Anda di halaman 1dari 15

Sigit Hari Pradityo, S.ST,.

MT
Selasa, 31 Juli 2012

Sigit Hari Pradityo,S.ST,.MT*)

Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN)


Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari batu
(agregat) pokok dan batu (agregat) pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis, apabila akan
digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.





1.1. Fungsi
LAPEN dapat berfungsi sebagai :
a. Lapisan Permukaan
b. Lapisan pondasi

1.2. Sifat-sifat
LAPEN mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Kurang kedap air (permeabilitas sedang).
b. Kekuatan utama didapat dari saling mengunci (interlocking) antara batuan pokok dan
pengunci.
c. Mempunyai nilai struktural.
d. Cukup kenyal.
e. Mempunyai permukaan yang kasar.

1.3. Penggunaan
LAPEN dapan diletakkan diatas berbagai jenis/kondisi perkerasan lama maupun baru
untuk lalu lintas ringan sampai sedang.



Sigit Hari Pradityo



II. BAHAN

Bahan yang digunakan untuk LAPEN terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat
penutup (untuk permukaan) dan aspal.

2.1. Agregat
Agregat yang digunakan harus agregat dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Keausan agregat bila diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran
(PB.0206-76) adalah 40%.
b. Indeks kepipihan (B.S.) maksimum 25%.
c. Kelekatan terhadap aspal (PB.0205-76) lebih besar dari 95%.
d. Bagian-bagian batu yang lunak (ASTM C-235) maksimum 5%.
e. Gumpalan-gumpalan lempung (ASSHTO T-12) maksimum 0,25%.
f. Gradasi dibedakan :
- Ukuran butir maksimum agregat pokok adalah k.l. 2/3 tebal lapisan yang
direncanakan.
- Gradasi agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup adalah
sebagaimana tertera di bawah ini :



TABEL 2.1. : Ukuran Agregat

Tebal
Tipe Lapisan (7 10 cm) (5 8 cm) (4 5 cm)
Batu
Agregat pokok
Melewati :
75 mm 100
60 mm 90 100 100
50 mm 35 70 95 100 100
40 mm 0 15 35 70 95 100
25 mm 0 5 0 15
18 mm 0 5 0 15

Agregat
Pengunci
Melewati :
25 mm 100 100 100
18 mm 95 100 95 100 95 100
9 mm 0 5 0 5 0 5

Agregat
Penutup
Melewati :
12 mm 100 100 100
9 mm 85 100 85 100 85 100
4 mm 10 30 10 30 10 30
2 mm 0 10 0 10 0 10


2.2. Aspal
a. Aspal yang digunakan pada umunya aspal keras Pen. 40, Pen 60, Pen. 80 memenuhi
persyaratan sebagaimana tertera di bawah ini :

TABEL 2.2. : Persyaratan Aspal Keras
Jenis
pemeriksaan
Cara
pemeriksaan
Pesyaratan
SATUAN Pen. 40 Pen. 60 Pen. 80
Min Maks Min Maks Min Maks
Penetrasi
(25C, 5
detik)
PA.
0301 76 40 59 60 79 80 99
0,1 mm
Titik
lembek
(ring &
ball)
PA.
0302 76 51 63 48 58 46 54
C
Titik nyala
(dev. Open
cup)
PA.
0303 76 200 - 200 - 225 -
C
Kehilangan
berat
(163C, 5
jam)
PA.
0304 76 - 0,4 - 0,4 - 0,6
% berat
Kelarutan
(CCL
4
Atau
CS
2
)
PA.
0305 76 99 - 99 - 99 -
% berat
Daktilisasi
(25C, 5
cm/menit)
PA.
0306 76 75 - 100 - 100 -
cm
Penetrasi
setelah
kehilangan
berat
PA.
0301 76 75 - 75 - 75 -
%semula
Berat Jenis
(25C)
PA.
0307 76 1 - 1 - 1 -
gr/cc




b. Aspal cair RC-250, RC-800, atau RC-3000 yang memenuhi persyaratan sebagaimana
tertera dibawah ini :
TABEL 2.3. : Persyaratan aspal cair
Jenis
pemeriksaan
Cara
pemeriksaan
Pesyaratan
SATUAN RC. 250 RC. 800 RC.3000
Min Maks Min Maks Min Maks
Kekentalan
kinematik
(60C)
PA. 0308 -
76
250 500 800 1600 3000 6000 cst
Titik nyala
(tag Open
cup)
PA. 0309 -
76
27 63 48 58 46 54 C
Destilasi
(terhadap isi
destilasi
360C)
PA. 0310 -
76

sampai
225C
35 - 15 - - - % isi
sampai
260C
60 - 45 - 25 - % isi
sampai
315C
80 - 75 - 70 - % isi
sisa destilasi
(360C)
65 - 75 - 80 - % isi
Penetrasi
residu
(25C, 5
detik)
PA. 0301 -
76
80 120 80 120 20 120 0,1 mm
Daktilitas
(25C, 5
cm/menit)
PA. 0306 -
76
100 - 100 - 100 - cm
Kelarutan
(CCL
4
Atau
CS
2
)
PA. 0305 -
76
99 - 99 - 99 - % berat
Pelekat
dalam air
(permk.
Batuan)
PA. 0312 -
76
80 - 80 - 80 - % luas
Kadar air
PA. 0311 -
76
- 0,2 - 0,2 - 0,2 %

c. Aspal emulsi anionik (RS-1, RS-2) atau kationik (CRS-1, CRS-2) yang memenuhi
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini :

TABEL 2.4. : Persyaratan aspal emulsi anionik
Jenis
pemeriksaan
Cara
pemeriksaan
Pesyaratan
SATUAN RS-1 RS-2
Min Maks Min Maks
Kekentalan
furol (25C)
AASHTO
T-59
20 100 - - detik
Kekentalan
furol (50C)
AASHTO
T-59
- - 75 400 detik
Sisa
Destilasi
AASHTO
T-59
57 - 62 - % isi
Pengendapan
(5 hari)
AASHTO
T-59
- 3 - 3
selisih
persen
Pengendapan
emulsi (35
ml dari 0,02
NCaCl
2
)
AASHTO
T-59
60 - 50 - %
Daktilitas
(25C, 5
cm/menit)
AASHTO
T-59
- 10 - 10 %
Analisa
saringan
(tertahan
no.200)
PA. 0301 -
76
100 200 100 200 0,1 mm
Daktilitas
residu (25C,
5 cm/menit)
PA. 0306 -
76
40 - 40 - cm
Kadar air
AASHTO
T-44
97 - 97 - % berat

TABEL 2.5. : Persyaratan aspal emulsi kationik
Jenis Pemeriksaan
Cara
Pemeriksaan
Persyaratan
Satuan Crs-1 Crs-2
Min. Mak. Min. Mak.
1. Kekentalan Furol AASHTO
20 100 100 400 detik
(50
o
C) T-54
2. Sisa Destilasi AASHTO
60 - 65 - %isi

T-55
3. Pengendapan AASHTO
- 5 - 5
selisih
(5 hari) T-56 persen
4. Analisa saringan AASHTO
- 10 - 10 %
(tertahan no.20) T-57
5. Muatan listrik AASHTO
Positif Positif


T-58
6. Destilasi minyak AASHTO
- 3 - 3 %isi

T-59
7. Penestrasi residu
PA.0301-76 100 250 100 250
0,1
mm
(25
o
C, 5 detik)
8. Daktilitas residu
PA.0306-76 40 - 40 - cm
(25
o
C,
5cm/menit)
9. Kelarutan AASHTO
97 - 97 - %berat
(C
2
H
3
Cl
3
) T-44



III. PERENCANAAN

Untuk mendapatkan LAPEN yang baik, perlu dilakukan suatu perencanaan.

3.1. Data perencanaan
a. Tebal rencana
b. Ukuran agregat yang ada dan mungkin diperoleh
c. Jenis aspal yang tersedia
3.2. Penentuan jumlah agregat dan aspal
Jumlah agregat dan aspal dapat ditentukan sebagaimana tertera dibawah ini :
Tabel 3.1

LAPEN sebagai lapisan permukaan

Tabel lapisan
LAPEN (cm)
Agregat Pokok
Aspal
(kg/m
2
)
Agregat
pengunci
(kg/m
2
)
Aspal
(kg/m
2
)
Agregat
Penutup
(kg/m
2
)
kg/m
2

7-10 5-8 4-5
10 200

8,5 25 1,5 14
9 180

7,5 25 1,5 14
8 160

6,5 25 1,5 14
8

152

6 25 1,5 14
7 140

5,5 25 1,5 14
7

133

5,2 25 1,5 14
6

114

4,4 25 1,5 14
5

105

3,7 25 1,5 14
5

80 2,5 25 1,5 14

Tabel 3.2

LAPEN sebagai lapisan pondasi

Tebal Lapisan
LAPEN (cm)
Agregat Pokok
Aspal
(kg/m
2
)
Agregat
Pengunci
(kg/m
2
)
Kg/m
2

7-10 5-8 4-5
8,5 200 - - 8,5 25
7,5 180 - - 7,5 25
6,5 160 - - 6,5 25
6,5 - 152 - 6,0 25
5,5 140 - - 5,5 25
5,5 - 133 - 5,2 25
4,4 - 114 - 4,4 25
3,7 - 105 - 3,7 25
3,7 - - 80 2,5 25



IV. PELAKSANAAN

4.1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dibagi kedalam peralatan ditempat penyimpanan bahan (stock
pile) dan peralatan di lapangan yang dilaksanakan secara mekanik atau manual.

4.1.1. Peralatan ditempat penyimpanan/penimbunan bahan
a. Cara mekanik
- Dump truck
- Ketel aspal
- Loader
b. Cara manual
- Sekop
- Truck
4.1.2. Peralatan di lapangan
a. Cara mekanik
Tandem roller 6 8 ton atau three wheel roller 6 8 ton.
Self propelled pneumetic tired roller 10 12 ton.
Asphalt distributor.
Penebar agregat (aggregate spreader).
Power broom / compressor.
Sekop, kereta dorong, dan alat bantu lainnya.
Tangki air (jika diperlukan).
b. Cara manual
Tandem roller 6 8 ton atau three wheel roller 6 8 ton.
Self propelled pneumetic tired roller 10 12 ton (jika diperlukan).
Sapu, sikat, dan karung.
Pengki.
Emrat.
Sekop, kereta dorong, dan alat bantu lainnya.
Ketel aspal.



4.2. Persiapan lapangan
Sebelum penghamparan dilaksanakan permukaan yang akan dilapis LAPEN harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Bentuk permukaan kearah memanjang dan memenuhi lintang harus telah
dipersiapkan sesuai dengan perencanaan.
b. Permukaan harus bebas sari bahan bahan yang tidak dikehendaki misalnya debu dan
bahan bahan lainnya.
c. Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat, harus cukup lembab (tidak
terlalu kering)
Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus kering.
d. Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis serap pengikat
(prime coat) sebanyak minimum 0,5 liter/m
2
.
e. Permukaan yang menggunakan bahan pengikat dapat diberi lapis pengikat (tack coat)
sebanyak maksimum 0,5 liter/m
2
.

4.3. Pengangkutan
Untuk mengangkut agregat dan aspal.
- Agregat :
Dalam pengerjaan LAPEN yang bersifat manual dilakukan dengan truck, dan untuk
cara mekanik dengan dump truck.
- Aspal :
Untuk pengangkutan aspal pengerjaan LAPEN cara manual dilakukan dengan truck,
dan untuk mekanik dengan asphalt distributor.

4.4. Penghamparan dan pemadatan.
Untuk penghamparan dan pemadatan dapat dilakukan baik secara manual atau mekanik.

4.4.1. Mekanik
a. Penaburan agregat pokok.
Penaburan agregat/truck bergerak melalui permukaan jalan yang sudah disiap
kan sambil menghampar agregat pokok dengan kecepatan sedemikian rupa
sehingga jumlah per satuan luas yang direncanakan terpenuhi.
b. Pemadatan agregat pokok.
Sebaiknya agregat pokok, dipadatkan dengan mesin gilas besi roda tiga, 6 8
ton dengan kecepatan k.l. 3 km/jam sampai kedudukan agregat menjadi rata
dan stabil (jumlah lintasan minimum adalah 6 lintasan).
c. Penyemprotan aspal pada agregat pokok.
- Temperatur harus dijaga agar tetap pada temperatur yang disyaratkan.
- Kecepatan asphalt distributor dan daya semprot harus harus diatur
sedemikian rupa agar jumlah aspal per m2 yang direncanakan tercapai.
- Pasang lembaran kertas penutup pada tempat-tempat penyemprotan dimulai
dan berakhir yang diperlukan untuk mendapatkan batas-batas penyemprotan
yang rapih.
- Pasang tanda (benang) pada batas-batas samping pengaspalan sebagai
petunjuk operator.
- Asphalt distributor ditempatkan dibelakang kertas peutup yang pertama.
- Asphalt distributor dijalankan pada kertas penutup dan pipa penyiram
dibuka.
- Asphalt distributor bergerak maju dengan kecepatan tetap sesuai dengan
jumlah penyemprotan aspal yang ditetapkan, sampai ke lembar kertas
penutup akhir, lalu pipa penyiram ditutup.
- Tachometer harus kelihatan oleh operator asphalt distributor.
- Lembaran kertas kemudian disingkirkan.
- Bagian-bagian yang tidak kena/kurang aspal akibat tersumbatnya nozel,
perlu diperbaiki dengan penyemprotan aspal dengan tangan.
d. Penebaran agregat pengunci.
Penebaran agregat pengunci dilakukan setelah penyemprotan aspal dengan
cara seperti penebaran agregat pokok.
e. Pemadatan agregat pengunci.
Sebaiknya agregat pengunci dipadatkan dengan mesin gilas tandem 6 8 ton
dengan kecepatan k.l. 3 km/jam, sampai kedudukan agregat pengunci tertanam
dengan baik.
f. Apabila LAPEN digunakan sebagai lapis permukaan dilakukan pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut :
- Penyemprotan aspal dilakukan sebagai mana penyemprotan aspal pada
agregat pokok.
- Penebaran agregat penutup dilakukan sebagaimana penebaran agregat
pengunci.
- Pemadatan sebaiknya dilakukan menggunakan self propelled pneumatic
tired roller 10 12 ton. 4 6 lintasan dengan kecepatan 5km/jam sampai
permukaan rata.

4.4.2. Manual
Agregat dan aspal yang akan digunakan harus sudah tersedia di lokasi
penghamparan sebelum pekerjaan dimulai.
Pengaturan penyimpanan agregat dan aspal harus sedemikian rupa agar terjaga
kebersihan dan kemudahan pelaksanaan pekerjaan.
a. Penebaran agregat pokok.
Penebaran agregat pokok dapat dilakukan dengan pengki sedemikian rupa
rupa sehingga merata dan sesuai dengan jumlah agregat (persatuan luas) yang
direncanakan.
b. Pemadatan agregat pokok.
Pemadatan agregat pokok dilakukan sebagaimana pemadatan pada cara
mekanik.
c. Penyemprotan aspal dapat dilakukan dengan ember semprot (emrat), pada
temperatur yang disyaratkan sedemikian rupa sampai merata dan jumlah per
m2 yang direncanakan tercapai.
d. Penebaran agregat pengunci.
Penebaran agregat pengunci dilakukan setelah penyemprotan aspal, dengan
cara seperti penebaran agregat pokok pada temperatur aspal di permukaan
sebagaimana yang disyaratkan.
e. Pemadatan agregat pengunci.
Sebaiknya agregat pengunci dipadatkan dengan mesin gilas tendem 6 8 ton
dengan kecepatan k.l. 3 km/jam, sampai kedudukan agregat pengunci tertanam
dengan baik.
f. Apabila LAPEN digunakan sebagai lapis permukaan, dilakukan pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut :
- Penyemprotan aspal dilakukan sebagaimana penyemprotan aspal pada
agregat pokok.
- Penebaran agregat penutup, dilakukan sebagaimana penebaran agregat
pengunci.
- Pemadatan sebaiknya dilakukan menggunakan self propelled pneumatic
tired roller 10 12 ton. 4 6 lintasan dengan kecepatan 5km/jam sampai
permukaan rata.

4.5. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu harus dilakukan untuk mencapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan
perencanaan.
Pengendalian mutu meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Penyimpan atiap fraksi agregat di tempat penimbunan harus diletakkan secara
terpisah agar satu sama lainnya tidak tercampur dan terjaga kebersihannya.
b. Penyimpanan aspal harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kebocoran-kebocoran dan terlindung dari pengaruh air.
c. Temperatur pemanasan aspal
Temperatur pemanasan aspal harus dijaga sesuai dengan yang disyaratkan sebagai
berikut :
- Aspal keras pen 40, pen 60, dan pen 80 dipanaskan maksimum 176C (135C -
170C)
- Aspal emulsi jenis RS-1 dipanaskan 24C-55C, RS-2 dipanaskan 43C-71C.
- Aspal cair jenis RC-2 (RC-250) dipanaskan 60C-100C, RC-4 (RC-3000)
dipanaskan 82C-107C, RC-3 (RC-8000) dipanaskan 77C-115C, MC-4 (MC
3000-6000) dipanaskan 80C-130C.
- Untuk pekerjaan penyemprotan aspal keras pen 40, pen 60, atau pen 80 harus
mempunyai temperatur 135C-176C.
d. Jumlah agregat
Tebal tebaran lepas setiap lapis harus diukur sesuai dengan yang diperoleh dari hasil
penebaran percobaan di lapangan.
e. Pemadatan
Pemadatan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat adanya gerakan-gerakan
agregat dibawah mesin gilas.
f. Kerataan permukaan saat pemadatan.
Kerataan permukaan setiap tahap pemadatan harus di pehatikan. Apabila terdapat
bagian bagian permukaan yang kurang rata, harus diberi tebaran tambahan.
g. Kerataan permukaan pemadatan agregat pokok.
Kerataan permukaan dapat diukur dengan straight edge (mistar perata) panjang 3 m
dan perbedaannya tidak boleh melebihi 8 mm.
h. Sambungan melintang dan memanjang perlu mendapat perhatian.

4.6. Lalu lintas
LAPEN bisa dibuka untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah setelah 2 jam pemadatan
akhir selesai dan dibuka untuk kecepatan normal 4 jam.


DAFTAR ISTILAH

1. Lapisan penetrasi macadam (LAPEN) ialah suatu lapis perkerasan yang terdiri dari batu
(agregat) pokok dan batu (agregat) pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat
oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis, apabila
akan digunkan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan penutup.
2. Aspal cair adalah yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir bebrbentuk cair.
3. R.C. (Rapid Curing Asphalt) adalah aspal cair yang berupa campuran (pelarut) antar
aspal semen dengan pelarut jenis gasoline yang mempunyai daya menguap tinggi.
4. Aspal emulsi adalah aspal cair yang berupa campuran (pelarut) antara aspal semen, air,
dan emulsi.
5. Aspal semen atau aspal keras adalah suatu jenis aspal minyak yang didapat dari residu
hasil detilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara.
6. Tack Coat adalah lapisan aspal cair diatas lapis permukaan jalan yang masih beraspal
sebelum lapis permukaan perkerasan yang baru (dalam rangka perkuatan/overlay)
dihampar diatasnya dan berfungsi sebagai pengikat kedua lapis tersebut.
7. Prime Coat adalah lapisan aspal cair berviscositas rendah diletakkan diatas lapis pondasi
sebelum lapis permukaan dihampar diatasnya.
Aspal cair ini dapat meresap kedalam lapis pondasi mengisi rongga dan memperkeras
permukaan serta mengisi lapis pondasi dan lapis permukaan.
8. Agregat adalah batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral lainnya baik berupa
hasil alam maupun hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) yang merupakan bahan
utama konstruksi jalan, betonm pondasi (ballast), jalan kereta api dan lainnya
sebagainya.
9. Emrat adalah suatu alat penyiram aspal yang dibuat dari kaleng atau ember dengan
lubang dibagian bawanya dan menggunakan tangkai kayu.
10. Pengki adalah suatu alat untuk penebar agregat secara manual pada hamparan yang
belum rata.


PEMBERITAHUAN

Dalam hal timbul keragu-raguan dalam penafsiran atau pengertian terhadap petunjuk
pelaksanaan ini, dapat di hubungi Direktorat Jenderal Bina Marga melalui alamat :

DIREKTORAT PENYELIDIKAN MASALAH
TANAH DAN JALAN
Jln. RAYA TIMUR Telp. 78251-78252-78253
BANDUNG

Setiap tambahan atau perubahan (koreksi atau perbaikan-perbaikan) terhadap
petunjuk pelaksanaan ini akan dikeluarkan dalam bentuk interim yang harus diperlakukan
sebagi bagian yang tak terpisahkan dari petunjuk pelaksanaan sampai dengan dikeluarkannya
petunjuk pelaksanaan edisi baru.
Usaha penyempurnaan petunjuk pelaksanaan ini akan selalu diadakan, karena setiap
kritik dan saran atau sumbangan-sumbangan pemikiran untuk penambahan atau perobahan
materi petunjuk pelaksanaan ini akan selalu diharapkan dan diterima dengan baik.
Saran dan sumbangan-sumbangan pemikiran tersebut dapat dikirim kepada alamat
tersebur diatas.
Diposkan oleh Sigit Hari Pradityo di 12.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: Perkerasan Jalan Raya
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2012 (2)
o Juli (2)
Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)
Sigit Hari Pradityo,S.ST,.MT*) Lapis Penetrasi Mac...
Mengenai Saya

Sigit Hari Pradityo
Lihat profil lengkapku

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai