Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

Leukemia merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh anak-anak di
berbagai belahan dunia. Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) mempunyai
presentase sebesar 75% dari seluruh penderita leukemia dengan penderita terbanyak
adalah anak-anak berumur 4 tahun. Acute Myeloid Leukemia (AML) dilaporkan 20%
dari seluruh penderita leukemia dengan penderita umumnya adalah bayi baru lahir
sampai umur 10 tahun. Penyakit leukemia lainnya adalah kronic myeloid leukemia
dan kronik lymphoid leukemia yang sangat jarang terjadi pada anak-anak.
Manifestasi klinik dari penyakit-penyakit tersebut sangat mirip, karena semuanya
sama-sama mengganggu fungsi dari sumsum tulang belakang oleh karena itu
diperlukan uji klinis dan uji laboratorium spesifik yang berbeda untuk mendapatkan
diagnosis dan terapi yang tepat.
1
Leukemia merupakan keganasan terbanyak pada anak, diperkirakan 41 % dari
semua keganasan yang terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun. Pada tahun
2000, sekitar 3.600 anak didiagnosis leukemia di Amerika Serikat dan insidensinya
4,1 kasus baru setiap 100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun. Di negara
berkembang, 83 % leukemia limfoblastik akut (LLA). 17 % leukemia mieloblastik
akut (LMA) lebih tinggi pada anak kulit putih dibandingkan kulit hitam. Di Asia
kejadian leukemia pada anak lebih tinggi dari pada anak kulit putih. Di Jepang
mencapai 4 per 100.000 anak dan diperkirakan tiap tahun terjadi 1000 kasus baru.
2

Sedangkan di Jakarta, pada tahun 1994 insidensinya mencapai 2,76 per 100.000 anak
usia 1 - 4 tahun. Pada tahun 1996 didapatkan 5 - 6 pasien leukemia baru setiap bulan
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sementara itu di RSU Dr. Soetomo sepanjang
tahun 2002 dijumpai 70 tahun kasus leukemia baru. Rasio laki - laki dan perempuan
adalah 1,15 pada LLA dan mendekati 1 untuk LMA. Saudara kandung dari pasien
LLA mempunyai risiko empat kali lebih besar untuk berkembang menjadi LLA,
sedangkan kembar monozigot mempunyai resiko 20 % untuk berkembang menjadi
LLA.
1
Diare persisten/kronis mencangkup 3-20% dari seluruh episode diare pada
balita. Insiden diare persisten di beberapa negara berkembang berkisar antara 7-15%
setiap tahun dan menyebabkan kematian sebesar 36-54% dari keseluruhan kematian
akibat diare. Hal ini menunjukan bahwa diare persisten dan kronis menjadi suatu
masalah kesehatan yang mempengaruhi tingkat kematian anak di dunia. Meskipun
penelitian epidemiologis mengenai diare persisten masih terbatas, sebuah studi
komunitas di Bangladesh menunjukan bahwa secara keseluruhan angka kejadian
diare persisten masih belum menurun secara bermakna dalam rentang tahun 1980-
1992. Di Indonesia, prevalensi diare persisten/kronis sebesar 0,1% dengan angka
kejadian tertinggi pada anak-anak berusia 6-11 bulan.
2

Agen-agen kemoterapi diketahui dapat mengakibatkan anorexia, dengan atau
tanpa nausea dan muntah, enteritis dengan malabsorpsi dan diare, mukositis dan
konstipasi. Persepsi pengecapan juga mengalami gangguan pada pasien kanker yang
3

menerima kemoterapi; fenomena ini dapat mengakibatkan anoreksia dan penurunan
intake makanan.
3
Berikut ini akan disajikan laporan kasus pasien anak laki-laki umur 7 tahun
dengan diagnosis Acute Lymphoblastic Leukemia disertai Bisitopenia dan Diare
Kronis. Akan Dibahas apakah diare kronis pada pasien ini berhubungan dengan
penyakit leukemia yang diderita atau merupakan penyakit penyerta saja dan akan
dibahas mengenai terapi gizi pada pasien ini.

Anda mungkin juga menyukai