praktek ini. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan beton tersebut dalam menerima beban tekan yang nantinya akan
menghasilkan nilai mutu dari beton tersebut. Sample ini diuji secara acak sesuai
permintaan owner atau pengawas. Dalam satu kali pengambilan sample diambil
sample sebanyak 3 buah.
Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut:
Siapkan cetakan beton silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi
30 cm (Gambar 5.2).
Cetakan silinder diletakan diatas pelat baja yang telah dibersihkan dan sisi
dalam cetakan diolesi minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah
pelepasan beton dari cetakannya.
Adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test dimasukkan ke
dalam cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama (Gambar 5.3).
Pada tiap lapisan ditusuk-tusuk sebanyak 10 kali.
Cetakan yang telah diberi kode sample kemudian didiamkan selama 24
jam dan direndam dalam air untuk proses curing selama 7 hari. Setelah itu
beton diuji dengan compression test untuk didapatkan nilai kekuatannya.
Beton yang akan diuji, sebelumnya harus ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat dari beton tersebut.
Setelah itu memasukkan data dari beton tersebut ke dalam data input dari
mesin UTM.
Pengujian kuat tekan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 28 hari.
Pengujian pada usia 28 hari dilakukan untuk mengetahui kuat tekan akhir
dari beton tersebut yang nantinya dijadikan sebagai parameter mutu dari
beton.

70


Gambar 5.2 Persiapan Tabung Silinder

Gambar 5.3 Pengambilan Benda Uji

5.1.2 Pemeriksaan Mutu Tulangan Baja
Pada proyek ini, pemeriksaan mutu tulangan baja dilakukan di
Laboraturium Rekayasa Struktur, Institut Teknologi Bandung. Pemeriksaan mutu
tulangan baja yang dilakukan ialah uji tarik, dimana pengujian mutu baja ini
dilakukan dengan cara mengambil empat buah contoh untuk masing-masing
ukuran profil. Pengambilan contoh ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur,
dan diawasi oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Pengujian tersebut dilakukan
di lembaga/tempat yang ditunjuk dan harus mendapatkan persetujuan dari
71

konsultan Manajemen Konstruksi. Dengan demikian baja yang dipesan memiliki
kualitas yang terjamin dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hasil pengujian
ini dapat dilihat pada lampiran pada laporan ini.

5.1.3 Pemeriksaan Mutu Bekisting
Pemeriksaan mutu bekisting untuk kolom, balok dan pelat dilaksanakan
agar dapat diperoleh mutu beton sesuai spesifikasi untuk ketiga struktur
tersebut. Pada proyek ini, pengawasan yang dilakukan dalam pemeriksaan mutu
bekisting antara lain :
Pengawasan mengenai dimensi dan hasil pekerjaan yang dilaksanakan,
dimana hal ini berpengaruh terutama pada saat pemasangan bekisting
agar struktur yang dihasilkan sesuai dengan gambar rencana
Pengawasan mengenai sambungan-sambungan yang ada pada hasil
pekerjaan, dimana hal ini penting terutama untuk mencegah terjadinya
kebocoran - kebocoran pada saat campuran beton dituangkan ke dalam
bekisting.
Pengawasan mengenai proses pembongkaran bekisting dan sistem
perancah, yang harus dilakukan secara tepat waktu dan tepat metode agar
tidak menimbulkan efek negatif pada struktur.

5.1.4 Pengawasan Pelaksanaan Pembesian
Pekerjaan pembesian merupakan salah satu proses yang paling utama
dalam pembangunan struktur yang berbasis beton bertulang, seperti pada proyek
pembangunan Oak Tree Hotel ini. Pengawasan yang baik mengenai pekerjaan
pembesian ini menjadi amat penting mengingat tulangan baja merupakan
komponen pemikul tegangan tarik yang terjadi pada struktur beton bertulang, hal
ini sehubungan dengan kekuatan beton polos dalam menahan tarik amat kecil
sehingga dapat diabaikan. Peran dari baja tulangan ini juga memberikan tambahan
kekuatan untuk porsi beton yang memikul tegangan tekan, yang dalam hal ini
72

menyangkut perencanaan penampang balok bertulang rangkap dan perencanaan
tulangan kolom.
Selain itu baja tulangan juga memberikan tambahan kekuatan untuk memikul
gaya geser yang terjadi pada struktur beton bertulang tersebut, disamping
kontribusi ketahanan terhadap geser yang dikerahkan sendiri oleh penampang
beton saja. Berdasarkan hal tersebut, pengawasan pekerjaan pembesian tidak
boleh dilakukan sembarangan. Pengawasan pelaksanaan pembesian terdiri dari
beberapa pengawasan seperti dijelaskan di bawah ini:
1. Pengawasan mengenai dimensi atau ukuran dan jumlah tulangan yang
digunakan, dimana hal ini dilakukan agar para pekerja tidak salah dalam
memilih jenis baja tulangan mana yang akan digunakan dalam
pemasangan tulangan.
2. Pengawasan mengenai pemasangan baja tulangan, yang menyangkut hal-
hal seperti:
Metode pemasangan.
- Memerhatikan panjang tulangan sambungan antara tulangan
satu dengan tulangan yang lain yaitu sebesar 40D.
- Ujung tulangan dibengkokan sebelum dipasang, dilakukan
untuk meminimalisir pembengkokan setelah tulangan tertanam
di dalam beton dan ujung tulangan pada balok dibengkokan
serta dipasang menghadap ke bawah.
Metode dan lokasi pemotongan tulangan.
- Memerhatikan ukuran tulangan yang akan dipotong, agar
sesuai dengan yang direncanakan.
- Memerhatikan kapasitas mesin bar cutter terhadap jumlah
tulangan, mutu tulangan maksimal, serta dimensi tulangan
yang dapat dipotong.
- Perangkaian dan pemotongan baja tulangan dilakukan di
lapangan langsung.
Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
- Panjang pembengkokan 5 cm 10 cm untuk tiap join
sambungan, pembengkokan sengkang dengan sudut 90, dan
73

penggunaan panjang penyaluran dengan ukuran 40D yang
dilakukan secara manual pada lapangan dengan alat kunci
pembengkok.
Metode pembengkokan tulangan serta dimensinya.
Menurut SNI 03-2847-2002 (Tabel 5.2) mengenai pembengkokan
tulangan terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
- Semua tulangan dibengkokan dalam keadaan dingin.
- Tulangan yang sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokan di lapangan, kecuali seperti yang sudah
ditentukan di gambar rencana atau diizinkan oleh pengawas
lapangan.
- Pembengkokan tulangan sengkang di lapangan mengacu
kepada syarat minimum pembengkokan yang sudah ditentukan
pada SNI 03-2847-2002 mengenai diameter minimum
bengkokan tulangan sengkang.
- Diameter tulangan sengkang aktual 10 mm jadi pembengkokan
untuk tulangan sengkang adalah min 6 mm.

Tabel 5.2 Pembengkokkan Sengkang Minimum Menurut SNI
03-2847-2002


5.1.5 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton merupakan komponen yang paling utama dalam setiap
pembangunan suatu proyek, oleh karena itu pekerjaan beton harus dikerjakan
secara cermat dan diawasi dengan seksama. Beberapa hal yang menjadi fokus
74

dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan beton pada proyek ini adalah sebagai
berikut:
Koordinasi mengenai pengawasan pelaksanaan pekerjaan sistem
bekisting yang antara lain meliputi faktor-faktor dimensi, mutu, kondisi,
kekuatan, ketepatan, pemasangan bantalan beton (beton decking) agar
tulangan tidak menempel bekisting.
Koordinasi mengenai pengawasan pelaksanaan pekerjaan pemasangan
perancah yang berkaitan dengan pekerjaan sistem bekisting, terutama
mengenai masalah kekuatan dan lokasi pemasangan yang tepat dan
aman.
Koordinasi mengenai pengawasan pelaksanaan pembesian atau
pemasangan tulangan, yang antara lain berkaitan dengan masalah mutu
dan kondisi baja tulangan, ketepatan dari segi jumlah dan jenis, metode
pemasangan dan lain-lain.
Pengawasan mengenai mutu beton yang digunakan.
Pengawasan mengenai metode pengecoran, dimana hal tersebut meliputi:
- Waktu pengecoran.
- Peralatan pengecoran.
- Kebersihan selama pengecoran yang mengharuskan bekisting bebas
dari berbagai kotoran seperti debu, sisa-sisa potongan kawat, paku
dan lain-lain.
- Tinggijatuh.
- Pemadatan.
- Curing

5.2 Waktu Pelaksanaan Konstruksi
Kriteria suatu proyek yang baik adalah tepat waktu, tepat mutu, tepat
metode, tepat biaya, dan ramah lingkungan. Pelaksanaan suatu proyek
pembangunan yang lancar dan tanpa kendala serta memenuhi kriteria merupakan
hal yang diharapkan oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek. Tetapi pada
kenyataannya, terkadang muncul beberapa hal tak terduga yang memerlukan
75

penanganan segera dan setepat mungkin dengan menggunakan time schedule
berupa bar chart agar kelancaran jalannya proyek tidak terganggu.
Dalam proyek pembangunan Oak Tree Hotel pun demikian, pada awal
proses sebelum menuju pengecoran lantai 3 (pembangunan masih berjalan
20%), terjadi penundaan pekerjaan dikarenakan belum adanya pencairan dana dari
pihak owner untuk pembelian material yang akan digunakan untuk kebutuhan
pembesian dan pengecoran, akibatnya terjadi perubahan jadwal pengerjaan
konstruksi sehingga pelaksanaan proyek mengalami penundaan sekitar 1 (satu)
bulan.

5.3 Laporan Proyek
Selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, kontraktor atau pihak
pelaksana harus menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan proyek yang telah
diperiksa dan disetujui oleh konsultan Manajemen Konstruksi. Laporan yang
dimaksud adalah :
- Laporan harian
- Laporan mingguan
- Laporan bulanan
Jenis laporan yang digunakan pada pelaksanaan proyek Oak Tree Hotel ini
adalah laporan harian dan laporan mingguan. Jenis laporan seperti ini dipilih
karena dapat menunjukkan progress yang lebih detail mengingat setiap harinya
terdapat perkembangan yang terjadi dilapangan yang kemudian dicantumkan
dalam laporan harian, dan akumulasi perkembangan harian tersebut kemudian
dicantumkan dalam laporan mingguan. Pada pelaksanaan proyek, perkembangan
yang terjadi di lapangan harus dimuat dalam laporan baik yang berhubungan
dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, secara teknis maupun administratif.
Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak kontraktor harus memberikan
data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya. Laporan harian
berisi tentang :
- Jumlah tenaga kerja pada hari tersebut.
- Pemasukan material dan peralatan.
76

- Pemakaian material dan peralatan.
- Pekerjaan yang dikerjakan pada hari tersebut.
- Lama pelaksanaan pekerjaan.
- Keadaan cuaca.
Untuk pengerjaan laporan mingguan, juga harus mencantumkan data
diatas secara detail, namun dalam skala waktu per minggu.

5.4 Biaya Pelaksanaan Proyek
Total biaya rencana proyek pembangunan Oak Tree Hotel ini mencapai
Rp. 27.500.000.000 (dua puluh tujuh milyar lima ratus juta rupiah). Namun pada
pelaksanaannya, terjadi kendala berupa penundaan pekerjaan karena pihak owner
tidak memberikan dana proyek selama 1 bulan. Akan tetapi, target penyelesaian
pekerjaan tidak mengalami kemunduran, akibatnya banyak pekerjaan yang harus
dikerjakan dengan cepat untuk mencapai target waktu tersebut. Maka dari itu,
pihak kontraktor menambah jumlah tenaga kerja dan peralatan untuk mengejar
ketertinggalan jadwal yang terjadi, sehingga kontraktor mengajukan klaim kepada
pihak owner yang mengakibatkan bertambahnya biaya total pelaksanaan proyek
dan klaim tersebut di kabulkan oleh pihak owner.

77

Contents
BAB V ................................................................................................................................. 66
5.1 Mutu Pekerjaan Proyek ....................................................................................... 66
5.1.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Beton................................................................... 66
5.1.2 Pemeriksaan Mutu Tulangan Baja ................................................................. 70
5.1.3 Pemeriksaan Mutu Bekisting ......................................................................... 71
5.1.4 Pengawasan Pelaksanaan Pembesian ........................................................... 71
5.1.5 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Beton .................................................. 73
5.2 Waktu Pelaksanaan Konstruksi ............................................................................. 74
5.3 Laporan Proyek .................................................................................................... 75
5.4 Biaya Pelaksanaan Proyek .................................................................................... 76

Anda mungkin juga menyukai