Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah Teknologi Batubara

Dengan judul
Teknologi Pembuatan Briket Batubara sebagai
Bahan Bakar Alternatif
Oleh:
Harry Christian S (03111003035)

Dosen pengasuh :
Prof. Ir. Subriyer Nasir, MS, PhD


Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Substansi kebutuhan hidup yang penting bagi manusia ialah energi. Sebagaimana
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah
kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemanfaatan
minyak bumi dan gas alam sebagai penghasil energi kalor menjadi primadona di seluruh
negara-negara karena dipakai sebagai bahan bakar penggerak industri, transportasi dan
sebagainya.
Jika penggunaan minyak bumi dan gas alam menjadi prioritas bahan bakar, maka hal
ini memicu penurunan kuantitas sumber daya alam baik minyak bumi dan gas alam itu
sendiri. Hal tersebut merupakan masalah besar yang menjadi tantangan manusia dewasa ini,
agar bagaimana manusia tidak lagi menghitung-hitung seberapa besar cadangan minyak bumi
dan gas alam yang tersisa melainkan menemukan dan menggerakkan bahan bakar alternatif
lainnya.
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat
pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan BBM mulai kritis karena cadangannya
terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis karena luas kawasan hutan (terutama jawa)
sudah kurang dari persyaratan ideal. Jadi salah satu sumber energi alternatif adalah batubara.
Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada
meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia.
Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat
berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari
49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk
mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada
dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin.
Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah
diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.Briket batubara merupakan
salah satu bahan bakar padat alternatif yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini
merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis
untuk digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun menengah. Briket
juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki
nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat
bersaing dengan bahan bakar lain.


B. Rumusan Masalah
1. Mengoptimalkan pemakaian energi batubara sehingga perlu dikaji sejauh mana
pengaruh hubungan ukuran partikel
2. Komposisi briket terhadap kualitas briket batubara
3. Bentuk briket yang dihasilkan


C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya membahas bagaimana cara menanggulangi bahan bakar
konvensional yang semakin langka dengan cara pembuatan briket batubara.

D. Hipotesis
Batubara dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar konvensional
(seperti bensin, minyak tanah, kerosen) yang cukup murah dan berdaya guna dengan cara
dibuat briket batubara.

E. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Memaparkan kebutuhan khusus akan energi alternatif.
2. Memberitahukan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi dan gas alam kepada
masyarakat luas.
3. Memberitahukan definisi briket dari batubara.
4. Memberitahukan cara pembuatan briket dari batubara.
5. Memberitahukan kegunaan khusus briket dari batubara.
6. Mengkaji pengaruh hubungan ukuran partikel dan komposisi briket terhadap kualitas
briket batubara yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
F. Manfaat
Manfaat yang diperoleh bagi penulis dan pembaca adalah :
1. Pengetahuan tentang alternatif pengganti penggunaan bioarang.
2. Pengetahuan tentang pentingnya batubara sebagai alternatif penghasil energi kalor.
3. Pengetahuan tentang pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar alternatif.





BAB II
PEMBAHASAN
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan
purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan
bakar fosil. Proses mengubah tumbuhan menjadi batubara disebut dengan pembatubaraan
(coalification). Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik
yaitu selulosa, batubara tergolong mineral organik. Reaksi pembentukan batubara adalah
sebagai berikut:
5(C
6
H
10
O
5
) ---> C
20
H
22
O
4
+ 3CH
4
+ 8H
2
O + 6CO
2
+ CO

C
20
H
22
O
4
adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau antrasit,
tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur C akan semakin
tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Sedangkan gas-gas
yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang
menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan
batubara.
Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara.
a. Air
Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free moisture),
air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan mempunyai tekanan uap normal
dimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan pembasahan selama
penambangan, transportasi, penyimpanan, dan lain-lain. Air lembab (moisture in air
dried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam batubara dan mempunyai tekanan uap
di bawah normal.
b. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen
Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk
batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai umur, jenis,
dan sifat-sifat batubara.
c. Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogen
dalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat pada ikatan karbon.
d. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut pirit sulfur,
sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta sulfur organik.
e. Abu
Abu tang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-mineral
yang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali. Mineral-mineral
ini tidak menyublim pada pembakaran di bawah 925C. Abu yang terbentuk ini
diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara tersebut.
f. Kalor
Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium terikat
sebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%. (Setiawan, 2005)
Jenis Batubara
Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat di alam
dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-bituminous, bituminous, dan
anthrasite.
Tabel 2.1 Jenis Batubara
No Jenis Nyala (menit) Nilai Kalor (kal/gr)
1 Antrasit 5-10 7.222-7.778
2 Semi Antrasit 9-10 5.100-7.237
3 Bituminus 10-15 4.444-8.333
4 Sub-bituminus 10-20 4.444-6.111
5 Lignit 15-20 3.056-4.611
(sumber: Sukandarrumidi, 1995)
Klasifikasi batubara berdasarkan sifat fisiknya.
a. Sifat batubara jenis antrasit
Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi,
kandungan karbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi.
b. Sifat batubara jenis semi antrasit
Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon
tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.
c. Sifat batubara jenis bituminus
Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi, kandungan
karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, dan kandungan
sulfur sedikit.
d. Sifat batubara jenis lignit
Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit,
kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur juga tinggi.

Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases. Briket Batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan Minyak tanah seperti untuk pengolahan makanan, pengeringan,
pembakaran, dan pemanasan. Bahan baku utama briket batubara adalah batubara yang
sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150
tahun. Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh
masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Briket batubara dipilih oleh
masyarakat sebagai bahan bakar alternatif karena dilihat dari segi keunggulannya.


Adapun keunggulan briket batubara adalah:
a. lebih murah;
b. nilai kalor yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama;
c. tidak beresiko meledak/terbakar;
d. tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga;
e. sumber batubara melimpah.
Briket batubara memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan waktu 5
10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan awal, briket
batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di atas 2 jam.

Proses Pembuatan Briket Batubara

Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi menjadi 2, yaitu: jenis
berkarbonisasi dan jenis non karbonisasi.
a. Karbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi
Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket
batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak
berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada batubara
tersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk
keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya. Pembuatan briket
batubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Flow chart pembuatan briket batubara berkarbonisasi (super)
b. Non Karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi
briket dan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam
briket batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan
kompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat
terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan
tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil. Pembuatan briket
batubara berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.



Gambar 2.2 Flow chart pembuatan briket batubara non karbonisasi (biasa)

Produsen terbesar briket batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim
Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan kapasitas terpasang
115.000 ton per tahun. Disamping PT. BA terdapat beberpa perusahaan swasta lain yang
meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding PT. BA dan belum
berproduksi secara kontinyu.
Kenaikan BBM khususnya minyak tanah dan solar, tentunya penggunaan briket
batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah akan lebih ekonomis
dan menguntungkan, namun demikian kemampuan produksi dari PT. BA. masih sangat kecil,
untuk mengatasi kekurangan tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta
untuk memproduksi dan mensosialisasikan penggunaan briket batubara disetiap daerah. (K.D
Maison, 2006)

Tabel 2.4 Standart Bahan Baku Briket Batubara
No Jenis Bahan Baku Kadar Abu
(% Berat)
Nilai Kalor
(Kkl/kg)
Total
Sulfur
(% Berat)
Keterangan
1 Terkarbonisasi < 5 > 3500 < 1
Karbonisasi
akan menaikkan
nilai kalor dan
abu
2 Tanpa Karbonisasi < 10 > 5100 < 1
Penambahan
binder akan
menaikkan abu
dan menurunkan
nilai kalor
(sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2006)
Tabel 2.5 Standart Kualitas Briket Batubara
No Jenis Briket
Batubara
Air
Lembab
(%)
Zat
Terbang
(%)
Nilai
Kalor
(Kkal/kg)
Total
Sulfur
(%)
Beban
Pecah
(kg/cm
2
)
1 Briket batubara
terkarbonisasi
Jenis batubara
muda
Maks 20 Maks 15 Min 4000 Maks 1 Min 60
2 Briket batubara
terkarbonisasi
Jenis batubara
bukan batubara
muda
Maks 7,5 Maks 15 Min 5500 Maks 1 Min 60
3 Briket batubara
tanpa karbonisasi
Tipe telur
Maks 12 Sesuai
batubara
asal
Min 4400 Maks 1 Min 65
4 Briket batubara
tanpa karbonisasi
Tipe sarang tawon
Maks 12 Sesuai
batubara
asal
Min 4400 Maks 1 Min 10
5 Briket bio-
batubara
Maks 15 Sesuai
dengan
bahan
baku
Min 4400 Maks 1 Min 65
(sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1998)
Spesifikasi briket batubara terkarbonisasi mengacu pada SNI 13-4931-1998.
Pemilihan Metode Proses
Salah satu masalah dalam pengembangan industri briket di Indonesia adalah perlunya
karbonisasi dalam proses pembuatannya. Hal ini terutama karena batubara yang digunakan
termasuk dalam peringkat (rank) rendah dengan kadar zat terbang rata-rata diatas 35%,
sehingga dalam pembakarannya menimbulkan asap dan bau. Sedangkan di Korea, Cina, dan
Vietnam batubara yang digunakan untuk briket adalah dari jenis antrasit sehingga tidak perlu
dilakukan proses karbonisasi karena kadar zat terbangnya rata-rata dibawah 15%.
Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan proses non karbonisasi.
Briket batubara non karbonisasi memungkinkan untuk digunakan atau dibakar tanpa
menimbulkan asap atau bau dengan bahan baku batubara semi antrasit dan bahan pembantu
seperti jerami, ampas tebu, serta molases.

Komposisi Briket Batubara
Proses pembriketan batubara dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengolahan
batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuran fisik, sifat kimia tertentu
dengan menggunakan teknik yang tepat.
a. Batubara
Briket batubara dapat dibuat dari bermacam-macam rank batubara, tergantung
pada jenis batubara yang ada, misalnya: lignite, sub-bituminous, bituminous, semi
antrasit dan anthrasite. Kualitas briket batubara dapat dipengaruhi oleh kualitas
batubara yang digunakan. Batubara yang mengandung zat terbang yang terlalu tinggi
cenderung mengeluarkan asap hitam dan berbau tidak sedap. Batubara yang
digunakan pada penelitian ini adalah batubara jenis semi antrasit.
b. Jerami
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi
yag cukup besar sebagai sumber bahan bakar. Ketersediaan limbah ini biasanya pada
saat musim kering dimana persediaan hijauan telah berkurang baik kualitas maupun
kuantitasnya.
c. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di
berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat
mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak
menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena
ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi ( 19.7%)
dengan kadar protein kasar rendah (28%). Namun limbah ini sangat potensi sebagai
bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatn briket.

d. Tetes (Molasses)
Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak dapat
menghasilkan gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna coklat kehitaman
yang dapat digunakan sebagai bahan perekat untuk batubara dan bahan campurannya.
Pemilihan perekat berdasarkan pada:
a. perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan semikokas;
b. perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya murah;
c. perekat tidak boleh beracun dan berbahaya. (Subroto, 2006)

Bentuk-Bentuk Briket Batubara
Berikut ini gambar yang menunjukkan bentuk dari ketiga briket batubara.

Gambar 2.3 Bentuk Briket Batubara
Keterangan:
a. Bentuk seperti telur : sebesar telur ayam
b. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm
c. Bentuk silinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah
Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, sedangkan
bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah. (K.D Maison,
2006)

Tungku Briket Batubara
Penggunaan briket batubara harus dibarengi serta disiapkan kompor atau tungku, jenis
dan ukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya tungku terdiri atas 2 jenis.
a. Tungku Portabel, umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindah-
pindahkan. Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan.
b. Tungku Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis ini
dipergunakan untuk industri kecil/menengah.
Persyaratan tungku harus memiliki:
a. ada ruang bakar untuk briket
b. adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan melewati
ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder
c. ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket.

Tungku Rumah
Tangga
(Portabel)

Tungku Industri
Kecil/Menengah
(Portabel)

Tungku Industri Kecil/Menengah
(Permanen)
Gambar 2.4 Tungku Briket
Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efisiensi pembakaran yang
tinggi. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunaannya. Tungku untuk industri
ukurannya lebih besar dari pada tungku rumah tangga. Rata-rata tungku untuk industri
memiliki kapasitas briket batubara 5-10 kg, sedangkan untuk rumah tangga hanya 1-2 kg.
Jenis tungku yang sudah banyak di pasaran saat ini terbuat dari bahan tembikar (tanah
liat), selain murah juga sudah terbukti keandalannya, terutama dalam menekan laju emisi.
Jenis tungku ini dilengkapi dengan penutup untuk memperoleh suhu yang sesuai dengan
kebutuhan oroduksi, tungku untuk industri biasanya dilengkapi dengan blower. Kinerja
(performance) dalah karakteristik pembakaran yang ditentukan oleh faktor waktu, suhu, dan
kualitas udara. Pembakaran briket batubara dipengaruhi oleh jumlah briket batubara yang
dibakar dan jenis tungku yang digunakan. (K.D Maison, 2006)
Dampak Lingkungan Pembakar Briket
Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar sering
terkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa pembakaran, yang
langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan manusia. Selain itu,
pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan mempengaruhi kondisi
lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO
2
dan lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain partikel
halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan arsen) serta bahan-
bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk pada saat
pembentukan sebagai proses alam. Dengan demikian sederhana untuk mendapatkan kondisi
pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan paling tidak dicegah
agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket
batubara.
a. Jenis bahan baku (batubara)
Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan
bahan yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit
emisi yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SO
x
dan NO
x
pada dasarnya
ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi. Bahan pengikat
yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,
b. Tungku
Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang
sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan baik.
Tungku dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA ternyata
sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.
c. Ruangan (dapur) tempat memasak
Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya
udara segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantu
menghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak.
Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari berbagai
dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi (SO
x
, NO
x
, dan CO)
yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan briket batubara secara
umum masih aman dengan kadar emisi masih jauh dibawah ambang batas yang
diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang
memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SO
x
250 ppm dan NO
x
mencapai 100 ppm.
Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh dikatakan
sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku dengan penutup
pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

Manfaat Briket Arang Sekam (Bioarang) bagi masyarakat luas, sebagai berikut :
1. Dapat meminimalisasikan penggunaan berlebih dan tidak bergantung akan bahan
bakar konvensional seperti minyak tanah, kerosen, bensin dan lainnya.
2. Menjadi bahan bakar alternatif murah yang sesuai dengan pendapatan masyarakat luas
secara universal.
3. Secara tidak langsung telah mengurangi limbah sekam padi yang dapat menimbulkan
gangguan ekosistem lingkungan juga kesehatan manusia.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas dan memberikan solusi dari setiap rumusan masalah yang ada,
didapatkah beberapa hal penting yang dapat disimpulkan, yakni;
a. Batubara yang komposisinya (Batubara, Jerami, Ampas Tebu, Tetes) dapat
dimanfaatkan sebagai briket.
b. Briket batubara merupakan briket yang efisien dan tahan lama dalam penggunaannya
dibandingkan briket biasa dan karbon aktif yang telah ada.
c. Briket batubara merupakan bahan bakar yang efektif.

B. Saran
Beberapa saran yang penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Hendaknya pemerintah dan masyarakat mengoptimalkan pengembangan briket
batubara agar pelaksanaannya dapat tersalurkan secara merata.
2. Briket batubara memiliki manfaat yang sangat banyak, sehingga peran pemerintah
sangat dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi tersebut.
3. Agar memperoleh mutu briket batubara yang baik maka diharapkan penelitian
selanjutnya dengan menambahkan variabel baru seperti ukuran mesh, bentuk briket,
tekanan, temperatur, dan penggunaan bahan baku yang lain sehingga memperoleh mutu
briket yang lebih baik.
















BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

K.D Maison, 2006, Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah, Bandung,
(Online),(http://www.Indeni.org, diakses 3 November 2013)

Sipayung Maydin, 2005, Industri Briket Batubara Nasional, Bandung.

Gustan Pari, Mahfudin & Jajuli. 2012. TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG, BRIKET
ARANG DAN ARANG AKTIF SERTA PEMANFAATANNYA. KEMENTERIAN
KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN,
(Online), (http://www.forda-mof.org/files/arang-Gustam.pdf, diakses 3 November 2013).

Anda mungkin juga menyukai